Anda di halaman 1dari 61

Makalah Bukti Audit

BUKTI AUDIT
Makalah Diskusi
Disusun untuk memenuhi tugas Pemeriksaan Akuntansi 1
Dosen Pembimbing : Septemberizal, S.E.,Ak.,M.M.

Disusun Oleh:
1. Afifah Awalia Rahma (2014320100)
2. Syifa Mauludina (2014320125)
3. Widya Wityastiti (2014320128)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


Tahun Ajaran 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Bukti
Audit.”
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas pemeriksaan akuntansi 1 yang ditugaskan kepada penulis, sehingga penulis
lebih memahami tentang topik tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah
kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat
lebih sempurna. Sebelumnya penulis mohon maaf jika ada kesalahan cetak atau bahasa yang
kurang baku di dalam makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pembaca pada umumnya yang memerlukan di masa sekarang ataupun di masa yang akan
datang, khususnya bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 April 2016

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1

1.3 Tujuan.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2

2.1 Pengertian Bukti Audit........................................................ 2

2.2 Jenis Bukti-bukti Audit........................................................ 2

2.3 Bahan Bukti Audit............................................................... 4

2.4 Persuasivitas Bukti Audit..................................................... 5

BAB III PENUTUP................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan........................................................................... 8

3.2 Saran..................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Bukti audit adalah setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit
tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.
Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup
berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh tim
Dejacarta (2003:17), Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami criteria yang
digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti
audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit
tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun harus memiliki sikap mental yang independen.
Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja
jika ia tidak memilki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit
ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bukti audit?
2. Apa saja jenis-jenis bukti audit?
3. Apa saja bahan bukti audit dan persuasivitas bukti audit?

1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian bukti audit.
2. Memahami setiap jenis-jenis bukti audit.
3. Memahami bahan bukti audit dan persuasivitas bukti audit .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002:74), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
2.2 Jenis Bukti-bukti Audit
Menurut Arens, dkk yang diterjemaahkan oleh tim Dejacarta (2003:251) mengatakan bahwa
dalam memutuskan audit prosedur yang mana yang akan digunakan, terdapat beberapa jenis bukti-
bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor, antara lain:
2.2.1 Pengujian Fisik (Physical Examination)
Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas akiva yang
berwujud (tangible assets). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas tetapi dapat
pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang serta aktiva tetap yang
berwujud.
2.2.2 Konfirmasi (Confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secra tertulis maupun lisan dari
pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang
diminta oleh auditor. Permintaan ini ditunjukan bagi klien, klien meminta pihak ketiga yang
independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi
ini datang dari berbagai sumber yang independen untuk klien, maka jenis bukti audit ini sangatlah
dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering digunakan. Konfirmasi diidentifikasikan
menjadi dua jenis yaitu: (1) konfirmasi positif, konfirmasi yang membutuhkan jawaban dalam
situasi apapun, (2) konfirmasi negatif, konfirmasi yang dijawab hanya jika terdapat perbedaan
saldo.

2.2.3 Dokumentasi (Documentation)


Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang terjadi atau seharusnya terjadi dalam laporan keuangan. Dokumen
secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan dalam organisasi klien
sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihak-pihak di luar organisasi seperti pelanggan
atau pemasok klien. Contoh dari dokumen ini adalah salinan faktur penjualan, laporan waktu kerja
karyawan, serta laporan penerimaan persediaan. Dokumen eksternal adalah dokumen yang pernah
berada dalam genggaman seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien
dalam melakukan transaksi tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan
segera dapat diakses oleh klien. Contoh dokumen eksternal adalah faktur-faktur dari pemasok,
surat utang yang dibatalkan serta polis-polis asuransi.

2.2.4 Prosedur Analitis (Analytical Procedures)


Prosedur analitis merupakan cara yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti
dengan menggunakan perbandingan data non keuangan dengan data keuangan. Contoh atas hal ini
adalah perbandingan persentase antara laba kotor yang diperoleh selama tahun berjalan terhadap
laba kotor yang diperoleh tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam
praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah meningkat dengan tersedianya komputer untuk
melakukan perhitungan. Dewan Standar Audit telah menyimpulkan bahwa prosedur analitis
adalah begitu penting sehingga mereka dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas
semua audit.
2.2.5 Wawancara Kepada Klien (Inquires of The Client)
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis
dari klien sebagai tanggapan atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Walaupun
banyak bukti dari klien berasal dari hasil wawancara ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan
sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan
barangkali cenderung mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti dari
hasil wawancara ini, maka pada umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk
memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya.
2.2.6 Hitung Uji (Reperformance)
Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi
yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel
yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagi perhitungan ini terdiri dari pengujian atas
keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur seperti pengujian perkalian dalam
faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjualan dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan
pendukung serta menguji perhitungan atas beban depresiasi dan beban di bayar di muka. Pengujian
kembali atas berbagi transfer informasi mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh
keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka
informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama pada setiap saat.
2.2.7 Observasi (Observation)
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu.
Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan indera
penglihatan, pendengaran, perasa dan penciumannya dalam mengevaluasi berbagi item yang
sangat beraneka ragam.

2.3 Bahan Bukti Audit


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan adalah terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
1. Data Akuntansi
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar dan buku pembantu serta buku
pedoman akuntansi, memorandum dan catatan tidak resmi seperti kertas kerja (worksheet) yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan.
2. Informasi Penguat
Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan pendapatnya atas
laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti
cek, faktur, surat kontrak, notulen apat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang
mnegetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi
auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

2.4 Persuasivitas Bukti Audit


Dalam Standar pekerjaan Lapangan ketiga seperti yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten untuk
mendukung opini yang akan diterbitkan. Disebabkan oleh sifat bukti audit serta pertimbangan
biaya untuk melaksanakan suatu audit maka tidaklah mungkin bagi auditor untuk memperoleh
keyakinan mutlak bahwa opini yag dipilihnya sudah benar.
Dua penentu persuasifitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan yang langsung
diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga.
2.4.1 Kompetensi
Kompetensi Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana
bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan
sangat kompeten, maka hal ini akan sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan
keuangan yang diperiksanya telah disajikan secara wajar. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti-
bukti pemeriksaan bergantung kepada beberapa faktor. Pertimbangan-pertimbangan yang telah
dilakukan secara luas dalam pemeriksaan antara lain adalah:
a. Relevan (Relevance)
Bukti yang diperoleh haruslah berhubungan dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor adalah
untuk menentukan keberadaan (existence) suatu persediaan, auditor dapat memperoleh bukti
dengan mengadakan observasi secara langsung terhadap persediaan tersebut tetapi, bukti tersebut
bisa tidak relevan dalam hal menentukan apakah persediaan tersebut milik klien atau dalam hal
penilaiannya. Jadi dalam hal ini, suatu bukti mungkin relevan dalam suatu tujuan audit, tetapi tidak
relevan dalam tujuan audit yang lain.
b. Sumber Perolehan (Source)
Secara garis besarnya sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
 Apabila bukti yang diperoleh berasal dari sumber yang independen di luar perusahaan bukti tersebut
dapat memberikan jaminan yang keandalan yang lebih besar dibandingkan dengan bukti yang
diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
 Semakin effektif struktur pengendalian intern perusahaan, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
 Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik,
pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat meyakinkan dibandingkan dengan informasi
yang diperoleh secara tidak langsung.

c. Ketepatan Waktu (Timeliness)


Ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pada waktu bukti itu terjadi. Ketepatan waktu ini
penting terutama dalam melakukan penilaian terhadap aktiva lancar, hutang lancar, dan yang
berhubungan dengan saldo-saldo daftar rugi laba. Untuk perkiraan-perkiraan ini auditor mencari
bukti apakah klien telah melakukan cutoff yang tepat terhadap transaksi kas, penjualan dan
pembelian pada tanggal dilaporkan. Hal ini memungkinkan apabila auditor melakukan prosedur
audit menjelang atau pada tanggal tersebut. Jadi dalam hal ini bukti yang diperoleh dari
perhitungan fisik pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti perhitungan yang lebih baik
dibandingkan perhitungan yang dilakukan sesudah waktu tersebut.

d. Objektifitas (Objetivity)

Bukti yang bersifat objektif umummya lebih dapat dipercaya. Misalnya, bukti yang diperoleh dari
pihak luar perusahaan yang independen akan lebih objektif daripada bukti yang semata-mata
diperoleh dari klien itu sendiri. Dalam menilai objektifitas suatu bukti, perlu juga penilaian
mengenai kualifikasi personal yang menyediakan bukti tersebut. Sesuai dengan standar pekerjaan
lapangan, audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Kompetensi data akuntansi yang mendasari dan informasi yang menguatkan, secara
langsung berhungan dengan efektifnya internal kontrol klien.\

2.4.2 Kecukupan
Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti tersebut.
Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya suatu bukti yang diperlukan,
antara lain:
a. Tingkat Materialitas dan Risiko Secara umum, bukti yang diperlukan bagi perkiraan- perkiraan yang
materiil terhadap laporan keuangan akan lebih banyak dibandingkan bagi perkiraan-perkiraan yang
kurang atau tidak materiil. Jadi, dalam melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan industri, jumlah
bukti yang diperlukan untuk mendukung pemeriksaan persediaan akan lebih besar dibandingkan
dengan jumlah yang diperlukan dalam pemeriksaan biaya yang dibayar dimuka. Demikian juga sama
halnya perkiraan-perkiraan yang kelihatannya diragukan akan memerlukan bukti yang lebih banyak
dibandingkan dengan perkiraan-perkiraan yang kelihatannya benar.
b. Faktor-faktor Ekonomi
Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomis, jangka waktu yang pantas, dan dengan
biaya yang wajar dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan. Dalam hal ini auditor harns
memutuskan dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya apakah bukti audit yang tersedia
dengan batasan waktu dan biaya cukup memadai untuk mendukung pernyataan pendapatnya.
Sebagai pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti
dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu perkiraan
bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.
c. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi dimaksudkan sebagai jumlah item-item yang terdapat pada populasi tersebut,
seperti jumlah transaksi penjualan dalam jumlah penjualan, jumlah perkiraan langganan di dalam
buku besar piutang. Umumnya, semakin besar populasi, semakin besar pula jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendapatkan dasar yang masuk akal untuk mencapai kesimpulan tentang
populasi itu.

BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan

Menurut Mulyadi (2002:74), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Menurut Arens, dkk yang
diterjemaahkan oleh tim Dejacarta (2003:251) mengatakan bahwa dalam memutuskan audit
prosedur yang mana yang akan digunakan, terdapat beberapa jenis bukti-bukti audit yang dapat
dipilih oleh auditor, antara lain: Pengujian fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis,
wawancara kepada klien, hitung uji, dan observasi.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan adalah terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Dalam Standar
pekerjaan Lapangan ketiga seperti yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten untuk mendukung opini
yang akan diterbitkan. Dua penentu persuasifitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan
yang langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga.

2.3 Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan pembahasan makalah ini, kepada rekan-rekan
mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang pemahaman
bukti audit.
https://hellomango.blogspot.com/p/buktiaudit-makalah-diskusi-disusun.html
Katarina Desi

Berbagi ilmu lewat blog dari saya untuk kalian semua,


semoga bermanfaat
Mengenai Saya

Katarina Desi
��
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Hallo sahabat blogger yang suka membaca dan belajar dengan blogger. Terimakasih sudah
mampir ke blog saya jangan lupa tinggalkan pesan supaya bisa berbagi yang lebih bermanfaat.

 Archives
o ► 2018 (9)
o ► 2017 (2)
o ▼ 2015 (5)
 ► Desember (1)
 ▼ Oktober (4)
 Makalah BUKTI AUDIT
 COST OF CAPITAL
 My lovely office, Berbisnis dengan hati, melayani ...
 Menjelajah Indahnya Pemandangan Bawah Laut Pantai ...

Makalah BUKTI AUDIT


18.26 |
“ BUKTI AUDIT ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah
Pengauditan I
Dosen : Oktavima W, SE.M.SA.,Ak.
Disusun Oleh :

Katarina Desi Ratnasari 32.13.1628


Dewi Ayu Anggraini 32.13.1664
Anis Fitriatul R. 32.13.1590
Ainul Maulita 32.13.1589
Novi Puji Astuti 32.13.1481

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan
ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu
audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan
standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi
keterangan tersebut.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, proses, atau
produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang
disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan
diterima.
Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya
memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang
dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat
pengarahan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing
evidence).

1.2 TUJUAN
Tujuan dibuatnya Makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok Materi Pengauditan I. Selain itu
dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Bukti Audit baik dari pengertian bukti audit
itu sendiri, keputusan bukti audit, kompetensi bukti audit, persuasivitas bukti audit, jenis – jenis
bukti audit, dokumentasi bukti audit dan evaluasi bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AUDIT


Auditing adalah proses pengumpulan, dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang
independen dan kompeten.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 9) auditing adalah : Suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan –
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Halim (1997 : 1) mengutip definisi dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts)
mendefinisikan auditing sebagai : Suatu proses sistemik untuk menghimpun dan mengevaluasi
bukti – bukti secara objektif mengenai asersi – asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Sesuai dengan definisi di atas maka Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1) menyatakan
bahwa : “Tujuan umum audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.” Dari definisi – definisi
yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang penting dalam
auditing, yaitu :
a. seorang auditor harus independen

b. auditor bekerja untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang dapat digunakan untuk
mendukung pendapatnya.

c. hasil pekerjaan auditor adalah laporan audit yang merupakan hasil yang harus disampaikan
auditor kepada pengguna laporan keuangan.
2.2 BUKTI AUDIT
1. Pengertian Bukti Audit
Mulyadi (2002 : 74) mendefinisikan bukti audit sebagai : Segala informasi yang
mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225)
mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan”.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti
audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang
diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas pertanyaan –
pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti
juga digunakan secara ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah. Tujuan audit
laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk
mendasari pemberian pendapat tersebut, maka auditor harus menghimpun dan mengevaluasi bukti
– bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan demikian, pekerjaan audit adalah
pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, dan sebagian besar waktu audit sebenarnya
tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut. Buku harian, buku
besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti daftar lembaran kerja (work
sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan
bukti yang mendukung laporan keuangan. Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen
seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang
kompeten, informasi yang diperoleh auditor melalui tanya jawab, pengamatan, inspeksi dan
pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan dengan alasan kuat. Bukti audit merupakan suatu
konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan
ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1) menyatakan bahwa : “ Standar pekerjaan
lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.” Bukti audit sangat besar pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak
pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian
hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.

2. Keputusan Bukti Audit


Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti yang
tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan klien dan
keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan
pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan. Ada empat keputusan mengenai bukti
apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak bukti tersebut :
a. Prosedur audit yang digunakan
b. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut.
c. Item – item mana yang akan dipilih dari populasi
d. Kapan melaksanakan prosedur tersebut.

3. Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan
bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Pada umumnya, kecukupan bukti diukur
dengan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Misalnya untuk suatu prosedur audit, bukti yang
diperoleh dari sampel sebesar 100 bukti umumnya akan lebih memadai daripada pengambilan
sampel sebanyak 50 bukti. Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Relevansi, bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
 Sumber,bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
 Ketepatan waktu,berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor.
 Objektivitas, bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat
subjektif.

Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
1. Pertimbangan profesional
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman penerapan mutu dan jumlah
bukti yang diperlukan dalam audit.
2. Integritas manajemen
Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan.
Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti dan data
akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
3. Kepemilikan publik versus terbatas
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan
keungan perusahaan publik (misalnya PT yang go Public) dibandingkan dengan audit atas laporan
keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT tertutup).
4. Kondisi keuangan
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-
pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakan kesalahan dipundak auditor, karena
kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi
keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.[2]
4. Persuasivitas Bukti
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan
auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pendapat
yang akan diterbitkan. Karena sifat bukti audit serta pertimbangan biaya dalam melaksanakan
audit, tidak mungkin bagi auditor untuk memperoleh keyakinan 100% bahwa pendapatnya benar.
Namun, auditor harus yakin bahwa pendapatnya benar dengan tingkat kepastian yang tinggi.
Dengan menggabungkan semua bukti yang diperoleh dari suatu audit, auditor akan mampu
memutuskan kapan ia merasa yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit. Dua penentu
persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan mencukupi yang langsung diambil dari standar
pekerjaan lapangan ketiga.
Persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi antara ketepatan
dan kecukupan, termasuk pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan dan kecukupan
tersebut. Sejumlah besar sampel bukti audit yang disediakan oleh pihak independen tidak bersifat
persuasif kecuali bukti tersebut relevan dengan tujuan audit yang sedang diuji. Sejumlah besar
sampel bukti yang relevan tetapi tidak objektif juga tidak persuasif. Demikian pula, sampel yang
sedikit yang hanya terdiri dari satu atau dua bukti yang sangat tepat biasanya juga kurang memiliki
persuasivitas. Ketika menentukan persuasivitas bukti, auditor harus mengevaluasi apakah tingkat
ketepatan dan kecukupan, termasuk semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut telah
dipenuhi.

5. Jenis – Jenis Bukti Audit


Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari
delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe – tipe atau jenis – jenis bukti audit. Menurut
Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka
mengevaluasi bukti audit, yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud, seperti : persediaan
barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti
bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa
kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini
indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca indera yang kita miliki.

b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan mengenai
keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya tertulis). Jawaban
tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai
berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor. Konfirmasi terdiri
atas 2 tipe :
1) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik informasi
yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
2) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika informasi
yang diterimanya tidak akurat.
3) Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan saldo
atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.

c. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan – perbandingan dan hubungan – hubungan untuk
mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data yang logis. Prosedur analitis
pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit dengan tahun
sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang diaudit dengan
data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang diketahui
auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non – keuangan
yang ada kaitannya (relationship)

d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan langsung
kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang
independen di luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan dalam arsip
klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order pembelian dari pelanggan, dan lain
- lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus
mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh
karyawan dalam organisasi klien.

e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)


Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab dilakukan kepada personil
atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan,
misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses pembayaran gaji/upah dan
sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah
pihak yang independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam
tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh
pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperolehlebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini
mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau
dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.

f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau memeriksa kegiatan
– kegiatan tertentu misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi,
auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di
bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau
sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in
proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan
dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan
1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan
observasi beroperasinya mesin tersebut.

g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data atau informasi.
Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan
menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan harga per unit dari
barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh
angka Rp. 5 juta.

h. Bukti dari spesialis


Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain
akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist, ahli teknik dan lain – lain. Pada
umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan orang yang mempunyai hubungan dengan klien.
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu
saja hasil – hasil penemuan spesialis tersebut.

6. Dokumentasi audit
Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak
dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi. Dokumentasi audit adalah
catatan utama yang mencakup semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk
melakukan audit secara memadai dan untuk mendukung laporan audit. Tujuan dokumentasi audit
adalah untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang memadai bahwa audit telah
sesuai dengan standar audit yang berlaku umum dan juga membantu auditor dalam melaksanakan
dan mensupervisi audit. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 241 – 243) secara lebih khusus,
dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun berjalan, memberikan:

1) Dasar bagi Perencanaan Audit


Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang referensi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi berbagai macam informasi perencanaan
sebagai informasi deskriptif tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing –
masing area audit, program audit tahun sebelumnya.

2) Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian


Dokumentasi audit adalah sarana utama untuk mendokumentasikan bahwa audit yang
memadai telah dilaksanakan sesuai standar auditing. Jika muncul kebutuhan, auditor harus mampu
memperlihatkan kepada lembaga pembuat peraturan dan pengadilan bahwa audit telah
direncanakan dengan baik dan diawasi secara memadai. Bukti yang dikumpulkan telah tepat dan
mencukupi dan laporan audit tepat dengan mempertimbangkan hasil audit. Apabila prosedur audit
melibatkan sampling transaksi atau saldo - saldo, maka dokumentasi audit harus mengidentifikasi
item –item yang diuji. File audit juga harus mendokumentasikan temuan atau masalah audit yang
signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya, dan dasar kesimpulan yang dicapai.

3) Data untuk menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat


Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah dikumpulkan guna
menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu. Data yang ada dalam file memiliki
kegunaan yang sama untuk mengevaluasi bukti bahwa audit telah diawasi secara memadai.

4) Dasar bagi Review oleh Supervisor dan Partner


File audit adalah kerangka referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk
mereview pekerjaan asisten. Review yang cermat oleh supervisor juga memberikan bukti bahwa
audit telah diawasi secara memadai. Dokumentasi yang berupa kertas kerja audit merupakan milik
kantor akuntan publik walaupun kertas kerja tersebut berisi informasi mengenai perusahaan.
Kantor akuntan publik diharuskan untuk menjaga kerahasiaan mengenai informasi perusahaan
tersebut, kecuali jika ada izin dari perusahaan yang diaudit tersebut atau ada perkara pengadilan.
a. Isi dan Organisasi Dokumentasi Audit
Setiap kantor akuntan publik menetapkan pendekatannya sendiri untuk menyiapkan serta
mengatur file audit dan auditor pemula harus menggunakan pendekatan kantornya. Ada dasar
pemikiran mengenai jenis dokumentasi audit yang disiapkan untuk suatu audit dan cara
dokumentasi itu diatur dalam file, walaupun perusahaan yang berbeda dapat mengikuti pendekatan
yang agak berbeda.
b. File Permanen
File permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan audit saat
ini. File ini menjadi sumber informasi yang kaya tentang audit yang terus penting adanya dari
tahun ke tahun. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 245 – 246) File permanen umumnya
meliputi hal – hal berikut :
1) Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting artinya seperti akte pendirian,
anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak. Kontrak dapat mencakup program
pensiun, lease, opsi saham, dan lainnya. Masing – masing dokumen ini penting bagi auditor selama
tahun – tahun masa berlalunya.
2) Analisis akun tahun – tahun sebelumnya yang terus penting artinya bagi auditor. Mencakup
akun seperti utang jangka – panjang, akun ekuitas pemegang saham, goodwill, dan aktiva tetap.
Dengan memiliki informasi ini dalam file permanen auditor dapat berkonsentrasi dalam
menganalisis perubahan saldo tahun berjalan saja, karena telah menyimpan hasil audit tahun
sebelumnya dalam bentuk yang bias diakses untuk review.
3) Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas pengendalian internal dan penilaian risiko
pengendalian. Informasi ini mencakup bagan organisasi, bagan arus, kuesioner, dan informasi
tentang pengendalian internal lainnya termasuk identifikasi pengendalian dan kelemahan sistem
tersebut. Catatan ini digunakan sebagai titik awal untuk mendokumentasikan pemahaman auditor
atas pengendalian internal, karena aspek sistem itu sering kali tidak berubah dari tahun ke tahun.
4) Hasil prosedur analisis dari audit tahun sebelumnya. Di antara data ini terdapat rasio dan
persentase yang dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo per bulan untuk akun tertentu.
Informasi ini berguna dalam membantu auditor memutuskan apakah ada perubahan tidak biasa
dalam saldo akun tahun berjalan yang harus diselidiki secara lebih ekstensif.

c. File Tahun Berjalan


File tahun berjalan mencakup semua dokumentasi audit yang diterapkan pada tahun yang diaudit.
Ada satu set file permanen untuk klien dan satu set file tahun berjalan untuk audit setiap tahun.
Berikut ini adalah jenis informasi yang sering tercakup dalam arsip tahun berjalan (Arens, Elder
dan Beasley, 2008 : 246 – 251)
1) Program Audit.
Standar auditing mewajibkan program audit tertulis untuk setiap audit. Program audit ini biasanya
dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan integrasi semua bagian audit,
meskipun beberapa kantor akuntan juga menyertakan salinan program audit untuk setiap bagian
audit pada dokumentasi audit. Selama audit berlangsung, setiap auditor menandatangani program
untuk prosedur audit yang dilakukan dan menunjukkan tanggal penyelesaian. Pencantuman
program audit yang dirancang dengan baik dan diselesaikan dengan cara yang seksama dalam file
audit adalah bukti dari audit yang bermutu tinggi.
2) Informasi umum.
Beberapa file audit mencakup informasi periode berjalan yang bersifat umum, bukannya bukti
yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu. Ini mencakup item – item
seperti memo perencanaan audit, salinan notulen rapat dewan direksi, salinan kontrak atau
perjanjian yang tidak dicantumkan dalam file permanen, catatan tentang diskusi dengan klien,
komentar review penyelia, dan kesimpulan umum.
3) Neraca saldo berjalan.
Karena acuan untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar, jumlah yang dicantumkan
dalam catatan tersebut akan menjadi pusat perhatian audit. Sedini mungkin setelah tanggal neraca,
auditor harus memperoleh atau menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir
tahunnya. Skedul ini disebut tahun berjalan. Teknik yang digunakan oleh banyak perusahaan
memformat neraca saldo berjalan auditor dalam format yang sama dengan laporan keuangan.
Setiap baris pos pada neraca saldo didukung oleh skedul utama yang berisi rincian akun – akun
dari buku besar yang membentuk total baris pos. Setiap akun yang terinci pada skedul utama itu
pada gilirannya didukung oleh skedul pendukung yang tepat bagi pekerjaan audit yang dilakukan
dan kesimpulan yang dicapai.
4) Ayat jurnal penyesuaian dan Reklasifikasi.
Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan akuntansi, laporan keuangan
harus dikoreksi. Walaupun ayat jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, hal itu harus disetujui oleh klien karena tanggung jawab utama manajemen adalah
menyajikan laporan secara wajar. Ayat jurnal reklasifikasi sering kali dibuat dalam laporan audit
untuk menyajikan informasi akuntansi secara tepat, meskipun saldo akun buku besar sudah benar.
5) Skedul pendukung.
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul pendukung terinci, yang disiapkan oleh
klien atau auditor untuk mendukung jumlah yang spesifik pada laporan keuangan. Auditor harus
memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu untuk mendokumentasikan kecukupan
audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit. Jenis utama skedul pendukung yaitu :

7. Evaluasi Bukti Audit


Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat sehingga
auditor harus bersifat obyektif, hati – hati, dan menyeluruh dalam mengevaluasi bukti audit.
Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan tidak memihak (bias) dalam
mengevaluasinya. Boynton, Johnson dan Kell (2002 : 195) mendefinisikan evaluasi bukti audit
adalah : Persyaratan dasar yang memadai berkaitan dengan tingkat keyakinan menyeluruh yang
diperlukan oleh auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Untuk memiliki dasar
yang memadai bagi pemberian pendapat, seorang auditor memerlukan bukti audit yang lebih
meyakinkan, bagi setiap asersi laporan keuangan yang material. Menurut Fachrudin (2007 : 13)
ada beberapa tipe pengujian atau evaluasi untuk bukti audit, yaitu :
a. Prosedur untuk mendapatkan pengertian mengenai internal control (pengawasan
internal) perusahaan.
Pengertian mengenai internal control perusahaan dapat diperoleh melalui :
1) Manual mengenai internal control jika ada
2) Melakukan tanya jawab (inquiries) dengan personil perusahaan
3) Memeriksa dokumen – dokumen dan catatan – catatan perusahaan
4) Melakukan observasi atas kegiatan – kegiatan dan operasi perusahaan

b. Pengujian pengawasan (test of controls)


Setelah pengertian mengenai internal control perusahaan diketahui, auditor melakukan pengujian
apakah kontrol yang telah ditetapkan perusahaan telah berjalan (efektif), misalnya apakah prosedur
pengeluaran kas yang telah ditetapkan oleh perusahaan telah berjalan dengan baik.
c. Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan kemungkinan adanya salah saji dalam mata uang yang
langsung mempengaruhi keakurasian saldo – saldo di laporan keuangan. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah :
1) Transaksi yang dicatat telah benar – benar terjadi dan untuk kepentingan dan berkaitan dengan
perusahaan.
2) Transaksi yang dicatat telah lengkap, tidak ada yang tertinggal.
3) Transaksi yang dicatat telah akurat.
4) Transaksi yang dicatat telah sesuai dengan klasifikasinya di laporan keuangan.
5) Transaksi telah dicatat pada tanggal/waktu yang tepat.
6) Transaksi telah dicatat ke buku besar (general ledger) dan buku tambahan (subsidiary ledger)
yang tepat.

d. Pengujian Terinci atas Saldo - saldo


Pengujian ini terfokus pada saldo akhir buku besar, baik untuk perkiraan neraca maupun perkiraan
laba – rugi. Tujuan utama pengujian terinci atas saldo – saldo adalah keakurasian saldo – saldo
perkiraan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, tujuan – tujuan lainnya harus diikutsertakan.
Evaluasi bukti audit dapat dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan
lapangan. Pelaksanaan pengevaluasian bukti audit akan mempertimbangkan evaluasi risiko salah
saji yang diperkirakan, evaluasi kompetensi dan kecukupan bukti audit, pengevaluasian bukti audit
dengan dilakukannya verifikasi atas asersi manajemen dan kesesuaian bukti audit dengan tujuan
audit spesifik, dan pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapangan dilakukan pada saat auditor
memutuskan pendapat yang akan dinyatakannya dalam laporan audit.

a. Evaluasi Risiko Salah Saji yang Diperkirakan


Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisikan kekeliruan dan
kecurangan yang dampaknya, secara individual atau gabungan sedemikian signifikan sehingga
mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari fakta atau penghilangan
informasi yang diperlukan. SA Seksi 312 paragraf 4 menyatakan bahwa : Laporan keuangan
mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang
dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari
kekeliruan atau kecurangan. Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna mendapatkan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Resiko audit merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Konsep keseluruhan mengenai
resiko audit ini merupakan kebalikan dari keyakinan yang memadai. Semakin tinggi kepastian
yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah rsiko audit
yang diterima. Ada tiga komponen resiko audit, yaitu resiko bawaan, yaitu kerentanan asersi
terhadap salah saji material dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian yang
berhubungan. Risiko deteksi, merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material dalam suatu penugasan. Resiko pengendalian, yaitu risiko bahwa suatu salah saji yang
material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian perusahaan. Hubungan ketiga resiko ini dapat digambarkan dengan rumus Model
Resiko Audit sebagai berikut : AR = IR x CR x DR Dimana : AR = Risiko Audit IR = Risko
bawaan CR = Risiko Pengendalian DR = Risiko Deteksi

b. Evaluasi Kompetensi dan Kecukupan Bukti Audit yang Dikumpulkan


Di dalam mengevaluasi bukti, auditor harus memperhatikan kompetensi, ketepatan dan kecukupan
dari bukti yang telah dikumpulkan untuk dievaluasi. Bukti audit yang tepat dan cukup dapat
menjadi dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

1) Evaluasi Ketepatan Bukti Audit


Arens, Elder dan Beasley (2008 : 227) menyatakan bahwa :
Ketepatan Bukti (Appropriateness of evidence) adalah ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi
dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
yang berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu hal itu akan sangat membantu dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Kompetensi atau
ketepatan bukti audit berkaitan dengan kualitas atau keandalan suatu bahan bukti. Jika bahan bukti
dianggap sangat kompeten dan tepat maka akan sangat membantu meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Misalnya kalau auditor menghitung persediaan
maka bahan bukti tersebut akan melebihi kompeten daripada kalau pihak manajemen yang
memberikan auditor gambarannya sendiri. Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Relevansi bukti audit yang
berupa catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas struktur pengendalian
intern. Struktur pengendalian intern yang kuat akan lebih menjamin keandalan catatan akuntansi
dan bukti – bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien, sebaliknya struktur pengendalian
intern yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan
yang terjadi dalam proses akuntansi. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit
khusus, karena bukti audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk
tujuan audit lainnya.

2) Evaluasi Kecukupan Bukti Audit


Guy, Alderman dan Winters (2002 : 165) mendefinisikan kecukupan bukti audit sebagai berikut:
Kecukupan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas bukti audit yang diperoleh. Pada saat
menentukan apakah bukti sudah mencukupi, auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional mengenai berapa banyak dan apa saja bukti audit yang dibutuhkan, berdasarkan sifat
akun yang sedang diuji, materialitas kemungkinan kesalahan dan kecurangan, tingkat resiko terkait
dan jenis serta kompetensi bukti yang tersedia. Pada dasarnya kecukupan bukti audit lebih
berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Jumlah bahan bukti audit yang dikumpulkan menentukan
kecukupannya. Jumlah diukur terutama dengan besarnya sampel yang dipilih auditor. Auditor
tidak mungkin mengumpulkan dan mengevaluasi seluruh bukti audit yang ada untuk mendukung
pendapatnya karena hal tersebut sangat tidak efisien. Pengumpulan bukti audit dan pengevaluasian
bukti audit dilakukan berdasarkan atas uji petik atau teknik sampling. Ada beberapa faktor yang
menentukan kelayakan besar sampel dalam audit, dan yang paling penting adalah perkiraan atau
ekspektasi auditor atas terjadinya kekeliruan dan salah saji dan efektivitas struktur pengendalian
intern klien. Misalnya dalam mengaudit PT. X, auditor menyimpulkan bahwa klien mempunyai
pengendalian yang efektif atas pencatatan aktiva tetap, maka auditor dapat mengambil sampel
yang lebih sedikit untuk audit atas aktiva tetap. Selain besarnya sampel, pos tertentu yang diuji
akan mempengaruhi kecukupan bukti audit. Sampel yang berisi unsur populasi dengan nilai rupiah
yang besar, unsur dengan kemungkinan salah saji yang tinggi, dan unsur yang mewakili populasi
biasanya dipertimbangkan mencukupi. Sebaliknya, sebagian besar auditor biasanya
mempertimbangkan suatu sampel yang hanya berisi jumlah rupiah yang terbesar dari populasi
sebagai hal yang tidak mencukupi, kecuali unsur ini merupakan bagian yang besar dari jumlah
total populasi.
Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002 : 206) ada empat faktor – faktor yang
mempengaruhi kecukupan bukti audit, yaitu :
a). Materialitas Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan laporan audit yang
harus dikeluarkan. Karena bertanggungjawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji
secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu
kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi
laporan keuangan itu, auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut. Terdapat hubungan
terbalik antara tingkat materialitas dengan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah
tingkat materialitas maka akan semakin banyak kuantitas bukti audit yang diperlukan dan juga
demikian sebaliknya. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi mengharuskan auditor untuk
mengumpulkan lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang
terjadi. Auditor harus dapat membedakan dengan jelas antara tingkat materialitas saldo akun
dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan keuangan
memerlukan bukti yang lebih banyak daripada akun yang tidak material, dan akun yang
mempunyai resiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan juga memerlukan lebih
banyak bukti daripada akun yang beresiko rendah terjadi salah saji.

b). Resiko audit Terdapat hubungan erat antara resiko audit dengan materialitas. Untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya resiko audit berarti juga tingginya
tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya sehingga bukti yang
dikumpulkan juga harus lebih banyak. Semakin rendah tingkat resiko audit yang dapat diterima
auditor maka semakin banyak juga kuantitas bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik juga
terdapat antara resiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan, dan sebaliknya terdapat
hubungan searah antara resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan kuantits bukti yang
diperlukan, dimana semakin tinggi tingkat resiko bawaan maka semakin banyak bukti yang
diperlukan. Demikian juga jika semakin tinggi tingkat resiko pengendalian maka semakin banyak
bukti yang diperlukan. Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor memahami
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan klien. Auditor menggunakan model resiko audit untuk
mengidentifikasi lebih jauh salah saji yang potensial dalam laporan keuangan secara keseluruhan
serta saldo akun khusus, kelas transaksi, dan pengungkapan di mana salah saji paling mungkin
terjadi.
c). Faktor – faktor ekonomi Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang menentukan
bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya yang memadai. Dengan
demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan apakah penambahan waktu dan biaya
akan memberikan manfaat yang sepadan berupa perolehan bukti yang lebih
meyakinkan. d). Ukuran dan Karakteristik Populasi ukuran populasi berkaitan dengan
jumlah item yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam jurnal
penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan keuangan yang digunakan
dalam penarikan sampel yang diperlukan untuk pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin
besar populasinya akan semakin besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar
yang memadai guna menarik kesimpulan tentang hal itu. Hubungan yang pasti antara ukuran
populasi, karakteristik populasi dan ukuran sampel bergantung pada tujuan dan sifat rencana
penarikan sampel yang sedang digunakan. Auditor akan mengevaluasi kecukupan bukti audit yang
dikumpulkannya dengan tahap awal mengevaluasi resiko audit yang dicapai berdasarkan akun dan
siklus dan kemudian mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan dengan menggunakan
cara yang sama. Selain itu auditor juga harus mengevaluasi apakah bahan bukti mendukung
pendapat auditor dengan cara mengestimasi kekeliruan (salah saji) material dalam masing –
masing akun dan kemudian mengestimasikannya untuk keseluruhan laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak
untuk meyatakan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_audit
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/05/bukti-audit.html
http://risalahakuntansi.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kompetensi-bukti-audit.html
http://eva-nurpitasari.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit.html
http://www.scribd.com/doc/51208226/13/A-Pengertian-dan-Jenis-Program-Audit

http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html
http://www.scribd.com/doc/51208226/13/A-Pengertian-dan-Jenis-Program-Audit

http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html
http://rahman8194.blogspot.co.id/2013/11/bukti-audit-kertas-kerja.html
https://fitrirahmayanti99.wordpress.com/2013/07/11/rangkuman-chapter-6-bukti-audit-tujuan-
audit-program-audit-dan-kertas-kerja/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dhyah%20Setyorini,%20M.Si.,%20Ak./4.%2
0Bukti%20Audit.pdf
http://deezona.blogspot.co.id/2014/03/bukti-audit-prosedur-dan-dokumentasi.html

http://katarinadesi.blogspot.com/2015/10/makalah-bukti-audit.html
makalah bukti audit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya Bukti audit
sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor. Oleh karena itu auditor
harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak
– pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-bukti
yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan sangat
kompeten, maka hal ini akan sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan
keuangan yang diperiksanya telah disajikan secara wajar.
Ada berbagai tipe bukti audit yang harus dimengerti. Adapun pengumpulan bukti
pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta
melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah tipe bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor selama auditnya ?
2. Fakor apa sajakah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit ?
3. Keputusan apa saja yang harus diambil oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk membahas tentang bukti audit, diantaranya adalah berbagai tipe yang harus
diperoleh auditor dalam auditnya, faktor yang harus diprhatikan oleh auditor dalam proses
pengumpulan bukti audit, serta berbagai pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh auditor
dalam pengumpulan bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi,
pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan
kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan
informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu
meyakinkan pihak lain.
Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan
ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan. "
B. Sifat dan jenis Bukti Audit
1. Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.
 Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien
telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap
hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
 Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan
transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
2. Bukti Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen
rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh
auditor melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi),
inspeksi (inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Jenis – jenis bukti penguat :
 Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas
(eksistensi aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan
yang tinggi,contoh : kas, persediaan, aktiva tetap
 Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
atau symbol-simbol dan lain – lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen dan catatan klien
untuk memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan keuanganMenurut sumbernya, bukti
dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan
lebih lagi apabila dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.
 Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)
Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil
perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian
klien dalam perhitungan.Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
 Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada klien
terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut merupakan tipe
bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat lainnya.
 Perbandingan (analitycal evidence)
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan
biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan
perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat
keandalan bergantung pada data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan
data tahun lalu dan budget & rata-rata industri
 Confirmation evidence.
Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi kecermatan
informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan
yang tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.
 Pernyataan tertulis (written representation)
Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda
tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu
ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat
berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif
atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.
Contoh : surat pernyataan manajemen klien
 Bukti dari Spesialis
Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan
persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor
menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas
dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka
ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan
pendapat wajar dalam laporan auditnya.

C. Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas
pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan
bukti bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien Kompetensi Informasi Penguat Dipengaruhi
oleh berbagai faktor, berikut ini :
a. Relevansi

Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dapat terpercaya
b. Independensi penyedia bukti

Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti
audit yang diperoleh dari dalam entitas.
c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien

Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan
dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.

d. Pemahaman Langsung Auditor

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi,
perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak
langsung.

e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi.


Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat
dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut memilikikualifikasi untuk
melakukan hal itu.
f. Tingkat obyektivitas.

Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh
bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan
fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk
menentukan apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-
contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien
yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang
sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian
fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang
dagang yang belum dibayar oleh pelanggan.
g. Ketepatan waktu.

Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau
kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.

D. Pendekatan Pengumpulan Bukti

Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up)

 Top-down audit evidence


Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis & industri klien, tujuan & sasaran manajemen,
penggunaan sumber2 untuk mencapai tujuan, keunggulan kompetitif organisasi klien, proses
bisnis yang utama, earnings dan cash flow yang dihasilkan. Tujuannya adaalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang perusahaan klien dan mengembangkan harapan auditor terhadap laporan
keuangan

 Bottom-up audit evidence


Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi2, saldo2 akun, dan
system yang mencatat transaksi dan menghasilkan saldo2 akun,tujuan memperoleh & bukti2 yang
mendukung transaksi2 & saldo2 akun dalam laporan keuangan.

E. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang
harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar
tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit
yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur
audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan

sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali

digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan

melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur

atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat

yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman

faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa

kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk

sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan

pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha

ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana

pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas.

 Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining)

adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat
membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor

dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau

item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara

tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.

 Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung

keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan

cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

2. Pengamatan (observation)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk
memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan.
Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.

3. Konfirmasi
Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi
secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung
kepada auditor mengenaai informasi.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

4. Permintaan keterangan (enquiry)


Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan
Contoh: permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.
5. Penelusuran (tracing)
Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama
kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses
akuntansi. Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan
memeriksa informasi dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur
penjualan, dan jurnal penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan
akuntansi.

6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)


Merupakan prosedur audit meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk
menentukankewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap
transaksi yang terjadi.

7. Penghitungan (counting)
Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas
atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan,
sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

8. Scanning
Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi
unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming)


Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban
penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga
per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi.
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk
menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah
dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan
pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang
sesuai pada saat transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti
bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks
ekonomi untuk pengujian audit tersebut.

10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)


Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat
menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT)
untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai
contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
 Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
 Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang berurutan
telah dipertanggungjawabkan.
 Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga yang
tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah disahkan)
 Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek komputer dari
pengendalian intern telah berfungsi.
 Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu piutang
usaha atau file persediaan.

F. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor
mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
 Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut
sampai dengan saat penyetoran ke bank.
 Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah
tanggal neraca.
 Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.
2. Penentuan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap
prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain
dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit


Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1
tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien
menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal
neraca.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: “Bukti kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.”
Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor
dalam auditnya,sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti yang
dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk
memperoleh bukti.
Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan
ratio, serta bukti dari spesialis.Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur
audit yang merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran,
pemeriksaan bukti, pendukung, penghitungan dan scanning.
Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun
dan laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu
auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar seperti contoh
berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat, manajemen yang
tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang
jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi
perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh auditor untuk menghindarkan
dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidakjujuran.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya
sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama pada
dosen mata Kuliah, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena
saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2011


ariatmancool.blogspot.com
eva-nurpitasari.blogspot.com
IBK. Bayangkara, S.E.,M.M, Manegement Audit AUDIT MANAJEMEN prosedur Sdan
implementasi, Jakarta: Salemba, Empat, 2008

http://nita5211.blogspot.com/2015/01/makalah-bukti-audit_12.html
Makalah Auditing Bukti Audit

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor
harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak
– pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien
merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak
luar yang bebas. Dalam makalah ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor
selama auditnya dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan
bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan keputusan yang harus
dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya, yaitu:
1. Apa hakekat bukti audit?
2. Bagaimana keputusan bahan bukti audit?
3. Bagaimana keandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Apa sajakah tujuan bukti audit?
5. Apa sajakah jenis-jenis bahan bukti audit?
C. Tujuan Masalah
Adapun penulis dalam pembuatan makalah tentang Bukti Audit ini, yaitu:
1. Mengetahui hakekat bukti audit?
2. Mengetahui keputusan bahan bukti audit?
3. Mengetahuikeandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Mengetahuitujuan bukti audit?
5. Mengetahuijenis-jenis bahan bukti audit?

BAB II
PEMBAHASAN

BUKTI AUDIT
A. Hakekat Bukti Audit
Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut banyaknya bukti
pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor merasa yakin bahwasannya unsur-
unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan ini
penting karena tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.1[1]
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit
yang dikumpulkan oleh auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan
melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengjukan permintaan
keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar perusahaan klien.2[2]
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka
atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information)
yang tersedia bagi auditor.3[3]

B. Keputusan Bahan Bukti Audit


Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan menjadi empat
golongan, yaitu sebagai berikut;4[4]
1. Prosedur audit mana yang akan digunakan.
2. Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
3. Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
4. Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.
Prosedur audit. Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis bukti
audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat selama proses audit. Contoh, bukti seperti
penghitungan fisik pesediaan, perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan
pengeluaran kas, ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya dikumpulkan

1[1] Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu Pendekatan Terpadu, (Jakarta:
ERLANGGA, 1995), h. 180.

2[2]Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 71.

3[3]Ibid., h. 74.

4[4]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 180.


dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur audit, biasanya perlu perumusan
dengan menggunakan istilah-istilah yang cukup jelas agar prosedur tersebut dapat digunakan
sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit.
Ukuran sampel. Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi auditor untuk
mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Dalam
prosedur audit, misalkan terdapat 6.000 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor
dapat memilih ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang harus diuji untuk
setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur dapat berubah-ubah dari satu
audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukursn sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit
tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang harus diperiksa. Misalnya, jika
auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal
pengeluaran kas, berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu
yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek pertama; (2)
memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-cek secara acak; atau (4) memilih
cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung kekeliruan. Atau menggunakan kombinas
dari metode-metode yang sudah dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi jangka waktu
misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan diselesaikan sampai lewat beberapa minggu
atau beberapa bulan setelah akhit periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat berkisar dari
awal periode akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan
keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai tiga bulan setelah
akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan keputusan
dengan bukti audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedut
audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item tertentu yang dipilih dan pengaturan
waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk setiap komponen audit. Oelh
sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang usaha, untuk penjualan dan lainnya.

C. Keadaan Bukti Audit yang Menyimpulkan


Standar ketiga kerja lapangan mensyaratkan bahwa auditor harus menumpulkan bukti yang
kompeten untuk mendukung pendapat yang dikeluarkan. Karena hakikatnya bukti audit dan
pertimbangan biaya pelaksanaan audit itu sendiri, yidak memungkinkan bagi auditor untuk yakin
seratus persen bahwa pendapat yang dikeluarkannya adalah benar. Namun, seorang auditor harus
memiliki pendirian bahwasannya pendapatnya adalah benar tanpa ada keragu-raguan sedikit pun.
Dengan menggabungkan seluruh bukti audit secara keseluruhan, auditor dapat memutuskan untuk
mengeluarkan laporan audit juka sudah tidak ada lagi keraguan dipihaknya.5[5]
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi, kecukupan dan
ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan terdahulu diambil langsung dari
standar ketiga kerja lapangan.6[6]
1. Kompetensi
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti dianggap kompeten sekali.
Bukti tersebut akan banyak membantu auditor dalam menyakinkan bahwasannya laporan
keuangan disajikan dengan wajar. Sebagai contoh, jika seorang auditor menghitung persediaan,
maka bukti yang ditemukannya akan lebih kompeten daripada jika memejemen memberikan
auditor angka-angkanya sendiri. Kebanyakan auditor menggunakan istilah dapat dipercayakan
bukti sebagai sinonim dari kompetensi.
Kompetensi bukti hanya menyangkut prosedur-prosedur audit yang dipilih. Kompetensi tidak
dapat ditingkatkan dengan memilih sampel yang lebih besar atau pemilihan item (transaksi) lain
dari populasi. Kompetensi hanya dapat ditingkatkan dengan memiliki prosedur audit yang bermutu
tinggi dari salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti yang kompeten, yaitu;
a. Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang diuji oleh auditor sebelum
dapat dianggap meyakinkan. Misalnya, anggaplah auditor menduga bahwa seorang klien tidak
menagih pelanggan atas pengiriman barang (tujuan kelengkapan). Jika auditor memilih sampel
salinan fuktur penjualan dan menelusuri masing-masing faktur ke dokumen pengiriman yang
bersangkutan, maka bukti yang diperoleh tidak akan relevan dengan tujuan kelngkapan. Prosedur

5[5]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 182.

6[6]Ibid., h. 182-185.
yang relevan seharusnya membandingkan sampel dikumen pengiriman dengan salinan faktur
penjualan yang bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing pengiriman telah ditagih.
b. Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih dapat dipercaya daripada
yang didapat dari perusahaan. Sebagai contoh, bukti eksternal seperti yang diperoleh dari bank,
pengacara, atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada jawaban yang diperoleh dari
pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari dokumen yang bukan organisasi klien.
c. Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang didapat dari klien akan lebih
dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika pengendalian
internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat memperoleh bukti yang kompeten
dari faktir penjualan dan dikumentasi pengiriman daropada jika pengendaliannya tidak memadai,
d. Penegtahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi,
penghitungan dan pengawasan adalah lebih kompeten dari marjin kotor sebagai persentase
penjualan dan membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya., bukti yang
ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika auditor percaya pada perhitungan yang
dibuat oleh kontroler.
e. Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan dapat dipercaya kecuali jika
orang yang memberikannya benar-benar mematuhi persyaratan untuk itu. Karena itu, konfirmasi
pengacara dan bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang usaha yang berasal dari orang-
orang yang tidak akan dapat dipercaya jika dia tidak berpengalaman dalam dunia usaha. Selain itu
juga, bukti yang didapatkan langsung oleh auditor tidak akan dapat dipercaya jika auditor tidak
memenuhi persyaratan untuk mengevaluasi bukti itu. Misalnya, pemeriksaan penyediaan berupa
berlian oleh seorang auditor yang tidak dididik untuk membedakan antara berlian dan kaca biasa,
maka tidak akan menghasilkan bukti yang dapat dipercaya mengenai keberadaan berlian tersebut.
f. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti yang banyak membutuhkan
pertimbangan untuk memutuskan apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah
konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk mencek apakah jumlahnya sama
dengansaldo dalam buku besar.
2. Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu cukup. Karena itu, ukuran
sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting dalam menentukan kecukupan bukti. Untuk
prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan lebih
memadai daripada sampel sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan mempengaruhi kecukupan
bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiah yang besar, dengan
kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan data biasanya dianggap
cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang hanya terdiri dari
transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi adalah tidak cukup.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup oleh audit. Biasanya bukti
audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan apabila bukti itu didapat sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga yang dapat
dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada penghitungan dua bulan
sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih menyakinkan jika
ada sampel dari seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya sebagian periode. Misalnya,
suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan tahun akan lebih meyakinkan
daripada sampel dari hanya enam bulan pertama.
4. Hasil gabungan
Masalah menyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan gabungan dari
kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Sempel dari bukti yang sangat kompeten tidak
meyakinkan kecuali jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga, sampel yang besar dari bukti
yang tidak dapat dipercaya adalah tidak meyakinkan.
5. Masalah biaya dan meyakinkan bukti
Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik biaya dan masalah
meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang terjadi bahwa hanya ada satu macam bukti
untuk pengujian informasi. Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang ada harus
dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik. Tujuan auditor adalah untuk
mendapatkan bukti yang tepat waktu dan dapat dipercaya dalam jumlah yang cukup, yang dapat
diterapkan pada informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan biaya total yang
serendah mungkin.

D. Tujuan Bukti Audit


Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Sebab, kewajaran laporan keuangan sangatlah
ditentukan integritas berbagai asersi manajmen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan pada bagan
dibawah ini;7[7]

Asersi Mnaajemen Tujuan Umum Audit


Keberadaaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
tanggal tertentu dan transaksi
pendapatan serta biaya terjadi dalam
periode tertentu.
Kelengkaoan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang
adalah kewajiban entitas pada tanggal
tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah disajikan
dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.

7[7]Mulyadi, Auditing..., h. 73-74.


Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan
telah digolongkan, digambarkan dan
ditungkan secara semestinya.

E. Jenis-jenis Bahan Baku Audit


Dalam memutuskan prosedur audit aman yang akan digunakan, ada tujuh kategori umum
bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor. Kategori ini yang disebut juga jenis, yaitu sebagai
berikut;8[8]
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan atau perhitungan oleh dihubungkan dengan persediaan
dan kas, tetapi dapat juga ditetapkan dalam verifikasi surat-surat berharga, wesel tagihan dan aktifa
tetap berwujud. Pemeriksaan fisik yang merupakan cara langsung untuk menguji apakh aktiva
memang benar-benar ada, biasanya dipandang sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling
dapat dipercaya dan berguna. Umumnya, pemeriksaan fisik merupakan cara obyektif untuk
mengecek kuantitas maupun keterangan ,engenai aktiva. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan fisik
juga merupakan metode yang bermanfaat untuk mengevaluasi kondisi atau kualitas aktiva. Akan
tetapi, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti yang cukup untuk menguji bahwa aktiva yang
benar-benar dimiliki oleh kalien, dan dalam banyak kasus auditor tidak mampu meniali faktor-
faktor kualitatif, seperti masalah keusangan atau keaslian. Penilaian yang wajar untuk tujuan
laporan kuangan biasanya juga tidak dapat ditetapkan dengan pemerikasan fisik.
2. Konfirmasi
Konfirmasi adalah penerimaan jawaban tertulis dari pihak ketiga yang independen, yang
menguji ketetapan informasi yang diminta auditor. Karena konfirmasi datang dari sumber yang
independen dan klien, konfirmasi ini sayang dihargai dan merupakan jenis bukti yang seringkali
digunakan. Namun, konfirmasi akan menelan biaya dan dapat menyulitkan/mengganggu bagi
orang yang diminta untuk memberikannya. Karena itu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam
setiap kesempatan meskipun dapat dilakukan.
3. Dokumentasi

8[8]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu..., h. 185-189.


Dokumentasi atau yang sering disebut vouching adalah pemeriksaan auditor atas dokumen-
dokumen dan catatan-catatan klien untuk melengkapi/membuktikan informasi yang dicantumkan
atau harus dicantumkan dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah
catatan yang digunakan klien untuk mengumpulkan informasi dalam pengelolaan usahanya secara
terorganisir. Karena setiap transaksi dalam perusahaan, klien biasanya didukung oleh paling
sedikit satu dokumen dan akan ada banyak jenis bukti semacam ini yang tersedia.
4. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai kegiatan-kegiatan tertentu. Selama proses
audit berjalan terdapat banyak kesempatan untuk menggunakan penglihatan, pendengaran,
perasaan dan penciuman untuk menilai berbagai macam hal.
5. Pertanyaan terhadap klien
Pertanyaan adalah usaha untuk memperoleh informasi tertulis atau lisan dari klien sebagai
jawaban atas pertanyaan auditor. Meskipun banyak bukti diperoleh dari klien melalui pertanyaan,
namun bukti tersebut biasanya tidak dapat dianggap meyakinkan karena sumbernya tidak
independen dan dapat besifat berat sebelah, yaitu menguntungkan klien.
6. Ketepatan mekanis
Pengujian ketepatan mekanis menyangkut penelitian kembali terhadap sampel perhitungan dan
pemindahan informasi yang dibuat oleh klien selama periode yang diaudit. Penelitian mencakup
prosedur seperti pengalihan kembali faktur penjuaan dan penjualan, penjumlahan angka-angka
jurnal dan buku tambahan serta penegcekan kalkulasi beban penyusutan dan beban yang dibayar
di muka.
7. Prosedur analitis
Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan untuk menentukan
apakah saldo-saldo perkiraan tampak wajar. Perhitungan auditor sendiri umumnya merupkan
informasi yang dipakai untuk prosedur analitis, prosedur analitis harus dilaksanakan pada tahap
awal audit untuk membantu memutuskan perkiraan-perkiraan mana yang tidak membutuhkan
verifikasi lanjut, di mana bukti lain dapat dikurangi dan bidang audit mana yang harus diselidiki
lebih teliti.
BAB II
KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapatnya.Kemudian, Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit
dapat dipisahkan menjadi empat golongan, yaitu; (1) Prosedur audit mana yang akan digunakan;
(2) Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu; (3) Item (transaksi) mana yang
akan dipilih dari keseluruhan data/populasi; dan (4) Kapan prosedur-prosedur itu akan
dilaksanakan.
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi, kecukupan dan
ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan terdahulu diambil langsung dari
standar ketiga kerja lapangan, yaitu hasil gabungan serta masalah biaya dan meyakinkannya bukti.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kemudian, dalam memutuskan prosedur audit
aman yang akan digunakan, ada tujuh kategori umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor,
yaitu; pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, observasi, pertanyaan terhadap klien, ketepaan
mekanis dan prosedur analitis.

DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
http://makalahku05.blogspot.com/2017/06/makalah-auditing-bukti-audit.html

Anda mungkin juga menyukai