Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI

TES TRANSAKSI (TES OF RECORDED TRANSACTION)

DOSEN PENGAMPU :

Muhammad Luthfi, SE., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 6:

Muhammad Amin (20210033)

Nena Hayati (20210028)

Intan Julia Darwis (20210027)

Indah Mawar Sari (20210026)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDY AKUNTANSI

UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah S.W.T yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami penjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tes Transaksi (Tes of Recorded Transaction)” tepat pada waktunya.

Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


Muhammad Luthfi, SE., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah “Auditing I ’’
dan beberapa pihak sumber yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini, dan
mohon maaf apabila makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dalam
penyajiannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat meperbaiki makalah ini.

Bandar Lampung, 11 Oktober 2022

Penyusun

(Kelompok 6 )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................2

1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE).................................3

2.2 COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST.......................5

2.3 CARA PEMILIHAN SAMPEL..........................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................9

3.1 KESIMPULAN....................................................................................9

3.2 SARAN................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tes transaksi (test of recorded transactions) merupakan tes terhadap bukti-bukti


pembukuan yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi
sudah disajikan dengan sistem dan prosedur asersi manajemen. Tujuan tes
transaksi tersebut adalah untuk memastikan keakuratan proses transaksi
pengeluaran kas atau bank yang dibuat oleh perusahaan properti. Bukti
Pengeluaran Kas atau Bank mempunyai beberapa transaksi dan prosesnya harus
sesuai prosedur asersi manajemen tersebut. Bila asersi manajemen atas transaksi
tidak dipatuhi oleh perusahaan, maka akan berakibat fatal pada kewajaran
laporan keuangan. Ketika suatu perusahaan mempunyai kelemahan pada proses
terjadinya bukti dokumen transaksi pengeluaran kas/bank. Salah satunya adalah
otorisasi bukti pengeluaran bank yang belum terjadi, kelengkapan bukti yang
tidak ada atau hilang, perhitungan nominal, perkiraan akun, dan lain sebagainya.
Kejadian dalam proses pembuatan bukti transaksi tersebut membutuhkan
perhatian lebih untuk dites transaksi karena pengeluaran kas mempunyai resiko
besar yang perlu diperhatikan lebih oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam
kejadian tersebut Kantor Akuntan Publik (KAP) dipilih untuk memeriksa
informasi keuangan yang membutuhkan perhatian lebih tersebut karena
bertindak sebagai pihak yang independen. Pihak independen dari akuntan publik
akan memeriksa bukti pengeluaran kas atau bank sesuai dengan standart auditing
lapangan.

Maka dari pembahasan tersebut kami tertarik untuk melakukan pembahasan


mengenai a). sifat bukti audit (Audit Evidence), b). peebedaan antara
complicance test dan substantive test, serta c). cara pemilihan sampe oleh karena
itu kami melakukan pembahasan ini agar teknik pemilihan sampel harus sesuai
dengan yang telah ditentukan untuk mempertimbangkan waktu dan biaya yang
telah dihabiskan dalam pemeriksaan yang dilakukan dalam audit.
2

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah seperti:

 Bagaimana sifat bukti Audit (Audit Evidence)

 Apa perbedaan antara Compliance Test dan Subtantive Test

 Bagaimana cara pemilihan sampel

1.3 TUJUAN PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini dapat diambil beberapa tujuan sebagai berikut:

 Dapat memberikan pemahaman mengenai sifat bukti Audit (Audit Evidence)

 Dapat memahami perbedaan antara Compliance Test dan Subtantive Test

 Dapat mengetahui cara pemilihan sampel


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar dan buku pembantu,
dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja
(work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat
dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan: di pihak lain,
tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang
melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulls maupun elektronik, seperti cek,
catatan electronic fund system faktur, surat kontrak notulen rapat konfirmasi dan
representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor
melalui permintaan keterangan pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta
informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompetan, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan
sangar tergantung alas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Bukti okatem yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap
lebih kuat, dalam art dapat lebih diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti
yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif
pengendalian Intem, semakin besar jaminan yang diberikan mengenal keandalan data
akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung
yang diperoleh melalui inspeksi fisik pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih
bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence). Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam
tipe bukti audit, yaitu:

Physical evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi
atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname,
4

observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan
inventarisasi aset tetap.

Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,


kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya adalah
jawaban konfirmasi plutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan
biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen


pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan,
journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi
manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail
yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-
transaksi dan kejadian kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.

Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan


rekonsilias yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan extension dari
rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban
bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya
pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo plutang usaha dan utang menurut
buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.

Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap


informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu
membuat perencanaan audit, sebelumn melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:

1. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan


tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan
yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.

2. Common Size (Vertical) Analysis.

3. Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio


leverage dan rasio manajemen aset.

Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan
auditor mengenai pengendalian Intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan
yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-
lain.
5

2.2. COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST

Tes Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap
bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahu apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai
dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan
dalam pemprosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak
material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut
terhadap efektivitas pengendalian intern.

Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian
Intern bisa di atasi dengan suatu "compensating control”.

Misalnya:

Kesalahan yang ditemukan Kelemahan I/C Compensating Control

1. Bukti pengeluaran Timbul 1. Sublegder utang selalu di


kas dan bukti-bukti kemungkinan update dan setiap akhir
pendukung di cap bukti pendukung bulan direconcille dengan
lunas. dikerjakan untuk saldo utang dibuku besar.
pembayaran yang
kedua kainya. 2. Perusahaan memiliki
bagian internal audit yang
cukup kuat dan setiap
bulan memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas.

2. bukti pengeluaran kas Timbul karena Perusahaan menggunakan imprest


tidak bernomor urut kemungkinan fund system untuk pengeluaran ≤
tercetak. penyalahgunaan Rp. 750.000,- untuk jumlah ≥ Rp.
bukti tersebut 750.000,- dibayar dengan giro,
untuk keuntungan yang urutan nomornya selalu
pribadi. diawasi.
6

Compliance biasanya diguakan untuk transaksi berikut ini:

Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sampel yang digunakan

 Penjualan Sales Test Faktur penjualan

 Penerimaan Cash Receipts Test Kwintansi

 Pengeluaran kas Cash Dibursements Nomor check/giro


Test
 Pembelian Purchase order
Purchase Test
 Pembayaran gaju dan Daftar gaji
upah Payroll Test
Jurnal voucher
 Jurnal koreksi Journal Voucher Test
/penyesuaian

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:

 kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)

 kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)

 otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang

 kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit

 kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun

Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan


keuangan (Neraca dan Laporan Laba Rugi).

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:

 inventarisasi aset tetap

 observasi atas stock opname konfirmasi piutang, utang dan bank

 subsequent collection dan subsequent payment


7

 kas opname

 pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan-


kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau
tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara
tertulis (dalam bentuk daftar audit adjustment). Jika usulan adjustment tidak disetujui
klien, dan auditor yakin usulan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh
memberikan unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu
mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan
mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perlu
membuat kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and
Loss, Top Schedule dan Supporting Schedule.

2.3. CARA PEMILIHAN SAMPEL

Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa


keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan
biaya yang besar.

Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara "test basis" atau secara
sampling. Dari keseluruhan "universe" diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari
hasil pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenal "universe"
secara keseluruhan.

Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah
mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan
sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. Sampel harus dipilih dengan cara
tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut betul-betul
representative.

Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun "sampling plan". Beberapa cara pemilihan sampling yang sering
digunakan adalah:
8

Random/Judgement

Sampling Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan


judgement si akuntan

Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas
auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama
dengan Rp. 5.000.000,- harus di vouching, ditambah dua setiap bulan yang berjumlah
di bawah Rp. 5.000.000,-

blocking sampling

Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih
sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan Januari, Juni dan Desember.

Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung
pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik
hasilnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul representative. Tetapi jika auditor
kurang pengalaman. sampel yang dipilih akan kurang representative.

Statistical Sampling

Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang lebih
banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang
sangat besar dan mempunyal internal control yang cukup baik.
9

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pembahasan dimakalah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam bukti audit
harus sah dan relevan. Keabsahan sangar tergantung atas keadaan yang berkaitan
dengan pemerolehan bukti tersebut. Karena pada dasarnya bukti audit berpengaruh
pada kesimpulan yang di ambil oleh auditor untuk memberikan pendapat atas
pelaporan keuangan yang diauditnya. Begitu pula pada saat pemilihan sampel harus
sesuai dengan yang telah ditentukan untuk mempertimbangkan waktu dan biaya
yang telah dihabiskan dalam pemeriksaan yang dilakukan dalam audit. Ketika
terjadi kesalahan dalam sampling maka terdapat kesalahan penyajian serta
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, karena pada dasarnya
“semakin kecil ukuran sampel, maka semakin tinggi risiko samplingnya”.
sehingga Sampel harus dipilih dengan cara yang tepat agar dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut betul-betul representative.

3.2 SARAN

Sebaiknya,untuk kedepanya agar laporan keuangan yang dihasilkan jauh lebih baik
lagi dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditor harus lebih
independen,bukti audit juga harus kompenten,bukti yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi,pengamatan,permintaanketerangan,yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan audit sesuai dengan standar akuntansi.
10

Daftar Pustaka

Sukrisno, Agoes.2012.Auditing : Petunjuk Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor


Akuntan Publik,Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat

Husmawati, Fera.Tes Transaksi dan Kertas Kerja Pemeriksaan. Diakses pada 11


Oktober 2022

https://www.academia.edu/19780783/Tes_Transaksi_dan_Kertas_Kerja_Pemeriksaan

Yuliasari, Ade Ayu.Februari 2016.Tes Transaksi Untuk Memastikan Keakuratan


Bukti Pengeluaran Bank Perusahaan Properti. Diakses pada 11 Oktober 2022

http://repository.wima.ac.id/id/eprint/5515/#:~:text=Tes%20transaksi%20
11

10 pertanyaan beserta jawaban mengenai test transaksi :

1. Transaksi ''penerimaan kas'' menggunakan jenis compliance test...

A. purchase test

B. cash receipts test

C. cash disbursements test

D. payrol test

E. journal voucher test

2. Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan dalam
hal material, auditor harus mengusulkan...

A. extension

B. supporting schedule

C. kuitansi

D. audit adjustment

E. immaterial

3. Untuk dapat membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern di suatu


perusahaan,

akuntan harus melakukan...

A. substantive test

B. analytical review

C. compliance test

D. sales test
12

E. observasi atas stock opname

4. Fungsi substantive adalah menilai kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan


keuangan (seperti neraca dan laporan laba-rugi). Maka terdapat beberapa prosedur
pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test dibawah ini, kecuali...

A. inventarisasi aset tetap

B. observasi atas stock opname

C. konfirmasi piutang, utang dan bank

D. subsequent collection dan subsequent payment

E. purchase order

5. Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang lebih
banyak, dan lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar dan
mempunyai internal control yang cukup baik. Hal tersebut merupakan definisi dari...

A. Block Sampling

B. Probability Sampling

C. Random/ Judgement Sampling

D. Simple Random Sampling

E. Statistical Sampling

6. 1). Documentary evidence

2). Evidence obtain through confirmation

3). Physical evidence


13

4). Economics evidence

5). Hearsay evidence

6). Analytical evidence

7). Mathematical evidence

8). System evidence

Yang tidak termasuk dalam 6 tipe bukti audit menurut "Konrath" yaitu nomor...

A. 1) dan 2)

B. 3) dan 6)

C. 4) dan 8)

D. 5) dan 7)

E. 2) dan 7)

7. berikut adalah jenis2 bukti audit, manakah yang bukan termasuk bukti audit ?

a. pengujian fisik

b. konfirmasi

c. evaluasi

d. dokumentasi

e. observasi

8. audit yg mencakup himpunan dan mengevaluasi bukti laporan yaitu terdapat dalam
jenis audit ?

a. audit lp keuangan

b. audit operasional

c. audit umum
14

d. audit khusus

e. audit kinerja

9. bukti audit yg kompeten dan memadai di pengaruhi oleh beberapa faktor berikut,
kecuali ?

a. integritas manajemen

b. relevansi

c. sumber

d. cara perolehan bukti

e. ketepatan waktu

10. Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal


berikut, kecuali…

a. kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)

b. kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)

c. otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang

d. inventarisasi aset tetap

e. kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit

Anda mungkin juga menyukai