Anda di halaman 1dari 6

PEMBIAYAAN MURABAHAH

Pengertian

Murabahah adalah suatu bentuk transaksi jual-beli dengan tujuan utama


berbagi laba/keuntungan penjualan antara pemodal dan wakilnya. Murabahah
sendiri berasal dari kata ar-ribhu dari bahasa Arab yang artinya adalah,
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Sedangkan sebagai istilah, definisi
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal, dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.

RUKUN AKAD MURABAHAH


1. Harus ada pihak-pihak yang bertransaksi .
2. Objek harus ada.
3. Ijab dan Kabul perjanjian jual beli murabahah.
KETENTUAN-KETENTUAN ATAS AKAD MURABAHAH
Dalam Fatwa DSN MUI No: 111/DSN-MUI/IX/2017 telah dijelaskan beberapa
ketentuan terkait pelaksanaan akad murabahah ini.

1. KETENTUAN AKAN BARANG/OBJEK


Barang yang menjadi objek akad boleh sudah berada dipihak penjual ataupun
pesanan dari pihak calon pembeli.

2. KETENTUAN AKAN AKAD


a. Akad jual beli harus dinayatakan secara tegas dan jelas seta dipahami dan
dimengerti oleh penjual dan pembeli.
b. Akad dapat dilakukan dalam bentuk lisan, tertulis, isyarat, dan
perbuatan/tindakan.
c. Apabila akad dilakukan dalam bentuk tertulis maka harus terdapat informasi
mengenai harga perolehan, keuntungan dan harga jual.
3. KETENTUAN TERKAIT PARA PIHAK
A. Jual beli boleh dolakukan oleh orang maupun dipersamakan dengan orang,
baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, berdasarkan
peraturan yang berlaku.
B. Penjual dan pembeli harus cakap hukum sesuai dengan syariah dan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
C. Penjual harus memiliki kewenangan untuk melakukan akad jual beli, baik
kewenangan yang bersifat ashliyyah (berkedudukan sebagai pemilik)
maupun niyabiyyah (berkedudukan sebagai wakil dari pemiliki atau wali
dari pemilik).

4. KETENTUAN AKAN HARGA BELI


A. Harga pembelian barang harus diketahui oleh penjual dan pembeli.
B. Penjual dalam akad jual beli murabahah tidak boleh melakukan
kebohongan kepada pembeli terkait penyampaian harga pembelian
barang.

5. KETENTUAN ATAS HARGA JUAL


A. Harga dalam akad jual beli murabahah garus dinyatakan secara pasti pada
saat akad, baik ditentukan melalui tawar menawar, lelang maupun tender.
B. Pembayaran harga dalam jual beli murabahah boleh dialkukan secara tunai,
tangguh, bertahap/cicil, dan dalam kondisi tertentu sesuai dengan
kesepakatan.
Skema Akad Murabahah

1. Negoisasi & Persyaratan

LKMS 2. Akad Jual Beli NASABAH

5. Kirim Dokumen

3. Beli PEMASOK 4. Kirim Barang

6. Bayar
Lanjutan….

Penjelasan
1. Nasabah mengajukan pembiayaan dengan menggunakan akad
murabahah kepada LKMS.
2. Nasabah dapat mengajukan negosiasi harga kepada LKMS
sebelum akad jual beli dilaksanakan.
3. Sebelum akad berlangsung nasabah terlebih dahulu
memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersama antara
nasabah dan LKMS.
4. LKMS melakukan akad jual beli (murabahah) dengan nasabah.
5. LKMS membeli barang dari produsen/pemasok, dan kemudian
LKMS menjualnya kembali ke nasabah ditambahkan dengan
keuntungan yang disepakati oleh LKMS dan nasabah.
6. Setelah barang dikirimkan ke nasabah, nasabah membayar
dengan ketentuan yang telah disepakati oleh LKMS dan
nasabah.
Contoh

Transaksi penjualan satu buah unit rumah real estat baru tipe 90/120 di Tambun,
Kab. Bekasi seharga Rp 250 Juta (harga developer) secara angsuran (kredit), dari
bank syariah (penjual) kepada nasabah (pembeli). Maka, skema akad murabahah
yang terjadi adalah, jual-beli rumah di mana pihak bank syariah akan membeli
rumah yang diinginkan nasabah sebesar harga dari developer. Bank syariah
kemudian menjual rumah yang telah dibelinya tersebut kepada si nasabah, dengan
harga yang telah ditambahkan margin keuntungan, yang jumlahnya telah disepakati
antara bank syariah dan si nasabah. Misalnya, margin keuntungan yang disepakati
adalah sebesar Rp 50 Juta. Maka, harga jual rumah tersebut menjadi Rp 300 Juta.
Pada umumnya nasabah harus membayar uang muka sebesar 30% dari harga
rumah tersebut secara tunai kepada bank syariah. Sementara sisanya yang 70%
harus dibayar si nasabah secara mencicil. Harga rumah setelah ditambah margin,
berikut jumlah uang muka yang akan dibayarkan, maupun jumlah angsuran yang
tetap setiap bulannya, sudah harus ditetapkan sejak di awal ketika nasabah
menandatangani perjanjian pembiayaan jual beli rumah dengan pihak bank syariah.
Dan nasabah harus komitmen dengan kesepakatan jual beli dengan pihak bank
syariah tersebut hingga kewajibannya selesai.

Anda mungkin juga menyukai