Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI MURABAHAH

A. Pengertian Akad Murabahah


Murabahah adalah istilah dalam fiqih islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu
ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Penjual dan pembeli tersebut dapat melakukan tawar menawar atas besaran
margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan. Secara umum, keempat
ulama mahzab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada
pihak ketiga. Namun, mereka tidak memperbolehkan pembebanan biaya langsung yang
berhubungan dengan pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan oleh penjual.
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit (pembayaran tangguh). Dalam
akad murabahah, diperkenankan harga berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda.
Namun, penjual dan pembeli harus memilih harga mana yang disepakati dalam akad
tersebut dan ketika sudah disepakati maka keputusan tersebut tidak dapat diubah. Penjual
dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin
membeli barang tersebut. uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika
akad murabahah disepakati. Namun, apabila penjual telah membeli barang dan pembeli
membatalkannya, maka uang muka ini dapat digunakan untuk menutu kerugian penjual
akibat pembatalan tersebut.
Apabila akad penjualan secara tangguh dan pembeli dapat melunasinya secara tepat
waktu atau bahkan lebih cepat dari periode yang ditetapkan, maka penjual boleh
memberikan potongan. Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan
waktu yang ditetapkan, penjual tidak diperbolehkan mengenakan denda, pengecualian
apabila pembeli tidak membayar bukan karena mengalami kesulitan keuangan tapi karena
lalai. Dalam kasus ini, pengenaan denda diperbolehkan. Apabila pelunasan piutang
tertunda karena pembeli mengalami kesulitas keuangan maka penjual hendaknya
memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan, membantu
menjualkan objek murabahah pada pihak lain atau melakukan restrukturisasi piutang.
Restrukturisasi piutang dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan
kemampuan pembayaran piutang yang bersifat permanen.
B. Jenis Akad Murabahah
1. Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Jika bersifat
mengikat maka pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli penjual, dalam
murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan ke
pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi
nilai aset.

Keterangan :
(1) melakukan akad murabahah
(2) penjual memesan dan membeli pada produsen
(3) barang diserahkan dari produsen
(4) barang diserahkan kepada pembeli
(5) pembayaran dilakukan oleh pembeli

2. Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat.

Keterangan :
(1) melakukan akad murabahah
(2) barang diserahkan kepada pembeli
(3) pembayaran dilakukan oleh pembeli
C. Dasar Syariah
1. Al-Quran
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad akad itu.....”(Q.S Al-Maidah: 1)
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Q.S Al-Baqarah:
275)
“Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela di antaramu…” (Q.S An-Nisa: 29)

2. Al-Hadis
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasullulah SAW bersabda : “Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih
menurut Ibnu Hibban).

D. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah


1. Pelaku, pelaku yang cakap hukum dan baligh, sehingga jual beli dengan orang gila
menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin
walinya.
2. Objek jual beli, harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal, maka barang yang diharamkan
Allah, tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang tersebut dapat
menyebabkan manusia bermaksiat/ melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai
dengan hadis berikut ini:
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya:
jual beli barang yang sudah kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual, jual beli atas barang yang tidak dimiliki
oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan
kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli
oleh bukan pemilik, akan sah ketika mendpaat izin dari pemilik barangnya.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di
masa depan. Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah,
karena dapat menimbulkan ketidakpastian, yang pada gilirannya dapat merugikan
salah satu pihak yang bertansaksi dan dapat menimbulkan persengkataan.
e. Barang tersebut harus dketeahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh
pembeli sehingga tidak ada unsur gharar.
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga
tidak ada unsur gharar. Apabila suatu barang dapat dikuantifikasi/ ditakar/
ditimbang/ maka atas barang yang diperjualbelikan harus dikuantifikasi terlebih
dahulu agar tidak timbul ketidakpastian.
g. Harga barang tersebut jelas, harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui
oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh sehingga
jelas tidak ada gharar.
h. Barang yang diakadkan ada ditangan penjual, karena jika tidak ada barangnya,
maka mengandung unsur gharar.
3. Ijab Kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridh/rela diantara pihak pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan car acara komunikasi modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai
dnegan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pebayarannya, dan pemanfaatan atas
barang yang diperjualbelikan menjadi halal.

E. Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)


Akuntansi Untuk Penjual
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
Dr. Aset Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
2. Penurunan nilai untuk murabahah
a) Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, akan ditanggung
penjual
Dr. Beban Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
b) Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka:
a) Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah, Jurnal:
Dr. Aset Murabahah (net) xxx
Cr. Kas xxx
b) Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli.
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
c) Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah
dan seusai akad menjadi hak penjual.
Dr. Kas xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Operasional lain xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan
tereliminasi pada saat :
a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual :
Dr. Utang xxx
Cr. Dana Kebajikan-Pendapatan xxx
5. Penjualan aset murabahah
a) Aset murabahah dijual secara tunai dan secara tangguh tidak melebihi satu periode
laporan keuangan sehingga keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya
akad murabahah
Dr. Kas/Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
b) Aset murabahah dijual secara tangguh melebihi satu periode laporan keuangan
sehingga keuntungan murabahah diakui sebagai margin murabahah tangguh.
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Margin Murabahah Tangguh xxx
6. Pengakuan pendapatan margin murabahah
Aset murabahah dijual secara tangguh dengan periode waktu lebih dari satu periode
laporan keuangan, sehingga perlakuan atas margin murabahah tangguh adalah sebagai
berikut:
a) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila risiko
penagihannya kecil maka akan dicatat dengan cara yang sama seperti pada poin
5.a.
Dr. Kas/Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
b) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tak tertagih
dan pengelolaan piutang, serta penagihannya cukup besar. Pencatatan untuk jurnal
pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih. Alternatif
pengakuan keuntungan yaitu:
(1) keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah. Pengakuan keuntungan ini disebut metode
proporsional.
Pada saat penerimaan angsuran:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Dr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
(2) keuntungan diakui dengan metode anuitas yang disebut dalam PSAK 102
sebagai acuan alternatif.
Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Keuntungan murabahah xxx
Untuk menentukan apakah penjual menggunakan metode proporsional atau
anuitas dalam pengakuan keuntungannya maka penjual harus melakukan penilaian
satu per satu atas transaksi dengan mempertimbangkan risiko terkait kepemilikan
persediaan.
7. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang
melunasi tepat waktu atau lebih cepat, jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu
penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli kemudian memberikan potongan
pelunasannya kepada pembeli. Jurnal:
a) Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
Dr. Kas xxx
Dr. Margin Murabahah Ditangguhkan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Keuntungan murabahah xxx
b) Pada saat pengembalian kepada pembeli:
Dr. Pendapatan margin murabahah xxx
Cr. Kas xxx
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan
akad. Denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dr. Kas xxx
Cr. Dana kebajikan – pendapatan denda xxx
9. Pengakuan dan Pengukuran Penerimaan Uang Muka
a) Pada saat penerimaan uang muka dari pembeli
Dr. Kas xxx
Cr. Utang lain- uang muka murabahah xxx
b) Apabila akad murabahah jadi dilaksanakan maka uang muka akan mengurangi
piutang murabahah
Dr. Utang lain- uang muka murabahah xxx
Cr. Kas xxx
c) Pesanan dibatalkan
 Uang muka yang dibayarkan pembeli lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan
oleh penjual, maka selisihnya dikembalikan ke pembeli.
Dr. Utang lain- uang muka murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
Cr. Kas xxx
 Uang muka yang dibayarkan pembeli lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan
oleh penjual, maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayar
kekurangannya.
Dr. Kas xxx
Dr. Utang lain- uang muka murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
d) Jika perusahaan menanggung kekurangannya, atau uang muka sama dengan beban
yang dikeluarkan
Dr. Utang lain- uang muka murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
10. Penyajian Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan
yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin
murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang
murabahah. Jurnal penyisihan piutang tak tertagih:
Dr. Beban piutang tak tertagih xxx
Cr. Penyisihan piutang tak tertagih xxx
11. Pengungkapan, Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada: (a) harga perolehan aset murabahah (b) janji
pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

Akuntansi Untuk Pembeli


Hanya boleh mengakui beban murabahah dengan metode proporsional, dan tidak
memiliki acuan alternatif dalam bentuk metode anuitas.
1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan tunai
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), selisih
antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Utang murabahah xxx
2. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diakui sebagai pengurang
beban murabahah tangguhan.
Dr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
3. Potongan pelunasan dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban
murabahah tangguhan (Pelunasan utang lebih cepat).
Dr. Utang Murabahah xxx
Dr. Beban Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian
Dr. Kerugian – Denda xxx
Cr. Kas xxx
5. Uang Muka
a) Jurnal saat pembeli membayar uang muka
Dr. Uang muka xxx
Cr. Kas xxx
b) Jika pembeli sudah memberikan uang muka, maka ketika penjualan barang,
jurnalnya:
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Uang Muka xxx
Cr. Utang Murabahah xxx
6. Jika pembeli membatalkan transaksi
a) Pembatalan pesanan saat pengeluaran penjual lebih kecil dari uang muka
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Uang Muka xxx
b) Pembatalan pesanan saat pengeluaran penjual lebih besar dari uang muka.
Dr. Kerugian xxx
Cr. Uang Muka xxx
Cr. Kas / Utang xxx
7. Penyajian, beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)
utang murabahah.
8. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada: a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi
murabahah; b) jangka waktu murabahah tangguh c) pengungkapan yang diperlukan
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai