Disusun Oleh :
Kelompok 6
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah “Bukti
Audit dan Tes Transaksi” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas adalah sebagai
berikut :
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti audit merupakan bagian yang paling mendasar dalam setiap pengauditan. Oleh karena itu
bukti audit yang ada akan sangat mempengaruhi keputusan auditor. Bukti yang ada harus memenuhi
kualitas dan kuantitas kriteria yang telah ditentukan seperti kecukupan, kompetensi, dan biayanya. Di
antara faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pengevaluasian bukti audit adalah integritas bukti audit
atau nilai dari kejujuran dari bukti audit tersebut. Berdasarkan bukti-bukti yang telah ada, auditor
mengevaluasi apakah terjadi ketidaksesuaian antara kriteria yang ditetapkan dengan kenyataannya,
sehingga menghasilkan temuan audit.
Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit Seperti yang disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut
dalam SA 315 SA 330, bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor dapat
diperoleh dengan melaksanakan:
a. Prosedur penilaian risiko; dan
b. Prosedur audit lanjutan,yang terdiri atas:
1) Pengujian pengendalian, ketika disyaratkan oleh SA atau ketika auditor telah memilih untuk
melakukan hal tersebut ; dan
2) Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis substantif.
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan terdiri atas usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan
(validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Dalam hal
ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas
oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.
Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan,
seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Untuk membuktikan efektif tidaknya p-engendalian
intern di suatu perusahaan, akuntan publik harus melakukan complience test atau test of recorded
transaction. Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiran laporan posisi keuangan (neraca) dan
laba rugi, akuntan publik harus melakukan subtantive test dan analytical review.
2
dan laporan keuangan. Pengetahuan editor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik,pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada
bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence).
Menurut Konrath (2002 : 114 –115) seperti yang dikutip Soekrisno (2012 : 119), ada enam tipe
bukti audit, yaitu :
1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence
6. Hearsay evidence
Physical Evidence, terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung dipelihara, diobservasi Atau
diinpeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah
bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, obsevasi dari perhitungan fisik persediaan,
pemeriksaan fisik surat berharga dan inventariasi aset tetap.
Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau
penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien. Contohnya adalah jawaban konfirmasi piutang,
utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari
penasihat hukum klien.
Documentary Evidence terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung
transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general ledger,
dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan
berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentransir dan melakukan vouching atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
Mathematical Evidence, merupakan perhitungan , perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang
dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing, dan extension dari rincian persediaan, perhitungan
dan alokasi beban penyusutan , perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan asset tetap, PPh dan
accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha
dan utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi intercompany account dan lain-lain.
Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analistis terhadap informasi
keuangan klien. Penelaahan analistis ii harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan audit,
sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur
analistis bisa dilakukan dalam bentuk:
1) Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan tahun berjalam
dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam
jumlah rupiah maupun presentase.
2) Common size (Vertical) Analysis.
3) Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverge dan rasio
manajemen aset.
Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai
3
pengendaliaan intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak,
kejadian penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan lain-lain.
2.2 Compliance Test dan Subtantive Test
Test ketaatan (Compliance Test) atau test recorded transactions adalah tes terhadap bukti-bukti
pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi
yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-nya
tidak material,auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas
pengendalian intern.
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern bisa
di atasi dengan suatu “Compensating control”.
Misalnya :
4
Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memerhatikan hal-hal berikut:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting document)
b. Kebenaran perhitungan matematis (footing,cross footing,extension)
c. Otoritasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldp-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan
Posisi Keuangan [neraca] dan Laporan Laba Rugi). Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam
substantive test antara lain:
➢ inventarisasi aset tetap
➢ observasi atas stock opname
➢ konfirmasi piutang, utang dan bank
➢ subsequent collection dan subsequent payment
➢ kas opname
➢ pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan keslahankesalahan, harus
dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika kesalahannya material,
auditor harus mengusulkan audit adjusment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit adjusment). Jika
usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan adjustment tersebut benar, maka auditor
tidak boleh memberikan unqualified opinion.
Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan usulan
adjustrment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam
melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet,
Working Profit and Lass, Top Schedule dan Supporting Schedule.
2.3 Cara Pemilihan Sampel
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan
transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya
akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.Karena itu transaksi-transaksi dan
bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau secara sampling. Dari keseluruhan “universe” diambil
beberapa sampel untuk ditest, dan dari hasil pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan
mengenai “universe” secara keseluruhan. Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel
tersebut haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut betul-betul representative.
Menurut SA 530.2
Sampling audit (sampling) : Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%unsure dalam
suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semuaunit sampling memiliki peluang yang
sama untuk diplih untuk memberikan basismemadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang
populasi secara keseluruhan.
Resiko sampling : Resiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatusampel dapat
berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang samaditerapkan pada keseluruhan populasi.
5
Resiko Non Sampling : Resiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yangsalah dengan
alasan apa pun yang tidak terkait dengan resiko sampling.
“Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit : nonstatistik dan statistik.Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian sampel, sertadalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit
lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan”.
“Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup”.
Menurut SA 530.3
Sampling Statistik : Suatu pendekatan sampling yang memiliki kararkteristiksebagai berikut :
1. Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan
2. Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur resiko
sampling
Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik– karakteristik 1 dan 2 dianggap sebagai
sampling nonstatistik.
Menurut SA 530.7 dan 530.8
Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling
membutuhkan pertimbangan auditor; namun, ukuran sampel bukan merupakan kriteria yang tepat untuk
membedakan antara pendekatan statistic atau nonstatistik.
Menurut SA 530.10
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang tidak
diharapkan dapat meningkatkan resiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan, kecuali jika
diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian awal resiko tersebut. Untuk pengujian rinci,
suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang tidak diharapkan dalam suatu sampel dapat
menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian material dalam suatu golongan
transaksi atau saldo akun, kecuali bukti audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian
material.
Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu menyusun
“sampling plan” beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah:
a. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement si akuntan
publik. Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor
menentukan bahwa semua pengeluaran kas yabf lebih besar atau sama dengan Rp5.000.000
harys di-vouching, ditambah dua setiap bulan yang berjumlah dibawah Rp5.000.000,. Cara
lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih sampel. Pemilihan
sampel bia juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
6
b. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel, misalnya
bulan januari, juni, dan desember . Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah,
tetapi sangat tergantung pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor
semakin baik hasilnya, dalam arti sampel yang yang dipilih akan kurang represertative.
c. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun sampel yang
terpilih betul-betul representative, Karena memakan 12 waktu yang lebih banyak, statistical
sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar dan
mempunyai internal control yang cukup baik.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan auditor, Bukti audit memiliki sifat
kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit bukti audit
mengandung baik informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun informasi yang
bertentangan dengan asersi tersebut.
Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi,
perhitungan kembali, pelaksanaan ulang (reserformance) dan prosedur analitis, dan sering kali
memadukan beberapa prosedur permintaan keterangan dari manajemen. Tes terhadap bukti-bukti audit,
tes terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat seuai dengan sistem dan
prosedur yang ditetapkan manajemen.
Pemilihan sampel juga diperlukan dalam pengumpulan bukti audit. Cara pemilihan sampel tidak
boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sampel
yang dipilih tidak tepat, akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.
3.2 Saran
Setelah dilakukannya diskusi dan pemaparan materi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami
lebih dalam tentang materi “Bukti Audit dan Transaksi” sehingga bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
8
DAFTAR PUSTAKA