Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI TRANSAKSI MURABAHAH

1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas
akad jual beli dapat dilakukan secara tunai (bai’naqdan) atau tangguh (bai’mu’ajal /
bai’bi’tsaman ajil). Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas
dasar saling rela. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat
dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang,
barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang
misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.
Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah
penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut
dan berapa besar keuntungan yang diinginnkannya. Pembeli dan penjual dapat
melakukan tawar-menawar atas besaran marjin keuntungan sehingga akhirnya
diperoleh kesepakatan.
Kemudian timbul pendebatan berkenaan dengan harga perolehan, apakah hanya
sebesar harga beli atau boleh ditambahkan dengan biaya lain. Secara umum, keempat
ulama mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan
kepada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan pembebanan biaya langsung
yang berhubugan dengan pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan oleh penjual,
demikian juga biaya yang tidak memberi nilai tambah pada barang.

2. Dasar Syariah
Sumber hukum akad murabahah, yaitu:
 Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu...” (QS.
An-Nisa: 29).
 Hadist
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihagi, Ibnu Majah,
dan shahih mnurut Ibnu Ribban).
3. Jenis akad murabahah
Ada dua jenis murabahah, yaitu:
 Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau
bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli
oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai
sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi
beban penjual dan akan mengurangi nilai.
 Murabahah tanpa pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang ke produsen
tanpa harus ada pesanan terlebih dahulu dari pembeli. Tentunya murabahah
jenis ini tidak mengikat.

4. Rukun dan ketentuan akad murabahah


Rukun dan ketentuan murabahah, yaitu:
(1) Pelaku
Pelaku yang melakukan transaksi murabahah yaitu adanya penjual dan
pembeli, dengan syarat Ppelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat
membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah
sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.
(2) Objek Murabahah
Objek murabahah yaitu barang yang diperjual belikan, dengan syarat:
 Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
 Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau
memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang
diperjualbelikan, misalnya: jual beli barang yang kadaluwarsa.
 Barang tersebut dimiliki oleh penjual.
 Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu di masa depan.
 Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan
oleh pembeli sehingga tidak ada ketidakpastian.
 Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas,
sehingga tiada ada ketidakpastian.
 Harga barang tersebut jelas.
 Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.
(3) Ijab Qabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tetulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya, dan pemanfaatan atas barang yang
diperjualbelikan menjadi halal. Demikian sebaliknya.

5. Ijab dan kabul


Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak pihak yang bertransaksi, baik secara
lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat hal yang terkait
dengan posisi dan hak dan kewajiban bank sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Hal ini mengikat bagi kedua pihak dan mencantumkan berbagai hal. Hal-hal
tersebut antara lain sebagai berikut:
 Nama notaris serta informasi waktu dan tempat penanda tanganan akad.
 Identitas pihak pertama, dalam hal ini adalah pihak yang mewakili bank
syariah.
 Identitas pihak kedua, dalam hal ini adalah nasabah yang membeli barang
didampingi oleh suami/istri yang bersangkutan sebagai ahli waris.
 Bentuk akad beserta penjelasan akad.
 Kesepakatan-kesepakatan meliputi kesepakatan tentang fasilitas pembiayaan,
pembayaran, dan jangka waktu.
6. Alur Transaksi Murabahah

7. Perlakuan akuntansi (PSAK 102 dan ed psak 108)

Anda mungkin juga menyukai