Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN 12:

BISNIS INTERNASIONAL-WTO

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian jual beli
internasional, metode pembayaran internasional, Saat penyerahan benda dan
penyerahan kepemilikan, Letter of credit (L/C), imbal beli internasional dan
WTOAnda harus mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian tentang jual beli internasional.
1.2 Menjelaskan Letter of Creddit (L/C).
1.3 Menjelaskan World Trade Organization (WTO).

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengidentifikasi konsep pengertian tentang jual beli
internasional.

JUAL BELIINTERNASIONAL
1. Pengertian Jual Beli Internasional
Apabila dalam suatu bisnis melibatkan para pihak lebih dari satu
negara, maka bisnis yang demikian disebut dengan bisnis
internasional.Prinsipnya jual beli Internasional merupakan jual beli biasa,
sehingga aturan hukum tentang jual beli biasa pada prinsipnya berlaku
terhadap jual beli internasional.Hukum tentang jual beli internasional akan
berjalan berbarengan dengan hukum tentang eksporimpor.
2. Benturan-benturan Hukum dalam Jual Beli Internasional
Pada umumnya ada dua negara yang terlibat dalam hal jual beli
internasional di mana hukum negara-negara tersebut saling berbeda satu sama
lain, maka benturan-benturan hukum antarnegara yang terlibat tidak dapat
dihindari. Hukum berusaha menyelesaikan benturan tersebut dengan cara-
cara sebagai berikut:

118
a. Dengan pembuatan konvensi-konvensi internasional
b. Penyelesaian lewat Hukum Perdata Internasional.
c. Penyelesaian lewat pengaturan para pihak dalam kontrak.
Pokok-pokok masalah yang sering timbul dalam jual beli internasional
berhubung dengan berbedanya hukum di antara negara dari pihak pembeli
dengan negara dari pihak penjual adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan Hukum Negosiasi
Ada negara yang menganut prinsip bahwa negosiasi tidak
mengikat sama sekali atau paling jauh baru mengikat secara moral,
belum secara hukum. Ikatan hukum baru ada setelah ditandatangani
kontrak.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia yaitu Pasal
1320 menganut prinsip seperti ini.
b. Akseptasi yang berbeda dengan Tawaran
Pada tahap-tahap awal dari suatu kontrak, salah satu pihak
melakukan penawaran (offer) dan pihak lain melakukan penerimaan
(acceptance) terhadap penawaran tersebut. karena berbagai alasan, sering
terjadi apa yang ditawarkan ternyata tidak persis sama dengan
penerimaan tawaran. Hukum Indonesia menganut prinsip bahwa jika ada
perbedaan antara penawaran dengan penerimaan tawaran, maka kata
sepakat belum terbentuk, sehingga kontrak dianggap tidak ada.
c. Pembatalan Suatu Tawaran
Jika sudah dilakukan suatu tawaran, misalnya tawaran untuk
menjual dari penjual, ada negara yang menganggap tawaran tersebut bisa
dibatalkan sebelum penerimaan tawaran dilakukan oleh pihaklawan,
dengan alasan bahwa tawaran tersebut masih merupakan perbuatan
sepihak yang dapat dibatalkan pula secara sepihak.
d. Perlu Tidaknya Suatu Consideration
Suatu consideration merupakan prestasi dari pihak lawan sebagai
akibat adanya prestasi dari pihak yang melakukan penawaran
kontrak.Jika dalam hal jual beli dimana pihak yang melakukan tawaran
adalah pihak penjual, maka yang merupakan consideration adalah harga
barang yang harus dibayar oleh pihak pembeli.

119
e. Keharusan Kontrak Tertulis
Indonesia tidak mengharuskan kontrak jual beli dilakukan secara
tertulis.Ada negara yang berlaku prinsip Statute of Fraud, yaitu bahwa
kontrak tertentu harus dilakukan secara tertulis, seperti jual beli dengan
harga diatas harga tertentu.
f. Waktu dianggap Tercapainya Kata Sepakat
Ada negara yang hukumnya menyatakan bahwa kata sepakat
terjadi pada saat dikirimnya penerimaan tawaran.Ada juga yang
mengatakan pada saat diterimanya oleh pihak penawar pengiriman
penerimaan tawaran.Dan ada juga yang menyatakan pada saat pihak
penawar mengetahuinya secara nyata (actual knolege) bahwa tawarannya
sudah diterima oleh pihak lawan dan masih banyak lagi teori yang lain.
3. Dasar Hukum terhadap Jual Beli Internasional
Dasar Hukum terhadap suatu kontrak jual beli internasional adalah
sebagai berikut :
a. Ketentuan dalam kontrak tersebut, berdasarkan prinsip kebebasan
berkontrak
b. Ketentuan dalam Undang-Undang tentang Hukum Kontrak (nasional)
c. Kebiasaan bisnis (trade usage)
d. Yurisprudensi
e. Kaidah Hukum Perdata Internasional
f. Konvensi-Konvensi internasional, seperti United Nations Convention on
Contracts for the International Sale.
4. Pengaturan Risiko dalam Jual Beli Internasional
Untuk pengaturan risiko dalam jual beli internasional, hukum
memberikan jalan yuridis sebagai berikut :
a. Risiko dapat diatur sendiri dalam kontrak yang bersangkutan
b. Risiko mengikuti kepemilikan. Apabila hak milik sudah berpindah
kepada penjual, maka risiko pun pindah kepada penjual.
c. Risiko mengikuti pengaturan hukum mana yang berlaku. Hukum negara
mana yang berlaku, maka dilihat bagaimana pengaturan risiko dalam
hukum negara tersebut.

120
d. Risiko mengikuti prinsip reservasi kepemilikan. Adakalanya ditentukan
dalam kontrak bahwa hak milik belum berpindah meskipun barang sudah
diserahkan, misalnya karena harga belum dibayar lunas. Karena itu adil
jika ditentukan dalam kontrak bahwa risiko pun mestinya belum
berpindah ke pihak pembeli.
e. Risiko mengikuti penyerahan benda. Jika benda sudah diserahkan, maka
risiko pun sudah harus berpindah.

METODE PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Dalam dunia bisnis dan hukum, ada perkembagan secara evolutif terhadap
metode pembayaran terhadap suatu transaksi.Perkembangan metode pembayaran
secara evolutif adalah sebagai berikut :
1. Metode pembayaran barang ditukar dengan barang (barter)
2. Motode pembayaran Cash (barang ditukar langsung dengan uang)
3. Metode pembayaran dengan cek (barang diktukar dengan cek)
4. Metode pembayaran lewat letter of credit (L/C), kartu kredit, kartu debet, dan
sebagainya.
Dalam Hukum tentang Perdagangan Internasional, apabila dilihat dari
waktu dilakukannya pembayaran, dikenal beberapa metode pembayaran sebagai
berikut :
1. Metode pembayaran Terlebih Dahulu
Adalah suatu sistem pembayaran dimana pihak penjual (eksportir) baru akan
mengirim barang dagangsannya setelah menerima pengiriman harga barang.
2. Metode pembayaran secara Open Account
Adalah kebalikan dari metode pembayaran terlebih dahulu.Harga baru
dibayar oleh pembeli setelah harga diterima oleh penjual.
3. Metode pembayaran atas Dasar Konsinyasi
Pembayaran dilakukan lebih lama lagi.Sebab harga barang baru dibayar pada
saat barang tersebut telah dijual lagi oleh pembeli kepada pihak ketiga dan
harga sudah dilunasi oleh pihak ketiga tersebut kepada pihak pembeli.
4. Metode pembayaran secara Documentary Collection
Dilakukan dengan menggunakan dokumen Bills of Exchange, yaitu harga

121
barang segera harus dibayar setelah shipping documents tiba di banknya
importir.Pembayaran harga tersebut dipertukarkan dengan shipping
documents tersebut, dimana tanpa shipping documents, pihak importir tidak
dapat mengambil barang tersebut.
5. Metode pembayaran secara DocumentaryCredit
Adalah bahwa pembayaran dilakukan dengan memakai dokumen Letter of
Credit (L/C).Dalam hal ini pembayaran dilakukan tanpa menunggu tibanya
barang atau tibanya dokumen.Akan tetapi, dibayar pada saat pihak pembeli
telah membuka letter of credit di suatu bank dan bank tersebut
meneruskannya kepada bank koresponden.Maka pada saat tersebut barang
sudah dapat dikirim.

SAAT PENYERAHAN BENDA DAN PENYERAHAN KEPEMILIKAN


Tentang kapan saatnya dianggap penyerahan barang sehingga dianggap
juga saat penyerahan kepemilikan, dan peralihan risiko, oleh International
Chamber of Commerce telah mengatur berbagai kemungkinannya, yang kemudian
dikenal dengan istilah Incoterms. Incoterms ini perkenalkan pertama kali oleh
International Chamber of Commerce pada tahun 1936, yang kemudian diubah
tahun 1953, 1967, 1976, 1980, 1990 dan 2000.Dalam Incoterms tersebut terdapat
istilah-istilah sebagai berikut :
1. Ex Work (Diikuti dengan nama tempat) disingkat EXW
Pihak pengirim/ penjual barang bertanggung jawab hanya sampai di tempat
pengirimnya sendiri.Jadi penjual tidak bertanggung jawab terhadap loading
ke atas kendaraan dan clearing untuk diekspor juga tanggung jawab pembeli.
2. Free Carrier (Diikuti nama Tempat) disingkat FCA
Pihak penjual tidak lagi bertanggung jawab setelah barang diserahkan dan
setelah dilakukan clearing untuk diekspor sampai ke tempat tertentu yang
ditentukan oleh pembeli.
3. Free Alongside Ship (Diikuti nama Pelabuhan Muat) disingkat FAS
Pihak penjual hanya bertanggung jawab sampai dengan barang tiba di kapal,
tetapi mulai dari memuatnya ke dalam kapal sudah menjadi tanggung jawab
pembeli.

122
4. Free on Board (Diikuti nama Pelabuhan Muat) disingkat FOB
Pihak penjual hanya bertanggung jawab sampai barang tersebut dimuat dalam
kapal.Tepatnya penjual bertanggung jawab hanya setelah barang tersebut
melewati ship’s rail di pelabuhan yang bersangkutan.
5. Cost and Freight (Diikuti nama Pelabuhan Bongkar) disingkat CFR atau C&F
Pihak penjual hanya bertanggung jawab terhadap cost dan freight saja.
Sementara pihak pembeli bertanggung jawab terhadap risiko dan biaya-biaya
lainnya.
6. Cost Insurance & Freight (Diikuti nama Pelabuhan Bongkar) disingkat CIF
Dalam hal ini tanggung jawab penjual sama seperti dalam C&F tersebut di
atas, ditambah dengan kewajiban pihak penjual untuk mengasuransikan
barang tersebut terhadap hilang atau rusak.
7. Carriage Paid To (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat CPT Pihak penjual
bertanggung jawab terhadap freight pengiriman sampai ke tempat tujuan,
sementara pihak pembeli bertanggung jawab terhadap risiko, rusak atau
hilangnya barang.
8. Carriage and Insurance Paid To (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat CIP
Dalam hal ini tanggung jawab sama dengan tanggung jawab dalam hal CPT
tersebut diatas, ditambah dengan kewajiban penjual untuk mengasuransikan
barang dan membayar premi asuransi.
9. Delivered at Frontier (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat DAF
Pihak Penjual bertanggung jawab sampai barang di tempat tujuan, tetapi
sebelum sampai ke customs boarder dari negara tempat tujuan.10. Delivered
Ex Ship (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat DES Pihak Penjual
bertanggung jawab sampai ke pelabuhan tempat tujuan, tetapi tidak
bertanggung jawab terhadap clearing barang impor.
10. Delivered Ex Quay (Duty Paid)(Diikuti nama Pelabuhan Bongkar) disingkat
DEQ
Dalam hal ini tanggung jawabnya sama dengan dalam sistem DES, ditambah
kewajiban pihak penjual terhadap cost dan risk yang mungkin timbul dalam
hal clearing barang impor dan custom formalities.
11. Delivered Duty Unpaid (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat DDU

123
Pihak penjual bertanggung jawab sampai ke tempat tujuan.Jadi dia
bertanggung jawab terhadap semua cost dan risk dalam hal mengangkut
barang, tetapi tidak termasuk clearing barang impor, Custom, Formalities, dan
lain-lain.
12. Delivered Duty Paid (Diikuti nama Tempat Tujuan) disingkat DDP
Penjual bertanggung jawab sampai ke tempat tujuan, di mana ia harus
bertanggung jawab terhadap semua cost dan risk, termasuk pajak, duties,
clearing barang impor, custom formalities dan lain-lain.
13. Free on Truck disingkat FOT
Pihak penjual bertanggung jawab sampai dengan barang dimuat dalam truk.
14. Free on Rail disingkat FOR
Pihak penjual bertanggung jawab sampai dengan barang dimuat dalam kereta
api.
15. Free In Clause
Pihak penjual bertanggung jawab terhadap pembayaran biaya muat/ bongkat.
16. Free Out Clause
Dalam hal ini biaya muat/bongkar di tanggung oleh para pihak.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan Letter of Creddit (L/C).

LETTER OF CREDIT (L/C)


1. Pengertian dan dasar hukum L/C
Letter of Credit sering disebut juga dengan Documentary Credit
(kredit yang berdokumen).Letter of Credit (L/C) adalah suatu kontrak, dengan
mana suatu bank (issuing bank) bertindak atas permintaan dan perintah dari
seorang nasabah (pemohon L/C) yang biasanya berkedudukan sebagai
importir untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor atau pihak
ketiga (beneficiary) atau membayar atau mengaksep wesel-wesel yang ditarik
oleh beneficiary atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan
pembayaran atau untuk mengaksep atau mengambil alih (negosiasi) wesel-
wesel tersebut atas dasar penyerahan dokumen tertentu yang sebelumnya

124
telah ditentukan, asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Dasar hukum L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang
menundukkan diri kepada uniform Customs and Practices for Documentary
Credit (disingkat UCP), hukum setempat (Indonesia termasuk peraturan di
bidang perbankan), dan kebiasaan dalam perdagangan (trade
usages).Peraturan perbankan juga memberlakukan UCP tersebut dalam
praktek hukum di Indonesia, baik terhadap L/C Internasional maupun L/C
domestik.
International Chamber of Commerce (ICC) tahun 1933 telah
menyeragamkan L/C dengan terbentuknya Uniform Customs and Practices
for Documentary Credit (UCP). UCP hasil revisi tahun 1994 lazim disebut
dengan UCP 500.
Penerbitan L/C didasari atas suatu kontrak jual beli/ ekspor impor
yang disebutkan di dalamnya bahwa cara pembayarannya adalah dengan
penerbitan L/Coleh pihak pembeli.
Unsur-unsur yuridis dari penerbitan suatu L/C adalah sebagai berikut :
a. Adanya kontrak jual beli
b. Atau dipakai surat pesanan, proforma invoice , atau confirmation of sale,
jika kontrak jual beli tersebut tidak ada,
c. Menyediakan sejumlah dana yang harus disetor kepada bank sesuai
peraturan dan ketentuan perbankan yang berlaku.
Proses penerbitan L/C adalah sebagai berikut :
a. Kontrak jual beli dilakukan, dalam kontrak mana ditentukan bahwa pihak
pembeli wajib membuka L/C.
b. Pihak pembeli mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa (bank
penerbit) untuk kepentingan pihak penjual.
c. Bank penerbit mengirim surat L/C kepada penjual melalui bank
koresponden.
d. Bank koresponden/ advising bank memberitahu penjual bahwa
kepadanya L/C telah diterbitkan.
e. Setelah penjual menerima surat L/C, maka dia mengirim barangnya
kepada pembeli.

125
f. Oleh penjual, dokumen asli diserahkan kepada advising bank dan
duplikatnya dikirim kepada pembeli,
g. Dilakukan pembayaran oleh advising bank setelah meneliti kelengkapan
dokumen.
h. Dokumen yang telah diterima oleh advising bank dikirim ke issuing
bank.
i. Setelah menerima dokumen-dokumen, issuing bank membayar kepada
advising bank.
j. Pembuka kredit (pembeli) membayar kewajibannya kepada issuing bank
setelah dinotifikasi oleh issuing bank bahwa semua dokumen telah
datang.
k. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit berdasarkan
dokumen-dokumen mana barang-barang dapat diminta dari pengangkut.
2. Para Pihak dalam L/C
Para pihak dalam suatu L/C adalah sebagai berikut :
a. Pihak Pembeli adalah pihak importir yang membeli barang dan membuka
L/C
b. Pihak Penjual adalah pihak eksportir terhadapnya L/C dibuka.
c. Pihak Pembuka L/C. Bank pembuka L/C atau yang disebut dengan
issuing bank adalah bank yang membuka L/C setelah dimintakan oleh
pihak pembeli.
d. Pihak Penerus L/C. Bank Penerus L/C adalah bank yang dimintakan oleh
pihak bank pembuka L/C untuk meneruskan L/C dan membayarkan
kepada pihak penjual. Bank penerus L/C ini disebut juga dengan
Conforming Bank, Correspondent Bank, Advising Bank, Paying Bank
atau Negotiating Bank.
3. Jenis-Jenis L/C
a. Revocable L/C
Umumnya L/C tidak dapat dibatalkan (irrevocable) kecuali dengan
persetujuan kedua belah pihak.Akan tetapi, ada jenis L/C yang dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa membutuhkan persetujuan pihak
lainnya, yaitu yang disebut dengan revocable L/C.

126
b. Sight L/C
Usance L/C adalah L/C yang dibayar oleh advising bank pada saat wesel-
wesel dan dokumen-dokumen lain diajukan oleh eksportir.Yang
kemudian menjadi tanggung gugat adalah pihak atas nama siapa wesel
tersebut diterbitkan, yaitu advising bank, opening bank, bank ketiga atau
pihak pembeli. Sebaliknya jika L/C tersebut baru dapat dibayar bukan
pada saat diserahkan dokumen, melainkan pada saat jatuh tempo wesel,
disebut dengan Usance L/C.
c. Open/ Clean L/C
Biasanya L/C dibayar dengan menunjukkan dokumen tertentu
(documentary L/C).Akan tetapi, adakalnya L/C dapat dibayar tanpa perlu
menunjukkan dokumen tertentu, seperti L/C untuk pembayaran rutin
yang jumlah uangnya kecil-kecil.
d. Restricted/ Straight L/C
Adakalanya ada klausula yang menyebutkan bahwa suatu L/C hanya
dapat dinegosiasi oleh bank tertentu saja.L/C seperti itu disebut dengan
restricted/ straight L/C .Jika L/C yang telah diteruskan oleh advising
bank kemudian bak-bank lain dapat menegosiasikannya disebut dengan
general L/C.
e. Non-Transferable L/C
Apabila secara khusus ada klausula yang menyatakan bahwa L/C dapat
dialihkan kepada pihak lain, maka L/C yang demikian disebut dengan
transferable L/C atau assignable L/C ataupun Divisible L/C. Apabila
tidak ada penyebutan seperti itu disebut dengan Non-Transferable L/C.
f. Aflopend dan revolving L/C
Aflopend L/C adalah L/C yang apabila tidak digunakan dalam batas
waktu tertentu, L/C tersebut tidak dapat digunakan lagi.Jika L/C tersebut
masih juga ingin digunakan, L/C tersebut harus diperpanjang lebih
dahulu atau dibuka L/C baru.L/C yang berjangka waktu cukup lama,
dimana dalam jangka waktu tersebut dapat diperkenankan menarik
beberapa wesel, karena memang ada beberapa transaksi. L/C seperti ini
disebut dengan Revolving L/C.

127
g. Back to Back L/C
Back to back L/C disebut juga dengan istilah Counter L/C. Dalam hal ini
dikeluarkan L/C dimana negotiating/ advising bank bukan langsung
membayar L/C, melainkan membuka L/C baru (misalnya dengan terms
dan conitions yang berbeda) untuk kepentingan pihak ketiga. L/C seperti
ini diterbitkan misalnya jika pihak pembeli hanya sebagai perantara/
komisi saja.
h. Red Clause L/C
Red Claise L/C disebut juga dengan istilah Anticipatory L/C. Pada L/C
seperti ini dituliskan dengan tinta merah suatu klausula (red clause) yang
menyatakan bahwa sebagian uang dalam L/C dapat dibayar meskipun
dokumen belum diberikan, Pembayaran tersebut sering dimaksudkan
sebagai advance payment dari jual beli yang bersangkutan.
i. Transit L/C
Transit L/C adalah L/C yang proses penerbitannya dilakukan sebagai
berikut : Issuing bank di negara X membuka L/C atas permintaan
Aplicant di negara Y melalui banknya di negara Y untuk dibayar kepada
beneficiary di negara Z. Jadi ada tiga bank di tiga negara yang terlibat.
L/C seperti ini diterbitkan misalnya bank applicant kurang dikenal atau
tidak acceptable oleh pihak penjual, sehingga dibutuhkan bank di negara
lain yang lebih terkenal dan terpercaya.
j. Travellers L/C
Travellers L/C berguna bagi orang yang bepergian, yang membawa L/C
sebagai ganti membawa uang.
k. Stand By L/C
Stand By L/C berfungsi sama dengan garansi, yakni L/C yang dapat
dipergunakan untuk menjamin jika ada wanprestasi atas suatu kontrak.
L/C seperti ini tetap tidak dibayar-bayar (stand by) sampai terjadi suatu
tindakan tertentu, misalnya jika ada wanprestasi atas kontrak.
4. Prinsip-Prinsip Yuridis dari L/C
Terhadap suatu L/C berlaku prinsip-prinsip yuridis sebagai berikut :

128
a. Hukum terhadap L/C adalah hukum tentang dokumen, bukan hukum
tentang barang dan jasa. Karena bank harus telah membayar sebelum
barang datang, maka bank hanya dapat berpegang pada dokumen semata-
mata. Konsekunsinya bahwa antara L/C dengan kontrak jual beli berdiri
independen, bukan assessoir dan yang satu terhadap yang lainnya.
Sehingga dalam hal ini, jika yang satu tidak sah, tidak berarti yang
lainnya juga tidak sah.
b. Bank berkewajiban untuk memeriksa seluruh dokumen dengan tingkat
kepedulian yang wajar (reasonable care).
c. Terhadap L/C yang memerlukan dokumen, maka doktrin substantif
performance tidak berlaku. Yang berlaku adalah doktrin strict
compliance. Yakni para pihak harus memenuhi dokumen secara strict,
seperti yang tertulis dalam the four corner dari dokumendokumen yang
ada.
d. Bank dapat menerima dokumen dalam sistem informasi modern, seperti
facsimile, telex, carbon copy dan sebagainya.
e. Berlaku prinsip silence is consent. Maksunya adalah bahwa kepada bank
diberikan waktu yang pantas (reasonable time) untuk memutuskan
apakah menerima atau menolak dokumen tersebut. Apabila bank dalam
waktu yang pantas tersebut bank diam saja, dianggap bank menerima
dokumen tersebut.
f. Berlaku Homewor Trend. Maksudnya bila tidak diatur dalam peraturan
internasional (UCP) dan terdapat perbedaan antara hukum di negara
issuing bank dengan hukum di negara advising bank, maka yang berlaku
adalah hukum di negara issuing bank. Akan tetapi terjadi perkembangan
dalam praktek yang menginginkan berlakunya hukum di negara advising
bank (lex loci contractus)

IMBAL BELI INTERNASIONAL


Transaksi imbal beli disebut juga dengan istilah “barter”, “counter
purchase,” atau “Counter trade” adalah suatu jenis transaksi dagang dimana
sebuah perusahaan mengekpor barang tertentu ke suatu negara dengan persyaratan

129
bahwa dia juga harus mengimpor barang-barang lain dari negara tersebut sebagai
imbalannya.
Yang merupakan motif dilakukan suatu transaksi secara imbal beli adalah :
1. Ada negara yang tidak mempunyai cukup evisa untuk melakukan pembayaran
atas jual beli suatu produk.
2. Terkadang devisa cukup tersedia, tetapi lebih diprioritaskan untuk bidang-
bidang lain.
3. Kesempatan bagi negara pembeli untuk menggenjot ekspornya.
Dasar Hukum dari suatu kontrak imbal beli adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan Umum tentang kontrak dalam KUH Perdata
2. Ketentuan KUH Perdata tentang jual beli
3. Ketentuan KUH Perdata tentang Tukar-menukar
4. Kebiasaan dalam Perdagangan Internasional
5. Hukum Perdata Internasional
6. International Convention
7. Hukum Internal Lainnya, seperti hukum tantang ekspor-impor, L/C, moneter,
perbankan dan lain-lain.
Secara Yuridis, ada berbagai jenis transaksi dengan cara imbal beli ini,
yaitu: Commercial Counter Trade, Inustrial Counter Trae, Counter Purchase,
Compensation/ Buy back, Barter, perjanjian Swap, perjanjian Clearing, Switch
Trading, Transaksi Offset, Program import Entitlement, perjanjian Framework,
imbal balik pro active dan reverse Countertrade.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan World Trade Organization (WTO).

WORLD TRADE ORGANIZATION


1. Pengertian dan latar belakang general agreement on Tariffs and Trade
(GATT) dan Worl Tradde Organization (WTO)
World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi kelanjutan
dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT).GATT dibentuk
tahun1947 dan mulai beroperasi tahun 1948 merupakan suatu sistem, suatu

130
forum dan suatu lembaga internasional di bidang perdagangan, yang
berwujud suatu kontrak atau traktat antara para pihak peserta kontrak, untuk
mematuhi aturan main yang telah disepakati bersama dalam bidang
peragangan internasional.
GATT memiliki beberapa sistem dan forum, yaitu: Sistem Yuridis,
Forum negosiasi, Forum Pengambilan keputusan, Sistem penyelesaian
sengketa dan sistem Organisasi Internasional.
GATT telah melakukan beberapa putaran perundingan, yaitu: GATT
Conference 1947 dengan peserta 23 negara, Perundingan Annecy (1949)
peserta 33 negara, perundingan Torquay (1950-1951) peserta 38 negara,
Perundingan genewa (1955-1956) peserta 26 negara, Dillom Round (1960-
1961) peserta 62 negara, Kennedy Round (1964-1967) peserta 102 negara,
Tokyo Round (19731979) peserta 117 negara dan Uruguay Round (1986-
1994) dengan peserta lebih 100 negara.
World Trade Organization (WTO) berdiri sejak tanggal 1 Januari
1995, maka dunia mulai memiliki sebuah organisasi berbentuk badan hukum
yang disebut WTO yang merupakan hasil kesepakatan terpenting dalam
Putaran Uruguay (1986-1994)
Fungsi-fungsi WTO yang terpenting adalah untuk memperlancar
pelaksanaan, pengadministrasian dan peningkatan tujuan dari perjanjian
pembentukan WTO, sebagai forum negosiasi bagi anggota, forum
penyelesaian sengketa dan pelaksanaan peninjauan atas kebijakan
perdagangan.
WTO memiliki beberapa organ yaitu: Ministerial Conference, General
Council, Council for Trade in Goods, Council for Trade in Services dan
Council for Trade– Related aspects of intelectual property rights (TRIPS).
Sedangkan struktur organisasi dari WTO adalah : Contracting parties,
Council of Representative, Committees dan Working parties.
2. Prinsip-prinsip Utama
GATT melandaskan pengaturannya pada beberapa prinsip utama
yaitu: Prinsip nondiskriminasi, prinsip national treatment, prinsip
penghapusan hambatan dalam bentuk transaksi kuantitatif, prinsip

131
resiprositas, prinsip waiver dan pembatasan darurat terhadap impor, prinsip
persaingan yang adil, prinsip kekecualian untuk perjanjian perdagangan
regional, prinsip safeguard dan prinsip special and differential treatment.
3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa lewat World Trade Organization (WTO)
Penyelesaian sengketa dengan sistem WTO ini berpegang pada
prinsip-prinsip yang telah disepakati, yaitu yang tertuang dalam perjanjian-
perjanjian sebagai berikut :
a. Agreement Establishing the World Trade Organization
b. Multilateral Trade Agreement in Goods
c. General Agreement on Trade in Services
d. Agreement on Trade – Related Aspects of Intelectual Property Rights
e. Understanding on Rules of Procedures Governing the Settlement of
Disputes
f. Agreement on Trade in Civil Aircraft
g. Agreement on Government Procurement
h. International Dairy Agreement
i. International Bovine Meat Agreement
Penyelesaian sengketa oleh WTO ini dilakukan oleh suatu badan yang
disebut dengan Dispute Settlement Body.Penyelesaian sengketa dilakukan
dengan memakai alternatif yaitu: Konsultasi, Good Offices, Konsiliasi,
Mediasi, Arbitrasi dan Panel.
Apabila ada pihak yang tidak menerima putusan panel tersebut, dapat
mengajukan banding ke suatu badan yang di sebut dengan Appellate Body,
yang akan memeriksa perekara pada tingkat banding dengan prosedur khusus
yang cukup ketat.
Perlu juga disebutkan bahwa Indonesia pernah dibawa ke persidangan
WTO atas kasus Mobil Timor.Dimana Inonesia memberikan kemudahan-
kemuahan tertentu untuk PT Timor Putera Nasional dalam hal mengimpor
(dari korea) dan memproduksi mobil timor, yang tidak diberikan kepada
perusahaan/ negara lain. Dalam hal ini di WTO Indonesia keluar sebagai
pihak yang kalah perkara.

132
C. SOAL LATIHAN/ TUGAS
1. Apa yang Saudara ketahui dengan Jual Beli Internasional? Coba Saudara
jelaskan
2. Dalam hukum tentang perdagangan internasional, apabila dilihat dari
waktu dilakukannya pembayaran, dikenal beberapa metode pembayaran.
Coba Saudara jelaskan metode pembayaran secara open account
3. Apa yang dimaksud dengan L/C?, dan apa dasar hukum suatu L/C?,
Coba Saudara jelaskan
4. L/C banyak jenisnya, diantaranya adalah Revocable L/C dan Sight L/C.
Coba Saudara jelaskan
5. Coba Saudara jelaskan pengertian dan latar belakang WTO (World Trade
Organization)

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton, Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saliman, Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sutiyoso, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih, Mokhammad. 2012. Pengantar Hukum Indonesia.Malang: Setara
Press
Soekanto, Soerjono. 1991. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).2013.
Grahamedia Press

133

Anda mungkin juga menyukai