Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Pengertian dan Ruang Lingkup Bill of Lading atau Konosemen


1.1.1 Pengertian Bill of Lading atau Konosemen

Konosemen atau Conosement berasal dari bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris Bill of
Lading disingkat B/L, yang berarti surat pengangkutan barang. Konosemen atau surat muatan
atau Bill of Lading adalah surat angkut yang memuat syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
pengangkutan yang disepakati oleh Pengirim dan Pengangkut. Konosemen merupakan perjanjian
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang bergerak yang
diangkut. Konosemen disebut sebagai perjanjian karena dalam Konosemen tercantum syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan pengangkutan yang disepakati oleh pihak Pengirim dan
Pengangkut1. Selain sebagai perjanjian, Konosemen dapat digunakan sebagai surat berharga.

Purwosucipto mengatakan bahwa Konosemen adalah surat berharga yang memuat kata
“konosemen atau Bill of Lading” yang merupakan bukti penerimaan barang dari pengirim,
ditandatangani oleh pengangkut dan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
penyerahan barang-barang yang disebut dalam konosemen itu.2

Menurut Gunawan Widjaja, Bill of Lading adalah suatu tanda terima penyerahan barang
yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang
telah dimuat diatas kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir.3

Menurut Tirtaamidjaja, Konosemen adalah sepucuk surat yang diberi tanggal, yang berisi
keterangan mengangkut, biasanya kapten kapal, bahwa ia telah menerima barang-barang tertentu
supaya diangkut seluruhnya dan sebagian melalui laut ke suatu tempat tujuan yang telah ditunjuk
dan untuk itu diserahkan disitu kepada seseorang yang telah ditunjuk dan pula atas syarat-syarat
apa penyerahan ini akan dilakukan.4

Berdasarkan pasal 506 KUHD, definisi Konosemen adalah sebagai kutipan berikut:

“konosemen adalah surat yang diberi tanggal yang didalamnya diterangkan oleh
pengangkut, bahwa ia telah menerima barang-barang tertentu, dengan maksud
mengangkut barang-barang ke tempat yang ditunjuk, dan menyerahkannya disana kepada
1
Abdul Rahim Arifin, 2009, Konosemen sebagai Obyek Jaminan Gadai dan Fidusia, Tesis, Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia, hlm.4
2
H.M.N Purwosutjipto, 1983, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta, Djambatan, hlm.13
3
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Transaksi Bisnis Internasional, Ekspor Impor dan Imbal Beli, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, hlm.178
4
Herman A.C. Lawalata, 1983, Konosemen dan Forwarding Agency, Jakarta, Aksara Baru, hlm.19
orang yang ditunjuk, demikian pula dengan persyaratan perjanjian yang bagaimana
penyerahan itu akan dilakukan.”5

Konosemen sebagai salah satu dokumen dalam pengangkutan laut, tidak hanya berfungsi
sebagai tanda bukti penerimaan barang saja, tetapi juga merupakan surat berharga yang mudah
untuk diperjualbelikan sebagaimana dalam pasal 506 KUHD alinea kedua disebutkan bahwa
Konosemen dapat diterbitkan secara atas nama (op naam), atas pembawa (ann tonder) dan atas
pengganti (aan order)6. Kemudahan konosemen untuk dialihkan inilah yang kemudian
mencirikan sebagai surat berharga. Selain itu dalam pasal 507 KUHD kemudian disebutkan juga
bahwa Konosemen dikeluarkan dalam dua lembar yang dapat diperdagangkan 7. Konosemen
memiliki sifat kebendaan (droit de suit) dimana setiap pemegang konosemen berhak menuntut
penyerahan barang yang disebutkan didalam konosemen tersebut dimanapun barang tersebut
berada8.

Konosemen merupakan dokumen yang paling penting dalam pengapalan barang. Hal ini
karena konosemen mencakup dua kepentingan yaitu kepentingan perniagaan dan kepentingan
pengangkutan barang yang disebut dalam konosemen itu sendiri9.

1.1.2 Pihak – Pihak dalam Bill of Lading atau Konosemen

Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:10

1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal;

2. Pihak penerima atau penggantinya.

Penerima, sebagaimana dimaksud di atas, dapat:

1. Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;

2. Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim
(kepada pengganti);
5
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koopenhandel voor Indonesie), cetakan I, 2013, Grahamedia
Press, psl. 506
6
Ibid.
7
Ibid. Psl. 507
8
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit., hlm.209
9
F.D.C. Sudjatmiko, 1985, Pokok-pokok Pelayaran Niaga, Jakarta, Akademika Pressindo, hlm.92
10
Anonymous, Hukum Surat Berharga, http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/
diakses pada tanggal 7 Mei 2014 pukul 08.23 WIB
3. Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang ditunjuk oleh pihak
ketiga (kepada pengganti);

4. Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa (kepada
pembawa);

5. Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).

1.1.3 Jenis – Jenis Bill of Lading atau Konosemen11

1. Berdasarkan penerimanya:
a. Konosemen atas pebawa (aan tonder), yaitu konosemen yang tidak mencantumkan
nama penerima secara khusus dan hanya menyebutkan “kepada pembawa”. Artinya
pengangkut harus menyerahkan barang muatan kepada pembawa konosemen
tersebut. Konosemen ini dapat dialihkan hanya dengan menyerahkan (levering).
b. Konosemen atas pengganti (aan order), yaitu konosemen yang menyebutkan nama
penerima akan tetapi memuat keterangan “atau kepada pengganti”. Pengganti yang
dimaksud adalah pengganti dari pihak yang namanya telah tercantum dalam
konosemen tersebut. Konosemen jenis ini dialihkan dengan cara endosemen.
c. Konosemen atas nama (oop naam), yaitu konosemen yang dicantumkan nama dari
penerima, dan hanya penerima yang tercantum itulah yang berhak atas barang
muatan. Konosemen jenis ini disebut juga sebagai Konosemen Rekta yang
pengalihannya dengan menggunakan akta cessie.
2. Berdasarkan saat penerbitannya (sehubungan dengan penyerahan muatan dari pengirim
kepada pengangkut):
a. Konosemen diterima untuk dikapalkan (to be shipped Bill of Lading), yaitu
konosemen yang diterbitkan oleh pengangkut saat barang diterima oleh pengangkut
namun belum dikapalkan.
b. Konosemen dikapalkan (shipped Bill of Lading), yaitu konosemen yang diterbitkan
setelah barang dimuat dalam kapal.
3. Berdasarkan keadaan muatan:
a. Konosemen bersih (clean Bill of Lading), yaitu konosemen yang tidak terdapat
catatan kerusakan barang, kekurangan jumlah, atau ketidaksesuaian barang lainnya.

11
Abdul Rahim Arifin, Op.Cit., hlm.5
b. Konosemen kotor (foul Bill of Lading), yaitu konosemen yang terdapat catatan
kerusakan barang, kekurangan jumlah, atau ketidaksesuaian barang lainnya.
4. Berdasarkan kebiasaan memperdagangkannya (negotiability):
a. Konosemen yang dapat diperdagangkan (negotiable Bill of Lading)
b. Konosemen yang tidak dapat diperdagangkan (straight Bill of Lading)
5. Berdasarkan pelabuhan tujuan:
a. Domestic Bill of Lading, yaitu konosemen yang digunakan untuk pengangkutan
dalam negeri
b. Direct Bill of Lading, yaitu konosemen yang dikeluarkan untuk pengangkutan luar
negeri atau barang-barang ekspor.
c. Combined Transport Bill of Lading, yaitu konosemen yang dikeluarkan ketika terjadi
pengangkutan gabungan dari tempat penerimaan hingga penyerahan barang, misalnya
gabungan antara pengangkutan darat dan kapal laut.
6. Berdasarkan segi form (syarat-syarat yang dimuat didalamnya):
a. Konosemen Singkat (Short Form Bill of Lading), yaitu konosemen yang tidak
mencantumkan syarat-syarat pengangkutannya.
b. Konosemen Panjang (Long Form Bill of Lading), yaitu konosemen yang
mencantumkan syarat-syarat pengangkutannya yang menjadi acuan apabila terjadi
perselisihan.

1.1.4 Fungsi Bill of Lading atau Konosemen


Fungsi Konosemen dapat dilihat sebagai berikut :12
1. Tanda terima penyerahan barang (receipt of goods).
Konosemen menyebutkan tentang jumlah (kuantitatif) koli barang, berat barang,
kualitas dan lainnya.
2. Kontrak penyerahan barang (contract of delivery)
Kontrak penyerahan barang tersebut adalah antara pemilik barang atau pengguna
jasa (shipper) dan perusahaan pelayaran; yang mana perusahaan pelayaran
berjanji akan membawa barang dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan dan
menyerhkannya kepada pihak yang berhak.
3. Buti kepemilikan barang (document of tittle atau tittle of document)
Konosemen memberikan legitimasi atas kepemilikan barang
12
Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, 2013, Hukum Surat Berharga Pasar Uang, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.132
4. Perlindungan atas barang yang diangkut
Konosemen merupakan jaminan terhadap barang-barang yang diangkut, karena
mengikatk 3 pihak yaitu pihak pengangkut, pengirim barang, penerima barang,
pratis barang akan terlindungi dari perbuatan yang tidak diingini.
5. Kuitansi (bukti pembayaran) uang tambang
Pada dasarnya konosemen diterbitkan setelah biaya pengangkutan atau
pengiriman barang dibayar. Namun dalam realisasinya terdapat minimal 2 syarat
pembayaran utang tambang atau biaya pengiriman barang, yaitu pembayaran
dimuka dan pembayaran kemudian atau dipelabuhan tujuan. Sesuai dengan
ketentuan dibidang pelayaran, biaya pengiriman atau pengangkutan barang
ditetapkan berdasarkan jenis barang, sarana yang digunakan, atau sifat barang
yang akan diangkut.
6. Tanda bukti lawan
Konosemen adalah satu-satunya dokumen sah atas kepemilikan pengiriman suatu
partai barang. Artinya, jika seseorang mengakui kepemilikan suatu barang tanpa
memperlihatkan konosemen, maka yang bersangkutan akan ditolak untuk
menguasai barang yang diakuinya itu.

1.1.5 Klausul yang Terdapat dalam Bill of Lading


Terdapat dua klausul yang terkait dengan penerbitan konosemen yaitu sebagai berikut:13
1. Klausul Kasatoria (Cassatoria Clause), adalah klausul yang memberikan pengertian
bahwa setiap lembar konosemen yang diterbitkan dapat berlaku sebagai lembar yang
dapat digunakan sebagai tanda terima barang, sehingga tidak ada pemisahan fungsi
lembar asli maupun duplikat. Akan tetapi jika salah satu lembar telah digunakan
maka lembaran lainnya menjadi tidak berfungsi sebagai tanda terima barang.
Lazimnya klausul ini dicetak dengan huruf berwarna merah (bold) yang dikenal
dengan red clause, “Dengan diterimanya Konosemen pengirim, penerima dan pemilik
barang menyetujui dan mengikat untuk semua pernyataan, pengecualian dan syarat-
syarat baik yang tertulis, dicetak distempel di belakang atau dimuka halaman ini,
dikecualikan peraturan-peraturan bea dan cukai atau yang diutamakan lainnya.

13
Sufirman Rahman, Ibid., hlm. 138-139.
2. Klausul Paramount (Paramount Clause) adalah klausul yang memberikan
perlindungan kepada pihak pengirim barang (shipper) berkenaan dalam proses
angkutan melalui laut. Perlindungan dimaksud terkait dengan hal-hal yang terjadi atas
barang-barang atau angkutab yang jika ternyata dikemudian hari, misalnya rusak
dalam proses muat dan bongkar, atau hilang karena proses perjalanan yang tidak baik
dan lain sebagainya tidak menjadi tanggung jawab pihak pengangkut. Artinya pihak
pengirim (shipper) dibebaskan dari tanggung jawab dimaksud, jika terjadi diluar
perbuatan disengaja.

1.1.6 Hak yang Melekat Pada


1. Hak atas barang-barang yang diangkut, sebagaimana dicantumkan dalam pasal
506 KUHD
2. Hak atas dipenuhinya perjanjian pengangkutan, sebagaimana dicantumkan dalam
pasal 468 ayat (1) KUHD
3. Hak atas penyerahan barang, sebagaimana dicantumkan dalam pasal 510 KUHD
4. Hak atas pengalihan konosemen kepada pihak lain, sebagaimana dicantumkan
dalam pasal 506 ayat (2) KUHD

1.2 Bill of Lading atau Konosemen Sebagai Benda Bergerak

Konosemen dianggap sebagai benda bergerak karena ketentuan undang-undang


sebagaimana ketentuan pasal 511 KUHPerdata tentang syarat sebuah benda dianggap sebagai
kebendaan bergerak angka 3 yaitu:

“perikatan-perikatan dan tuntutan-tuntutan mengenai jumlah-jumlah uang yang


dapat ditagih atau mengenai benda bergerak.14”

Konosemen yang memiliki hak untuk penyerahan barang-barang bergerak dari


pengangkut dan mempunyai nilai tuntutan sejumlah uang memenuhi unsur-unsur pasal 511
KUHPerdata tersebut15. Sebagai benda bergerak, konosemen dapat dijadikan jaminan hutang
diluar hutang perbankan seperti hutang piutang antar sesama pedagang ataupun antara pedagang
14
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,
cet.34 edisi revisi, 2004, Jakarta, Pradnya Paramita, psl. 511
15
Abdul Rahim Arifin, Op.Cit., hlm.5
dengan supplier. Namun dalam prakteknya, konosemen tidak dapat dijadikan jaminan untuk
suatu kredit perbankan baik sebagai jaminan utama maupun jaminan tambahan. Hal ini karena
umur kondosemen yang pendek yaitu hanya berkisar sekitar hitungan bulan16.

Sebagai sebuah perjanjian, Konosemen tidak terlepas dari ketentuan Buku III
KUHPerdata. Klausula-klausula dalam Konosemen dibuat secara baku namun tetaplah
merupakan perwujudan dari kesepakatan antara Pengirim dan Pengangkut.

Dalam pasal 507 diatur bahwa konosemen sebagaimana benda bergerak lainnya dapat
diperdagangkan. Konosemen yang dapat diperdagangkan menurut KUHD adalah sebanyak 2
lembar dengan ketentuan bahwa lembar-lembar yang tidak dapat diperdagangkan harus
dinyatakan sebagai demikian. Namun dalam prakteknya, saat ini bisa dikeluarkan tiga atau empat
lembar konosemen asli serta beberapa lembar copy untuk keperluan administrasi. Konosemen
asli ini kemudian disebut sebagai negotiable Bill of Lading, sedangkan lembar copy disebut
sebagai copy not negotiable karena hanya untuk urusan administrasi. Tiga lembaran asli yang
biasanya dikeluarkan masing-masing dipegang oleh pengirim, penerima, dan satunya dikirim
bersama barang muatan. Dua lembar yang dimaksud oleh pasal 507 dapat dipedagangkan adalah
lembar yang dimiliki oleh pengirim dan penerima.

Selanjutnya bagi setiap lembaran konosemen berlaku ketentuan yang terdapat dalam
pasal 507 yang menyatakan:

“... berlaku semua untuk satu dan satu untuk semuanya....”17

Maksud dari ketentuan “semua untuk satu” (allen voor een) adalah untuk semua
konosemen jenis ini hanya dapat dimintakan penyerahan barang satu kali. Sedangkan ketentuan
“satu untuk semua” (een voor allen) berarti Pengangkut berdasarkan satu lembar konosemen
telah menyerahkan barang, maka dia telah dianggap menunaikan kewajibannya 18. Ketentuan ini
terutama adalah jika terhadap satu lembar Konosemen telah dilakukan suatu perbuatan hukum
tertentu, maka perbuatan hukum tersebut berlaku pula bagi lembaran lain yang dimiliki oleh
pihak lain. Misalnya, penerima memperdagangkan lembar konosemen yang dia miliki, maka
pengirim tidak dapat menjual lembaran yang dimilikinya.

16
Abdul Rahim Arifin, Ibid.
17
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koopenhandel voor Indonesie), Op.Cit. psl. 507
18
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit. hlm. 215
Konosemen dapat pula diterbitkan dengan ketentuan “non negotiable/straight” atau tidak
dapat diperdagangkan. Jenis konosemen ini tidak dapat dialihkan kepemilikannya kepada pihak
lain. Konosemen ini biasanya digunakan untuk pengiriman barang internal suatu perusahaan.
Jika suatu konosemen dimaksudkan untuk tidak dapat diperdagangkan, konosemen tersebut
harus mencantumkan dengan jelas didalamnya.

Referensi : https://www.academia.edu/12021629/HUKUM_SURAT_BERHARGA_Konosemen

Anda mungkin juga menyukai