Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AUDITING 1

PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing 1

Dosen Pengampu :
Riska Damayanti, SE., M.Ak,

Disusun Oleh:
Muhammad Yusron (221011201573)
Wydia Natassa BR Sinulingga (221011201104)
Zsarla Rizky Azzira (221011201718)

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, petunjuk, dan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1 Pertemuan 11 yang berjudul “Bukti
Audit”. Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada pembaca tentang betapa krusialnya bukti audit dalam memastikan keandalan dan
kewajaran laporan keuangan. Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi para mahasiswa,
praktisi, dan semua pihak yang tertarik dalam dunia audit.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Kami juga mengucapkan terima kasih
terutama kepada Ibu Riska Damayanti SE., M.Ak. yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi dalam proses penyusunan makalah ini serta temn-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Kritik, saran, dan
masukan dari pembaca sangat kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
pemahaman mengenai bukti audit dan menjadi referensi yang berguna dalam dunia audit.

Tangerang Selatan, 30 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Bukti Audit...........................................................................................................5
2.2 Tipe Bukti Audit....................................................................................................................7
2.3 Sifat Bukti Audit.................................................................................................................12
2.4 Kompetensi Bukti Audit......................................................................................................13
2.5 Penilaian Bukti Audit...........................................................................................................16
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
KESIMPULAN..........................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit memiliki tujuan utama untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan
tersebut, auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten. Dalam rangka
mengumpulkan bukti yang mencukupi, auditor perlu menetapkan tujuan audit yang spesifik
untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Hal ini membantu auditor dalam
mengidentifikasi jenis bukti yang perlu dikumpulkan dan metode yang akan digunakan
dalam proses audit.
Bukti audit merupakan dasar bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga mengumpulkan bukti dari berbagai
sumber, seperti penghitungan fisik inventaris, permintaan keterangan, dan sumber-sumber
eksternal lainnya.
Dalam melakukan audit, auditor menyusun catatan audit yang mencatat prosedur
audit yang dilakukan, hasil pengujian, informasi yang ditemukan, dan kesimpulan yang
diambil selama audit. Catatan audit ini berfungsi sebagai penghubung antara data yang
diberikan oleh klien dan temuan auditor selama audit. Oleh karena itu, pembuatan dan
penyimpanan catatan audit adalah langkah penting dalam proses audit, yang membantu
auditor dalam menghasilkan pendapat yang akurat tentang laporan keuangan auditan.
Selama proses audit, auditor harus mengumpulkan dan mencatat berbagai jenis bukti
untuk mendukung kesimpulan dan pendapat mereka tentang laporan keuangan auditan. Itulah
mengapa catatan audit sangat penting dalam proses audit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Bukti Audit?
2. Apa saja tipe-tipe Bukti Audit?
3. Bagaimana mengidentifikasi delapan jenis bukti yang digunakan dalam auditing?
4. Apa saja sifat-sifat Bukti Audit?
5. Apa itu Kompetensi Bukti Audit?

4
6. Bagaimanakah Penilaian Bukti Audit?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan
Auditing I yang diberikan kepada setiap kelompok mahasiswa agar setiap mahasiswa dapat
memahami materi tentang “Bukti Audit”.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bukti Audit


Bukti audit menurut Mulyadi (2014:74) adalah semua informasi yang disajikan di
dalam laporan keuangan yang medukung angka ataupun informasi lain yang dapat
dipergunakan sebagai dasar laporan auditor.
Menurut Arens, et al (2012:225) auditor menggunakan semua informasi untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit tersebut sudah dianggap memadai dan tepat
sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Secara garis besar, Bukti audit adalah informasi dan data yang dikumpulkan oleh
seorang auditor selama proses audit untuk mendukung pendapat atau kesimpulan yang
diberikan tentang kewajaran laporan keuangan suatu entitas. Bukti audit adalah dasar untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku dan apakah informasi yang disajikan dalam laporan tersebut akurat, andal, serta
relevan. Auditor mengumpulkan bukti audit sebagai jaminan bahwa laporan keuangan
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan tidak mengandung kesalahan material.
Bukti audit dapat berupa berbagai hal, termasuk dokumen, catatan, transaksi, bukti
fisik, konfirmasi tertulis, pengujian, dan pengamatan langsung. Auditor menggunakan bukti
audit untuk memverifikasi bahwa catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan telah
dikelola dengan benar, bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dengan benar, dan bahwa
informasi keuangan yang disajikan memenuhi standar yang berlaku.
Pentingnya bukti audit dalam proses audit adalah untuk memastikan bahwa pendapat
auditor tentang laporan keuangan adalah berdasarkan data yang kuat, yang memberikan
keyakinan bahwa laporan tersebut merupakan gambaran yang wajar dan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Demi mendapatkan buktI Audit auditor harus melakukan prosedur audit dengan benar
dan telah ditetapkan agar tidak terjadi kecurangan dari pihak manapun. Bukti audit yang
kompeten terdiri dari inspekst, pengamatan, konfirmasi, permintaan keterangan, perhitungan
ulang bukti audit saling terkait satu sama lain. Kecukupan merupakan ukuran kuantitas bukti

6
audit, dan ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit. Kuantitas bukti audit
dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko salah saji material sehingga semakin tinggi
risiko semakin membutuhkan lebih banyak bukti, namun mendapatkan lebih banyak bukti
audit tidak mengindikasikan bukti audit berkualitas rendah.
Akurasi merupakan ukuran kualitas bukti termasuk relevansi dan keandalan bukti
membantu auditor membentuk opininya. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber,
sifat dan tergantung kondisi masing-masing bukti yang diperoleh (Agoes, 2017). Untuk
memperoleh bukti audit yang berkualitas auditor harus memastikan bukti audit yang
dikumpulkan apakah sudah cukup dan sesuai dengan kriteria. Kelengkapan dan kesesuaian
bukti-bukti yang diberikan serta kecukupan bukti audit untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang dapat diterima sehingga auditor dapat menarik kesimpulan yang tepat sebagai
dasar opini audit. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan bukti audit
didasarkan pada relevansi, sumber perolehan, ketepatan waktu dan objektivitas Faktor
penting yang mempengaruhi pertimbangan auditor berkaitan dengan kelayakan bukti audit
yang diperoleh meliputi pertimbangan profesional, integritas manajemen kepemilikan publik
versus terbatas, kondisi keuangan.
Bagian terpenting dari pekerjaan auditor independen adalah mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti audit yang cukup dan kompeten dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Validitas bukti audit tergantung pada kebijaksanaan
auditor independen. Dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dari bukti hukum
(legal evidence) yang diatur oleh peraturan yang tegas. Bukti audit memiliki efek yang sangat
berbeda pada kesimpulan dari auditor independen untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit Relevansi, objektivitas, durasi dan keberadaan bukti lain yang
mendukung kesimpulan seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Bukti audit
dikatakan kompeten lika sah dan relevan. Untuk membuktikan keefektifannya apakah itu
masalah pengendalian Internal di perusahaan atau tidak, auditor harus melakukan
pemeriksaan kepatuhan untuk mengaudit transaksi yang dicatat. Pengujian substantif dan
penilaian analitis sangat diperlukan untuk membuktikan kewajaran estimasi saldo laporan
posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi (Agoes, 2017).

7
2.2 Tipe Bukti Audit
Tipe bukti audit meliputi :
TIPE DATA AKUNTANSI
 Internal Control
i. Dibentuk untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
ii. Kuat atau lemahnya Internal Control merupakan faktor utama yang menentukan
jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber
bukti.
 Catatan akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan
oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan.

TIPE BUKTI PENDUKUNG


 Bukti fisik
i. Adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aset
berwujud. Contoh untuk memeriksa: persediaan, kas, surat berharga, piutang
wesel, investasi jangka panjang dan aset berwujud
ii. Merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aset tersebut
iii. Merupakan cara objektif untuk menentukan kuantitas aset yang bersangkutan.
(Juga menilai kondisi dan mutu aset tertentu)
iv. Untuk aset tertentu, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti audit yang cukup
untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aset tersebut.
 Bukti dokumenter
i. Dibagi menjadi 3 golongan:
a) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor
b) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien
c) Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

8
ii. Dalam menilai keandalan bukti dokumenter, auditor harus memperhatikan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan yang
tidak jujur
iii. Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar yang
bebas, yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien. Bukti
audit ini diperoleh melalui konfirmasi. Konfirmasi adalah penerimaan suatu
jawaban tertulis dari pihak yang bebas, yang berisi verifikasi ketelitian informasi
yang diminta oleh auditor
iv. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam
arsip klien. Contoh : rekening Koran bank, faktur dari penjual, sertifikat wesel
tagih, order pembelian dari customer, sertifikat saham dan obligasi. Hal yang
perlu dipertimbangkan adalah apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah
diubah atau dibuat oleh karyawan organisasi klien
v. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien, merupakan
bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari
pihak luar yang bebas. Contoh : faktur penjualan, surat order pembelian, bukti
pengiriman barang, laporan penerimaan barang, memo kredit dan berbagai
macam dokumen yang lain.
vi. Salah satu tipe bukti audit yang penting yang dibuat dalam organisasi klien adalah
surat representasi manajemen (letter of representation atau management
representation letter) adalah surat yang dibuat oleh manajer tertentu dalam
organisasi klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta tertentu mengenai
posisi keuangan dan kegiatan perusahaan. Tujuan auditor meminta adalah untuk
menyadarkan manajemen bahwa tanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan
terletak di tangan manajemen.
 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian
perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang
bersifat kuantitatif. Contoh:
i. Footing
ii. Cross-footing

9
iii. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan
tarif depresiasi yang digunakan oleh klien
iv. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham
yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
 Bukti lisan
Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya akan
menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Meliputi : kebijakan akuntansi, lokasi catatan
dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum di
Indonesia, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan
kemungkinan adanya hutang bersyarat. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi dapat
menunjukkan situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti
audit lain yang akan menguatkan bukti lisan tersebut.
 Perbandingan dan ratio
i. Membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun
ii. Mempelajari hubungan presentase berbagai unsur dalam laporan keuangan
iii. Dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek
audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada
akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar
bukti-bukti lain.
 Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contoh : pengacara, insinyur
sipil, geologist, penilai (appraiser). Contoh:
i. Penilaian (misalnya: karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities).
ii. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia
atau kondisi (misalnya: cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada di
gudang).
iii. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya: beberapa perhitungan aktuaria)
iv. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya : pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).

10
2.3 Jenis Bukti Audit

Bukti audit sebagai informasi tentu akan memiliki bentuk yang beragam sesuai
dengan sumber dan cara perolehannya. Bentuk bukti audit dapat berupa tulisan, seperti
dokumen elektronik dalam format data digital ataupun dokumen fisik kertas. Selain itu, bukti
audit juga bisa dalam bentuk tidak tertulis, seperti pengakuan atas hal tertentu atau
konfirmasi seseorang atas suatu hal.
Berdasarkan cara perolehannya, Arens et al. (2017) menjelaskan bahwa setiap
prosedur audit yang dilaksanakan, auditor akan memperoleh satu atau lebih jenis bukti audit.
Prosedur audit yang dimaksud adalah sebagai berikut.

 Physical examination (pemeriksaan fisik).


Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan untuk melihat eksistensi dari suatu aset,
seperti kas, aset tetap, dan persediaan. Atas prosedur ini, bukti audit yang diperoleh
adalah berupa hasil perhitungan fisik yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan.

 Confirmation (konfirmasi).
Konfirmasi dilakukan untuk memastikan kebenaran informasi atas suatu hal dari
pihak ketiga. Biasanya hal ini terkait dengan kepastian jumlah saldo dalam piutang
maupun utang. Bukti audit yang diperoleh atas prosedur ini, yaitu surat konfirmasi dari
pihak ketiga atau eksternal.

 Inspection (inspeksi)
Inspeksi biasanya hanya dilakukan untuk dokumen dengan cara memeriksa,
membaca, dan membandingkannya. Bukti audit yang dapat diperoleh adalah informasi-
informasi penting yang tercantum dalam setiap dokumen yang diperiksa. 4) Analytical
procedures (prosedur analitis).
Prosedur analitis dilaksanakan dengan melihat tren dan rasio yang terdapat di
dalam laporan keuangan untuk menemukan hal yang tidak lazim. Bukti audit dari
prosedur analitis adalah berupa hasil analisis auditor yang yang melakukannya.

11
 Inquiries of the client (permintaan keterangan klien).
Permintaan keterangan dari klien dapat berupa tulisan melalui kuesioner dan lisan
dengan cara wawancara terhadap klien. Bukti audit yang akan didapatkan, yaitu hasil
wawancara (transkrip) dan hasil pengisian kuesioner.

 Recalculation (rekalkulasi/penghitungan ulang).


Rekalkulasi merupakan proses penghitungan ulang oleh auditor atas perhitungan
suatu saldo yang telah dibuat oleh klien dengan mengikuti metode akuntansi yang berlaku
secara umum dan yang diterapkan oleh klien, kemudian membandingkannya. Bukti audit
yang bisa diperoleh adalah hasil dan cara perhitungan yang telah dilakukan, baik
perhitungan manual maupun dengan bantuan komputer.

 Reperformance (pelaksanaan ulang).


Pelaksanaan ulang dapat dilakukan dengan cara melaksanakan prosedur menurut
standar operasional perusahaan (SOP) atas suatu proses bisnis klien, misalnya siklus
penjualan, yang diikuti dan diperhatikan langsung oleh auditor. Bukti audit yang akan
diperoleh dapat berupa dokumentasi saat pelaksanaan ulang tersebut. Selain itu, auditor
juga mendapat bukti kualitatif berupa pengalaman langsung terkait dengan proses bisnis
klien.

 Observation (observasi/pengamatan).
Observasi merupakan proses pemerolehan informasi dengan cara mengamati
objek. Meskipun memiliki kesamaan dengan reperformance dalam hal “pengamatan”,
terdapat perbedaan yang mendasari keduanya. Aktivitas proses bisnis yang dilakukan
dengan reperformance tentu akan didampingi dan diperhatikan secara langsung oleh
auditor. Di sisi lain, auditor melalui prosedur observasi hanya mengamati aktivitas proses
bisnis dari kejauhan atau bahkan secara diam-diam untuk mengetahui fakta apa adanya di
lapangan. Bukti audit yang didapatkan juga tidak berbeda dengan reperformance, yaitu
hasil dokumentasi saat mengamati proses bisnis klien.

12
Bukti audit juga memiliki pengaruh dan keterkaitan antar suatu aktivitas yang satu
dengan aktivitas lainnya. Bukti audit tidak hanya memberikan informasi atas satu aktivitas
spesifik, tetapi juga memberikan informasi lain yang terhubung secara implisit dengan
aktivitas lainnya. Dengan kata lain, bukti audit tidak hanya dapat memberikan informasi
langsung terhadap suatu asersi, tetapi juga bisa memberikan informasi tidak langsung terkait
dengan asersi lainnya.
Johnstone et al. (2019) membagi bukti audit menjadi dua sifat sebagai berikut.
a. Bukti langsung (direct evidence)
Bukti langsung dapat diartikan bahwa bukti audit dapat secara langsung relevan
dengan suatu asersi yang ingin diuji. Sebagai contoh, auditor melakukan pemeriksaan
fisik atas aset tetap klien. Bukti audit berupa berita acara pemeriksaan fisik akan
memberikan bukti langsung tentang eksistensi dari saldo aset tetap klien.
b. Bukti tidak langsung (indirect evidence)
Bukti tidak langsung bisa dikatakan sebagai bukti yang bisa relevan dengan suatu
asersi, tetapi secara tidak langsung. Melanjutkan contoh sebelumnya, jika auditor
melakukan pengujian pengendalian atas operasional aset tetap klien dan menentukan
bahwa semuanya berjalan secara efektif, bukti audit dari pengujian pengendalian akan
menjadi bukti langsung terkait dengan efektivitas pengendalian tersebut. Di samping itu,
bukti tersebut juga akan menjadi bukti tidak langsung yang menunjukkan bahwa
kemungkinan besar tidak akan ada salah saji material atas saldo aset tetap.

2.4 Sifat Bukti Audit


Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh
auditoruntukmenentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor
atassurat berharga yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif,
sepertiberbagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Perbedaan kontras bukti audit dengan bukti hukum dan ilmiah, Penggunaan bukti-
bukti tidak semata-mata dilakukan oleh auditor. Bukti-bukti juga dipergunakan secara
luasoleh para ilmuwan, pengacara, dan ahli sejarah. Dalam kasus-kasus hukum
terdapataturan-aturan tentang bukti hukum yang digunakan oleh hakim untuk melindungi

13
pihakyang tidak bersalah.Serupa dengan hal itu, dalam berbagai eksperimen ilmiah,
seorang ilmuwanmempergunakan bukti untuk menarik berbagai kesimpulan tentang suatu
teori. Auditor pun mengumpulkan berbagai bukti audit untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan.Jenis bukti yang digunakan olh auditor berbeda dengan bukti yang dikumpulkan
oleh parailmuwan dan dalam berbagai kasus hukum, serta bukti itupun digunakan dalam
berbagai cara yang berbeda, tetapi dalam ketiga kasus tersebut, bukti-bukti dipergunakan
untuk menarik berbagai kesimpulan.

2.5 Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi dalam bukti audit adalah kunci keberhasilan audit.Kompetensi mengacu
kepada derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti, kalau dari bukti dianggap sangat
kompeten, akan sangat membantu meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan disajikan
dengan wajar. Kompetensi bahan bukti hanya terkaitan dengan prosedur audit yang pilih.
Kompetensi tidak dapat diperbaiki dengan memperbesar sampel, atau memilih pos yang lain
dari populasi. Auditor harus memastikan bahwa bukti yang dikumpulkannya memenuhi
kriteria relevansi, kelengkapan, persuasif, dan dapat diandalkan. Dengan bukti yang kuat,
auditor dapat menyajikan temuan dan kesimpulan yang andal kepada pihak yang
berkepentingan Kualitas bukti audit memegang peranan penting dalam menjaga integritas
dan keandalan laporan keuangan entitas yang diaudit, oleh karena itu auditor harus selalu
mengutamakan kompetensi bukti audit.
Hal-hal untuk menilai kompeten tidaknya suatu bukti audit:
1. Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang dapat dipercaya lebih kompeten
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pihak yang diaudit.
2. Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian yang efektif lebih kompeten
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pengendalian yang lemah atau yang
tidak ada pengendaliannya.
3. Bukti yang diperoleh secara langsung melalui audit fisik, pengamatan, perhitungan,
dan inspeksi lebih kompeten dibandingkan dengan bukti yang diperoleh secara tidak
langsung.
4. Dokumen asli dianggap lebih kompeten dibandingkan dengan fotokopi atau
tembusannya.

14
5. Bukti kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang memungkinkan orang berbicara
dengan bebas lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian yang diperoleh
dalam kondisi yang tidak bebas.
6. Bukti kesaksian yang diperoleh dari individu yang indepenen atau pakar mengenai
bidang tersebut lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian yang diperoleh
dari individu yang memihak atau yang hanya memiliki pengetahuan awam mengenai
bidang tersebut.

Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada faktor
berikut:
 Relevansi Bukti. Bukti audit yang relevan adalah yang sesuai atau tepat jika
digunakan untuk suatu maksud tertentu. Bukti yang relevan lebih kompeten daripada
bukti yang tidak relevan.
 Sumber Informasi Bukti. Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi
bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar entitas yang
independen merupakan bukti yang paling tepat dipercaya. Bukti semacam ini
memberikan tingkat keyakinan atas keandalan yang lebih besar daripada bukti yang
diperoleh dari internal entitas.
 Ketepatan Waktu. Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pemakaian
bukti audit. Ketepatan waktu sangat penting, terutama dalam melakukan verifikasi
atas aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit terkait karena berkaitan
dengan apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang
diperoleh mendekati tanggal neraca lebih kompeten dibanding bukti yang diperoleh
jauh dari tanggal neraca.
 Objektivitas. Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliabel dan
kompeten daripada bukti audit yang bersifat subjektif.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:


 Materialitas. Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat
materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit
memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin

15
banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi,
maka kuantitas bukti yang diperlukan pun akan semakin sedikit.
 Risiko Audit. Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki
hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang
diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat
kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih
banyak.
 Faktor-faktor Ekonomi. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya
ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam
memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan
apabila setiap tambahan waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit
memberikan manfaat terhadap kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
 Ukuran dan Karakteristik Populasi. Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit
memiliki hubungan yang searah. Semakin besar populasi, semakin besar jumlah
sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran
populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi.
Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu
yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit
dan informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi
anggotanya daripada populasi yang seragam.

2.6 Penilaian Bukti Audit


Dalam menilai bukti audit, auditor harus menentukan apakah tujuan audit telah
tercapai. Auditor harus mempelajari bukti dengan mendalam dan tidak memihak (bias) dalam
penilaiannya. Ketika merancang prosedur audit untuk memperoleh bukti audit kompeten
yang memadai, auditor harus waspada terhadap kemungkinan bahwa laporan keuangan
disajikan secara tidak konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dalam memberikan opini, auditor harus mempertimbangkan ketepatan bukti, apakah bukti
tersebut mendukung atau bertentangan dengan asersi dalam laporan keuangan. Jika auditor
masih ragu apakah suatu pernyataan material dapat diandalkan, auditor harus menunda

16
menyatakan pendapat sampai diperoleh bukti yang cukup dan meyakinkan untuk
menghilangkan keraguan tersebut, atau harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau menolak untuk memberikan pendapat.
Proses penilaian bukti audit melibatkan beberapa langkah penting, berikut adalah
langkah-langkah dalam proses penilaian bukti audit:
 Pengumpulan Bukti Audit:
Auditor mengumpulkan bukti dari berbagai sumber yang relevan dengan tujuan audit.
Sumber-sumber ini termasuk dokumen internal, dokumen eksternal, konfirmasi dari
pihak ketiga, observasi, dan perhitungan matematis.
 Evaluasi Kualitas Bukti:
Auditor mengevaluasi kualitas bukti yang diperoleh. Kualitas bukti mencakup relevansi,
kecukupan, persuasif, dan keandalan.
a. Relevansi: Bukti harus relevan dengan tujuan audit. Auditor harus memastikan
bahwa bukti mendukung temuan yang akan dibuat.
b. Kecukupan: Bukti harus cukup dalam jumlah dan tingkat detailnya untuk
mendukung temuan dan kesimpulan yang dibuat oleh auditor.
c. Persuasif: Bukti harus cukup persuasif untuk meyakinkan auditor dan pihak yang
berkepentingan tentang kewajaran laporan keuangan.
d. Keandalan: Bukti harus berasal dari sumber yang dapat diandalkan. Auditor harus
memverifikasi keandalan sumber bukti.
 Keterkaitan Bukti:
 Auditor harus memahami hubungan antara berbagai elemen bukti audit. Ini
melibatkan analisis dan pemahaman bagaimana bukti-bukti tersebut mendukung
temuan dan kesimpulan yang akan dibuat.
 Bukti harus konsisten dan logis dalam mendukung temuan audit.
 Resiko dan Materialitas:
 Auditor mempertimbangkan resiko yang terkait dengan bukti audit. Ini mencakup
resiko penipuan, risiko kesalahan material, dan risiko audit lainnya.
 Auditor harus memastikan bahwa bukti yang diperoleh cukup kuat untuk
mendeteksi penyimpangan material yang dapat memengaruhi laporan keuangan
 Kompetensi Profesional:

17
Auditor harus menjalankan penilaian bukti audit dengan kompetensi profesional yang
tinggi. Mereka harus memahami metode audit yang tepat, memahami entitas yang
diaudit, dan memiliki pengetahuan tentang industri dan regulasi yang berkaitan.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bukti audit adalah informasi dan dokumen yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh
seorang auditor selama proses audit untuk mendukung pendapat atau kesimpulan yang diberikan
terkait dengan kewajaran, keandalan, dan kecukupan laporan keuangan suatu entitas. Bukti audit
digunakan oleh auditor untuk memverifikasi kebenaran dan keakuratan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan, serta untuk mengidentifikasi potensi masalah atau ketidaksesuaian
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Bukti audit dapat berupa berbagai jenis dokumen, data, transaksi, catatan, konfirmasi
tertulis, serta pengamatan langsung yang dikumpulkan selama proses audit. Auditor
menggunakan bukti audit untuk membuktikan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, tidak mengandung kesalahan material, dan
memberikan gambaran yang wajar tentang posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
yang diaudit.
Dalam praktiknya, auditor harus memastikan bahwa bukti audit yang dikumpulkan
adalah cukup, kompeten, relevan, dan dapat diandalkan untuk mendukung pendapat mereka
tentang laporan keuangan entitas. Bukti audit menjadi dasar yang kuat bagi auditor dalam
menyatakan pendapat mereka tentang kewajaran laporan keuangan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Didik Dwi Purnomo, S. (2017). Kecukupan Dan Kompetensi Bukti Audit.

Rai, I. G. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Agnes S. (2017). Auditing (Pemerikan Alanten) nlah Kantor Akuntan Publik. Cetakan Kedua.

Agung Rai, LG. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta

Arens, A.A. et al. (2016). Auditing and Assurance Services. 16th edn.Pearson.

Ersyafdi, LR. et al. (2022). Auditing (Petunjuk Praktis Akuntans Publik).

Guy, M., D. and Carmichael., D.R. (2001). "Wiley Practitioner's Guide to GAAS 1st edn. New

York: John Wiley and Sons.

Halim, A. (2015). Auditing Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, in 1.5th edn. UPP STIM

YKPN.

Jusup, A.H. (2001). Auditing: Pengauditan. 1st edn. Yogyakarta: STIE YKPN

Almira, Cindi. (2017). Tugas Makalah Audit dan KKP. Purwokerto: academia.edu

Fany Rachma. (2018). Bukti Audit. Makassar: Dipublikasikan oleh academia.edu

Muhammad Rayhan Fadilah. (2020). Sifat dan Jenis Bukti Audit. Riau: studocu.com

20

Anda mungkin juga menyukai