Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar
saling rela. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang
dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang
dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter
dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiahdengan
yen.
Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi
jual beli, dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari
penjualan barang.
Sangat berbeda dengan praktik riba dimana nasabah meminjam uang sejumla
tertentu untuk membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut
nasabah harus membayar kelebihannya dan ini adalah riba.
Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri: Dari Abu Said Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka
sama suka.” (H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu
Hibban).
c. Ijma
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang
menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang
menempati kedudukan ijab dan qobul itu. Sedangkan menurut jumhur ulama
ada 5 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang
atau sesuatu yang diakadkan
1. Penjual (ba’i)
2. Pembeli (Musytari)
3. Objek jual beli (mabi’)
4. Harga (Tsaman)
5. Ijab qobul
Syarat Murabahah
1. Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli. Hal ini
adalah logis, karenaharga yang akan dibayar pembeli kedua atau
nasabah didasarkan pada modal si pembeli awal / Bank atau BMT.
2. Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3. Akad harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
IJAB DAN KABUL
Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak pihak yang bertransaksi, baik
secaralisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat hal yang
terkait dengan posisi hak dan kewajiban bank sebagai penjuak dan nasabah
sebagai pembeli. Hal ini mengikat bagi kedua pihak dan mencantumkan berbagai
hal. Hal-hal tersebut antara lainsebagai berikut:
1. Nama notaris serta informasi waktu dan tempat penanda tanganan akad.
2. Identitas pihak pertama, dalam hal ini adalah pihak yang mewakili bank
syariah
3. Identitas pihak kedua, dalam hal ini adalah nasabah yang membeli barang
didampingioleh suami/istri yang bersangkutan sebagai ahli waris.
4. Bentuk akad beserta penjelasan akad.
5. Kesepakatan-kesepakatan meliputi kesepakatan tentang fasilitas
pembiayaan, pembayaran, dan jangka waktu.
PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 102)
Contoh, tuan Ahmad membeli laptop merk Asus kepada tuan Robert
seharga Rp 6.500.000. dari harga tersebut tuan Robert memberitahukan
kepada tuan Ahmad harga pokok/harga beli laptop Rp 6.000.000 dan
keuntungan Rp 500.000.