Anda di halaman 1dari 19

ISLAM

Islam is NOT merely a RELIGION,


It is a TOTAL WAY OF LIFE (ad-Diin)
 Dienul Islam

SYAMIL WA MUTAKAMIL
(COMPLETE & COMPREHENSIVE)
1. Allah menciptakan TERTAWA dan ….......
2. Allah itu MEMATIKAN dan .....................
3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan .........
4. Allah memberikan KEKAYAAN dan .......
1. Allah menciptakan TERTAWA dan
MENANGIS (an-Najm: 43)
2. Allah itu MEMATIKAN dan
MENGHIDUPKAN (an-Najm: 44)

3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan


PEREMPUAN (an-Najm: 45)

4. Allah memberikan KEKAYAAN dan ................


KECUKUPAN (an-Najm: 48)
ISLAM A COMPREHENSIVE WAY OF LIFE

ISLAM
ISLAM

AQIDAH
AQIDAH SHARIAH
SHARIAH AKHLAQ

MUAMALAH
MUAMALAH IBADAH

SPECIAL
SPECIAL RIGHTS
RIGHTS PUBLIC
PUBLIC RIGHTS
RIGHTS

CRIMINAL
CRIMINAL LAWS
LAWS CIVIL
CIVIL LAWS
LAWS INTERIOR
INTERIOR AFFAIRS
AFFAIRS EXTERIOR
EXTERIOR AFFAIRS
AFFAIRS

INTERNATIONAL
INTERNATIONAL
RELATION
RELATION

ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE ECONOMY
ECONOMY CONSTITUENCY
CONSTITUENCY

FINANCE
FINANCE

LEASING
LEASING INSURANCE
INSURANCE BANKING
BANKING MORTGAGE
MORTGAGE VENTURE
VENTURE CAPITAL
CAPITAL
ISLAMIC TRANSACTION
(’AQAD)

1. Paradigm of Islamic Transaction


2. Principles of Islamic Transaction
3. Characteristics of Islamic Transaction
PARADIGMA TRANSAKSI SYARIAH
• Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam
semesta dicipta oleh Allah sbg amanah (kepercayaan ilahi) dan
sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah)
• Paradigma dasar tsb menekankan bahwa setiap aktivitas umat
manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan
perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik-buruk, benar-
salahnya aktivitas usaha.
• Paradigma tsb akan membentuk integritas yang membantu
terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan
disiplin pasar (market discipline) yang baik.
• Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas
umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang
menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun
interaksi horisontal dengan sesama makhluk.
• Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
(transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan
stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah.
• Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral
dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi
saling menguntungkan, sinergis dan harmonis.
Asas & Prinsip Transaksi Syariah
• Transaksi syariah berasaskan pada prinsip-prinsip:
a) Persaudaraan (ukhuwah);
b) Keadilan (‘adalah);
c) Kemaslahatan (maslahah);
d) Keseimbangan (tawazun); dan
e) Universalisme (syumuliyah);
Prinsip Persaudaraan:
• Ukhuwah esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi
sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan
secara umum dengan semangat saling tolong menolong.
• Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak
boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
• Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip:
 Saling mengenal (ta’aruf);
 Saling memahami (tafahum);
 Saling menolong (ta’awun);
 Saling menjamin (takaful);
 Saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf);
Prinsip Keadilan:
• ‘Adalah esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan
sesuatu sesuai posisinya.
• Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip
muamalah yang melarang adanya unsur:
a) Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik
riba nasiah maupun fadhl)
b) Kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan);
c) Maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
d) Gharar (unsur ketidakjelasan); dan
e) Haram (unsur haram baik barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait);
• Esensi riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang
dipersyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam serta derivasinya
dan transaksi tidak tunai lainnya, dan setiap tambahan yang
dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-barang
ribawi termasuk pertukaran uang (money exchange) yang sejenis
secara tunai maupun tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak
tunai.
• Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya, memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan
temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya dan
memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya. Kezaliman dapat
menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat secara keseluruhan,
bukan hanya sebagian; atau membawa kemudharatan bagi salah satu
pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi.
• Esensi maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan
tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat perjudian
(gambling);
• Esensi gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan
salah satu pihak karena mengandung unsur ketidakjelasan,
manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian
pelaksanaan akad. Bentuk-bentuk gharar antara lain:
a) Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada
waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada;
b) Menjual sesuatu yang belum berada di bawah pengausaan penjual;
c) Tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa;
d) Tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran;
e) Tidak adanya ketegasan kenis dan obyek akad;
f) Kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang
ditentukan dalam transaksi;
g) Adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang kurang
atau dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman yang
ditransaksikan.
• Esensi haram adalah segala unsur
yang dilarang secara tegas dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah

Bunga & Riba


Prinsip Kemaslahatan:
• Maslahah esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat
yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
• Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi unsur kepatuhan syariah
(halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan kebaikan (thoyib)
dalam semua aspek secara keseluruhan yg tidak menimbulkan
kemudharatan;
• Transaksi syariah yang dianggap bermanfaat harus memenuhi secara
keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan syariah
(maqasid syar’iyah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap:
a) Dien (akidah, keimanan dan ketakwaan);
b) ‘Aql (intelektual, akal);
c) Nasl (keturunan);
d) Nafs (jiwa dan keselamatan); dan
e) Maal (harta benda);
Prinsip Keseimbangan:
• Tawazun esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek prifat dan publik, sektor keuangan dan sektor riel,
bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan
pelestarian.
• Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi
keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik
(shareholder).
• Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada
pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat
merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.
Prinsip Universalisme:
• Syumuliyah esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk
semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan
suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan
bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).
• Transaksi syariah terikat dengan nilai-nilai etis meliputi aktivitas
sektor keuangan dan sektor riel yang dilakukan secara koheren tanpa
dikotomi sehingga keberadaan dan nilai uang merupakan cerminan
aktivitas investasi dan perdagangan.
Karakteristik Transaksi Syariah
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sbb.:
(a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham
dan saling ridha;
(b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang obyeknya halal
dan baik (thoyib);
(c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur
nilai, BUKAN sebagai komoditas;
(d) Tidak mengandung unsur riba;
(e) Tidak mengandung unsur kezaliman;
(f) Tidak mengandung unsur maysir;
(g) Tidak mengandung unsur gharar;
(h) Tidak mengandung unsur haram;
(i) Tidak menganut prinsip nilai waktu uang (time value of money)
karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait
dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai
dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);
(j) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas
dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa
merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan
(ta’alluq) dalam satu akad;
(k) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy),
maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar), dan
(l) Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap
(risywah);
• Topik-3

Anda mungkin juga menyukai