AKAD MURABAHAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah Dosen
Pengampu : Rita Rosiana, S.E., M.Si.
Oleh :
M. ALFIN SETIADI
5552200030
JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
A. Pengertian Akad Murabahah
Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela.
Menurut (Sabiq, 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat
dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang
dengan barang (barter), dan uang dengan uang misalnya, pertukaran nilai mata uang rupiah
dengan yen.
Pertukaran uang dengan barang yang biasa kita kenal dengan jual beli dapat dilakukan
secara tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih
dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang ribawi (secara kasat
mata tidak dapat dibedakan) atau bukan. Untuk pertukaran barang ribawi seperti emas dengan
emas, perak dengan perak, gandung dengan gandum, dll. Maka, agar pertukarannya sesuai
dengan ketentuan syariah, harus dengan jumlah yang sama dan harus dari tangan ke tangan
atau tunai, karena kelebihannya adalah riba. Untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus
dilakukan secara tunai.
Murabahah adalah transaksi penjulan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu
kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakuka tawar-menawar atas besaran margin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.
Harga beli menggunakan harga pokok yautu hartga beli dikurangi dengan diskon
pembelian. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat akan menjadi
hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka di awal akad. Dalam PSAK
102 dijelaskan lebih lanjut, jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak
penjual. Namun pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli. Diskon yang terkait
dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK 102 par 11):
a. Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian barang;
b. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang;
c. Komis dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
Sedangkan keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump
sum) misalnya Rp 20.000.000 atau berdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30%
dari harga pokok. Besarnya keuntungan harus jelas. Harga barang yang disepakati tidak dapat
berubah. Akad murabahah dapat dilaksanakan setelah barang tersebut menjadi milik penjual,
karena akad menjadi tidak sah jika penjual tidak memiliki barang yang dijualnya.
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit (pembayaran tangguh). Dalam kad
murabahah, diperkenankan harga berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda. Misalnya,
harga tunai, harga tangguh dengan periode 1 tahun atau 2 tahun berbeda. Penjual dapat
meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin membeliu
barang tersebut. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah maka akad
murabahah disepakati. Namun apabila penjual telah mebeli barang dan pembeli
membatalkannya, uang muka ini dapat diguankan untuk menutup kerugian si penjual akibat
dibatalkannya pesanan tersebut.
Apabila akad penjualan secara tangguh dan pembeli dapat melunasinya secara tepat
waktu atau bahkan ia melakukan pelunasan lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan,
maka penjual boleh meberikan potongan. Namun, besarnya potongan ini tidak boleh
diperjanjikan di awal akad (untuk menghindari adanya unsur riba).
Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan,
penjual tidak diperbolehkan mengenakan denda atas keterlambatan pada pembeli karena
kelebihan pembayaran atas suatu utang sama dengan riba. Pengecualian berlaku, apabila
pembeli tersebut tidak membayar bukan karena mengalamui kesulitan keuangan tapi karena
lalai. Apabila pelunasan piutangv tertunda dikarenakan pembeli mengalami kesulitan
keuangan, maka penjual hendaknya memberi keringanan.
Restrukturasi piutang dilakukan terhadap deitur yang mengalami penurunan kemampuan
pembayaran piutang yang bersifat permanen. Restrukturasi piutang dapat dilakukan dalam
bentuk:
a. Memberi potongan sisa tagihan, sehingga jumlah anggaran menjadi lebih kecil;
b. Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa
tetap (tidak boleh ditambah) dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan
kesepakatan kedua pihak sehingga besarnya angsuran menjadi loebih kecil.
c. Mengonversi akad murabahah, dengan cara menjual objek murabahah kepada penjual
sesuai dengan nilai pasar, kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi
sisa tagihan.
Akad murabahah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli dimana
kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Dengan sistem
penjualan tangguh, maka akan muncul utang dan piutang. Pembeli mempunyai utang dan
penjual mempunyai piutang. Untuk penjualan tidak tunai (tangguh), sebaiknya dibuatkan
kontrak/perjanjiannya secara tertulis dengan menghadirkan saksi-saksi.
B. Jenis -jenis Akad Murabahah
1. Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti
pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.
Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai.
2. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah jenis ini tidak bersifat mengikat.
1) Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah
2) Penjual menyerahkan barang kepada pembeli
3) Pembeli melakukan pembayaran kepada penjual
C. Dasar Syariah Akad Murabahah
a. Sumber Hukum Akad Murabahah
1. Alquran
“Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang
untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah...” (QS 2:282)
2. Hadist Rasulullah SAW bersabda, “ ada tiga hal yang mnegandung keberkahan: jual
beli secara tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah dari
Shuhaib).
b. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah Rukun dan ketentuan murabahah, yaitu:
1. Pelaku Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat mebedakan), sehingga jual
beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap
sah, apabila seizin walinya.
2. Objek jual beli, harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan baran-barang yang dilarang diperjualbelikan.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dnegan kejadian tertentu di masa
depan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara sopesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
g. Harga barang tersebut jelas.
h. Barang yang diakadkan ada ditangan penjual.
3. Ijab kabul Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku kad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesndi atau menggunakan cara-
cara komukasi modern.
D. Perlakuan Akuntansi PSAK 102 (Revisi 2013)
a. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan
b. Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran asset murabahah setelah perolehan
adalah diniliai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai asset karena using,
rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui
sebagai beban dan mengurangi nilai asset
c. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian asset murabahah, maka perlakuannya dalah
sebagai berikut:
1. Jika terjadi sebelum akad muraahah akan menjadi pengurang biaya perolehan asset
murabahah
2. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli
3. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
penjual, menjadi tambahan keuntungan murabahah,
4. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akad
menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan operasional lain
d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut akan tereliminasi
pada saat:
1. Dilakukan pembayaran kepada pembeli,
2. Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau
oleh penjual
e. Pengakuan keuntungan murabahah
1. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran
murabahah tidak melebihi satu perioede laporan keuangan, maka keuntungan
murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah
2. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah:
1) Keuntungan diakui saat enyerahan asset murabahah dengan syarat apabila resiko
penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
2) Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih
dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh
di mana ada resiko piutang tidak tertagih relative besar dan/ atau beban untuk
mengelola dan menagih piutang yang relative besar
3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih
dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
f. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disapakati
g. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang
keuntungan murabahah.
h. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai dana kebajikan.
i. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut:
1. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
2. Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok)
3. Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual
j. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Keuntungan murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah
k. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada:
1. Harga perolehan asset murabahah
2. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau
bukan; dan
3. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
E. Akuntansi untuk pembeli
a. Uang muka. Pembeli membayarkan uang muka
b. Aset yang diraih melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah
tunai. (Apabila tidak ada uang muka)
c. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang
murabahah yang dilunasi
d. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan
potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan
e. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian
f. Penyajian. Beban murabahah tangguhan disajikan seagai pengurang (conra account) utang
murabahah.
g. Pengungkapan Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada :
1. Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah.
2. Jangka waktu murabahah tangguh.
3. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.
F. Ilustrasi Akuntansi Akad Murabahah
I. Tunai
a. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Mengikat
1 Juni 2007
Penjual sesuai akad Kas 115.000 Aset 115.000
menyerahkan barang kepada Keuntungan 20.000 Kas 115.000
pembeli dengan nilai Rp. Aset Murabahah 95.000
115.000.
II. Non-Tunai
a. Tidak menggunakan akun penjualan dan harga pokok penjualan ketika barang
diserahkan (biasa digunakan dalam Lembaga Keuangan)
1 Januari 2007
Penjual dan pembeli Aset Murabahah 200.000
melakukan akad Kas/Utang 200.000
murabahah pesanan
mengikat. Penjual
membeli dari pihak lain
barang yang akan dijual
oleh pembeli. Penjual
membeli persediaan dari
pihak lain dengan harga
Rp 200.000 dan akan
diserahhkan pada 1 Juni
2007 akan dibayarkan
dalam dua kali angsuran.
1 Juni 2007
Penjual sesuai akad Piutang 250.000 Aset 200.000
menyerahkan barang Murabahah BebanDitangguhkan 50.000
kepada pembeli dengan Keuntungan 50.000 Utang 250.000
nilai Rp 250.000 secara Tangguhan 200.000
tidak tunaai dan dan akan AsetMurabah
dibayar selama 2 tahun. ah (beban
Nilai tunai dari aset Rp (keuntungan ditangguhkan akan
200.000. dengan dua kali tangguhan akan dimortisasi
angsuran. dimortisasi sepanjang akad)
sepanjang akad)
1 Juni 2008
3. Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Konversi Akad