BUKTI AUDIT
Makalah Diskusi
Disusun untuk memenuhi tugas Pemeriksaan Akuntansi 1
Dosen Pembimbing : Septemberizal, S.E.,Ak.,M.M.
Disusun Oleh:
1. Afifah Awalia Rahma (2014320100)
2. Syifa Mauludina (2014320125)
3. Widya Wityastiti (2014320128)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Bukti
Audit.”
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas pemeriksaan akuntansi 1 yang ditugaskan kepada penulis, sehingga penulis
lebih memahami tentang topik tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah
kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat
lebih sempurna. Sebelumnya penulis mohon maaf jika ada kesalahan cetak atau bahasa yang
kurang baku di dalam makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pembaca pada umumnya yang memerlukan di masa sekarang ataupun di masa yang akan
datang, khususnya bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
3.1 Kesimpulan........................................................................... 8
3.2 Saran..................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Bukti audit adalah setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit
tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.
Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup
berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh tim
Dejacarta (2003:17), Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami criteria yang
digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti
audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit
tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun harus memiliki sikap mental yang independen.
Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja
jika ia tidak memilki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit
ini.
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian bukti audit.
2. Memahami setiap jenis-jenis bukti audit.
3. Memahami bahan bukti audit dan persuasivitas bukti audit .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002:74), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
2.2 Jenis Bukti-bukti Audit
Menurut Arens, dkk yang diterjemaahkan oleh tim Dejacarta (2003:251) mengatakan bahwa
dalam memutuskan audit prosedur yang mana yang akan digunakan, terdapat beberapa jenis bukti-
bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor, antara lain:
2.2.1 Pengujian Fisik (Physical Examination)
Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas akiva yang
berwujud (tangible assets). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas tetapi dapat
pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang serta aktiva tetap yang
berwujud.
2.2.2 Konfirmasi (Confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secra tertulis maupun lisan dari
pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang
diminta oleh auditor. Permintaan ini ditunjukan bagi klien, klien meminta pihak ketiga yang
independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi
ini datang dari berbagai sumber yang independen untuk klien, maka jenis bukti audit ini sangatlah
dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering digunakan. Konfirmasi diidentifikasikan
menjadi dua jenis yaitu: (1) konfirmasi positif, konfirmasi yang membutuhkan jawaban dalam
situasi apapun, (2) konfirmasi negatif, konfirmasi yang dijawab hanya jika terdapat perbedaan
saldo.
d. Objektifitas (Objetivity)
Bukti yang bersifat objektif umummya lebih dapat dipercaya. Misalnya, bukti yang diperoleh dari
pihak luar perusahaan yang independen akan lebih objektif daripada bukti yang semata-mata
diperoleh dari klien itu sendiri. Dalam menilai objektifitas suatu bukti, perlu juga penilaian
mengenai kualifikasi personal yang menyediakan bukti tersebut. Sesuai dengan standar pekerjaan
lapangan, audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Kompetensi data akuntansi yang mendasari dan informasi yang menguatkan, secara
langsung berhungan dengan efektifnya internal kontrol klien.\
2.4.2 Kecukupan
Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti tersebut.
Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya suatu bukti yang diperlukan,
antara lain:
a. Tingkat Materialitas dan Risiko Secara umum, bukti yang diperlukan bagi perkiraan- perkiraan yang
materiil terhadap laporan keuangan akan lebih banyak dibandingkan bagi perkiraan-perkiraan yang
kurang atau tidak materiil. Jadi, dalam melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan industri, jumlah
bukti yang diperlukan untuk mendukung pemeriksaan persediaan akan lebih besar dibandingkan
dengan jumlah yang diperlukan dalam pemeriksaan biaya yang dibayar dimuka. Demikian juga sama
halnya perkiraan-perkiraan yang kelihatannya diragukan akan memerlukan bukti yang lebih banyak
dibandingkan dengan perkiraan-perkiraan yang kelihatannya benar.
b. Faktor-faktor Ekonomi
Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomis, jangka waktu yang pantas, dan dengan
biaya yang wajar dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan. Dalam hal ini auditor harns
memutuskan dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya apakah bukti audit yang tersedia
dengan batasan waktu dan biaya cukup memadai untuk mendukung pernyataan pendapatnya.
Sebagai pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti
dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu perkiraan
bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.
c. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi dimaksudkan sebagai jumlah item-item yang terdapat pada populasi tersebut,
seperti jumlah transaksi penjualan dalam jumlah penjualan, jumlah perkiraan langganan di dalam
buku besar piutang. Umumnya, semakin besar populasi, semakin besar pula jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendapatkan dasar yang masuk akal untuk mencapai kesimpulan tentang
populasi itu.
BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Menurut Mulyadi (2002:74), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Menurut Arens, dkk yang
diterjemaahkan oleh tim Dejacarta (2003:251) mengatakan bahwa dalam memutuskan audit
prosedur yang mana yang akan digunakan, terdapat beberapa jenis bukti-bukti audit yang dapat
dipilih oleh auditor, antara lain: Pengujian fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis,
wawancara kepada klien, hitung uji, dan observasi.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan adalah terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Dalam Standar
pekerjaan Lapangan ketiga seperti yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten untuk mendukung opini
yang akan diterbitkan. Dua penentu persuasifitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan
yang langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga.
2.3 Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan pembahasan makalah ini, kepada rekan-rekan
mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang pemahaman
bukti audit.
https://hellomango.blogspot.com/p/buktiaudit-makalah-diskusi-disusun.html
Katarina Desi
Katarina Desi
��
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Hallo sahabat blogger yang suka membaca dan belajar dengan blogger. Terimakasih sudah
mampir ke blog saya jangan lupa tinggalkan pesan supaya bisa berbagi yang lebih bermanfaat.
Archives
o ► 2018 (9)
o ► 2017 (2)
o ▼ 2015 (5)
► Desember (1)
▼ Oktober (4)
Makalah BUKTI AUDIT
COST OF CAPITAL
My lovely office, Berbisnis dengan hati, melayani ...
Menjelajah Indahnya Pemandangan Bawah Laut Pantai ...
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan dibuatnya Makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok Materi Pengauditan I. Selain itu
dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Bukti Audit baik dari pengertian bukti audit
itu sendiri, keputusan bukti audit, kompetensi bukti audit, persuasivitas bukti audit, jenis – jenis
bukti audit, dokumentasi bukti audit dan evaluasi bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN
b. auditor bekerja untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang dapat digunakan untuk
mendukung pendapatnya.
c. hasil pekerjaan auditor adalah laporan audit yang merupakan hasil yang harus disampaikan
auditor kepada pengguna laporan keuangan.
2.2 BUKTI AUDIT
1. Pengertian Bukti Audit
Mulyadi (2002 : 74) mendefinisikan bukti audit sebagai : Segala informasi yang
mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225)
mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan”.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti
audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang
diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas pertanyaan –
pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti
juga digunakan secara ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah. Tujuan audit
laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk
mendasari pemberian pendapat tersebut, maka auditor harus menghimpun dan mengevaluasi bukti
– bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan demikian, pekerjaan audit adalah
pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, dan sebagian besar waktu audit sebenarnya
tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut. Buku harian, buku
besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti daftar lembaran kerja (work
sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan
bukti yang mendukung laporan keuangan. Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen
seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang
kompeten, informasi yang diperoleh auditor melalui tanya jawab, pengamatan, inspeksi dan
pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan dengan alasan kuat. Bukti audit merupakan suatu
konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan
ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1) menyatakan bahwa : “ Standar pekerjaan
lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.” Bukti audit sangat besar pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak
pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian
hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
1. Pertimbangan profesional
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman penerapan mutu dan jumlah
bukti yang diperlukan dalam audit.
2. Integritas manajemen
Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan.
Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti dan data
akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
3. Kepemilikan publik versus terbatas
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan
keungan perusahaan publik (misalnya PT yang go Public) dibandingkan dengan audit atas laporan
keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT tertutup).
4. Kondisi keuangan
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-
pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakan kesalahan dipundak auditor, karena
kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi
keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.[2]
4. Persuasivitas Bukti
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan
auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pendapat
yang akan diterbitkan. Karena sifat bukti audit serta pertimbangan biaya dalam melaksanakan
audit, tidak mungkin bagi auditor untuk memperoleh keyakinan 100% bahwa pendapatnya benar.
Namun, auditor harus yakin bahwa pendapatnya benar dengan tingkat kepastian yang tinggi.
Dengan menggabungkan semua bukti yang diperoleh dari suatu audit, auditor akan mampu
memutuskan kapan ia merasa yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit. Dua penentu
persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan mencukupi yang langsung diambil dari standar
pekerjaan lapangan ketiga.
Persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi antara ketepatan
dan kecukupan, termasuk pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan dan kecukupan
tersebut. Sejumlah besar sampel bukti audit yang disediakan oleh pihak independen tidak bersifat
persuasif kecuali bukti tersebut relevan dengan tujuan audit yang sedang diuji. Sejumlah besar
sampel bukti yang relevan tetapi tidak objektif juga tidak persuasif. Demikian pula, sampel yang
sedikit yang hanya terdiri dari satu atau dua bukti yang sangat tepat biasanya juga kurang memiliki
persuasivitas. Ketika menentukan persuasivitas bukti, auditor harus mengevaluasi apakah tingkat
ketepatan dan kecukupan, termasuk semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut telah
dipenuhi.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud, seperti : persediaan
barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti
bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa
kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini
indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan mengenai
keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya tertulis). Jawaban
tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai
berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor. Konfirmasi terdiri
atas 2 tipe :
1) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik informasi
yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
2) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika informasi
yang diterimanya tidak akurat.
3) Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan saldo
atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
c. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan – perbandingan dan hubungan – hubungan untuk
mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data yang logis. Prosedur analitis
pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit dengan tahun
sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang diaudit dengan
data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang diketahui
auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non – keuangan
yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan langsung
kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang
independen di luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan dalam arsip
klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order pembelian dari pelanggan, dan lain
- lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus
mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh
karyawan dalam organisasi klien.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau memeriksa kegiatan
– kegiatan tertentu misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi,
auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di
bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau
sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in
proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan
dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan
1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan
observasi beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data atau informasi.
Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan
menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan harga per unit dari
barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh
angka Rp. 5 juta.
6. Dokumentasi audit
Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak
dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi. Dokumentasi audit adalah
catatan utama yang mencakup semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk
melakukan audit secara memadai dan untuk mendukung laporan audit. Tujuan dokumentasi audit
adalah untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang memadai bahwa audit telah
sesuai dengan standar audit yang berlaku umum dan juga membantu auditor dalam melaksanakan
dan mensupervisi audit. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 241 – 243) secara lebih khusus,
dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun berjalan, memberikan:
b). Resiko audit Terdapat hubungan erat antara resiko audit dengan materialitas. Untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya resiko audit berarti juga tingginya
tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya sehingga bukti yang
dikumpulkan juga harus lebih banyak. Semakin rendah tingkat resiko audit yang dapat diterima
auditor maka semakin banyak juga kuantitas bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik juga
terdapat antara resiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan, dan sebaliknya terdapat
hubungan searah antara resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan kuantits bukti yang
diperlukan, dimana semakin tinggi tingkat resiko bawaan maka semakin banyak bukti yang
diperlukan. Demikian juga jika semakin tinggi tingkat resiko pengendalian maka semakin banyak
bukti yang diperlukan. Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor memahami
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan klien. Auditor menggunakan model resiko audit untuk
mengidentifikasi lebih jauh salah saji yang potensial dalam laporan keuangan secara keseluruhan
serta saldo akun khusus, kelas transaksi, dan pengungkapan di mana salah saji paling mungkin
terjadi.
c). Faktor – faktor ekonomi Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang menentukan
bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya yang memadai. Dengan
demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan apakah penambahan waktu dan biaya
akan memberikan manfaat yang sepadan berupa perolehan bukti yang lebih
meyakinkan. d). Ukuran dan Karakteristik Populasi ukuran populasi berkaitan dengan
jumlah item yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam jurnal
penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan keuangan yang digunakan
dalam penarikan sampel yang diperlukan untuk pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin
besar populasinya akan semakin besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar
yang memadai guna menarik kesimpulan tentang hal itu. Hubungan yang pasti antara ukuran
populasi, karakteristik populasi dan ukuran sampel bergantung pada tujuan dan sifat rencana
penarikan sampel yang sedang digunakan. Auditor akan mengevaluasi kecukupan bukti audit yang
dikumpulkannya dengan tahap awal mengevaluasi resiko audit yang dicapai berdasarkan akun dan
siklus dan kemudian mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan dengan menggunakan
cara yang sama. Selain itu auditor juga harus mengevaluasi apakah bahan bukti mendukung
pendapat auditor dengan cara mengestimasi kekeliruan (salah saji) material dalam masing –
masing akun dan kemudian mengestimasikannya untuk keseluruhan laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak
untuk meyatakan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_audit
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/05/bukti-audit.html
http://risalahakuntansi.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kompetensi-bukti-audit.html
http://eva-nurpitasari.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit.html
http://www.scribd.com/doc/51208226/13/A-Pengertian-dan-Jenis-Program-Audit
http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html
http://www.scribd.com/doc/51208226/13/A-Pengertian-dan-Jenis-Program-Audit
http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html
http://rahman8194.blogspot.co.id/2013/11/bukti-audit-kertas-kerja.html
https://fitrirahmayanti99.wordpress.com/2013/07/11/rangkuman-chapter-6-bukti-audit-tujuan-
audit-program-audit-dan-kertas-kerja/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dhyah%20Setyorini,%20M.Si.,%20Ak./4.%2
0Bukti%20Audit.pdf
http://deezona.blogspot.co.id/2014/03/bukti-audit-prosedur-dan-dokumentasi.html
http://katarinadesi.blogspot.com/2015/10/makalah-bukti-audit.html
makalah bukti audit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya Bukti audit
sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor. Oleh karena itu auditor
harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak
– pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-bukti
yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan sangat
kompeten, maka hal ini akan sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan
keuangan yang diperiksanya telah disajikan secara wajar.
Ada berbagai tipe bukti audit yang harus dimengerti. Adapun pengumpulan bukti
pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta
melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah tipe bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor selama auditnya ?
2. Fakor apa sajakah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit ?
3. Keputusan apa saja yang harus diambil oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk membahas tentang bukti audit, diantaranya adalah berbagai tipe yang harus
diperoleh auditor dalam auditnya, faktor yang harus diprhatikan oleh auditor dalam proses
pengumpulan bukti audit, serta berbagai pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh auditor
dalam pengumpulan bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi,
pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan
kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan
informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu
meyakinkan pihak lain.
Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan
ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan. "
B. Sifat dan jenis Bukti Audit
1. Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.
Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien
telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap
hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan
transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
2. Bukti Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen
rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh
auditor melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi),
inspeksi (inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Jenis – jenis bukti penguat :
Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas
(eksistensi aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan
yang tinggi,contoh : kas, persediaan, aktiva tetap
Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
atau symbol-simbol dan lain – lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen dan catatan klien
untuk memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan keuanganMenurut sumbernya, bukti
dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan
lebih lagi apabila dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.
Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)
Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil
perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian
klien dalam perhitungan.Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada klien
terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut merupakan tipe
bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat lainnya.
Perbandingan (analitycal evidence)
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan
biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan
perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat
keandalan bergantung pada data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan
data tahun lalu dan budget & rata-rata industri
Confirmation evidence.
Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi kecermatan
informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan
yang tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.
Pernyataan tertulis (written representation)
Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda
tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu
ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat
berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif
atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.
Contoh : surat pernyataan manajemen klien
Bukti dari Spesialis
Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan
persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor
menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas
dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka
ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan
pendapat wajar dalam laporan auditnya.
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dapat terpercaya
b. Independensi penyedia bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti
audit yang diperoleh dari dalam entitas.
c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien
Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan
dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi,
perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak
langsung.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh
bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan
fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk
menentukan apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-
contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien
yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang
sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian
fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang
dagang yang belum dibayar oleh pelanggan.
g. Ketepatan waktu.
Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau
kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.
Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up)
E. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang
harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar
tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit
yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur
audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali
digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan
melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur
atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat
yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman
faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa
kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk
sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan
pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha
ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana
adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat
membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor
dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau
item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara
Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung
keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan
2. Pengamatan (observation)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk
memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan.
Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.
3. Konfirmasi
Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi
secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung
kepada auditor mengenaai informasi.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
7. Penghitungan (counting)
Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas
atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan,
sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
8. Scanning
Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi
unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
F. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor
mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut
sampai dengan saat penyetoran ke bank.
Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah
tanggal neraca.
Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.
2. Penentuan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap
prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain
dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: “Bukti kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.”
Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor
dalam auditnya,sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti yang
dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk
memperoleh bukti.
Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan
ratio, serta bukti dari spesialis.Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur
audit yang merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran,
pemeriksaan bukti, pendukung, penghitungan dan scanning.
Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun
dan laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu
auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar seperti contoh
berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat, manajemen yang
tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang
jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi
perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh auditor untuk menghindarkan
dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidakjujuran.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya
sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama pada
dosen mata Kuliah, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena
saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://nita5211.blogspot.com/2015/01/makalah-bukti-audit_12.html
Makalah Auditing Bukti Audit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor
harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak
– pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien
merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak
luar yang bebas. Dalam makalah ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor
selama auditnya dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan
bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan keputusan yang harus
dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya, yaitu:
1. Apa hakekat bukti audit?
2. Bagaimana keputusan bahan bukti audit?
3. Bagaimana keandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Apa sajakah tujuan bukti audit?
5. Apa sajakah jenis-jenis bahan bukti audit?
C. Tujuan Masalah
Adapun penulis dalam pembuatan makalah tentang Bukti Audit ini, yaitu:
1. Mengetahui hakekat bukti audit?
2. Mengetahui keputusan bahan bukti audit?
3. Mengetahuikeandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Mengetahuitujuan bukti audit?
5. Mengetahuijenis-jenis bahan bukti audit?
BAB II
PEMBAHASAN
BUKTI AUDIT
A. Hakekat Bukti Audit
Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut banyaknya bukti
pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor merasa yakin bahwasannya unsur-
unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan ini
penting karena tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.1[1]
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit
yang dikumpulkan oleh auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan
melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengjukan permintaan
keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar perusahaan klien.2[2]
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka
atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information)
yang tersedia bagi auditor.3[3]
1[1] Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu Pendekatan Terpadu, (Jakarta:
ERLANGGA, 1995), h. 180.
3[3]Ibid., h. 74.
6[6]Ibid., h. 182-185.
yang relevan seharusnya membandingkan sampel dikumen pengiriman dengan salinan faktur
penjualan yang bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing pengiriman telah ditagih.
b. Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih dapat dipercaya daripada
yang didapat dari perusahaan. Sebagai contoh, bukti eksternal seperti yang diperoleh dari bank,
pengacara, atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada jawaban yang diperoleh dari
pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari dokumen yang bukan organisasi klien.
c. Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang didapat dari klien akan lebih
dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika pengendalian
internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat memperoleh bukti yang kompeten
dari faktir penjualan dan dikumentasi pengiriman daropada jika pengendaliannya tidak memadai,
d. Penegtahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi,
penghitungan dan pengawasan adalah lebih kompeten dari marjin kotor sebagai persentase
penjualan dan membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya., bukti yang
ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika auditor percaya pada perhitungan yang
dibuat oleh kontroler.
e. Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan dapat dipercaya kecuali jika
orang yang memberikannya benar-benar mematuhi persyaratan untuk itu. Karena itu, konfirmasi
pengacara dan bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang usaha yang berasal dari orang-
orang yang tidak akan dapat dipercaya jika dia tidak berpengalaman dalam dunia usaha. Selain itu
juga, bukti yang didapatkan langsung oleh auditor tidak akan dapat dipercaya jika auditor tidak
memenuhi persyaratan untuk mengevaluasi bukti itu. Misalnya, pemeriksaan penyediaan berupa
berlian oleh seorang auditor yang tidak dididik untuk membedakan antara berlian dan kaca biasa,
maka tidak akan menghasilkan bukti yang dapat dipercaya mengenai keberadaan berlian tersebut.
f. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti yang banyak membutuhkan
pertimbangan untuk memutuskan apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah
konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk mencek apakah jumlahnya sama
dengansaldo dalam buku besar.
2. Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu cukup. Karena itu, ukuran
sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting dalam menentukan kecukupan bukti. Untuk
prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan lebih
memadai daripada sampel sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan mempengaruhi kecukupan
bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiah yang besar, dengan
kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan data biasanya dianggap
cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang hanya terdiri dari
transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi adalah tidak cukup.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup oleh audit. Biasanya bukti
audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan apabila bukti itu didapat sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga yang dapat
dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada penghitungan dua bulan
sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih menyakinkan jika
ada sampel dari seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya sebagian periode. Misalnya,
suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan tahun akan lebih meyakinkan
daripada sampel dari hanya enam bulan pertama.
4. Hasil gabungan
Masalah menyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan gabungan dari
kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Sempel dari bukti yang sangat kompeten tidak
meyakinkan kecuali jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga, sampel yang besar dari bukti
yang tidak dapat dipercaya adalah tidak meyakinkan.
5. Masalah biaya dan meyakinkan bukti
Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik biaya dan masalah
meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang terjadi bahwa hanya ada satu macam bukti
untuk pengujian informasi. Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang ada harus
dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik. Tujuan auditor adalah untuk
mendapatkan bukti yang tepat waktu dan dapat dipercaya dalam jumlah yang cukup, yang dapat
diterapkan pada informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan biaya total yang
serendah mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
http://makalahku05.blogspot.com/2017/06/makalah-auditing-bukti-audit.html