Disusun Oleh:
1. Rizqiani Anggun Lativa (191120002315)
2. Laila Hidayatun Najjah (191120002317)
PEMBAHASAN
• Rukun Istishna’
Rukun Istishna’ ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku terdiri atas pemesan ( pembeli atau mustashni’)
dan penjual (pembuat atau shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan
modal istishna’ yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul/serah terima.
• Ketentuan Syariah:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek Akad.
a) Ketentuan tentang pembayaran adalah sebagai berikut.
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau
manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka
penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan uang.
1.Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal:
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(K) Utang Kepada Penjual
2. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara
harga beli yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban istishna’tangguh.
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (sebesar nilai tunai)
(D) Beban Istishna’ tangguh (selisih niali tunai dengan harga beli)
(K) Utang kepada Penjual
3. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna’. Jurnal:
(D) Beban Istishna’
(K) Beban Istishna’ Tangguh
Pembayaran utang, jurnal:
(D) Utang Kepada Penjual
(K) kas
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan
penjual, dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut
dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, naka selisihnya diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan
kerugian piutang. Jurnal:
(D) Piutang Jatuh Tempo Kepada Penjual
(K) Kerugian Aset Istishna’
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai demgan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang.
(D) Piutang Jatuh Tempo Kepada Penjual
(K) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara
nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
pada periode berjalan.
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (nilai wajar)
(D) Kerugian
(K) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (biaya perolehan)
7.Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan
hal-hal sebagai berikut.
• Utang Istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau
kontraktor yang belum dilunasi
• Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
a. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan
kepada pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
b. Kapitaisasi biaya perolehan, jika istishna’
8.Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’
dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
• Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka
waktu;
• Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101
tentang Penyajian Laporan Keuangan.
TERIMA KASIH