Anda di halaman 1dari 14

HUKUM LAUT INTERNASIOAL

PUTERI HANDAYANI

JULANDARI
SEJARAH HUKUM LAUT
INTERNASIONAL

RIZKY NOVIASYAH

RYWAN MANURUNG

KELOMPOK 1
1. PENGERTIAN HUKUM LAUT INTERNASIOANAL

• Hukum laut internasional adalah kaidah kaidah hukum


yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan laut yang berada di bawah naunggannya.
• Hukum laut internasional menpelajari tentang aspek –
apek hukum di laut dan peristiwa hukum yang terjadi
di laut.
• Hukum laut internasional mengalami perkembangan
secara terus – menerus dan mengalami
penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk
kepentingan umat manusia melalui aturan – aturan yg
berlaku tiap – tiap Negara.
2. SEJARAH PERKEMBANGAN LAUT INTERNASIONAL

Sejak dahulu kala telah terdapat dua konsepsi mengenai laut, yaitu: res
nullius dan res commanis.

• Res nullius, berpendapat bahwa laut sebagai ranah tak bertuan, atau
kawasan yang tidak ada pemiliknya. Karena tidak ada pemiliknya,
maka laut dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing Negara.
• Res communis, berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat
dunia, karena itu tidak dapat diambil dan dimiliki secara individual
oleh Negara-negara. Sebagai milik bersama, maka laut harus
dipergunakan untuk kepentingan semua Negara, dan
pemanfaatannya terbuka bagi semua Negara.

• Dalam pelaksanaannya, kedua teori tersebut tak dapat diterapkan


secara kaku. Keduanya saling melengkapi, yakni dalam batas-batas
tertentu dapat dimiliki, tetapi dibatasi sampai jarak tertentu ini
dapat dilihat dalam praktik yang dianut Negara-negara sejak dahulu
sampai sekarang.
A. ZAMAN SEBELUM ROMAWI

• Punisia kuno, sebuah kerajaan sebelum zaman Romawi


menganggap laut yang mereka kuasai sebagai milik
Negara mereka. Paham ini juga dianut oleh bangsa
Persia, Yunani dan Rhodia..
• Rhodes adalah seorang pelaut, yang kuat serta mandiri.
Antara 1.000 SM dan 600 SM, rakyat Rhodes
mengembangkan armada komersial yang kuat dan
mereka tersebar di daerah Mediterania, serta
mendirikan koloni perdagangan di sepanjang pantai
barat Italia, Perancis dan Spanyol. Secara bersamaan,
orang-orang Rhodes mengembangkan aturan hukum
untuk menangani perselisihan pengiriman yang disebut
kode hukum maritim (Rhodia Lex). Tidak ada salinan
kode hukum maritim pernah ditemukan sampai
sekarang.
B. ZAMAN ROMAWI

• Setelah perang Punis III Romawi telah menjadi penguasa


tunggal di Laut Tengah. Laut Tengah kemudian dianggap
oleh orang-orang Romawi sebagai “danau” mereka. Dan
mereka memandang laut bisa dimiliki dengan landasan
bahwa laut merupakan suatu hak bersama seluruh umat
(res communis omnium) sehingga penggunaan laut terbuka
bagi setiap orang.
• Laut Tengah pada masa itu seperti danau dalam wilayah
Imperium Romawi dan menjadi lautan yang bebas dari
gangguan bajak laut sehingga semua orang bebas
menggunakan Laut Tengah dengan aman dan sehjatera.
• Di kawasan Laut Tengah sekitar abad ke-14 terhimpun
sekumpulan peraturan hukum laut yang dikenal dengan
Consolato del Mare yang merupakan seperangkat
ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan
(perdata).
C. SETELAH ZAMAN ROMAWI

• Setelah zaman Romawi terdapat banyak Negara di sekitar Laut


Tengah yang merupakan pecahan dari Kerajaan Romawi. Negara-
negara ini menuntut laut yang berdekatan dengan pantai mereka
sebagai wilayah mereka. Karena itu masa ini dipandang sebagai
awal dari berkembangnya konsep laut wilayah.
• . Tuntutan atas kepemilikan laut ini misalnya dilakukan oleh: (a)
Venesia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik. Di kawasan ini
Venesia memungut kepada setiap kapal yang melewati kawasan
laut Adriatik.
• Tuntutan-tuntutan itu cenderung menimbulkan penyalahgunaan
hak oleh Negara-negara tersebut (misalnya memungut biaya
pelayaran). Untuk mengatasi hal ini, pada waktu itu membatasi
tuntutan tersebut sampai batas tertentu saja. Misalnya, Bartolus,
Solorzan dan Cosaregis membatasi laut Negara pantai itu sampai
100 mil Italia (pada waktu itu = 1480 m). Baldus, Bodin dan Targa
membatasinya sampai 60 mil, Loccanius membatasinya sampai
batas yang diinginkan oleh Negara pantai tanpa merugikan negara
tetangganya.
D. ZAMAN PORTUGAL DAN SPANYOL

• Jatuhnya Constantinopel ke tangan Turki pada tahun


1443, menyebabkan bangsa Portugis mencari jalan
laut lain ke timur menuju Indonesia melalui
Samudera Hindia. Selain itu, Portugal juga menuntut
Laut Atlantik sebelah selatan Maroko sebagai
wilayah mereka. Bersamaan dengan ini, Spanyol
sudah sampai di Maluku melalui Samudera Pasifik,
dan menuntut Samudera ini bersama dengan
bagian Barat Samudera Atlantik dan Teluk Mexico
sebagai kepunyaan mereka, bagi yang melewati
atau mengambil hasil laut disitu akan membayar
denda.
E. ZAMAN BELANDA

• Tuntutan kedaulatan atas Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia oleh


Portugal dan Spanyol dirasa sangat merugikan Belanda di bidang
pelayaran dan perikanan.
• Untuk memperkuat dalil penentangannya atas kepemilikan laut,
Belanda berusaha mencari dasar-dasar hukum yang menyatakan laut
adalah bebas untuk semua bangsa. Untuk kepentingan ini Belanda
menyewa Hugo de Groot, seorang ahli hukum untuk menulis sebuah
buku yang membenarkan pendirian Belanda, shingga orang-orang
Belanda dapat bebas berlayar ke Indonesia. Hasilnya, Grotius
menyusun sebuah buku dengan judul “Mare Liberu”. Buku ini
menguraikan teori kebebasan lautan dalam arti bahwa laut bebas bagi
setiap orang, dan tak dapat dimiliki oleh siapa pun.
• Namun Mare Clausum Shelden menentang dan mereka membela
spanyol dan portugal terkait kepentingan kepemilikan atas laut, namun
lagi lagi inggris menentangnya.
• Jalan tengah yang diambil adalah kepemilikan laut didasarkan pada
kemampuan penguasaan efektif oleh negara pantai berdsarkan
jangkauan tembakan meriam (ketika itu) dari darat, yakni selebar 3 mil.
Sejak saat itu, negara-negara mulai mengembangkan Hukum
Internasional Kebiasaan di dalam pemanfaatan laut.
F. ZAMAN INGGRIS

• Pada mulanya, sebelum tahun 604 Inggris menganut faham kebebasan


lautan. Faham ini dianut terutama untuk menghadapi tuntutan
Denmark atas kebebasan di laut Utara.. namun dalam tahun 1604
Charles I memproklamirkan Area yang meliputi 26 wilyayah di
sepanjang dan sekitar lautan Inggris (Mare Anglicanum) sebagai wilayah
kedaulatan Inggris.
• Di daerah-daerah ini, diantaranya ada yang melebihi 100 mil, Charles I
melarang kapal-kapal nelayan asing menangkap ikan di kawasan
tersebut.
• Dalam perkembangan selanjutnya, umum diterima bahwa Negara-
negara dapat memiliki jalur-jalur laut yang terletak di sekitar atau di
sepanjang pantainya, dan di luar jalur-jalur tersebut dianggap bebas
bagi semua umat manusia. Beberapa jalur laut yang dapat dimiliki tidak
sama untuk semua Negara, dan ini tergantung pada jenis dan fungsi
jalur-jalur tersebut. Lebar laut untuk kepentingan perikanan misalnya,
tidak sama dengan untuk kepentingan netralitas, pengawasan pabean
dan kepentingan yurisdiksi perdata, pidana dan lain-lain,
Tahapan Tahapan Pelaksanaan Konferensi Hukum Laut

A. Konferensi Den Haag 1930


• Konferensi Internasional yang membahas masalah laut teritorial ialah
codificationconference (13 Maret – 12 April 1930) di Den Haag,
• Salah satu masalah Hukum Internasional yang dibicarakan dalam konferensi ini
adalah perairan teritorial (territorial water).Ada yang menginginkan lebar laut
teritorial 3 mil (20 negara), 6 mil (12 negara), dan 4 mil. Konferensi ini
menetapkan :
1. wilayah negara yang meliputi jalur laut disebut Laut Teritorial. Wilayah negara
pantai meliputi ruang udara di atas laut territorial, dasar laut dan tanah
dibawahnya yang dikenal dengan istilah tiga demensi laut teritorial. Khusus
batasan ruang udara, dikenal teori grafitasi, yaitu benda yang masih jatuh ke
bawah, masih masuk ke dalam wilayah ruang udara/angkasa negara tersebut
2. Hak Lintas Damai, pada prinsipnya kapal asing boleh masuk, melintas wilayah
laut asal tidak membuang jangkar, mencemarkan lingkungan, menyelundup, dan
lain-lain yang dapat menimbulkan keadaan tidak damai (the right of innoucense)
• Yurisdiksi criminal dan sipil atas kapal-kapal asing
• Pengejaran seketika (hot porsuit) bila melanggar Sesudah Perang Dunia Kedua
(tahun 1945).
B. DEKLARASI DJUANDA

• Indonesia setelah Perang Dunia ke dua, yaitu tahun 1957 juga tidak
ketinggalan membuat Deklarasi yang dikenal dengan nama Deklarasi
Djuanda 13 Desember 1957 tentang Hukum Laut.Hal ini dilakukan
karena ketentuan peninggalan Belanda Kringen Ordonansi 1939
mengenai perairan Indonesia, dianggap bisa berbahaya sebagai negara
kepulauan, karena masing-masing pulau mempunyai laut sendiri yang
disebut perairan Nusantara, sehingga perairan antara pulau adalah laut
lepas Dengan demikian, pertimbangan deklarasi Djuanda adalah :
1.Bila diantara pulau-pulau terdapat laut bebas, maka Indonesia tidak
dapat melakukan kedaulatannya secara penuh di perairan Indonesia.
2.Dapat membahayakan integritas negara kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Djuanda, merupakan strategi Indonesia dan mengandung 3
(tiga) hal, yaitu :
• Seluruh kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan dan laut antara
pulau-pulau Indonesia dianggap perairan pedalaman.
• Lalulintas damai bagi Kapal asing dimungkinkan diperairan pedalaman
(hak lintas damai = right of innocence passage),asal tidak berhenti,
membuang jangkar, membuang limbah, mondar-mandir
• Lebar laut wilayah Indonesia adalah 12 mil laut
C. UNCLOS 1

Setelah perdebatan panjang dan tidak menemukan kata kesepakatan


diantara negara negara yang bersengketa tentang wilayah maritim, maka
PBB yang sebelumnya bernama Liga Bangsa-Bangsa mengadakan
konferensi hukum laut pertama pada tahun 1958 yang lebih dikenal
dengan istilah UNCLOS.
ISI dari UNCLOS1
• Konvensi tentang laut teritorial dan jalur tambahan (convention on the
territorial sea and contiguous zone) belum ada kesepakatan dan
diusulkan dilanjutkan di UNCLOS II
• Konvensi tentang laut lepas (convention on the high seas) a. Kebebasan
pelayaran,b. Kebebasan menangkap ikan, c.Kebebasan meletakkan
kabel di bawah laut dan pipa-pipa, d.Kebebasan terbang di atas laut
lepas
• Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati
di laut lepas (convention onfishing and conservation of the living
resources of the high sea)
• Konvensi tentang landas kontinen (convention on continental shelf).
Konvensi ini telah disetujui.
D. UNCLOS 2 DAN 3

• Pada tanggal 17 Maret – 26 April 1960 kembali dilaksanakn


konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II,
membicarakan tentang lebar laut teritorial dan zona
tambahan perikanan, namun masih mengalami kegagalan
untuk mencapai kesepakatan, sehingga perlu diadakan
konferensi lagi.
• untuk mencari kesepakatan dalam pengaturan kelautan maka
diadakan kembali Konferensi Hukum Laut PBB III atau Unclos
III yang dihadiri 119 negara. Dalam pertemuan ini,disepakati 2
konvensi yaitu:
1. Konvensi hukum laut 1982 merupakan puncak karya dari PBB
tentang hukum laut, yang disetujui di Montego Bay, Jamaica (10
Desember1982), ditandatangani oleh 119 negara
2. Ada 15 negara yang memiliki ZEE besar: Amerika Serikat,
Australia, Indonesia, New Zealand,Kanada, Uni Soviet, Jepang,
Brazil, Mexico, Chili, Norwegia, India, Filipina, Portugal,
danRepublik Malagasi.
Jadi itu lo guys perkembangan dan sejarah hukum
laut internasional.
DIINGAT jangan DILUPAKAN , karna yang harus
dilupakan hanyalah kenangan bersamanya.
Ehhhhh.

Anda mungkin juga menyukai