Anda di halaman 1dari 12

RESUME

AKAD ISTISHNA’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah Dosen
Pengampu : Rita Rosiana, S.E., M.Si.

Oleh :
M. ALFIN SETIADI
5552200030

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
A. PENGERTIAN AKAD ISTISHNA
Akad istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual
(pembuat/shani )-(Fatwa DSN MUI). Shani' akan menyediakan barang yang dipesan sesuai dengan
spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna'
pararel).
Dalam PSAK 104 Par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal.
3. Harus diketahui krakteristik secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan
kuantitasnya.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas jumlah yang telah
dibayarkan dan penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu. Begitu akad
disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya istishna' tidak dapat
dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau
penyelesaian akad.
Karakteristik Istishna' antara lain:
1. Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan
(mashnu') sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran dimuka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan
harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.

B. JENIS AKAD ISTISHNA


1. Istishna
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan
penjujal (pembuat, shani).
2. Istishna paralel
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak
lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan Syarat akad
istishna'pararel, pertama (antara penjual dan pemesan) tidak tergantung pada istishna' kedua (antara
penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dan penjual dan akad antara penjual dan
pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
C. DASAR SYARIAH
1. Sumber Hukum Akad Istishna
Amir bin Auf berkata: "Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslim kecuali
perdamaian yang mengharumkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram ." (HR.Tirmidzi).
Abu Said al-Khudri berkata : "tidak boleh membahayakan diri sendiri dengan orang lain.
" (H.R Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktekkan istisnha' scara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istisnha' sebagai kasusu ijmak atau konsensus
umum. Istisnha' sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak
bertentangan dengan nash atau aturan syari'ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan atau
kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah
hal tersebut telah di praktekkan secara umum atau tidak.
2. Rukun dan Ketentuan Akad Istishna

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.


2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
• Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat,
demikian juga dengan cara pembayarannya.
• Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah
akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya
akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
• Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
• Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang
• Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak ada lagi
jahalah dan perselisian dapat dihindari.
• Barang pesanan diserahkan kemudian.
• Waktu dan penyerahan pesanan harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
• Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
• Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan kesepakatan.
• Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki
hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
• Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat,
tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
3. Berakhirnya Akad Istishna
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk mengentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang masuk akal untuk
mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa
menuntut pmbatalannya.

D. PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA (PSAK 104)


1. Akuntansi untuk Penjual
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi dan biaya serta
pendapatan asset dapat diidentifikasi terpisah, maka akan dianggap akad terpisah. Jika tidak maka akan
dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan sifatnya signifikan atau dinegosiasikan terpisah,
maka dianggap akad terpisah.
1. Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika
akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka, biaya tersebut dibebankan pada periode
berjalan.
Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat:
Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Kr. Kas xxx
Jika akad disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Istishna' xxx
Kr. Biaya Pra Akad Di tangguhkan xxx
Jika akad tidak disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Operasional xxx
Kr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
2. Biaya perolehan Istishna' terdiri atas:
• Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan prosedur/kontraktor pada entitas untuk Istishna paralel.
• Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan biaya pra akad.
• Khusus untuk istishna' paralel: seluruh biaya akibat produsen/kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna' dalam penyelesaian, sehingga jurnal yang
dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna' adalah:
Dr. Aset Istishna' dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan Lain-lain xxx
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode:
a. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan
seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna'.
b. Metode akad selesai, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses
penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode persentase
penyelesaian, kecuali jika estismasi persentase penyelesaian akad dan biaya penyelesaiannya tidak
dapat ditentukan secara rasional maka digunakan metode akad selesai.
4. Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan
sampai pekerjaan telah dilakukan. Pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah
selesai dilakukan. Jurnalnya:
Dr. Aset Istishna' dalam penyelesaian xxx
Dr. Beban Istishna' xxx
Kr. Pendapatan Istishna' xxx

5. Dalam metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan sejumlah bagian


nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui sebagai
pendapatan istishna' pada periode yang bersangkutan.
a. Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan (biasanya
menggunakan estimasi). Estimasi dilakukan antara lain dengan menggunakan dasar
persentase pengeluaran biaya yaitu, membandingkannya dengan total biaya, kemudian
persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad.
b. Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.
• Persentase penyelesaian untuk penyelesaian = biaya yang telah dikeluarkan : total
biaya
• Pengakuan pendapatan = persentase penyelesaian x nilai akad
• Pengakuan margin = persentase penyelesaian x nilai
*
margin
*nilai margin = nilai akad - total biaya
Untuk pengakuan pendapatan ditahun-tahun berikutnya jika proses pembangunannya lebih
dari satu tahun:
Pendapatan tahun berjalan = pend diakui sampai dengan saat ini - pend yang telah diakui
6. Dalam metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan istishna' yang diakui
selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna' dalam penyelesaian. Jurnal untuk
pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
Dr. Aset Istishna' dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban Istishna'(sebesar biaya yang telah dikeluarkan) xxx
Kr. Pendapatan Istishna' (sebesar pendapatan yang harus diakui diperiode berjalan xxx
7. Untuk metode persentase penyelesaian, harga pokok istishna' diakui sebesar biaya istishna yang
telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna' akan melebihi pendapatan
istishna' maka tafsiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai, akan mnggunakan
akun Termin Istishna. Termin istishna' tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari
akun aset istishna' dalam penyelesaian. Berikut jurnalnya:
Dr. Piutang Istishna' (sebesar nilai tunai) xxx
Kr. Termin Istishna xxx
10. Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
Dr. Kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Kr. Piutang usaha xxx
11. Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
a. Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin penjual
kepada pembeli aakhir.
12. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi
tidak terbatas, pada:
a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna'.
b. Metode yang digunakan dalam penentuan persetanse penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan.
c. Rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.
Jika akad istishna' dilakukan dengan pembayaranm tangguh, maka pengakuan pendapatan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna' dilakukan secara
tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian.
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan
secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. Walaupun terdapat dua bagian tersebut,
hanya ada satu harga yabng ditetapkan dalam akad.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna' tangguhan dengan istishna' yang
dibayar tunbai terletak pada dua jurnal yang terdiri atas: jurnal untuk pengakuan pendapatan dan
jurnal untuk pengakuan margin keuntungan yang disebabkan pembayaran tangguhan.
1. Jurnal untuk mencatat pengeluaran biaya
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan/Kas xxx
2. Jurnal untuk pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah:
Dr. Aset istishna' dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan)
Dr. Beban Istishna' (sebesar biaya yang dikeluarkan)
Kr. Pendapatan Istishna' (sebesar pendapatan yang harus diakui diperiode berjalan)
3. Jurnal saat penagihan Dr. Piutang Istishna
Kr. Termin Istishna
4. Jurnal penyerahan asset istishna
Dr. Termin Istishna
Kr. Aset Istishna dalam penyelesaian
5. Jurnal pengakuan pendapatan dari penjualan tangguh (selisih antara nilai akad dan nilai tunai
Dr. Piutang istishna' (sebesar selisih nilai tunai dan nilai akad)
Kr. Pendapatan Istishna' tangguh
Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai dan nilai akad apabila
pembayaran dilakukan beberapa kali:
Dr. Pendapatan Istishna' Tangguh (secara proporsional periode)
Kr. Pendapatan akad istishna'
Dr. Kas
Kr. Piutang istishna' (sebesar kas yang diterima)
Untuk membedakan apakah suatu akad istishna' yang pembangunan aset istishna'nya dilakukan
lebih dari satu tahun itu dikelompokkan sebagai akad tunai dan atau akad tangguh, maka yang harus
menjadi dasar adalah sesuai waktu serah terimanya.
2. Akuntansi untuk Pembeli
1. Pembeli mengakui aset istishna' dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna' kepada penjual.
Dr. Aset Istishna' dalam Penyelesaian xxx
Kr. Utang kepada Penjual xxx
2. Aset istishna' yang diperoleh melalui transaksi istishna' dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam
akad istishna' tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna' tangguhan.
Dr. Aset Istishna' dalam Penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Dr. Beban Istishna' Tangguh (selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx
Kr. Utang kepada Penjual xxx
3. Beban istishna' tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
utang istishna'. Jurnal:
Dr. Beban Istishna' xxx
Kr. Beban Istishna' Tangguh xxx
Pembayaran utang, jurnal:
Dr. Utang kepada Penjual xxx
Kr. Kas xxx
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka
selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Kr. Kerugian Aset Istishna' xxx
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan
tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka
jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan
jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Kr. Aset Istishna' dalam Penyelesaian xxx
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
Selisih yang diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dr. Aset Istishna’ xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (biaya perolehan) xxx
7. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
a. Uatang istishna’ sebebsar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
• Persetase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’
parallel
• Kapasitas biaya perolehan, jika istishna’
8. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi
tidak terbatas, pada:
a. Rincisn utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu
b. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.

E. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD ISTISHNA


1. Kasus Metode Presentase Penyelesaian dan Pembayaran Secara Tunai

Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli


rupiah)
Sebelum melakukan akad, Beban Pra Akad Ditangguhkan 250
dikeluarkan biaya sebesar Kas 250
Rp250 untuk melakukan survei
Jika ternyata kemudian hari Beban Istishna’ 250
dilakukan akad Beban Pra Akad Ditangguhkan 250

Jika tidak terjadi akad Beban Pra Akad 250


Beban Pra Akad Ditangguhkan 250

Dilakukan akad dengan


informasi sebagai berikut:
• Biaya perolehan (produksi)
Rp1.000
• Margin keuntungan Rp200
• Nilai tunai saat penyerahan
Rp1.200
Aset itishna’ dlm penyelesaian 1.000
Mengeluarkan biaya perolehan Kas/utang persediaan 1.000
istishna’
Aset istishna’ dlm penyelesaian 200
Pada akhir periode tahun buku, Beban istishna’ 1.000
pengakuan pendapatan
Pendapatan istishna’ 1.200
(tergantung persentase
penyelesaian yang telah diakui)

Kalau pada metode akad selesai


dilakukan pada akhir masa
akad: Aset 1.200
Piutang istishna’ 1.200 Utang istishna 1.200
Pada saat penagihan dan Termin istishna’ 1.200
penyerahan asset istishna’
kepada pembeli Termin istishna’ 1.200
Aset istishna’ dlm penyelesaian 1.200
Termin istishna’ sebagai contra
account dari asset istishna’
dalam penyelesaian
Kas 1.200
Pada saat kas diterima Piutang istishna’ 1.200

Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang
dilakukan pada akhir masa akad.
2. Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran Tangguh
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
Dilakukan akad dengan Aset itishna’ dlm penyelesaian 1.000
informasi sebagai berikut: Kas/utang persediaan 1.000
• Biaya perolehan (produksi)
Rp1.000
• Margin keuntungan Rp200
• Nilai tunai saat penyerahan
Rp1.200
• Nilai akad karena Tangguh
Rp1.500
• Selisih nilai akad dan tunai
Rp300
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’
Pada akhir periode tahun buku, Aset istishna’ dlm penyelesaian 200
pengakuan pendapatan Beban istishna’ 1.000
(tergantung persentase Pendapatan istishna’ 1.200
penyelesaian yang telah diakui)
Pada saat penagihan dan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
penyerahan asset istishna’ Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’ 1.200
kepada pembeli Piutang istishna’ 300 Beban istishna’ Tangguh 300
Pendapatan istishna’ tangguh 300 Utang istishna’ 300

Termin istishna’ sebagai contra Termin istishna’ 1.200


account dari asset istishna’
Aset istishna’ dlm penyelesaian 1.200
dalam penyelesaian

Pada saat kas diterima. Diangur Utang istishna’ 500


Kas 500
selama 3 tahun, jadi setiap Kas 500
tahun Piutang istishna’ 500
Pendapatan istishna’ tangguh 100 Beban itishna’ 100
membayar Rp500
Pendapatan istishna’ 100 Beban istishna’ tangguh 100
Jika pembeli melakukan
kewajiban pembayaran
istishna’ lebih awal dan penjual
memberikan potongan sebesar
Rp75. Maka potongan:
• Jika potongan Pendapatan istishna’ tangguh 75 Utang istishna 75
diberikan Piutang istishna 75 Beban istishna’ tangguh 75
pada saat pelunasan Kas 425 Utang istishna’ 425
Pendapatan istishna’ tangguh 25 Beban istishna’ 25
Piutang istishna 425 Beban istishna’ tangguh 25
Pendapatan istishna’ 25 Kas
425

Kas 500
• Jika potongan Pendapatan istishna’ tangguh 100 Utang istishna’ 500
diberikan Piutang istishna 500
setelah pelunasan Beban istishna’ 100
Pendapatan istishna’ 100 Kas
Pendapatan istishna’ 75 500
Kas 75 Beban istishna’ tangguh
100
Kas 75
Beban istishna’ 75

Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan metode
persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang akan dilakukan pada
akhir masa akad.
3. Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna dan Dibayar Tunai
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Penjual Pembeli
Dilakukan akad dengan Aset itishna’ dlm penyelesaian 1.000
informasi sebagai berikut: Kas/utang/persediaan 1.000
• Biaya perolehan (produksi)
Rp1.000
• Margin keuntungan Rp200
• Nilai tunai saat penyerahan
Rp1.200
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’
Ternyata biaya perolehan yang Aset itishna’ dlm penyelesaian 250
diperkirakan Rp1.000 Kas/utang/persediaan 250
realisasinya adalah Rp1.250
Saat akhir periode pengakuan Beban istishna’ 1.250
kerugian dari istishna’ Aset istishna’ dlm penyelesaian
(kerugian) 50
Pendapatan istishna’ 1.200

Pada saat penagihan dan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200


penyerahan asset istishna’ Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’ 1.200
kepada pembeli

Termin istishna’ sebagai contra Termin istishna’ 1.200


account dari asset istishna’ Aset istishna’ dlm penyelesaian 1.200
dalam penyelesaian
Pada saat kas diterima Kas 1.200 Utang istishna’ 1.200
Piutang istishna’ 1.200 Kas 1.200
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia.Edisi 5. Jakarta:Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai