Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT EVIDENCE DAN AUDIT PROGRAM


KASUS HANLON, INC.

TUGAS
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Darno / 1506700612
Anggita Kharisma Maharani / 1506810143
Dedi Pramono / 1506810282
Teguh Hadi Wibowo / 1506810780

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
KEKHUSUSAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
JAKARTA
MEI 2016
I

STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir

adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Ajaran

: Auditing

Judul Makalah/Tugas : Audit Evidence dan Audit Programs Kasus Hanlon, Inc.
Tanggal

: 09 Saptember 2016

Dosen

: Dr. Ludovicus Sensi Wondabio, CPA., S.E., M.M.

Nama anggota kelompok:


1. Nama

: Darno

NPM

: 1506700612

Tanda tangan

2. Nama

: Anggita Kharisma Maharani

NPM

: 1506810143

Tanda tangan

3. Nama

: Dedi Pramono

NPM

: 1506810282

Tanda tangan

4. Nama

: Teguh Hadi Wibowo

NPM

: 1506810780

Tanda tangan

:
I

DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORSHIP.......................................................................................... I
DAFTAR ISI .............................................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. III
BAB I .......................................................................................................................................... 1
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 1
KARAKTERISTIK BUKTI AUDIT ................................................................................................. 1
KLASIFIKASI AUDIT EVIDENCE ................................................................................................. 2
BAB II ......................................................................................................................................... 7
KASUS HANLON, INC. ........................................................................................................... 7
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN ............................................................................................. 7
PERMASALAHAN PADA PERUSAHAAN ....................................................................................... 9
PERTANYAAN............................................................................................................................ 9
PENYELESAIAN ....................................................................................................................... 10
BAB III ..................................................................................................................................... 22
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................ 22
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 22
SARAN .................................................................................................................................... 23
DAFTAR REFERENSI........................................................................................................... 24

II

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reliability of Audit Evidence .............................................................................. 5

III

BAB I
LANDASAN TEORI

Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Untuk memenuhi standar ini, auditor harus pertama mengidentifikasi tujuan audit untuk
perikatan dan kemudian memilih jenis dari bukti dan prosedur audit yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan tersebut. Rencana audit yang mengandung tujuan dan prosedur spesifik
disebut dengan program audit. Audit workpaper adalah bukti dokumentasi yang auditor
memenuhi tujuan audit yang ditetapkan dalam program audit.
Tujuan audit diklasifikasikan menjadi 2:
1. Memahami bisnis dan industri klien
2. Memahami sistem pengendalian internal yang ada
Digunakan untuk mengidentifikasi jenis dari potensi salah saji, mempertimbangkan faktor
yang mempengaruhi risiko dari salah saji yang material, dan mendesain tes substantif
Karakteristik Bukti Audit
Bukti faktual adalah langsung dan dianggap secara umum lebih kuat daripada inferential,
misal: observasi ke persediaan untuk memastikan keberadaannya.
Bukti inferential tidak bisa menghasilkan ke kesimpulan langsung, misal: nilai yang tinggi dari
persediaan bisa mengarahkan auditor untuk menganggap adanya persediaan yang usang.
Bukti harus memadai dan kompeten. Memadai artinya bukti tersebut cukup mendukung opini
auditor atas laporan keuangan. Bukti yang memadai dipengaruhi oleh kualitas dari
pengendalian internal dan materialitas dari komponen laporan keuangan. Kompeten artinya
valid dan relevan. Valid adalah fungsi dari tiga kualitas:
a. Sumber yang independen dan kompeten dari pihak dimana bukti diperoleh. Bukti dari
sumber eksternal memliki validitas yang lebih besar daripada dari internal
1

b. Kondisi dimana bukti diperoleh. Invoice penjualan yang dihasilkan dari pengendalian
internal yang baik memiliki validitas yang lebih besar daripada yang dihasilkan dari
pengendalian internal lemah.
c. Cara bagaimana bukti diperoleh. Bukti yangdiperoleh secara langsung oleh auditor
(misal: observasi) lebih terpercaya daripada bukti yang tidak diperoleh secara langsung
(misal: wawancara)
Relevan berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit tertentu/spesifik. Misal:
observasi fisik persediaan, merupakan bukti yang sesuai untuk keberadaan persediaan, tapi
tidak relevan untuk menentukan kepemilikan. Pengumpulan dan eveluasi dari bukti audit
didokumentasikan dalam audit workpaper.
Klasifikasi Audit Evidence
Konrath (2001) mengklasifikasikan bukti audit ke dalam 6 jenis sebagai berikut:
1. Bukti fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik terdiri dari segala hal yang dapat diperhitungkan, diperiksa,
diobservasi atau dilakukan inspeksi, yang didapatkan secara langsung (director factual
evidence) dan mendukung keberadaan objek yang di audit. Sebagai contoh adalah
pelaksanaan pengujian persediaan saat akhir tahun dan nilainya dibandingkan
kesesuaiannya dengan nilai yang tercatat pada neraca. Contoh lainnya adalah
pelaksanaan cash opname di akhir tahun dalam petty cash yang juga akan
dibandingkan dengan yang tercatat pada neraca. Tujuan akhir dari prosedur ini adalah
untuk meyakini bahwa asset yang tercantum dalam neraca benar-benar ada dan sesuai
dengan jumlah yang sebenarnya.
2. Konfirmasi (Confirmation)
Bukti konfirmasi mencakup kegiatan mengumpulkan segala bukti atas
keberadaan (existence), kepemilikan (ownership) maupun penilaian (valuation)
langsung dari pihak ketiga dari klien auditee. Kelebihan dari bentuk pembuktian ini
adalah auditor mendapatkan fakta bukti langsung dari sumber pihak ketiga yang
berelasi dengan auditee. Salah satu contoh bentuk konfirmasi adalah konfirmasi
piutang dan konfirmasi hutang.

3. Bukti dokumentasi (Documentary Evidence)


Bukti dokumentasi terdiri dari pencatatan akuntansi dan seluruh dokumen yang
mendasari terjadinya transaksi atau kejadian yang tercatat dalam laporan. Bukti
dokumentasi merupakan bukti yang didapat dari internal auditee. Bukti dokumentasi
berbeda dengan bukti fisik, dimana kesimpulan dapat langsung diambil melalui
laporan bukti fisik, bukti dokumentasi tidak dapat

langsung dijadikan dasar

pengambilan kesimpulan. Meskipun terdapat kelemahan tersebut, bukti dokumentasi


memainkan peran yang sangat penting dalam pengauditan. Dokumen merupakan
elemen penting yang diperlukan dalam audit trail.
Audit Trail merupakan aliran bukti-bukti yang memungkinkan auditor melacak
dan mencari bukti atas transaksi dan kejadian, yang dapat dilakukan dua arah, dari
sumber bukti dokumentasi ke catatan dan sebaliknya. Tracing mendukung tujuan
kelengkapan pencatatan dengan menelusuri transaksi atau kejadian dari bukti dokumen
sampai dengan pencatatan pada akun yang seharusnya. Vouching mendukung
tercapainya tujuan keberadaan dan meliputi proses penelusuran ke belakang dari
pencatatan pada akun ke dokumentasi atas transaksi atau kejadian. Proses tracing dan
vouching merupakan tahapan yang sangat penting dalam audit program. Dokumen
menyediakan bukti atas lahirnya sebuah transaksi, sehingga kecukupan informasi
dalam dokumentasi sangat penting dalam proses tracing dan vouching yang efektif.
4. Bukti matematis (Mathematical Evidence)
Bukti matematis terdiri dari penghitungan, penghitungan ulang, dan rekonsiliasi
yang dihasilkan oleh auditor. Sebagai contoh, dalam menghitung ketepatan nilai
persediaan, auditor harus melakukan uji penghitungan. Dalam uji pengitungan akan
menghasilkan bukti matematis. Bukti matematis merupakan bentuk bukti secara
langsung, karena auditor langsung melakukan pembuktian penghitungan atas data
tersebut.
Kategori

yang

seringkali

memerlukan

bukti

matematis

melalui

uji

penghitungan maupun penghitungan ulang adalah penghitungan bunga, penyusutan,


pajak, transaksi akrual, dan laba/rugi atas penjualan asset.
5. Bukti Analisis (Analytical Evidence)

Tujuan dari penerapan prosedur bukti analisis adalah pengujian substantif dari
informasi keuangan yang didapat melalui analisa dan perbandingan atas data-data
lainnya. Hal tersebut dapat dilaksanakan pada tahapan perencanaan audit dalam
prosedur pengujian substantif dan pada akhir pelaksanaan audit dalam bagian audit
review.
Dalam tahap perencanaan tujuannya adalah mengidentifikasi area yang
memiliki risiko audit yang tinggi sehingga auditor dapat merencanakan penerapan
prosedur substantif yang lebih intensif pada area-area tersebut.
Sedangkan dalam tahapan review, auditor mengevaluasi kewajaran atas
transaksi dan nilai saldo.
5.1.Jenis-jenis aplikasi prosedur bukti analisis
Prosedur bukti analisis merupakan pengujian substantif terhadap informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari dan membandingkan keterkaitan
diantara data. Jenis prosedur bukti analisis adalah sebagai berikut:
a. Trend (horizontal) analysis
Analisa tren memerlukan pemeriksaan perubahan data dari tahun ke
tahun. Dasar pemikirannya adalah tren di masa lalu dapat di harapkan berlanjut
dimasa yang akan datang, kecuali terjadi perubahan kondisi yang materil.
Analisa trend dapat dilakukan dengan membandingkan komponen utama atas
laporan keuangan tahun ini dengan laporan keuangan tahun sebelumnya dan
melakukan investigasi lebih dalam atas perbedaan yang signifikan. Selain itu,
contoh analisa horizontal lainnya adalah membandingkan sumber dari
komponen pendapatan dan komponen beban kemudian menginvestigasi lebih
lanjut atas adanya penambahan atau pengurangan dalam komponen tersebut.
Prosedur analisa ini dilakukan dalam tahap audit planning.
b. Common Size (vertical) analysis
Analisa vertikal ini menggunakan persentase atas dasar yang sama
dalam penghitungannya. Dalam balance sheet nilai di tunjukkan dalam bentuk
persentase atas asset. Sedangkan dalam Income statement nilai ditunjukkan
dalam bentuk persentase atas penjualan.

Contoh dari analisa vertical ini adalah auditor dapat memutuskan untuk
mengembangkan ekspektasi yang dimilikinya melalui analisa hubungan antar
data dalam satu periode yang sedang di audit. Analisa ini dapat dilakukan pada
tahapan planning audit maupun dalam tahapan review. Contoh lainnya adalah
auditor dapat memeriksa laporan kinerja dan menginvestigasi perbedaan yang
signifikan atas anggaran yang disepakati pada periode tersebut. Analisa vertical
ini dilakukan dalam tahapan audit planning
c. Ratio analysis
Analisa rasio membandingkan hubungan antara saldo akun-akun dalam
laporan keuangan. Analisa rasio ini dapat dibandingkan dengan industri lainnya
yang sejenis maupun rata-rata industri. Selain dibandingkan dengan industri
lain, auditor juga dapat menganalisa rasio perusahaan dari tahun ke tahun.
Analisa rasio dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas
Indikator kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek
nya. Contohnya adalah current ratio dan quick ratio.
2. Rasio Profitabilitas
Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi operasional perusahaan.
Contohnya adalah operating margin dan return on assets.
3. Rasio leverage
Indikator

ini

menggambarkan

fleksibilitas

keuangan

perusahaan.

Contohnya adalah percentage of long term liabilities to total capital


structure.
4. Rasio Manajemen Aset
Indikator ini menunjukkan seberapa efektif manajemen perusahaan
mengendalikan asset. Contohnya adalah inventory turn over dan Account
Receivable Turnover.
5.2.Prosedur analitis memiliki dua fungsi bagi auditor, yakni :
a. Membantu mendeteksi adanya hubungan yang tidak biasa yang dapat mengarah
pada

kemungkinan

eror

maupun

fraud

dalam

pencatatan

pengklasifikasian data yang nantinya disebut high audit risk area.


5

maupun

b. Memungkinkan auditor mengevaluasi kewajaran atas nilai saldo dan transaksi


akhir yang sudah diaudit selama tahapan review audit.
6. Bukti wawancara (Hearsay Evidence)
Bukti wawancara merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang di
ajukan oleh auditor kepada auditee. Wawancara merupakan bukti audit terlemah dan
harus dikuatkan lebih jauh lagi. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya muncul atas hasil
dari prosedur analitis yang dilakukan sebelumnya. Sebagai contoh jika penurunan
secara signifikan pada rasio perputaran persediaan mengarah pada pertanyaan atas
jumlah persediaan dan jumlah persediaan yang using kepada pegawai produksi yang
bertanggung jawab atas persediaan.
Gambar Reliabilitas dari Bukti Audit
MOST RELIABLE

LEAST RELIABLE

Physical
Evidence
Confirmation
Evidence
Mathematical
Evidence
Analytical Evidence

Internal Documents Under


Condition of Strong Internal
Control
Internal Documents Under
Condition of Weak Internal
Control
Hearsay
Evidence

Gambar 1. Reliability of Audit Evidence


Sumber: Konrath (2001)

BAB II
KASUS HANLON, Inc.

Latar Belakang Perusahaan


Hanlon, Inc. merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan
penjualan Personal Computer (PC). Kegiatan operasional yang dilaksanakan perusahaan
tersebut terletak di Hoopshire, New Hampshire. yang letaknya sama dengan kantor
pusatnya. Produk didistribusikan secara nasional melalui outlet pengecer /retail seperti
Abcess III dan Computer Country. Banyak serta toko-toko diskon lain yang juga
melakukan penjualan computer hasil produksi Hanlon, Inc. Perusahaan ini telah beroperasi
selama 7 tahun. Firma anda telah mengaudit Hanlon, Inc. sejak berdirinya perusahaan
tersebut. Berikut adalah laporan keuangan untuk tiga tahun terakhir beserta data industri.
Hanlon, Inc., Assets on Balance Sheets

Hanlon, Inc., Liabilities and equity on Balance Sheets

Hanlon, Inc., Income Satements

Permasalahan pada Perusahaan


Hanlon merupakan salah satu dari perusahaan awal yang memproduksi dan menjual
personal computers (PC), perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang signifikan selama
5 tahun pertama eksistensinya. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang
masuk dalam industri tersebut, Hanlon, Inc. mulai mengalami penurunan pada
penghasilannya. Pada tahun keenam, Hanlon berjuang untuk mengatasi masalah aliran
kasnya (Cash Flow) dan terancam mengalami kerugian (Net loss). Keberhasilan negosiasi
dengan Hoopshire National Bank dan Trust Company mengenai pinjaman sebesar $1 Juta
dapat mengatasi masalah likuiditas untuk sementara waktu. Tingkat bunga pinjaman yang
diterima sebesar 10% dan angsuran sebesar $100.000,- pertahun, dan dimulai pada tahun
ke 8.
Pertanyaan
a. Buatlah laporan keuangan komperatif dengan menambahkan kolom pada Neraca
untuk persentase dari total asset, dan pada laporan laba rugi untuk persentase dari
penjualan.
b. Hitunglah rasio-rasio untuk 3 tahun diatas:
1. Inventory turnover
2. Accounts Receivable Turnover
3. Operating Margin
4. Persentase of long term debt to total capital structure (long-term debt plus
stockholders' equity)
5. Current Ratio
6. Quick Ratio
c. Hitunglah Rata-rata industri mengacu pada data berikut:
1. Bandingkan rata-rata industri antara Hanlon, Inc dengan Industri
2. Bandingkan data tahun ini dengan tahun sebelumnya
3. Identifikasi area dimana diperlukan investigasi lebih lanjut
4. Indentifikasi penyebab perbedaan yang terdapat pada No. 3 diatas

Penyelesaian
a. Laporan keuangan komperatif
Hanlon, Inc., Balance Sheets

10

Hanlon, Inc., Income Satements

b. Analisa rasio
1. Inventory turnover
Inventory turnover digunakan untuk mengukur aliran barang dari
barang persediaan yang dijual. inventory turnover dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Inventory Turnover =

Cost Of Gods Sold


Average Inventory

Oleh karena itu, semakin tinggi inventory turnover semakin efektif perusahaan
dalam mengelola persediaan. Inventory turnover yang dimiliki Hanlon,Inc. di
tahun X7 sebesar 1,89.
2. Accounts Receivable Turnover
Accounts receivable turnover digunakan untuk mengatuhui kemampuan
perusahaan dalam merubah aset lancar berupa piutang untuk menghasilkan kas.
Karena piutang berkaitan dengan penjualan kredit, accounts receivable
turnover dihitung dengan rumus :
Accounts Receivable Turnover =

11

Sales
Average Accounts Receivable

Semakin tinggi accounts receivable turnover, semakin efektif perusahaan


dalam mengelola piutangnya. Accounts receivable turnover pada Hanlon,Inc. di
tahun X7 sebesar 8,45.
3. Operating Margin
Operating margin digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan
yang berasal dari setiap penjualan yang terjadi, operating margin dirumuskan,
sebagai berikut :
Net Income Before
Operating margin =

Extraordinary Items
Sales

Semakin tinggi operating margin, semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan


pada setiap dolar penjualan. Operating margin pada Hanlon,Inc. di tahun X7
sebesar 12,2.
4. Percentage of debt in capital structure
Percentage of debt in capital structure digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang jangka panjang yang berasal
dari modal yang dimiliki, percentage of debt in capital structure dihitung
dengan rumus :

Percentage of Debt in Capital Structure =

Long-Term Liabilities
Total Long-Term Liabilities
+ Stakeholders Equity

bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin besar resiko yang
akan ditanggung perusahaan atas kegagalan memenuhi kewajiban jangka
panjangnya yang mungkin terjadi. Hanlon,Inc. memiliki nilai percentage of
debt in capital structure pada tahun X7 sebesar 55,5%
5. Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek perusahaan, current ratio
dihitung dengan rumus :
12

Current Ratio =

Current Assets
Current Liabilities

Semakin tinggi current ratio, semakin baik kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Hanlon,Inc. di tahun X7
memiliki nilai current ratio sebesar 1,73 : 1 atau 173%.
6. Quick Ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang jangka pendek perusahaan, quick ratio dihitung
dengan rumus :
Current Assets Without
Quick Ratio =

Inventory
Current Liabilities

Semakin tinggi quick ratio, semakin baik kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Quick ratio pada Hanlon,Inc.
di tahun X7 sebesar 60,6%.
7. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur rasio yang
menunjukkan berapa bagian dari setiap dolar modal perusahaan yang dijadikan
jaminan hutang oleh perushaan, debt equity ratio dihitung dengan rumus :
Debt to Equity Ratio =

Total liabilities
Total equity

bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin banyak bagian
modal perusahaan yang dijadikan jaminan hutang. Namun bagi bank selaku
debitur semakin besar nikai ratio ini, maka semakin menguntungkan.
Hanlon,Inc. memiliki Percentage of debt in capital structure pada tahun X7
sebesar 55,5%.

13

Gambar 2. Ratio Analysis

c. Analisa perbandingan rasio


1. Perbandingan rasio perusahaan dengan industri lainnya
1.1.Inventory Turnover
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah 1,89,
sedangkan inventory turnover dari industri lain yang sejenis memiliki nilai
3,00. Dari nilai tersebut terlihat bahwa nilai inventory turnover pada
Hanlon,Inc. lebih kecil dari industri lain yang sejenis. Hal ini menunjukkan
bahwa kemapuan Hanlon,Inc dalam mengelola persediaannya sampai
terjual kurang baik dibanding dengan industri yang lain. Jika kita
membandingkan pada dalam tahun X7 perputarann persediaan pada
Hanlon,Inc terjadi selama 194 hari, atau lebih lambat jika dibandingkan
dengan perputaran pada industri sejenis. Dimana pada industri sejenis
perputarann persediaan terjadi selama 120 hari atau 3 kali dalam satu
tahun. Jadi bisa dikatakan bahwa Hanlon, Inc buruk dalam melakukan
penjualan produknya karena terlambat dalam perputaran persediaannya.
14

1.2.Account Receivable Turnover


Account receivable turnover atau rasio antara penjualan dan piutang
pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah 8,45. Jika dibandingkan dengan rasio
pada industri yang lain yang memiliki nilai account receivable turnover
sebesar 10,00, Hanlon, Inc. memiliki pengelolaan piutang yang kurang
efektif, karena memiliki nilai rasio dibawah industri sekitar. Jika
diilustrasikan di tahun X7 pada Hanlon, Inc. setiap terjadi penjualan
sebesar $1 maka terdapat piutang sebesar $0,12. Sedangkan industri lain
memiliki nilai piutang yang lebih kecil pada setiap penjualan sebesar $1,
yaiu sebesar $0,10.

1.3.Profit Margin
Profit margin atau rasio margin laba pada Hanlon, Inc. di tahun X7
adalah 12,22%, hal ini memgambarkan bahwa kondisi perusahaan pada
tahun X7 sangat menguntungkan. Hal ini menggambarkan kondisi profit
margin Hanlon,Inc, lebih baik dibandingkan dengan nilai profit margin
pada industri sejenis sebesar 5,00%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di
tahun X6, dimana kondisi perusahaan mengalami penurunan profit margin
yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu dari 13,64% pada tahun X5
menjadi 2,82% pada tahun X6. jika dibandingkan dengan data profit
margin pada industri lainnya pada tahun X6, Hanlon,Inc.

mengalami

kondisi profit margin yang tidak baik.

1.4.Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio atau rasio modal yang dijaminkan atas
kewajiban. Nilai rasio ini pada Hanlon,Inc. di tahun X7 adalah 171,75%
atau dalam $1,71 hutang terdapat $1,- modal yang dijaminkan. Sehingga
dengan modal tersebut Hanlon,Inc. kemungkinan tidak dapat menutupi
hutang yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan modal perusahaannya
sendiri. Jika dibandingkan dengan nilai rasio pada industri lainnya sebesasr
50% atau atau dalam $1 hutang ada sebesar $2 modal yang dijaminkan.
15

Dari perbandingan tersebut, Hanlon,Inc. memiliki kemampuan yang rendah


dalam mengelola hutangnya, karena kemungkinan tidak dapat menutupi
hutangya lebih besar dibandingkan dengan industri sejenis lainnya.

1.5.Current Ratio
Current ratio menggambarkan tingkat keamanan perusahaan
sebagai kreditur dalam kemampuannya untuk membayar kewajiban jangka
pendek. Pada Hanlon, Inc. di tahun X7 nilai rasionya sebesar 1,73. Nilai ini
berada dibawah nilai rasio industri sejenis lainnya sebesar 2,00. Oleh
karenanya dimungkinkan Hanlon,Inc. akan mengalami kesulitan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya sesuai dengan jatuh tempo yang
telah disepakati.

2. Perbandingan tren rasio perusahaan setiap tahun


2.1. Inventory Turnover
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. pada tahun X6 dan X7 adalah
1,86 dan 1,89. Jika kita lihat dari tahun ke tahun rasio ini pada Hanlon, Inc.
mengalami peningkatan walaupun nilainya tidaklah signifikan. Hal ini
menggambarkan ada keinginan dari perusahaan untuk melakukan
perbaikan dalam pengelolaan aliran persediaan yang akan dijual.

2.2. Account Receivable Turnover


Account receivable turnover pada Hanlon, Inc. di tahun X6 dan X7
adalah 7,58 dan 8,45. Dari tahun ke tahun rasio antara penjualan dan
piutang pada Hanlon, Inc. mengalami peningkatan yang menggambarkan
kondisi pengelolaan piutang yang terus membaik.

2.3. Operating Margin


Perkembangan operating margin atau profit margin pada Hanlon,
Inc. dari tahun ke tahun mulai tahun X5, X6, dan X7 adalah 13,64%,
2,82%, dan 12,22%. Dilihat perkembangan rasio ini terlihat di tahun X5
16

dengan nilai penjualan sebesar $2.860.000,00 perusahaan mendapatkan


operating margin sebesar 13,64%. Pada tahun X6 penjualan perusahaan
sebesar $1.300.000,00 operating margin yang didapatkan menurun cukup
besar menjadi hanya 2,82%. Pada tahun X7 kenaikan penjualan perusahaan
menjadi sebesar $1.800.000,00 mengangkat operating margin yang
didapatkan menjadi sebesar 12,22%. Namun jika dilihat dari persentase
perubahan jumlah penjualan terlihat kejanggalan yang terjadi. Dimana pada
tahun X5 ke tahun X6 terjadi penurunan penjualan yang signifikan sebesar
54,55% yang mengakibatkan penurunan operating margin yang cukup
signifikan pula dari 13,64% menjadi 2,82%. Namun kondisi pada tahun
berikutnya menimbulkan kejanggalan, dimana dengan kenaikan penjualan
yang tidak terlalu signifikan yakni sebesar 38,46% dapat menghasilkan
kenaikan operating margin yang signifikan yaitu dari 2,82% menjadi
12,22%. Untuk itu dirasa perlu dilakukan audit lebih lanjut, untuk
mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dari tahun X6 ke
tahun X7.

2.4. Percentage of Debt in Capital Structure


Rasio Percentage of Debt in Capital Structure pada Hanlon,Inc.
untuk tahun X5, X6, X7, yaitu :
-

Tahun X5 = 41,98%

Tahun X6 = 36,19%

Tahun X7 = 55,16%

Dari kondisi tersebut rasio Percentage of

Debt in Capital Structure

terburuk terjadi pada tahun X7.

2.5. Current Ratio


Kondisi Current ratio yang terjadi pada Hanlon, Inc. mulai tahun
X5 sampai dengan tahun X7, antara lain :
-

Pada tahun X5 = 2,31

Pada tahun X6 = 1,32


17

Pada tahun X7 = 1,73

Dari data tersebut terliht bahwa sejak tahun X6, dimana mulai banyak
perusahaan masuk dalam persaingan usaha perakitan dan penjualan
personal computers. Hanlon,Inc. mulai mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2.6. Quick Ratio


Data quick ratio pada Hanlon, Inc. dari tahun X5 sampai dengan
tahun X7, yakni :
-

Pada tahun X5 = 95,03

Pada tahun X6 = 48,91

Pada tahun X7 = 60,62

Hampir sama dengan current ratio, penurunan terjadi sejak tahun X6,
dimana mulai banyak perusahaan masuk dalam persaingan usaha perakitan
dan penjualan personal computers. Pada tahun setelahnya perusahaan
mulai

mencoba

untuk

bangkit

dalam

meningkatkan

kemampuan

likuiditasnya.

3. Area-area yang memerlukan investigasi lebih lanjut


3.1. Profit Margin
Nilai profit margin Hanlon, Inc mengalami kenaikan yang sangat
signifikan dari tahun X6 yang hanya sebesar 2,8% menjadi 12,2% di tahun
X7 dimana nilai tersebut berada jauh di atas rata-rata industri sejenis yang
hanya 5%. Kondisi ini mengindikasikan adanya penjualan yang overstated
atau harga pokok penjualan yang understated. Pendapatan penjualan akan
masuk ke akun piutang atau akun kas. Terlihat pada neraca, adanya
kenaikan penjualan dari tahun X6 dibandingkan X7 ternyata tidak disertai
dengan kenaikan kas yang diterima, akan tetapi disertai dengan kenaikan
piutang yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan adanya nilai piutang
yang overstated. Terhadap hal ini, auditor disarankan untuk melakukan
audit lebih lanjut terhadap akun piutang dengan melakukan tracing
18

dokumen dan prosedur konfirmasi. Sehubungan dengan rendahnya account


receivable turnover Hanlon, Inc dibandingkan rata-rata industri sejenis,
auditor juga perlu lebih memperdalam audit terhadap piutang dengan
melakukan analisis atas aging schedule piutang, kebijakan pemberian
kredit, dan histori pembayaran piutang oleh pelanggan perusahaan untuk
menilai efektivitas pengelolaan piutang oleh perusahaan.
Harga pokok penjualan yang understated mengindikasikan adanya
nilai persediaan yang overstated. Hal tersebut ditandai dengan naiknya nilai
persediaan yang signifikan pada tahun X7 dibandingkan tahun X6 padahal
pada tahun-tahun tersebut inventory turnover Hanlon, Inc lebih rendah bila
dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. Terhadap hal ini, auditor
disarankan untuk melakukan audit lebih lanjut terhadap akun persediaan
dengan melakukan cek fisik persediaan untuk menguji perhitungan fisik
yang dilakukan oleh perusahaan dan membandingkannya dengan jumlah
tercatat untuk memperoleh keyakinan yang memadai terkait keberadaan
dan kondisi dari persediaan yang tercatat. Selain itu, perlu dilakukan
pengecekan perhitungan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan ketepatan nilai dari persediaan yang tercatat.

3.2. Debt to equity ratio


Kenaikan debt to equity ratio yang signifikan di tahun X7 disertai
dengan nilai debt to equity ratio yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata industri sejenis (173% dibanding 50%) menggambarkan
kondisi bahwa nilai utang Hanlon, Inc yang tinggi tidak diimbangi dengan
modal sendiri, selain itu nilai current ratio juga berada di bawah rata-rata
industri (1,73 dibanding 2) menandakan bahwa perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh
tempo yang telah disepakati. Berdasarkan hal tersebut, terdapat indikasi
adanya

kesangsian

mengenai

kemampuan

perusahaan

dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas,

19

sehingga auditor harus melakukan evaluasi dengan cara sebagai berikut


(SA Seksi 341) :
1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang
dilaksanakan menunjukkan adanya sebuah kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan yang sedang diaudit). Mungkin diperlukan informasi
tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang
mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, auditor harus:
a) Memperoleh informasi mengenai sebuah rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia akan mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.

4. Faktor-faktor penyebab adanya peningkatan profit margin dan debt to


equity ratio:
a. Adanya kecenderungan dari manajemen Hanlon,Inc untuk menaikkan profit
margin di tahun X7 untuk mengejar rendahnya profit margin di tahun X6
dengan melakukan penjualan secara kredit sebanyak banyaknya serta
menurunkan nilai harga pokok penjualan. Hal tersebut ditandai dengan:
1) naiknya nilai penjualan yang tidak disertai dengan naiknya aliran masuk
kas, namun disertai dengan tingginya nilai piutang.
2) naiknya nilai persediaan yang signifikan pada tahun X7 dibandingkan
tahun X6 padahal pada tahun-tahun tersebut inventory turnover
20

Hanlon,Inc lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata perusahaan


sejenis.
b. Nilai debt to equity ratio yang tinggi diakibatkan oleh adanya pinjaman
baru sebesar USD 1 milyar yang berasal dari pinjaman kepada Hoopshire
National Bank dan perusahaan Trust dimana dimaksudkan untuk mengatasi
masalah likuiditas untuk sementara waktu.

21

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah
laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Untuk itu, auditor harus memperoleh
bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat. Dalam rangka memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten, auditor
terlebih dahulu perlu melakukan analisis atas laporan keuangan dengan melakukan
analisis tren maupun analisis rasio.
2. Analisis tren dan analisis rasio terhadap laporan Hanlon,Inc menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
a. Adanya kemungkinan pencatatan inventory yang overstated sehingga mengarah
kepada pencatatan cost of goods sold yang understated. Hal ini didasari pada ratio
inventory turnover perusahaan yang tergolong kecil, namun pada tahun X7
manajemen perusahaan justru tetap memilih kebijakan untuk menumpuk persediaan.
Kebijakan ini terasa janggal, sehingga maksud dari kebijakan perusahaan tersebut
perlu dipertanyakan apakah untuk persiapan peningkatan volume penjualan di tahun
depan ataukah untuk meningkatkan nilai profit margin sehingga dapat memperbaiki
citra perusahaan.
b. Adanya kemungkinan pencatatan sales yang overstated, hal ini terindikasi dari
meningkatnya nilai sales pada income statements yang tidak diikuti dengan
peningkatan cash inflow pada balance sheets. Dilihat dari kondisi tersebut ada
kemungkinan Hanlon,Inc. melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan tanpa
memperhatikan kemampuan keuangan pelanggan atau yang lebih parah lagi apabila
ternyata ditemukan adanya data penjualan yang fiktif. Kejanggalan ini juga terlihat
dari kebijakan perusahaan yang terus melakukan penjualan secara kredit walaupun

22

pengelolaan piutang perusahaan masih belum optimal dimana ditandai dengan nilai
account receivable turnover yang masih lebih rendah dibandingkan rata-rata industri
sejenis.
c. Debt to equity ratio yang tinggi mengindikasikan risiko bahwa perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang
telah disepakati.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai, auditor harus melakukan investigasi
lanjutan atas kondisi laporan keuangan yang telah dianalisis. Auditor disarankan untuk
fokus pada akun-akun penjualan, persediaan, dan piutang. Karena akun-akun tersebut
merupakan akun yang diketahui naik secara signifikan sehingga diperlukan bukti-bukti
memadai yang diperoleh dari prosedur audit yang relevan.
2. Terhadap tingginya nilai debt to equity ratio, auditor disarankan untuk melakukan audit
lebih lanjut guna mengambil kesimpulan apakah perusahaan masih memiliki kemampuan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Prosedur
yang mengatur hal tersebut telah dinyatakan dalam SPAP SA Seksi 341.

23

DAFTAR REFERENSI

Konrath, Larry F. (2001). Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach


(5th Edition). New York: South Western.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2013.

24

Anda mungkin juga menyukai