PUTERI HANDAYANI
JULANDARI
SEJARAH HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
RIZKY NOVIASYAH
RYWAN MANURUNG
KELOMPOK 1
1. PENGERTIAN HUKUM LAUT INTERNASIOANAL
Sejak dahulu kala telah terdapat dua konsepsi mengenai laut, yaitu: res
nullius dan res commanis.
• Res nullius, berpendapat bahwa laut sebagai ranah tak bertuan, atau
kawasan yang tidak ada pemiliknya. Karena tidak ada pemiliknya,
maka laut dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing Negara.
• Res communis, berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat
dunia, karena itu tidak dapat diambil dan dimiliki secara individual
oleh Negara-negara. Sebagai milik bersama, maka laut harus
dipergunakan untuk kepentingan semua Negara, dan
pemanfaatannya terbuka bagi semua Negara.
• Indonesia setelah Perang Dunia ke dua, yaitu tahun 1957 juga tidak
ketinggalan membuat Deklarasi yang dikenal dengan nama Deklarasi
Djuanda 13 Desember 1957 tentang Hukum Laut.Hal ini dilakukan
karena ketentuan peninggalan Belanda Kringen Ordonansi 1939
mengenai perairan Indonesia, dianggap bisa berbahaya sebagai negara
kepulauan, karena masing-masing pulau mempunyai laut sendiri yang
disebut perairan Nusantara, sehingga perairan antara pulau adalah laut
lepas Dengan demikian, pertimbangan deklarasi Djuanda adalah :
1.Bila diantara pulau-pulau terdapat laut bebas, maka Indonesia tidak
dapat melakukan kedaulatannya secara penuh di perairan Indonesia.
2.Dapat membahayakan integritas negara kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Djuanda, merupakan strategi Indonesia dan mengandung 3
(tiga) hal, yaitu :
• Seluruh kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan dan laut antara
pulau-pulau Indonesia dianggap perairan pedalaman.
• Lalulintas damai bagi Kapal asing dimungkinkan diperairan pedalaman
(hak lintas damai = right of innocence passage),asal tidak berhenti,
membuang jangkar, membuang limbah, mondar-mandir
• Lebar laut wilayah Indonesia adalah 12 mil laut
C. UNCLOS 1