Anda di halaman 1dari 42

Oleh :

YULIANTO SYAHYU

Bahan Ajar Hukum Perusahaan


A. JUAL BELI INTERNASIONAL
1. Pengertian Jual Beli Internasional
Dalam hal jual beli internasional, antara pihak penjual dengan pihak
pembeli tidak berada dalam 1 (satu) negara, sehingga harga ataupun
barang harus dikirim dari 1 (satu) negara ke negara lainnya. Karena
itu, hukum tentang jual beli internasional akan berjalan
berbarengan dengan hukum tentang ekspor-impor.
2. Benturan-benturan Hukum dalam Jual Beli Internasional
Benturan-benturan hukum antarnegara yang terlibat tidak dapat
dihindari. Hukum berusaha menyelesaikan benturan tersebut dengan
cara-cara sebagai berikut :
• Dengan pembuatan konvensi-konvensi internasional
• Penyelesaian lewat Hukum Perdata Internasional
• Penyelesaian lewat pengaturan para pihak dalam kontrak
 Pokok-pokok masalah yang sering timbul dalam jual beli internasional
berhubung dengan berbedanya hukum di antara negara dari pihak
pembeli dengan negara dari pihak penjual adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan hukum negosiasi
b. Akseptasi yang berbeda dengan tawaran
c. Pembatalan suatu tawaran
d. Perlu tidaknya suatu consideration
e. Keharusan kontrak tertulis
f. Waktu dianggap tercapainya kata sepakat
3. Dasar Hukum terhadap Jual Beli Internasional
 Ketentuan dalam kontrak tersebut, berdasarkan prinsip kebebasan
berkontrak
 Ketentuan dalam undang-Undang tentang Hukum Kontrak
(Nasional)
 Kebiasaan bisnis (trade usage)
 Yurisprudensi
 Kaidah Hukum Perdata Internasional
 Konvensi-konvensi internasional, seperti United Nations Convention
on Contract for the International Sale.
4. Pengaturan Risiko dalam jual Beli Internasional
Untuk pengaturan risiko dalam hal jual beli internasional ini, hukum
memberikan jalan yuridis sebagai berikut :
a. Risiko dapat diatur sendiri dalam kontrak yang bersangkutan
b. Risiko mengikuti kepemilikan. Dalam hal ini apabila hak milik sudah
berpindah kepada penjual, maka risiko pun berpindah kepada penjual
c. Risiko mengikuti pengaturan hukum mana yang berlaku.
d. Risiko mengikuti prinsip reservasi kepemilikan. Adakalanya ditentukan
dalam kontrak bahwa hak milik belum berpindah meskipun barang
sudah diserahkan.
e. Risiko mengikuti penyerahan benda. Jika benda sudah diserahkan, maka
risiko pun sudah harus berpindah. Misalnya, dapat dipilih model FOB
(free on board), CIF (Cost, Insurance and Freight) dan lain-lain.
B. METODE PEMBAYARAN
INTERNASIONAL
• Perkembangan metode pembayaran secara evolutif adalah sebagai
berikut :
 Mulai dari metode pembayaran barang ditukar dengan barang (barter)
 Metode pembayaran cash (barang ditukar langsung dengan uang)
 Metode pembayaran dengan cek (barang ditukar dengan cek)
 Metode pembayaran yang lebih mutakhir, seperti pembayaran lewat
letter of credit (L/C), kartu kredit, kartu debit dan sebagainya.
• Dalam hukum perdagangan internasional, apabila dilihat dari waktu
dilakukannya pembayaran, dikenal beberapa metode pembayaran
sebagai berikut :
1. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu
suatu sistem pembayaran dimana pihak penjual (eksportir) baru
akan mengirim barang dagangannya setelah menerima pengiriman
harga barang.
2. Metode Pembayaran Secara Open Account
adalah kebalikan dari metode pembayaran terlebih dahulu. Harga baru
dibayar oleh pembeli setelah harga diterima oleh penjual.
3. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi
Harga barang baru dibayar pada saat barang tersebut telah dijual lagi
oleh pembeli kepada pihak ketiga dan harga sudah dilunasi oleh pihak
ketiga tersebut kepada pihak pembeli.
4. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection
dilakukan dengan menggunakan dokumen Bills of Exchange. Yakni
harga barang segera harus dibayar setelah shipping documents
tersebut, dimana tanpa shipping documents, pihak importir tidak
dapat mengambil barang tersebut.
5. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit
Bahwa pembayaran dilakukan dengan memakai dokumen Letter Of
Credit (L/C). Dalam hal ini pembayaran dilakukan tanpa menunggu
tibanya barang atau tibanya dokumen. Akan tetapi, dibayar pada saat
pihak pembeli telah membuka letter of credit di suatu bank dan bank
tersebut meneruskannya kepada bank koresponden. Maka pada saat
tersebut barang sudah dapat dikirim.
C. SAAT PENYERAHAN BENDA DAN
PENYERAHAN KEPEMILIKAN
• Oleh International Chamber of Commerce telah mengatur berbagai
kemungkinannya, yang kemudian dikenal dengan istilah INCOTERMS.
• Dalam INCOTERMS tersebut terdapat istilah-istilah sebagai berikut :
1. Ex Work (Diikuti Dengan Nama Tempat) Disingkat EXW
Dalam hal ini pihak pengirim/penjual barang bertanggung jawab hanya
sampai di tempat pengirimnya sendiri. Penjual tidak bertanggung jawab
terhadap loading ke atas kendaraan dan clearing untuk diekspor juga
tanggung jawab pembeli.
2. Free Carrier (Diikuti Nama Tempat) Disingkat FCA
Dalam hal ini pihak penjual tidak lagi bertanggung jawab setelah barng
diserahkan dan setelah dilakukan clearing untuk diekspor sampai ke
tempat tertentu yang ditentukan oleh pembeli.
3. Free Alongside Ship (Diikuti Nama Pelabuhan Muat) Disingkat FAS
Dalam hal ini pihak penjual hanya bertanggungjawab sampai dengan
barang tiba di kapal, tetapi mulai dari memuatnya ke dalam kapal sudah
menjadi tanggungjawab pembeli
4. Free on Board (Diikuti Nama Pelabuhan Muat) Disingkat FOB
Dalam hal ini pihak penjual hanya bertanggung jawab sampai barang
tersebut dimuat dalam kapal. Tepatnya penjual bertanggungjawab
hanya setelah barang tersebut melewati ship’s rail di pelabuhan yang
bersangkutan.
5. Cost and Freight (Diikuti Nama Pelabuhan Bongkar) Disingkat CFR
atau C&F
Dalam hal ini pihak penjual hanya bertanggung jawab terhadap cost
dan
Freight saja. Sementara pihak pembeli bertanggung jawab terhadap
risiko
dan biaya-biaya lainnya.
6. Cost, Insurance & Freight (Diikuti Nama Pelabuhan Bongkar)
Disingkat CIF
Tanggung jawab pihak penjual sama seperti dalam C&F tersebut di
atas, ditambah dengan kewajiban pihak penjual untuk
mengasuransikan barang tersebut terhadap hilang atau rusak.
7. Carriage Paid To (Diikuti Nama Tempat Tujuan) Disingkat CPT
Dalam hal ini pihak penjual bertanggung jawab terhadap freight
pengiriman sampai ke tempat tujuan, sementara pihak pembeli
bertanggung jawab terhadap risiko rusak atau hilangnya barang.
8. Carriage and Insurance Paid To (Diikuti Nama Tempat Tujuan)
Disingkat CIP
Tanggung jawab sama dengan tanggung jawab dalam hal CPT
tersebut di atas, ditambah dengan kewajiban penjual untyuk
mengasuransikan barang dan membayar premi asuransi.
9. Delivered at Frontier (Diikuti Nama Tempat Tujuan) Disingkat DAF
Pihak penjual bertanggung jawab sampai barang di tempat tujuan,
tetapi sebelum sampai ke customs boarder dan negara tempat tujuan.
10. Delivered Ex Ship (Diikuti Nama Tempat Tujuan) Disingkat DES
Dalam hal ini pihak penjual betanggung jawab sampai ke pelabuhan
tempat tujuan, tetapi tidak bertanggung jawab terhadap clearing
barang impor
11. Delivered Ex Quay (Duty Paid) (Diikuti Nama Pelabuhan Bongkar)
Disingkat DEQ
Dalam hal ini tanggung jawabnya sama dengan dalam sistem DES
ditambah kewajiban pihak penjual terhadap cost dan risk yang
mungkin timbul dalam hal clearing barang impor dan customs
formalities.
12. Delivery Duty Unpaid (Diikuti Nama Tempat Tujuan) Disingkat DDU
Dalam hal ini pihak penjual bertanggungjawab sampai ke tempat
tujuan. Jadi, dia bertanggung jawab terhadap semua cost dan risk
dalam hal mengangkut barang, tetapi tidak termasuk clearing barang
impor, custom, formalities dan lain-lain.
13. Delivered Duty Paid (Diikuti Nama Tempat Tujuan) Disingkat DDP
Dalam hal ini penjual bertanggung jawab sampai ke tempat tujuan,
dimana dia harus bertanggung jawab terhadap semua cost dan risk,
termasuk pajak, duties, clearing barang impor, custom formalities,
dan lain-lain.
14. Free on Truck Disingkat FOT
Dalam hal ini, pihak penjual bertanggung jawab sampai dengan
barang dimuat dalam truk.
15. Free on Rail Disingkat FOR
Dalam hal ini, pihak penjual bertangung jawab sampai dengan
barang dimuat dalam kereta api.
16. Free In Clause
Dalam hal ini pihak penjual bertanggung jawab terhadap
pembayaran biaya muat/bongkar.
17. Free Out Clause
Dalam hal ini biaya muat/bongkar ditanggung oleh pihak pembeli.
D. LETTER OF CREDIT
1. Pengertian dan dasar hukum L/C
Terhadap istilah Letter of Credit (L/C) ini, sering juga disebut
dengan Documentary Credit (Kredit Berdokumen).
L/C adalah suatu kontrak, dengan mana suatu bank (issuing bank)
bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah
(pemohon L/C) yang biasanya berkedudukan sebagai importir untuk
melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor atau pihak ketiga
(beneficiary) atau membayar atau mengaksep wesel-wesel yang
ditarik oleh beneficiary,atau memberi kuasa kepada bank lain untuk
melakukan pembayaran, atau untuk mengaksep atau mengambil
alih (negoisasi) wesel-wesel tersebut, atas dasar penyerahan
dokumen tertentu yang sebelumnya telah ditentukan, asalkan sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
 Dasar hukum dari suatu L/C adalah :
1. klausula dalam kontrak jual beli yang menundukkan diri kepada
Uniform
Customs and Practices for Documentary Credit (UCP).
2. Hukum setempat (di Indonesia termasuk peraturan di bidang
perbankan)
3. Kebiasaan dalam perdagangan (trade usages)
 Unsur-unsur yuridis dari penerbitan suatu L/C adalah sebagai berikut :
a. Adanya kontrak jual beli
b. Atau dipakai surat pesanan, proforma invoice, atau confirmation of sale
jika kontrak jual beli tersebut tidak ada.
c. Menyediakan sejumlah dana yang harus disetor kepada bank sesuai
peraturan dan ketentuan perbankan yang berlaku.
• Proses penerbitan L/C adalah sebagai berikut :
a. Kontrak jual beli dilakukan, dalam kontrak manaditentukan bahwa
pihak pembeli wajib membuka L/C
b. Pihak pembeli mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa (bank
penerbit) untuk kepentingan pihak penjual
c. Bank penerbit mengirim surat L/C kepada penjual melalui bank
koresponden
d. Bank koresponden/ advising bank memberi tahu penjual bahwa
kepadanya L/C telah diterbitkan
e. Setelah penjual menerima surat L/C, maka dia mengirim barangnya
kepada pembeli
f. Oleh penjual, dokumen asli diserahkan kepada advising bank, dan
duplikatnya dikirim kepada pembeli
g. Dilakukan pembayaran oleh advising bank setelah meneliti kelengkapan
dokumen
h. Dokumen yang telah diterima oleh advising bank dikirim ke issuing
bank
i. Setelah menerima dokumen-dokumen, isuuing bank membayar
kepada advising bank.
j. Pembuka kredit (pembeli) membayar kewajibannya kepada issuing
bank
setelah dinotifikasi oleh issuing bank bahwa dokumen telah datang.
k. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit,
berdasarkan
dokumen-dokumen mana barang-barang dapat diminta dari
pengangkut
2. Para Pihak dalam L/C
Adapun yang merupakan para pihak dalam suatu L/C adalah sebagai berikut :
a. Pihak Pembeli
Pihak pembeli adalah pihak importir yang membeli barang dan membuka L/C.
b. Pihak Penjual
Pihak penjual adlah pihak eksportir terhadapnya L/C dibuka
c. Pihak pembuka L/C
Bank pembuka L/C atau yang disebut dengan issuing bank adalah bank yang
membuka L/C setelah dimintakan oleh pihak pembeli.
d. Pihak Penerus L/C
Bank penerus L/C adalah bank yang dimintakan oleh bank pembuka L/C untuk
meneruskan L/C dan membayarkan kepada pihak penjual. Bank penerus L/C ini
disebut juga dngan Conforming Bank, Correspondet Bank, Advising Bank,
Paying Bank, atau Negotiating Bank
3. Jenis-jenis L/C
L/C banyak jenisnya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Revocable L/C
Umumnya L/C tidak dapat dibatalkan (irrevocable) kecuali dengan
persetujuan kedua belaj pihak. Akan tetapi, ada jenis L/C yang dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa membutuhkan persetujuan pihak
lainnya, yaitu yang disebut dengan revocable L/C
b. Sight L/C
Usance L/C adalah L/C yang dibayar oleh advising bank pada saat wesel-
wesel dan dokumen-dokumen lain diajukan oleh eksportir. Yang
kemudian menjadi tanggung gugat adalah pihak atas nama siapa wesel
tersebut diterbitkan, yaitu advising bank, opening bank, bank ketiga,
atau pihak pembeli.
Sebaliknya, jika L/C tersebut baru dapat dibayar bukan pada saat diserahkan
dokumen, melainkan pada saat jatuh tempo wesel disebut dengan sight L/C

c. Open/Clean L/C
Biasanya L/C dibayar dengan menunjukkan dokumen tertentu
(documentary L/C). Akan teapi, adakalanya L/C dapat dibayar tanpa perlu
menunjukkan dokumen tertentu, seperti L/C untuk pembayaran rutin
yang jumlah uangnya kecil-kecil. L/C seperti ini disebut dengan
open/clean L/C
d. Restricted/Straight L/C
Adakalanya ada klausula yang menyebutkan bahwa suatu L/C hanya
dapat dinegosiasi oleh bank tertentu saja. L/C seperti itu disebut dengan
restricted/straight L/C. Jika L/C yang telah diteruskan oleh advising bank
kemudian bank-bank lain dapat menegosiasikannya disebut dengan
general L/C
e. Non-Transferable L/C
Apabila secara khusus ada klausula yang menyatakan bahwa L/C dapat
dialihkan kepada pihak lain, maka L/C yang demikian disebut dengan
Transferable L/C atau assignable L/C ataupun Divisible L/C. Akan
tetapi, apabila tidak ada penyebutan seperti itu, disebut dengan Non
Transferable L/C.
f. Aflopend dan Revolving L/C
Aflopend L/C adalah L/C yang apabila tidak digunakan dalam batas
waktu tertentu, L/C tersebut tidak dapat digunakan lagi. Jika L/C
tersebut masih juga ingin digunakan, L/C tersebut harus
diperpanjang lebih dahulu atau dibuka L/C baru.
Revolving L/C adalah L/C yang berjangka waktu cukup lama, dimana
dalam jangka wkatu tersebut dapat diperkenankan menarik beberapa
wesel, karena memang ada beberapa transaksi.
g. Back to Back L/C
Disebut juga dengan istilah Counter L/C. Dalam hal ini dikelaurkan
L/C dimana negotiating/advising bank bukan langsung membayar
L/C, melainkan membuka L/C baru (misalnya dengan terms dan
conditions yang berbeda) untuk kepentingan pihak ketiga. L/C
seperti ini diterbitkan misalnya jika pihak pembeli hanya sebagai
perantara/komisi saja.
h. Red Clause L/C
Disebut juga dengan istilah anyicipatory L/C. Pada L/C seperti ini
dituliskan dengan tinta merah suatu klausula (red clause) yang
menyatakan bahwa sebagian uang dalam L/C dapat dibayar
meskipun dokumen belum diberikan. Pembayaran tersebut sering
dimaksudkan dengan advance payment dari jual beli yang
bersangkutan.
i. Transit L/C
L/C yang proses penerbitannya dilakukan sebagai berikut : Issuing
bank di negara X membuka L/C atas permintaan aplicant di negara Y
melalui banknya di negara Y untuk dibayar kepadabeneficiary di
negara Z. Jadi, ada 3 (tiga) bank di 3 (tiga negara) yang terlibat L/C
seperti ini diterbitkan misalnya bank applicant kurang dikenal atau
tidak acceptable oleh pihak penjual, sehingga dibutuhkan bank di
negara lain yang lebih terkenal dan terpercaya.
j. Travellers L/C
Berguna bagi orang yang bepergian, yang membawa L/C sebagai
ganti membawa uang. Dalam hal ini di negara sal dimintakan suatu
bank untuk menerbitkan L/C, sedangkan advising bank adalah di
negara-negara tempat tujuan perjalanan.
k. Stand by L/C
Stand by L/C berfungsi sama dengan garansi, yakni L/C yang dapat
dipergunakan untuk menjamin jika ada wanprestasi ats suatu kontrak.

4. Prinsip-Prinsip Yuridis dari L/C


a. Hukum terhadap L/C adalah hukum tentang dokumen, bukan hukum
tentang barang atau jasa.Karena bank harus telah membayar sebelum
barang datang, maka bank hanya dapat berpegang pada dokumen semata-
mata. Konsekuensinya bahwa antara L/C dengan kontrak jual beli berdiri
independen, bukan assessoir dari yang 1 (satu) terhadap yang lainnya.
Sehingga dalam hal ini, jika yang satu (1) tidak sah, tidak berarti yang
lainnya juga tidak sah. Akan tetapi, prinsip independensi ini ada
kekecualiannya, yaitu apa yang dikenal dengan “fraud exeption”. Yaitu jika
terjadi penipuan (fraud) dalam kontrak jual beli, maka L/C tidak dapat
dibenarkan, meskipun dokumen-dokumen L/C lengkap dan sempurna.
b. Bank berkewajiban untuk memeriksa seluruh dokumen dengan
tingkat kepedualian yang wajar (reasonable care)
c. Terhadap L/C yang memerlukan dokumen, maka doktrin substantif
performance tidak berlaku. Yang berlaku adalah doktrin strict
compliance. Yakni para pihak harus memenuhi dokumen secara strict
seperti yang tertulis dalam “the four corner” dan dokumen-dokumen
yang ada. Meskipun begitu, ada penyimpangan-penyimpangan yang
bersifat marginal terhadap doktrin strict compliance dapat
dibenarkan. Penyimpangan tersebut misalnya dengan
memberlakukan asas “merchantile custome”, “usage”, “the equivalence
universally understood”, dan lain-lain.
d. Bank dapat menerima dokumen dalam sistem informasi modern,
seperti facsimile, telex, carbon copy, dan sebagainya
e. Berlaku prinsip silence is consent. Maksudnya adalah bahwa kepada
bank diberikan waktu yang pantas (reasonable time) untuk
memutuskan apakah menerima atau menolak dokumen tersebut.
Apabila dalam waktu yang pantas tersebut bank diam saja, dianggap
bank menerima dokumen tersebut.
f. Berlaku Homeword Trend. Maksudnya bila tidak diatur dalam
peraturan internasional (UCP) dan terdapat perbedaan antara
hukum di negara issuing bank dengan hukum di negara advising
bank, maka yang berlaku adalah hukum di negara issuing bank. Akan
tetapi terjadi perkembangan dalam praktek yang menginginkan
berlakunya hukum di negara advising bank (lex loci contractus)
E. IMBAL BELI INTERNASIONAL
 Transaksi imbal beli disebut juga dengan istilah “barter”, “counter
purchase”, atau “counter trade” adalah suatu jenis transaksi dagang
dimana sebuah perusahaan mengekspor barang tertentu ke suatu
negara dengan persayaratan bahwa dia juga harus mengimpor barang-
barang lain dari negara tersebut sebagai imbalannya.
 Motif mengapa dilakukan suatu transaksi secara imbal beli adalah
sebagai berikut :
1. Ada negara yang tidak mempunyai punya cukup devisa untuk
melakukan pembayaran atas jual beli suatu produk.
2. Terkadang devisa cukup tersedia,tetapi lebih diprioritaskan untuk
bidang-bidang lain.
3. Kesempatan bagi negara pembeli untuk menggenjot ekspornya.
 Dasar hukum dari suatu kontrak imbal beli adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan Umum tentang Kontrak dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata
2. Ketentuan KUH Perdata tentang Jual Beli
3. Ketentuan KUH Perdata tentang tukar menukar
4. Kebiasaan dalam perdagangan internsional
5. Hukum Perdata Internasional
6. International Convention
7. Hukum internal lainnya, seperti hukum tentang Ekspor-Impor, L/C
Moneter, Perbankan, dan lain-lain
 Secara yuridis, ada berbagai jenis transaksi dengan cara imbal beli ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Commercial Counter Trade
Sebagai suatu imbal beli dimana suatu negara setuju menjual
produknya ke negara lain dan sebagai imbalannya negara lain
tersebut setuju untuk membeli barang tertentu dari mitra dagangnya
itu. Counter trade seperti ini biasanya mengambil model tukar
langsung (barter).

2. Industrial Counter Trade


Sebuah negara industri menjual peralatan canggih kepada negara
lain dengan imbalan negara tersebut membeli produk yang
dihasilkan oleh industri tersebut.
3. Counter Purchase
sebuah perusahaan swasta di suatu negara menjual suatu produk ke
perusahaan di negara lain dengan imbalan dimana dia juga harus membeli
produk tertentu lainnya dari negara lain tersebut.

4. Compensation/Buy Back
Compensation termasuk salah satu model imbal beli komersil, adalah
sebagai suatu imbal beli dengan mana suatu negara setuju menjual
produknya ke nega lain dan sebagai imbalannya negara lain tersebut
setuju untuk membeli barang tertentu dari mitra dagangnya itu.

5. Barter
Suatu model imbal beli yang paling sederhana dimana yang terjadi
adalah semacam tukar lepas.Dalam hal ini suatu benda dari 1 (satu)
negara dipertukarkan dengan benda dari nega lain secara langsung tanpa
perlu mengaitkan dengan harga tertentu.
6. Perjanjian Swap
Swap merupakan transaksi antara 3 (tiga) pihak atau lebih dimana untuk
menghemat ongkos-ongkos, dilakukan pertukaran pengiriman barang.

7. Perjanjian Clearing
adalah perjanjian antara 2 (dua) negara dengan mana masing-masing
negara saling membeli produk yang berbeda sampai jumlah tertentu
dalam waktu tertentu. Untuk dapat terlaksana maksud tersebut
dibukalah clearing account atau yang disebut juga dengan evidence
account.

8. Switch Trading
Jika salah satu pihak tidak dapag membeli seperti yang diperjanjikan,
maka timbullah angka kredit pada clearing account. Akan tetapi, dengan
switch trading, pihak yang tidak dapat memenuhi prestasinya dapat
menunjuk pihak ketiga untuk mensubtitusinya (biasanya dengan suatu
harga discount khusus)
9. Transaksi Offset
Merupakan bentuk kombinasi antara kewajiban menyuplai barang ke
negara lain berdasarkan suatu kontrak, tetapi di lain pihak ada kewajiban
untuk membeli barang-barang spareparts atau barang-barang lain dari
negara yang disuplai tersebut.

10. Program Import Entitlement


Merupakan program yang berlandaskan kepada pembelian paralel.
Dalam hal ini bagi pihak yang menjual barang ke negara tertentu akan
diberikan “perlakuan khusus” seandainya dia juga dapat membeli barang
tertentu dengan nilai yang sama dari negara tersebut.

11. Perjanjian Framework


Dibuat suatu kontrak jangka panjang, dimana dilakukan pertukaran
ekspor secara rutin berdasarkan “on going” basis. Dlam hal ini
kekurangan atau kelebihan pasokan dari negara tersebut akan dihitung
dengan menggunakan escrow, maka kontrak framework dilakukan
berdasarkan on going basis secara rutin untuk jangka waktu tertentu.
12. Imbas Beli Proactive
Disebut juga dengan imbal beli yang progresif adalah pihak pemasok
barang ke-1 (kesatu) negara sebelum memasok barangnya justru terlebih
dahulu membeli barang-barang tertentu dari negara tujuan tersebut.
Setelah dia membeli barang tersebut, hak untuk memasok bila perlu
dapat dijualnya kepada orang lain dengan pembayaran fee tertentu.

13. Reverse Countertrade


Reverse countertrade sering juga disebut dengan positive counter trade
adalah bahwa pihak yang akan melakukan transaksi dengan negara lain
justru lebih senang melakukan deal secara imbal beli daripada deal tunai
(dengan hard currency) agar terjamin cukup tersedianya supply bahan-
bahan tertentu yang akan under supply di masa tertentu.
F. WORLD TRADE ORGANIZATION
1. Pengertian dan Latar Belakang General Agreement on Tariffs
and Trade (GATT) DAN World Trade Organization (WTO)
World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi kelanjutan
dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang dibentuk pada tahun
1947 dan mulai beroperasi pada tahun 1948 merupakan suatu sistem,
suatu forum, dan suatu lembaga internasional di bidang
perdagangan, yang berwujud suatu kontrak atau traktat antara para
pihak peserta kontrak, untuk mematuhi aturan main yang telah
disepakati bersama dalam bidang perdagangan internasional.
 General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) memiliki beberapa sistem
dan forum sebagai berikut :
a. Sistem Yuridis
Dalam hal ini akan berfungsi sebagai pembuat aturan main (rule
making)
b. Forum Negosiasi
berfungsi sebagai pelaksana negoisasi putaran perundingan, dengan
sasaran untuk mencapai pengembangan terhadap perjanjian
multilateral, tariff dan nontariff, dan sebagainya.
c. Forum Pengambilan Keputusan
Forum ini berfungsi sebagai pengendali arah General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT) sebagai suatu sistem.
d. Sistem Penyelesaian Sengketa
adalah untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dengan mekanisme
yang baik dan adil.
e. Sistem Organisasi Internasional
Berfungsi untuk mengarahkan operasi General Agreement of Tariffs
and Trade (GATT) secara terpadu.

 General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) telah melakukan


beberapa putaran perundingan yaitu sebagai berikut :
a. General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) Conference (1947)
dengan peserta 23 (dua puluh tiga) negara.
b. Perundingan Annecy (1949) dengan peserta 33 (tiga puluh tiga)
negara.
c. Perundingan Torquay (1950-1951) dengan peserta 38 (tiga puluh
delapan) negara
d. Perundingan Genewa (1955-1956), dengan peserta 26 (dua puluh
enam) negara
e. Dillon Round (1960-1961) dengan peserta 62 (enam puluh dua)
negara
f. Kennedy Round (1964-1967) dengan peserta 102 (seratus dua) negara.
g. Tokyo Round (1973-1979) dengan peserta 117 (seratus tujuh belas)
negara.
h. Uruguay Round (1986-1994), dengan peserta lebih dari 100 (seratus)
negara yang berakhir tanggal 15 April 1994 di Marakesh (Maroko)

 Dengan berdirinya World Trade Organization (WTO) sejak 1 Januari


1995, maka dunia mulai memiliki sebuah organisasi berbentuk badan
hukum yang disebut dengan World Trade Organization (WTO).
World Trade Organization (WTO) sendiri merupakan hasil
kesepakatan terpenting dalam Putaran Uruguay (1986-1994)
 WTO memiliki beberapa organ sebagai berikut :
a. Ministerial Conference
b. General Council
c. Council for Trade in Goods
d. Council for Trade in Services
e. Council for Trade-Related Aspects of Intelectual Property Rights
(TRIPS)

• Struktur organisasi dari WTO adalah sebagai berikut :


a. Contracting parties
b. Council of Representatives
c. Committees
d. Working parties
2. Prinsip-prinsip Utama
GATT melandaskan pengaturannya pada beberapa prinsip utama
sebagai berikut :
a. Prinsip nondiskriminasi
b. Prinsip national treatment
c. Prinsip penghapusan hambatan dalam bentuk transaksi kuantitatif
d. Prinsip resiprositas
e. Prinsip waiver dan pembatasan darurat terhadap impor
f. Prinsip persaingan yang adil
g. Prinsip kekecualian untuk perjanjian perdagangan regional
h. Prinsip safeguard
i. Prinsip special and differential treatment
3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Lewat WTO
Yaitu yang tertuang dalam perjanjian-perjanjian sebagai berikut :
a. Agreement Establisihing the World Trade Organization
b. Multilateral Trade Agreement in Goods (Annex 1A dari Agreement
Establishing World Trade Organization (WTO) tersebut).
c. General Agreement on Trade in Services (Annex 1B)
d. Agreement on Trade-Related Aspects of Intelectual Property Rights
(Annex 1C)
e. Understanding on Rules of Procedures Governing the Settlement of
Disputes (Annex 2)
f. Agreement on Trade in Civil Aircraft (Annex 4)
g. Agreement on Government Procurement (Annex 4)
h. International Dairy Agreement (Annex 4)
i. International Bovine Meat Agreement (Annex 4)
 Penyelesaian sengketa oleh WTO ini dilakukan oleh suatu badan yang
disebut dengan Dispute Settlement Body. Penyelesaian sengketa
dilakukan dengan memakai akternatif sebagai berikut :
a. Konsultasi
b. Good Offices
c. Konsiliasi
d. Mediasi
e. Arbitrasi
f. Panel
 Apabila ada pihak yang tidak menerima putusan panel tersebut, dapat
mengajukan banding ke suatu badan yang disebut dengan Appellate
Body, yang akan memeriksa perkara pada tingkat banding dengan
prosedur khusus yang cukup ketat.

Anda mungkin juga menyukai