Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AUDITING 1

BUKTI AUDITING DAN TES TRANSAKSI

disusun oleh:

1. Faiz Abdillah Fadhil (2001020058)

2. Nurul Bariroh (2001020037)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN PELAJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang dan atas segala karunia dan
Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kesejahteraan dan keselamatan semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh
pengikut-Nya. Semoga para pengikutnya mendapatkan Syafa’at dari Beliau. Amin.

Terima kasih atas dukungan semua pihak, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga seluruhnya senantiasa
mendapat ridho dan rahmat dari Allah SWT. Amin.

Lamongan, 24 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

2.1 Sifat bukti audit................................................................................................... 3


2.2 Jenis bukti audit .................................................................................................. 4
2.3 Compliance test dan substantive test ................................................................... 5
2.4 Cara pemilihan sampel........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP. ............................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi
dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi
adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat
sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.

Satu rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang
merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah undang-undang muncul
sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan
sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana,
sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan
tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara langsung ke masyarakat. Implementasi
kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak
lebih dan kurang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sifat bukti audit

2. Jenis bukti audit

3. Compliance test dan subtantive test

4. Cara pemilihan sampel

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Memahami sifat bukti audit

2. Memahami jenis audit

3. Memahami compliance test dan substantive test

4. Memahami cara pemilihan sampel


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat bukti audit

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua informasi
penguat yang tersedia bagi auditor.Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman
akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja work sheet dan spread sheet yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data
akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan;
di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang
melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Bukti audit penguat
meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek; catatan electronic fund system;
faktur; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi
auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangat
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang
diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih
diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara
pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan
inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence).Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti
audit, yaitu:

1. Physical evidence, terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi
atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistenti atau
keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname,
observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan
inventarisasi aset tetap.

2. Confirmation Evidence adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan


atau penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien. Contohnya adalah jawaban
konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

3. Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen


pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal
voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen
mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang
memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.

4. Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi


yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing, dan extension dari rincian
persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga,
laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya
pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku
besar dan sub buku besar, rekonsiliasi intercompany accounts dan lain-lain.

5. Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi
keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan
lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk Trend
(Horizontal) analysis, yaitu; Membandingkan angka-angka laporan keuangan tahun
a.berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan. b.penurunan yang
signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase. C.Common Size (Vertical)
Analysis. Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio manajemen aset.
6. Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities persediaan yang
bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan lain-lain. Pada Exhibit 6-1, diperlihatkan urutan reliabilitas dari keenam tipe
bukti audit.

2.2 Jenin bukti audit

Setelah mengetahui beberapa hal penting mengenai bukti dalam proses audit ini, selanjutnya
penting untuk Anda mengetahui jenis-jenis dari audit evidence ini. Adapun secara detail berikut
adalah uraiannya:

1. Pengujian Fisik

Bukti jenis ini adalah fakta atau informasi yang diperoleh oleh auditor dengan cara melihat
secara langsung fisik dari aset perusahaan. Misalnya fisik dari persediaan yang dimiliki
perusahaan. Pengujian fisik ini digunakan dalam audit hukum misalnya untuk melakukan cek
kebenaran luas tanah yang tertera dalam sertifikat tanah.

2. Konfirmasi

Bukti konfirmasi ini adalah fakta yang diperoleh auditor berdasarkan pernyataan, baik bersifat
langsung maupun tertulis oleh pihak ketiga yang independen. Auditor umumnya lebih memilih
bukti yang sifatnya tertulis dibandingkan bukti yang sifatnya pernyataan langsung, sebab lebih
mudah dianalisis.

3. Dokumentasi

Dalam memperoleh bukti yang valid, setelah melakukan pengujian fisik atau terhadap bukti
barang yang sifatnya habis pakai, atau berupa kegiatan maka cara pembuktian yang paling
relevan adalah dengan melakukan dokumentasi.

4. Analitis
Bukti analitis ini berkaitan dengan kompetensi keilmuan dari auditor, dalam memperoleh bukti
analitis ini umumnya auditor akan membandingkan suatu objek dengan objek lainnya. Atau
dalam laporan keuangan auditor tentu akan melakukan perbandingan antara neraca saldo dengan
beberapa laporan keuangan lainnya seperti laba-rugi.

5. Wawancara

Wawancara ini diperlukan sebagai bukti pendukung, misalnya untuk menilai bagaimana kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan, bukti yang paling valid antara lain adalah dengan
melakukan wawancara terhadap pegawai atau organisasi dibawahnya.

6. Perhitungan Ulang

Bukti ini hanya berlaku jika yang diaudit adalah laporan keuangan. Teknik ini digunakan untuk
mengukur validitas hasil perhitungan yang dilakukan klien.

7. Observasi

Meskipun hampir sama pengujian fisik, tapi prakteknya berbeda. Pengujian fisik lebih detail dari
observasi, sebab dalam observasi ini hanya dilakukan pengamatan saja tanpa melakukan kontak
fisik. Namun, metode ini juga bisa mendapatkan fakta lain yang lebih valid dibandingkan dengan
uji fisik. Tujuannya tentu berbeda, bila uji fisik dilakukan untuk melakukan cek terhadap
informasi yang dicantumkan, observasi dilakukan untuk tujuan memperoleh data diluar
informasi yang disediakan.

2.3 Compliance test dan Subtantive test

Tes Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap butki-
bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah
setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang
ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi,
walaupun jumlah rupiahnya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari
penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern. Juga harus dipertimbangkan
apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu
"compensating control".
2.4 Cara pemilihan sampel

Cara pemilihan sampel audit dilakukan agar akuntan publik tidak seenaknya mengambil bukti
transaksi di perusahaan. Sampel harus dipilih dengan metode tertentu karena harus
dipertanggungjawabkan oleh auditor sehingga harus benar-benar representative.

Cara pemilihan sampel audit dapat menggunakan metode random,metode judgement sampling,
metode block sampling dan metode statistical sampling. Auditor dianjurkan untuk menyusun
sampling plan dengan menggunakan metode pemilihan sampel berikut ini.

1. Judgement Sampling

Judgement sampling adalah pemilihan sampel audit secara random dengan menggunakan intuisi
dari akuntan publik. Contohnya menggunakan metode vouching bukti transaksi.

2. Block Sampling

Block sampling adalah pemilihan sampel audit dengan memilih bulan tertentu untuk transaksi
perusahaan. Contohnya auditor menggunakan januari, maret dan juli.

3. Statistical Sampling

Statistical sampling adalah pemilihan sampel audit dengan menggunakan langkah ilmiah.
Sampel statistical akan memerlukan waktu lama untuk pengumpulan bukti audit dan
dipergunakan ketika pengendalian internal perusahaan berjalan baik.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit.
Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan
mengevaluasi bukti. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi
dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-nasional/management/makalah-
bukti-audit-dan-tes-transaksi/24248059

https://pdfcoffee.com/bab-6-bukti-audit-dan-tes-transaksi-pdf-free.html

https://www.masraffi.com/2020/10/cara-pemilihan-sampel-audit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai