Anda di halaman 1dari 19

AKAD ISTISHNA’

Disusun Oleh:
1. Rizqiani Anggun Lativa (191120002315)
2. Laila Hidayatun Najjah (191120002317)
PEMBAHASAN

• Pengertian Akad Istishna’


• Perbedaan Akad Salam dengan Akad Istishna’
• Jenis-Jenis Akad Istishna’
• Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Istishna’
• Perlakuan Akuntansi pada Akad Istishna’
PENGERTIAN

Akad Istishna’ adalah akad jual beli dalam


bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’)
dan penjual (pembuat/shani’)- (Fatwa DSN
MUI). Shani’akan menyiapkan barang yang
dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri
atau melalui pihak lain (Istishna’ Paralel).
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang
pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah
akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan
(customized), bukan produk massal
3. Harus diketahui karakteristiknya secara
umum yang meliputi jenis, spesifikasi
teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad
istishna’ kedua dengan subkontraktor untuk
membantunya memenuhi kewajiban akad istishna’
pertama (antara penjual dan pemesan). Pihak yang
bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada
penjual tidak dapat dialihkan pada subkontraktor
karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan
penjual dengan subkontraktor. Pembeli mempunyai hak
untuk memperoleh jaminan dari penjual atas
1. Jumlah yang telah dibayarkan
2. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi
dan tepat waktu (PSAK 104 par. 13)
Perbedaan Akad Salam dengan Akad
Istishna’
Subjek Salam Istisna’ Aturan dan
Keterangan
Pokok Muslam fihi Mashnu’ Barang
Kontrak ditangguhkan,
dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat Boleh saat Cara penyelesaian
kontrak kontrak, pembayaran
boleh merupakan
diangsur, perbedaan utama
boleh antara salam dan
kemudian istishna’
Sifat Kontrak Mengikat secara Mengikat secara ikutan Salam mengikat
asli (thabi’i) (thaba’i) semua pihak sejak
semula, sementara
istishna’ dianggap
mengikat
berdasarkan
pandangan para
ahli fikih demi
kemaslahatan,
serta tidak
bertentangan
dengan aturan
syariah.
Kontrak Salam Paralel Istishna’ Paralel Baik salam paralel
Paralel maupun istishna’
paralel sah
asalkan kedua
kontrak secara
JENIS AKAD ISTISHNA’
1. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati atara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)
2. Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’
antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istihna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad
istishna’ pertama (antara penjual dan pemesan) tidak
bergantung pada istishna’ kedua (antara penjual dan
pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual
dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan
penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama
konstruksi.
Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’

• Rukun Istishna’
Rukun Istishna’ ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku terdiri atas pemesan ( pembeli atau mustashni’)
dan penjual (pembuat atau shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan
modal istishna’ yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul/serah terima.

• Ketentuan Syariah:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek Akad.
a) Ketentuan tentang pembayaran adalah sebagai berikut.
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau
manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka
penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan uang.

b) Ketentuan tentang barang, adalah sebagai berikut.


5. Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehinggan tidak
adal lagi jahalah dan perselisihan tidak dapat dihindari.
6. Barang pesanan diserahkan kemudian.
7. Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
8. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
9. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan
kesepakatan.
10.Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
11.Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehigga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling
rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)

A. Akuntansi untuk Penjual


1. Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan
atau tagihan yang diterima dari produsen/ kontraktor
akan diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian,
sehingga jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ adalah:
(D) Aset Istishna dalam Penyelesaian xx
(K) Persediaan, Kas, Utang, dan lain-lain xx

2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal


jatuh tempo dan penjual memberikan potongan, maka
potongan tersebut sebagai pengurang pendapataan
istishna’.
3. Pengakuan pendapatan dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode
berikut.
• Metode proses presentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan
pendapatan yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian
berdasarkan akad istshna’.
• Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan
dilakukan sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui sebagi pendpatan
istishna’ pada periode yang bersangkutan.
5. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan
istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada
aset istishna’ dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
(D) Aset Istishna’ dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan)
(K) Beban Istishna’ (sebesar biaya yang dikeluarkan)
6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir
periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya
istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode
tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan
pendapatan, harga pokok dan keuntungan sampai dengan
pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendpatan diakui
pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya
perolehan istoshna’ akan melebihi pendapatan istishna’
maka taksiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase
penyelesaian atau akad selesai, maka jurnal:
(D) Piutang Istishna’ (sebesar nilau tunai)
(K) Termin Istishna’
10. Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
(D) Kas (sebesar uang yang diterima)
(K) Piutang Usaha
11. Penyajian, penjual menyajikan laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut.
• Piutang Istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
• Termin Isihsna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
12. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam
laporan keuanga, tetapi tidak terbatas, pada:
• Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna’
• Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan;
• Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang;
• Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keungan Syariah.
B. Akuntansi untuk Pembeli

1.Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal:
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(K) Utang Kepada Penjual
2. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara
harga beli yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban istishna’tangguh.
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (sebesar nilai tunai)
(D) Beban Istishna’ tangguh (selisih niali tunai dengan harga beli)
(K) Utang kepada Penjual
3. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna’. Jurnal:
(D) Beban Istishna’
(K) Beban Istishna’ Tangguh
Pembayaran utang, jurnal:
(D) Utang Kepada Penjual
(K) kas
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan
penjual, dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut
dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, naka selisihnya diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan
kerugian piutang. Jurnal:
(D) Piutang Jatuh Tempo Kepada Penjual
(K) Kerugian Aset Istishna’
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai demgan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang.
(D) Piutang Jatuh Tempo Kepada Penjual
(K) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara
nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
pada periode berjalan.
(D) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (nilai wajar)
(D) Kerugian
(K) Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (biaya perolehan)
7.Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan
hal-hal sebagai berikut.
• Utang Istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau
kontraktor yang belum dilunasi
• Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
a. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan
kepada pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
b. Kapitaisasi biaya perolehan, jika istishna’
8.Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’
dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
• Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka
waktu;
• Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101
tentang Penyajian Laporan Keuangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai