AKAD ISTISHNA’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah Dosen
Pengampu : Rita Rosiana, S.E., M.Si.
Oleh :
M. ALFIN SETIADI
5552200030
JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
A. PENGERTIAN AKAD ISTISHNA
Akad istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual
(pembuat/shani )-(Fatwa DSN MUI). Shani' akan menyediakan barang yang dipesan sesuai dengan
spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna'
pararel).
Dalam PSAK 104 Par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal.
3. Harus diketahui krakteristik secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan
kuantitasnya.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas jumlah yang telah
dibayarkan dan penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu. Begitu akad
disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya istishna' tidak dapat
dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau
penyelesaian akad.
Karakteristik Istishna' antara lain:
1. Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan
(mashnu') sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran dimuka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan
harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang
dilakukan pada akhir masa akad.
2. Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran Tangguh
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
Dilakukan akad dengan Aset itishna’ dlm penyelesaian 1.000
informasi sebagai berikut: Kas/utang persediaan 1.000
• Biaya perolehan (produksi)
Rp1.000
• Margin keuntungan Rp200
• Nilai tunai saat penyerahan
Rp1.200
• Nilai akad karena Tangguh
Rp1.500
• Selisih nilai akad dan tunai
Rp300
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’
Pada akhir periode tahun buku, Aset istishna’ dlm penyelesaian 200
pengakuan pendapatan Beban istishna’ 1.000
(tergantung persentase Pendapatan istishna’ 1.200
penyelesaian yang telah diakui)
Pada saat penagihan dan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
penyerahan asset istishna’ Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’ 1.200
kepada pembeli Piutang istishna’ 300 Beban istishna’ Tangguh 300
Pendapatan istishna’ tangguh 300 Utang istishna’ 300
Kas 500
• Jika potongan Pendapatan istishna’ tangguh 100 Utang istishna’ 500
diberikan Piutang istishna 500
setelah pelunasan Beban istishna’ 100
Pendapatan istishna’ 100 Kas
Pendapatan istishna’ 75 500
Kas 75 Beban istishna’ tangguh
100
Kas 75
Beban istishna’ 75
Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan metode
persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang akan dilakukan pada
akhir masa akad.
3. Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna dan Dibayar Tunai
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Penjual Pembeli
Dilakukan akad dengan Aset itishna’ dlm penyelesaian 1.000
informasi sebagai berikut: Kas/utang/persediaan 1.000
• Biaya perolehan (produksi)
Rp1.000
• Margin keuntungan Rp200
• Nilai tunai saat penyerahan
Rp1.200
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’
Ternyata biaya perolehan yang Aset itishna’ dlm penyelesaian 250
diperkirakan Rp1.000 Kas/utang/persediaan 250
realisasinya adalah Rp1.250
Saat akhir periode pengakuan Beban istishna’ 1.250
kerugian dari istishna’ Aset istishna’ dlm penyelesaian
(kerugian) 50
Pendapatan istishna’ 1.200