Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, perkembangan ekonomi di Indonesia telah tumbuh
dengan pesat. Banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang dan
menawarkan berbagai macam produk beserta bentuk jual belinya. Namun
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui produk-produk beserta
bentuk jual belinya yang ditawarkan oleh lembaga Keuangan yang berbasis
syariah tersebut. Salah satu bentuk jual beli dalam lembaga keuangan syariah
adalah murabahah.
Murabahah adalah transaksi jual beli dalam lembaga keuangan syariah
dimana transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Dalam
transaksi murabahah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli
berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut terkait
transaksi murabahah dalam lembaga keuangan syariah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas, masalah dalam


makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan transaksi murabahah?

2. Bagaimana alur transaksi murabahah?

3. Bagaimana dasar syari’ah atas transaksi murabahah?

4. Apa saja rukun dari transaksi murabahah?

5. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap transaksi murabahah?


6. Bagaimana penyajian transaksi murabahah dalam laporan
keuangan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dari itu tujuan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transaksi
murabahah.
2. Untuk mengetahui bagaimana alur transaksi murabahah.
3. Untuk mengetahui dasar syari’ah atas transaksi murabahah.
4. Untuk mengetahui apa saja rukun dari transaksi murabahah.

5. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi terhadap transaksi


murabahah.
6. Untuk mengetahui penyajian transaksi murabahah dalam laporan
keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Murabahah


Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar
biaya perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati antara
penjual dan pembeli. Penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli. Hal ini menunjukan transaksi murabahah tidak
harus dalam bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga
dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil
setelah menerima barang ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus
di kemudian hari.
Transaksi murabahah memiliki fleksibilitas dalam waktu
pembayarannya, namun dalam perbankan di Indonesia umumnya
menggunakan skema pembayaran dengan mencicil setelah menerima barang.
Harga barang dalam murabahah merupakan harga pokok yaitu harga
beli dikurangi diskon pembelian. Apabila diskon diberikan setelah akad,
maka diskon yang didapatkan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai
dengan kesepakatan mereka diawal akad. Diskon yang terkait dengan
pembelian barang, antara lain meliputi:
1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang.
2. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam bentuk
rangka pembelian barang.
3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan
pembelian barang.
2.2 Alur Transaksi Murabahah
Jenis-jenis transaksi murabahah yaitu akad murabahah dengan
pesanan dan akad murabahah tanpa pesanan. Pada akad murabahah ini,
transaksi jual beli terjadi setelah penjual membeli barang yang telah dipesan
oleh pembeli terlebih dahulu. Pesanan tersebut dapat bersifat mengikat
maupun tidak mengikat. Apabila mengikat, maka pembeli tidak dapat
membatalkan pesanan dan harus membayar barang yang telah dipesan. Serta
jika yang telah dibeli nilainya berkurang sebelum diberikan kepada pembeli,
tentu saja akan mengurangi akad dan penurunan nilai tersebut menjadi
tanggungan atau beban penjual. Sebaliknya jika tidak mengikat, pembeli tidak
wajib membayar atau dapat membatalkan barang yang telah dipesan oleh
penjual.
Pada akad murabahah tanpa pesanan, penjual dapat membeli barang
tanpa ada pesanan terlebih dahulu. Akad murabahah ini bersifat tidak
mengikat dan pembeli dapat membatalkan pesanan.
Adapun alur transaksi murabahah sebagai berikut:
1. Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat
itu, nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu
pembayaran dan besar angsuran perbulan.
2. Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan
nasabah dalam membayar piutang. Apabila rencana pembelian
tersebut disepakati oleh kedua belah pihak maka dibuatlah akad
murabahah. Isi akad murabahah setidaknya mencakup berbagai hal
agar rukun murabahah dipenuhu dalam transaksi jual beli yang
dilakukan.
3. Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan
tetapi pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung
menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya
terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam
murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas
nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh
pemasok kepada bank.
4. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh
pemasok kepada nasabah pembeli.
5. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayarn kepada bank biasanya dilakukan dengan
cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang
disepakati.

2.3 Dasar Syari’ah Transaksi Murabahah


Penggunaan murabahah diperbolehkan yang didasarkan pada Alquran
salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah
swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Selain itu, ada pula
hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan yaitu jual beli secara
Tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk jual beli”.

2.4 Rukun Transaksi Murabahah


1. Pelaku atau transactor yang terdiri atas pembeli (nasabah yang
memerlukan barang) dan penjual (bank syariah). Transactor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang
optimal, seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa. Adapun untuk transaksi
dengan anak kecil dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya.
Terkait dengan jual beli, Dewan Syariah Nasional (DSN)
memperbolehkan bank meminta nasabah untuk membayar uang muka
saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
2. Objek jual beli meliputi barang dan harga barang yang diperjualbelikan.
Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal maka semua barang
yang diharamkan oleh Allah tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli
karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia
bermaksiat/melanggar larangan Allah. Selain halal, barang yang
diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai dan
bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya
jual beli barang yang kadaluarsa. Kemudian barang yang diperjualbelikan
tersebut harus barang yang dimiliki oleh penjual karena jual beli barang
yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah. Sehingga penjual (Bank
syariah) harus memiliki terlebih dahulu asset yang akan dijualnya kepada
pembeli (nasabah), selanjutnya penjual memnjual barang dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Kemudian pembeli membayar
harga barang tersebut berdasarkan jangka waktu dan metode pembayaran
yang telah disepakati.
3. Ijab Kabul yang merupakan pernyataan kehendak para pihak yang
bertransaksi, baik secara lisan atau tertulis. Akad murabahah memuat
semua hal yang terkait dengan posisi serta hak dan kewajiban bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad ini bersifat mengikat
bagi kedua pihak dan mencantumkan berbagai hal, antara lain yaitu
a. nama notaris serta informs tentang waktu dan tempat
penandatanganan akad,
b. identitas pihak pertama dalam hal ini pihak yang mewakili bank
syariah (biasanya kepala cabang),
c. identitas pihak kedua dalam hal ini nasabah yang akan membeli
barang dengan didampingi oleh suami/istri yang bersngkutan sebagai
ahli waris,
d. bentuk akad beserta penjelesan akad terkait akad murabahah seperti
definisi perjanjian pembiayaan murabahah, syariah, barang, pemasok,
pembiayaan, harga beli, margin keuntungan, surat pengakuan
pembayaran, masa berlakunya surat pembayaran, dokumen jaminan,
jangka waktu perjanjian, hari kerja bank, pembukuan pembiayaan,
surat penawaran, surat permohonan realisasi pembiayaan, cedera janji
dan pengunaan fasiliras pembiayaan dan
e. kesepakatan-kesepakatan yang disepakati meliputi tentang fasilitas
pembiayaan dan penggunaannya, pembayaran dan jangka waktu,
realisasi fasilitas pembiayaan, pengutamaan pembayaran, biaya dan
pengeluaran, jaminan, syarat-syarat penarikan fasilitas pembiayaan,
peristiwa cedera janji, pernyataan dan jaminan, kesepakatan untuk
tidak berbuat sesuatu, penggunaan fasilutas pembiayaan, pajak-pajak
dan penyelesaian sengketa.

2.5 Perlakuan Akuntansi Terhadap Transaksi Murabahah


Berbagai transaksi yang perlu diakui dalam transaksi ini oleh penjual
antara lain penerimaan uang muka murabahah, pengakuan dan pengukuran
terkait asset murabahah pada saat perolehan, asset murabahah setelah
perolehan jika terjadi penurunan nilai asset atau diskon pembelian. Adapun
pada saat akad dilakukan, standar ini memberikan panduan tentang
pengakuan dan pengukuran piutang murabahah, keuntungan murabahah,
denda jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, potongan pelunasan
piutang murabahah dan potongan angsuran murabahah. Transaksi yang diakui
oleh pembeli akhir antara lain adalah utang yang timbuk dari transaksi, asset
yang diperoleh, beban murabahah, diskon pembelian yang diterimadari
penjual, denda yang dibayar akibat kelalaian dan potongan uang muka akibat
pembatalan pembelian.
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi jual beli
murabahah akan didasarkan pada kasus berikut:
Pada tanggal 1 Juli 2022, Ibu Hani melakukan negosiasi dengan Bank Jabar
Banten Syariah untuk memperoleh fasilitas murabahah dengan pesanan untuk
pembelian kendaraan sebuah mobil dengan rencana sebagai berikut.
Harga barang Rp 200.000.000
Uang muka Rp 20.000.000 (10% dari harga barang)
Pembiayaan oleh Bank Rp 180.000.000
Margin Rp 36.000.000
Harga jual Rp 236.000.000
Jangka waktu 36 bulan
Biaya administrasi 1% dari pembiayaan oleh bank
Tanggal jatuh tempo tanggal 5 setiap bulannya
Biasanya margin dihitung dengan menggunakan metode anuitas,
makin lama jangka waktu pembiayaan maka makin besar margin yang
dikenakan pada nasabah. Dalam ekonomi syariah, konsep tersebut
diperbolehkan dikarenakan konsep anuitas hanya digunakan sebagai dasar
perhitungan margin, setelah margin ditentukan nilai margin tersebut bersifat
tetap dan tidak berubah kendati terjadi keterlambatan pembayaran oleh
nasabah.
Angsuran perbulan bersifat merata dan tetap sepanjang masa
pelunasan. Perhitungan angsuran dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
Angsuran perbulan = (Total piutang – Uang muka)/ Jumlah pelunasan

Misalkan dengan menggunakan data murabahah dengan pesanan


diatas (total piutang Rp 236.000.000, uang muka Rp 20.000.000, jangka
waktu 36 bulan), maka:
Angsuran perbulan = (Rp 236.000.000 – Rp 20.000.000)/36 = Rp 6.000.000
Setiap tanggal jatuh tempo, bank syariah akan mengakui adanya
pendapatan margin. Besarnya margin yang diakui bergantung pada
pendekatan yang digunakan. Bila bank menggunakan pendekatan
proporsional maka besarnya marginsetiap bulan adalah sama, sedang bila
menggunakan table anuitas, maka margin pada bulan pertama akan lebih
besar dibanding dengan bulan kedua dan seterusnya. Pendekatan yang
digunakan oleh Bank syariah ini adalah pendekatan proporsional yaitu
proporsional terhadap jumlah piutang yang ditagih dengan mengalikan
persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih.
Adapun persentase keuntungan dihitung dari perbandingan antara total
margin dengan total piutang di luar uang muka sebagai berikut:
Persentase keuntungan = (Total margin/total piutang neto) x 100%
= (Rp 36.000.000/Rp 216.000.000) x 100%
= 16,6666 %
Margin per bulan = persentase keuntungan x angsuran perbulan
= 16,6666 % x Rp 6.000.000
= Rp 1.000.000
Pokok perbulan = angsuran per bulan – margin perbulan
= Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000 = Rp 5.000.000
Dengan demikian untuk setiap pembayaran angsuran sebesar Rp
6.000.000 per bulan, didalamnya terdiri dari margin sebesar Rp 1.000.000
dan pokok sebesar Rp 5.000.000. adapun skedul pembayaran murabahah
untuk ibu Hani sebagai berikut:
Tabel 2.1 Skedul Pembayaran Murabahah Ibu Hani

No. Tanggal Jatuh Tempo Angsuran per Pokok (Rp) Margin (Rp)
bulan (Rp)
1. 10 Agustus 2022 6.000.000 5.000.000 1.000.000
2. 10 September 2022 6.000.000 5.000.000 1.000.000
3. 10 Oktober 2022 6.000.000 5.000.000 1.000.000
4. 10 November 2022 6.000.000 5.000.000 1.000.000
5. 10 Desember 2022 6.000.000 5.000.000 1.000.000
6. 10 Januari 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
7. 10 Februari 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
8. 10 Maret 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
9. 10 April 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
10. 10 Mei 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
11. 10 Juni 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
12. 10 Juli 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
13. 10 Agustus 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
14. 10 September 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
15. 10 Oktober 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
16. 10 November 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
17. 10 Desember 2023 6.000.000 5.000.000 1.000.000
18. 10 Januari 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
19. 10 Februari 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
20. 10 Maret 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
21. 10 April 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
22. 10 Mei 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
23. 10 Juni 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
24. 10 Juli 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
25. 10 Agustus 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
26. 10 September 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
27. 10 Oktober 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
28. 10 November 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
29. 10 Desember 2024 6.000.000 5.000.000 1.000.000
30. 10 Januari 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
31. 10 Februari 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
32. 10 Maret 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
33. 10 April 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
34. 10 Mei 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
35. 10 Juni 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
36. 10 Juli 2025 6.000.000 5.000.000 1.000.000
Total 216.000.000 180.000.000 36.000.000

Dalam akuntansi transaksi murabahah, uang muka diakui sebagai


uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima. Pada kasus di Bank
syariah ini mekanisme perlakuan uang muka adalah dengan pendebitan
langsung untuk mengakui adanya uang muka, saldo rekening nasabah
berkurang sebesar nilai uang muka yang disepakati. Adapun jurnal pendebitan
uang muka sebagai berikut:
Tabel 2.2. Jurnal pendebitan uang muka
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
3 Juli 2022 Db. Rekening nasabah 20.000.000
Ibu Hani
Kr. Uang muka 20.000.000

Pembelian barang pesanan dapat dilakukan dengan dua alternatif yaitu


Bank membeli sendiri barang yang dipesan dan Bank mewakilkan kepada
nasabah pembeli untuk membeli barang yang dipesan atas nama Bank syariah.
Dalam hal ini alternatif mewakilkan kepada nasabah merupakan hal yang
umum diterapkan oleh perbankan syariah.
Misalkan pada tanggal 5 Juli 2022, untuk keperluan transaksi
murabahah dengan Ibu hani, Bank syariah melakukan pembelian kendaraan
mobil pesanan Ibu Hani kepada pemasok senilai Rp 200.000.000 secara tunai.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Jurnal pembelian barang pesanan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


5 Juli 2022 Db. Persediaan asset 200.000.000
murabahah
Kr.Kas 200.000.000

Dalam murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau


tidak mengikat untuk barang yang dipesannya. Hal ini menunjukan jika
kontrak murabahah tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesan, maka pembeli dapat dmembatalkan pembeliannya. Jika barang batal
dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah
diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Misalkan pada tanggal 10 Juli 2022, nasabah pembeli membatalkan
rencana pembeliannya dan meminta Kembali uang muka yang telah didebit
oleh Bank syariah. Atas pembatalan rencana pembelian tersebut, bank syariah
memotong uang muka sebesar Rp 2.000.000 untuk mengganti biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh bank syariah dalam rangka pengadaan barang dan
rugi yang ditanggung karena membatalkan pembelian pada pemasok. Jurnal
pengembalian uang muka tersebut adalah sebagai berikut:

Table 2.4. Jurnal pengembalian uang muka

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


7 Juli Db. Uang muka 20.000.000
2022
Kr. Pendapatan operasional 2.000.000
Kr. Kas 18.000.000

Kemudian jika nasabah pembeli menyepakati pembelian barang,


misalkan tanggal 10 Juli 2022 Ibu Hani menandatangani akad murabahah
sebagaimana yang telah dinegosiasikan tanggal 1 Juli 2022. Pada saat akad
murabahah disepakati tersebut, terdapat beberapa transaksi yang perlu dicatat
yaitu penjualan murabahah oleh bank kepada Ibu Hani, pengakuan uang muka
sebagai bagian pelunasan piutang murabahah dan pengakuan pendapatan
administrasi dan penerimaan lain atas biaya yang dibebankan kepada nasabah
pembiayaan. Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan asset
murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Adapun jurnalnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.5. Jurnal penjualan murabahah oleh bank

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Juli 2022 Db. Piutang murabahah 236.000.000
Kr. Persediaan asset 200.000.000
murabahah
Kr. Margin 36.000.000
murabahah
yang ditangguhkan
Untuk uang muka yang sebelumnya diakui dengan mendebit rekening
nasabah, jurnal pengakuan uang muka sebagai bagian pelunasan piutang
murabahah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6 Jurnal pengakuan uang muka

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Juli 2022 Db. Uang Muka 20.000.000
Kr. Piutang murabahah 20.000.000

Sehubungan dengan pembiayaan yang diberikan, pada umumnya bank


membebankan beberapa jenis biaya kepada nasabah. Biaya-biaya tersebut
antara lain biaya administrasi, biaya materai, biaya notaris dan biaya asuransi.
Misalkan dalam transaksi murabahah, nasabah Ibu Hani dikenakan
biaya-biaya sebagai berikut:
Biaya administrasi Rp 1.800.000
Biaya materai Rp 60.000
Biaya notaris Rp 450.000 (0,25% dari pembiayaan bank)
Biaya asuransi Rp 1.134.000 (0,21%x 3 tahunx
pembiayaan)

Jurnal terhadap transaksi diatas adalah sebagai berikut:


Tabel 2.7 Jurnal transaksi biaya-biaya

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Juli 2022 Db. Rekening nasabah 3.444.000
Kr. Pendapatan administrasi 1.800.000
Kr. Persediaan materai 60.000
Kr. Rekening notaris 450.000
Kr. Rekening perusahaan 1.134.000
asuransi
Penentuan biaya administrasi yang dikenakan pada nasabah
berdasarkan persentase tertentu terhadap jumlah pembiayaan. Biaya materai
ditentukan berdasarkan jumlah materai yang digunakan untuk berbagai
dokumen transaksi. Biaya notaris didasarkan pada kebijakan notaris yang
digunakan bank syariah. Biaya asuransi didasarkan pada kebijakan perusahaan
asuransi syariah yang menjadi mitra bank syariah.
Dalam penjurnalan transaksi biaya-biaya, biaya administrasi yang
dibayar oleh nasabah diakui dengan mengkredit rekening pendapatan
administrasi. Biaya materai yang dibayar nasabah diakui dengan mengkredit
rekening materat, yang menunjukan oenbggunaan persediaan materai
perusahaan. Pengakuan ini digunakan jika bank syariah menggunakan
pendekatan persediaan pada setiap pembelian materai. Adapun pengurusan
biaya notaris dan asuransi yang dilakukan pada saat akad dengan mendebit
rekening milik notaris dan perusahaan asuransi yang bersangkutan.
Selanjutnya adalah penjurnalan saat pembayaran angsuran, terdapat
beberapa pola pembayaran oleh nasabah. Pola pembayarannya adalah sebagai
berikut:
1. Pembayaran angsuran dilakukan pada waktu tanggal jatuh tempo
Misalkan pada saat jatuh tempo tanggal 10 Agustus 2022, nasabah
membayar angsuran sebesar Rp 6.000.000. Dengan menggunakan
perhitungan dan jadwal pembayaran pada table 2.1, pada angsuran
nasabah perbulan Rp 6.000.000 terdapat pendapatan margin
sebesar Rp 1.000.000, maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah
sebagai berikut:
Table 2.8 Jurnal pembayaran angsuran pada waktu jatuh tempo

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Ags 2022 Db. Kas 6.000.000
Kr. Piutang 6.000.000
murabahah
Db. Margin 1.000.000
Murabahah yang
ditangguhkan
Kr. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah

2. Pembayaran angsuran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo tanpa


dikenakan denda
Misalkan pada pembayaran bulan Agustus, hingga tanggal jatuh
tempo, bank belum menerima pembayaran angsuran dari nasabah.
Pembayaran baru dilakukan oleh nasabah pada tanggal 20 Agustus
sebesar Rp 6.000.000. Oleh karena nasabah memberi alasan yang
dapat diterima, bank menoleransi keterlambatan tersebut dan tidak
mengenakan denda. Jurnal transaksi sebagai berikut:
Tabel 2.9 Jurnal pembayaran setelah jatuh tempo tanpa denda

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Ags 2022 Db. Piutang 6.000.000
murabahah jatuh
tempo
Kr. Piutang 6.000.000
murabahah
Db. Margin 1.000.000
Murabahah yang
ditangguhkan
Kr. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah
20 Ags 2022 Db. kas 6.000.000
Kr. Piutang 6.000.000
murabahah jatuh
tempo
Db. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah
Kr. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah

3. Pembayaran angsuran dilakukan setelah jatuh tempo dengan denda


Jika nasabah yang memilik kemampuan untuk membayar tapi
sengaja menunda-nunda pembayaran angsuran maka dapat
dikenakan denda. Denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
sosial.
Misalkan Ibu Hani tidak memenuhi kewajiban pembayaran
cicilannya untuk bulan Agustus. Ibu Hani baru membayar
kewajibannya pada tanggal 30 Agustus 2022 sebesar Rp
6.000.000. Karena ketidakdisiplinan Ibu Hani, maka dikenakan
denda sebagaimana yang telah disepakati dalam akad, misalkan
10% dari total pendapatan margin. Semua pembayaran dilakukan
pada tanggal 30 Agustus 2022. Maka jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.10 Jurnal Pembayaran angsuran setelah jatuh tempo
dengan denda

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Ags 2022 Db. Piutang 6.000.000
murabahah jatuh
tempo
Kr. Piutang 6.000.000
murabahah
Db. Margin 1.000.000
Murabahah yang
ditangguhkan
Kr. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah
30 Ags 2022 Db. kas 6.000.000
Kr. Piutang 6.000.000
murabahah jatuh
tempo
Db. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah
Kr. Pendapatan 1.000.000
margin murabahah
30 Ags 2022 Db. Kas 100.000
Kr. Rekening dana 100.000
sosial

4. Pembayaran untuk melunasi piutang lebih awal dari waktu yang


ditentukan (pelunasan dini)
Nasabah diperbolehkan melunasi pembiayaan yang didapatnya
lebih awal dari waktu yang disepakati. Oleh karena itu biasanya
bank memberikan potongan atas pelunasan tersebut. Dalam
praktik perbankan, besar atau kecilnya potongan oleh bank
mempertimbangkan jenis pembiayaan dan jangka waktu.
Pembiayaan dengan sisa waktu lebih lama biasanya mendapatkan
potongan lebih besar disbanding dengan sisa waktu yang lebih
pendek. Oleh karena potongan tersebut merupakan kewenangan
bank dan bukan hak nasabah maka bank juga boleh tidak
memberikan potongan pada nasabah yang melakukan pelunasan
dini.
Misalkan pada tanggal 10 September 2023, Ibu Hani bermaksud
melunasi sisa kewajibannya dengan nilai buku Rp 144.000.000
yang terdiri atas pokok pembiayaan sebesar Rp 120.000.000 dan
margin yang ditangguhkan sebesar Rp 24.000.000. Disepakati
pada pelunasan bahwa potongan pelunasan akan diberikan sebesar
80% dari sisa margin murabahah yang masih ditangguhkan.
Besarnya potongan pelunasan dan margin murabahah yang akan
menjadi pendapatan margin murabahah adalah sebagai berikut:
Margin yang ditangguhkan = Rp 24.000.000
Potongan pelunasan = 80% x Rp 24.000.000
= Rp 19.200.000

Pendapatan margin murabahah = Margin – potongan


= Rp 24.000.000 – Rp 19.200.000

= Rp 4.800.000

Jurnal dari pelunasan piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11 Jurnal pembayaran piutang lebih awal dengan


potongan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10 Sep 2023 Db. Beban 19.200.000
potongan
Kr. Piutang 19.200.000
murabahah
Db. Kas 124.800.000
Kr. Piutang 124.800.000
murabahah
30 Ags Db. Margin 24.000.000
2022 Murabahah
ditangguhkan
Kr. Pendapatan 24.000.000
Margin
murabahah

2.6 Penyajian Transaksi Murabahah dalam Laporan Keuangan


Akun yang terkait pembiayaan murabahah yang disajikan dilaporan
keuangan sebagai berikut:
1. Uang muka murabahah dari pembeli disajikan sebagai liabilitas
lainnya.
2. Tagihan kepada nasabah atas pembatalan transaksi murabahah
dimana uang muka nasabah lebih kecil dari beban riil yang
dikeluarkan nasabah disajikan sebagai piutang qardh
3. Piutang murabahah disajikan sebesar saldo pembiayaan
murabahah nasabah kepada bank
4. Margin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan
piutang murabahah
5. Beban potongan pelunasan/angsuran murabahah sebagai pos
lawan pendapatan margin murabahah
6. Dalam hal bank menggunakan metode proporsional, pendapatan
dan beban yang terkait langsung dengan transaksi murabahah
yang belum diamortisasi, disajikan sebagai liabilitas lainny dan
asset lainnya
7. Pendapatan margin murabahah yang akan diterima disajikan
sebagai bagian dari asset lainnya pada saat nasabah tergolong
performing. Sedangkan apabila nasabah tergolong non-performing
maka pendapatan margin murabahah yang akan diterima disajikan
pada rekening administrative
8. Cadangan kerugian penurunan nilai murabahah disajikan sebagai
pos lawan (contra account) piutang murabahah
9. Denda (ta’zir) disajikan sebagai komponen dari sumber dana
kebajikan (qardhul hasan).
2.7

Anda mungkin juga menyukai