Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN LINTAS

Lintas berarti navigasi melalui territorial


dan perairan kepulauan (khusus negara
kepulauan) untuk keperluan :
- Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman

atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut atau


fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman
(traversing), atau
- Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau
singgah di tempat berlabuh di tengah laut atau
fasilitas pelabuhan tersebut (proceeding)

Syarat Lintas
1. Terus menerus
2. Langsung
3. Secepat mungkin

Pengertian Lintas Damai


Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi
kedamaian, ketertiban atau keamanan negara
pantai.
Lintas adalah tidak damai, apabila kapal asing dalam
melaksanakan lintas melakukan kegiatan sbb:
1. Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap
2.
3.
4.
5.

kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik.


Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun.
Mengumpulkan informasi yang merugikan Hankam.
Propaganda dengan tujuan mempengaruhi Hankam.
Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap pesawat udara
di atas kapal.

Lanjutan .

6. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap


peralatan dan perlengkapan militer.
7. Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang
atau orang yang bertentangan dengan
perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi
dan saniter.
8. Pencemaran.
9. Perikanan.
10. Riset atau survey.
11. Perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap
sistem komunikasi.
12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan lintas.

Yurisdiksi Kriminil
di atas Kapal Asing
Yurisdiksi kriminil negara tidak dapat dilaksanakan diatas kapal
asing yang sedang melintas laut teritorial (dan perairan
kepulauan bagi negara kepulauan) untuk menangkap
siapapun atau untuk mengadakan penyidikanyang bertalian
dengan kejahatan apapun yang dilakukan diatas kapal,
kecuali :
1. Apabila akibat kejahatan itu dirasakan di negara pantai atau
negara kepulauan.
2. Apabila kejahatan itu termasuk jenis yang mengganggu
kedamaian negara tersebut atau ketertiban laut wilayah.
3. Apabila kapal telah diminta oleh nahkoda kapal atau oleh
wakil diplomatic.
4. Apabila tindakan demikian diperlukan untuk menumpas
perdagangan gelap narkotik atau bahan psychotropis.

Yurisdiksi Perdata bertalian


dengan Kapal Asing
1. Negara seharusnya tidak menghentikan atau

merubah haluan kapal asing yang melintasi laut


wilayah/perairan kepulauan untuk tujuan
melaksanakan yurisdiksi perdata bertalian dengan
seseorang yang berada di atas kapal itu.
2. Negara tidak dapat melaksanakan eksekusi atau
menahan kapal untuk keperluan proses perdata
apapun kecuali hanya berkenaan dengan
kewajiban atau tanggung jawab ganti rugi yang
diterima atau yang dipikul oleh kapal itu sendiri.
3. Butir 2 tidak mengurangi hak negara untuk
melaksanakan eksekusi atau penangkapan sesuai
dengan UU-nya dengan tujuan atau guna
keperluan proses perdata terhadap suatu kapal
asing yang berada atau melintasi laut
wilayah/perairan kepulauan setelah meninggalkan
perairan pedalaman.

Penangguhan Lintas Damai


Syarat :
1. Demi Perlindungan Keamanan (termasuk
keperluan latihan kerja).
2. Tanpa Diskriminasi Formil (nyata)
terhadap kapal asing.
3. Di daerah tertentu dalam laut Territorial
atau Perairan Kepulauan.
4. Berlaku setelah diumumkan
sebagaimana mestinya.

Hak Negara atas Penggunaan


Hak Lintas Damai
Berhak mengeluarkan peraturan-peraturan:
1. Keselamatan pelayaran/pengaturan rute pelayaran.
2. Pengamanan fasilitas, instalasi dan bangunan
lainnya.
3. Pengamanan kabel laut, pipa dan alat komunikasi.
4. Perlindungan/pelestarian sumber hayati.
5. Pencegahan pelanggaran peraturan perikanan.
6. Perlindungan/pencegahan pencemaran laut.
7. Kegiatan survey dan penelitian laut.
8. Pencegahan pelanggaran peraturan dibidang
Pabean, Fiskal, Imigrasi dan Saniter.

Kewajiban Negara atas


Penggunaan

Hak Lintas Damai

1. Tidak boleh menghalangi Lintas.


2. Tidak boleh membuat syarat bersifat
3.
4.
5.

menolak/mengurangi penggunaan lintas.


Tidak boleh mengadakan deskriminasi
formal kapal-kapal dari suatu negara.
Harus memberitahukan secara wajar atas
setiap bahaya terhadap pelayaran.
Tidak boleh mengadakan pungutanpungutan kecuali pungutan penggunaan
jasa.

Penindakan Pelanggaran Lintas


Damai

1. Mencegah pelayaran
2. Menunda pelayaran
3. Mengusir dengan segera kapal
perang
4. Menuntut kerugian

LINTAS TRANSIT
Pelaksanaan kebebasan pelayaran dan penerbangan
melalui selat yang berbatasan dengan dua atau
beberapa negara yang digunakan untuk pelayaran
internasional untuk tujuan transit yang terus
menerus, langsung dan secepat mungkin antara satu
bagian laut lepas atau ZEE dan bagian laut lepas
atau ZEE lainnya
namun
Tidak menutup kemungkinan untuk memasuki
meninggalkan atau kembali dari suatu negara yang
berbatasan dengan selat itu

Kewajiban sewaktu Lintas


Transit
1. Kapal/Pesawat Udara, harus :

Lewat/transit secara terus menerus,


lansung dan secepat mungkin.
Menghindari ancaman/penggunaan
kekerasan terhadap kedaulatan,
keutuhan wilayah atau kemerdekaan
politik negara yang berbatasan dengan
selat.

Lanjutan

2. Kapal, harus :

3.

- Memenuhi peraturan tentang


keselamatan
dilaut/pencegahan tabrakan di laut.
- Memenuhi peraturan tentang prosedur dan
pencegahan, pengurangan dan pengendalian
pencemaran dilaut.
Pesawat Udara, harus
- Mentaati peraturan udara (ICAO).
- Memonitor frekwensi radio.

Kewajiban Negara yang


Berbatasan
dengan Selat
1. Tidak boleh menghambat Lintas

1. Tidak boleh menghambat Lintas

Transit.
2. Harus mengumumkan dengan tepat
setiap adanya bahaya bagi pelayaran
atau penerbangan di dalam atau
diatas selat yang diketahuinya.
3. Tidak boleh ada penangguhan Lintas
Transit.

Peraturan Perundang-undangan
negara
yang Berbatasan dengan Selat yang
Bertalian dengan Lintas Transit

1. Negara yang berbatasan dengan selat dapat membuat


peraturan perundang-undangan :
a. Keselamatan pelayaran dan pengaturan lalu lintas
laut.
b. Pencegahan, pengurangan dan pengendalian
pencemaran.
c. Pencegahan penangkapan ikan (termasuk cara
penyimpanan alat penangkap ikan).
d. Menaikkan ke atau menurunkan dari kapal setiap
komoditi, mata uang, orang yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, bea cukai
fiskal, imigrasi atau saniter.

Lanjutan ..
2. Tidak boleh mengadakan diskriminasi formil atau

3.
4.
5.

nyata diantara kapal asing yang membawa


akibat praktis menolak, menghambat atau
mengurangi hak lintas transit.
Negara-negara yang berbatasan dengan selat
harus mengumumkan sebagaimana mestinya
semua peraturan perundang-undangan.
Kapal asing harus mematuhi peraturan
perundang-undangan tersebut.
Negara bendera suatu kapal atau negara dimana
terdaftar suatu pesawat udara yang berhak atas
kekebalan, yang bertindak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan tersebut atau
ketentuan lain tentang lintas transit harus
memikul tanggung jawab internasional untuk
setiap kerugian atau kerusakan yang diderita
oleh negara yang berbatasan dengan selat.

Aturan Negara Pemakai dan


Negara
yang Berbatasan dengan Selat

Bekerjasama melalui Persetujuan untuk :


- Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana
Bantu Navigasi dan Keselamatan yang
diperlukan.
- Pembangunan Sarana Bantu Pelayaran
Internasional.
- Untuk Pencegahan, pengurangan dan
pengendalian pencemaran dari kapal.

Hak Lintas Alur Laut


Kepulauan
Pelaksanaan hak pelayaran dan
penerbangan dalam cara normal
semata-mata untuk melakukan
transit yang terus menerus langsung
dan secepat mungkin serta tidak
terhalang antara satu bagian laut
lepas atau ZEE dan bagian laut lepas
atau ZEE

Anjuran bagi Negara Kepulauan


dalam
Penetapan ALK menurut UNCLOS
Suatu Negara Kepulauan dapat menentukan alur
82
laut dan rute penerbangan diatasnya, yang cocok

digunakan untuk lintas kapal dan pesawat udara


asing yang terus menerus, langsung serta secepat
mungkin melalui atau diatas perairan kepulauannya
dan laut TERR yang berdampingan dengannya.
Namun
Apabila suatu Negara Kepulauan tidak menentukan
alur laut atau rute penerbangan, maka Hak Lintas
Laut Kepulauan dapat dilaksanakan melalui rute
yang biasanya digunakan untuk pelayaran
Internasional.

Pasal 53
Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
1. Suatu Negara Kepulauan dapat menentukan alur

laut dan rute penerbangan di atasnya, yang cocok


digunakan untuk lintas kapal dan pesawat udara
asing yang terus menerus dan langsung serta
secepat mungkin melalui atau diatas perairan
kepulauannya dan laut teritorial yang
berdampingan dengannya.
2. Semua Kapal dan Pesawat Udara menikmati hak
lintas alur laut kepulauan dalam alur laut dan rute
penerbangan demikian.
3. Lintas alur laut kepulauan berarti pelaksanaan hak
pelayaran dan penerbangan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Konvensi ini dalam cara
normal semata-mata untuk melakukan transit yang
terus menerus, langsung dan secepat mungkin
serta tidak terhalang antara satu bagian laut lepas
atau ZEE dan bagian laut lepas atau ZEE lainnya

Lanjutan (pasal 53)


4.

5.

Alur laut dan rute udara demikian harus melintasi perairan


kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan dan
mencakup semua rute lintas normal yang digunakan sebagai
rute atau alur untuk pelayaran internasional atau penerbangan
melalui atau melintasi perairan kepulauan dan di dalam rute
demikian, sepanjang mengenai kapal, semua alur navigasi
normal dengan ketentuan bahwa duplikasi rute yang sama
kemudahannya melalui tempat masuk dan keluar yang sama
tidak perlu.
Alur laut dan rute penerbangan demikian harus ditentukan
dengan suatu rangkaian garis sumbu yang bersambungan
mulai dari tempat masuk rute lintas hingga tempat ke luar.
Kapal dan pesud yang melakukan lintas melalui alurlaut
kepulauan tidak boleh menyimpang lebih dari pada 25 mil laut
kedua sisi garis sumbu demikian, dengan ketentuan bahwa
kapal dan pesud tersebut tidak boleh berlayar atau terbang
dekat pantai kurang dari 10% jarak antara titik-titik yang
terdekat pada pulau-pulau yang berbatasan dengan alur laut
tersebut.

Lanjutan .(pasal 53)


6.

7.

8.
9.

Suatu negara kepulauan yang menentukan alur laut menurut


ketentuan pasal ini dapat juga menetapkan skema pemisah
lalu lintas untuk keperluan lintas kapal yang aman melalui
terusan sempit dalam alur laut demikian.
Suatu Negara Kepulauan, apabila keadaan menghendaki,
setelah untuk itu mengadakan pengumuman sebagaimana
mestinya, dapat mengganti alur laut atau skema pemisah lalu
lintas yang telah ditentukan atau ditetapkan sebelumnya
dengan alur laut atau skema pemisah lalu lintas lain.
Alur laut dan skema pemisah lalu lintas demikian harus sesuai
dengan peraturan internasional yang diterima secara umum.
Dalam menentukan atau mengganti alur laut atau
menetapkan atau mengganti skema pemisah lalu lintas, suatu
negara kepulauan harus mengajukan usul-usul kepada
organisasi internasional yang berwenang dengan maksud
untuk dapat diterima. Organisasi tersebut hanya dapat
menerima alur laut dan skema pemisah lalu lintas yang
demikian sebagaimana disetujui bersama dengan Negara
Kepulauan, setelah mana Negara Kepulauan dapat
menentukan, menetapkan atau menggantinya.

Lanjutan (pasal 53)


10. Negara Kepulauan harus dengan jelas menunjukkan

11.
12.

sumbu alur laut dan skema pemisah lalu lintas yang


ditentukan atau ditetapkannya pada peta-peta yang
harus diumumkan sebagaimana mestinya.
Kapal yang melakukan lintas alur laut kepulauan harus
mematuhi alur laut dan skema pemisah lalu lintas yang
berlaku yang ditepkan sesuai dengan ketentuan pasal ini.
Apabila suatu negara kepulauan tidak menentukan alur
laut atau rute penerbangan, maka hak lintas alur laut
kepulauan dapat dilaksanakan melalui rute yang biasanya
digunakan untuk pelayaran internasional.

Pasal 54
Kewajiban kapal dan pesawat udara selama
melakukan lintas, kegiatan riset dan survey,
kewajiban negara kepulauan dan peraturan
perundang-undangan Negara Kepulauan
bertalian dengan lintas alur laut kepulauan.
Pasal-pasal 39, 40, 42 dan 44 berlaku
mutasi mutandis bagi lintas alur laut
kepulauan.

Nota Kesepahaman Indonesia dengan


Malaysia tentang Negara Kepulauan
(27 Juli 1976)
1. Bahwa Malaysia mengakui dan menyokong rezim

2.

hukum Negara Kepulauan dan sabagai imbalannya


pihak Indonesia mengakui hak-hak tradisional dan
kepentingan sah Malaysia. Di laut TERR dan
perairan kepulauan Indonesia yang terletak di
antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat
Indonesia dan Malaysia segera mengadakan suatu
perjanjian yang memuat penjabaran lanjut isi dan
ketentuan nota kesepahaman dan hendaknya
perjanjian tersebut sudah ditandatangani sebelum
UNCLOS 82 ditandatangani oleh negara-negara
peserta konverensi Hukum Laut III

Perjanjian Indonesia dengan


Malaysia
tentang

Rezim hukum Negara Nusantara dan hak-hak


Malaysia di laut TERR dan perairan Nusantara serta
ruang udara di atas laut TERR, peraiaran Nusantara
dan wilayah RI yang terletak diantara Malaysia
Timur dan Malaysia Barat. (23-2-82)
Perjanjian disahkan oleh pemerintah RI melalui UU
No. 1 Thn 1983 tentang pengesahan perjanjian
antara RI dan Malaysia tentang rezim hukum negara
kepulauan (L.N. No. 7 Thn 1983, TLN No: 3248)

Hak Akses dan Komunikasi (Hak


Lintas Khusus)
Hak untuk berlayar dan terbang di dan
diatas laut TERR dan perairan
kepulauan, secara terus menerus,
lansung dan secepat mungkin melalui
koridor-koridor yang ditapkan secara
khusus, disebabkan terputusnya dua
bagian suatu negara sebagai akibat cara
penarikan garis pangkal suatu negara
kepulauan.

Hak Tradisional dan Kepentingan Sah


Malaysia di Perairan Indonesia antara
Malaysia Barat dan Malaysia Timur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Hak Akses dan Komunikasi (HAK) kapal pemerintah


melalui koridor yang ditetapkan.
HAK kapal dagang dan kapal penangkap ikan.
HAK pesawat udara negara.
HAK pesawat udara sipil.
HAK penangkapan ikan tradisional.
Kepentingan Sah (KS) tentang perlindungan pemeriksaan,
pemeliharaan, perbaikan dan penggantian kabel-kabel
dan pipa-pipa bawah laut.
KS untuk melakukan kegiatan SAR melalui koordinasi dan
kerja sama dengan pemerintah RI.
KS dalam memajukan dan memelihara hukum dan
ketertiban melaui kerjasama dengan pemerintah RI.
KS untuk kerja sama dengan pemerintah RI dalam
kegiatan penelitian ilmiah kelautan

Kewajiban Malaysia & Indonesia di


atas Perairan dan Ruang Udara
diatasnya
Kewajiban Malaysia :
1. Menghindarkan diri dari tindakan mengancam

dan penggunaan kekerasan apapun terhadap


kedaulatan, keutuhan wilayah, kemerdekaan
politik dan keamanan R.I.
2. Melakukan tindakan-tindakan guna mencegah,
mengurangi dan menanggulangi pencemaran
laut.
3. Mematuhi perundang-undangan Indonesia sesuai
perjanjian.
Kewajiban Indonesia
Tidak menangguhkan atau menghalang-halangi
hak Malaysia

Anda mungkin juga menyukai