Anda di halaman 1dari 19

RESUME KELOMPOK 1

BAB 8

“PELAKSANAAN AUDIT : EVALUASI


DAN BUKTI AUDIT”

Dosen Pembimbing :

Andi Alfiansyah Wisudawan SE,MA

Disusun Oleh Kelompok 1, Semester 7

1. Regina Ledis Halawa ( 1912311002 )


2. Churriyatul Walidah ( 1912321020 )
3. Bagas Eko Saputro W ( 1912321022 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA
2022
BAB 8
PELAKSANAAN AUDIT : EVALUASI DAN
BUKTI AUDIT

8.1 PENDAHULUAN

Pada chapter ini akan dibahas mengenai pelaksanaan audit atau dikenal dengan istilah

pekerjaan lapangan terutama mengenai evaluasi dan bukti audit.evaluasi merupakan langkah

penting dalam penugasan audit karena pada tahap ini, auditor harus mencari bukti yang

menguatkan informasi yang diperoleh pada survei pendahuluan dan auditor dituntut untuk

menyediakan langkah-langkah dalam menerapkan kreativitas profesional dalam menjalankan

analisis dan evaluasi selama menjalankan program audit, sebagaimana dalam standar 2320

tentang analisis dan evaluasi yang disebutkan bahwa auditor internal harus mendasarkan

kesimpulan dan hasil penugasan pada analisi dan evaluasi yang tepat.

8.2 TAHAPAN PEKERJAAN LAPANGAN

Pada tahap ini lebih memfokuskan pada pengujian transaksi dan komunikasi dengan

auditee. Dari pekerjaan lapangan akan dihasilkan daftar temuan yang signifikan yang

disajikan dalam draf laporan audit.

8.2.1 Pertemuan Awal

Dalam pertemuan ini, auditor diharapkan memperoleh gambaran mengenai auditee atau

sistem yang akan diaudit, sumber daya yang tersedia, dan informasi lain yang relevan.

Auditee mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian khusus yang harus ditangani. Dalam

pertemuan ini, beberapa topik yang dibahas antara lain:

a) Pengenalan tim auditor internal dan personal auditee


b) Mengomunikasikan pembahasan mengenai titik-titik yang luar biasa

c) Waktu yang ditargetkan dalam pelaksanaan penugasan audit


d) Menjelaskan lingkup penugasan, serta menjelaskan tahapan audit yang akan dilakukan
8.2.2 Pengujian Transaksi

Dalam tahap ini, transaksi akan diuji menggunakan berbagai teknik, termasuk

sampling. Tujuan dari pengujian adalah agar auditor dapat menilai pengendalian internal

berjalan dengan efektif melalui pengujian pengendalian dan pengujian substatif.

8.2.3 Komunikasi Audit

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh auditor, auditor akan

membahas temuan yang signifikan dengan auditee. Pada saat yang sama, auditee akan

memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan auditor. Auditor juga akan menginformasikan

tentang kemajuan audit selama proses berlangsung. Biasanya komunikasi dapat dilakukan

secara lisan, melakui e-mail tertulis atau memo untuk masalah yang lebih kompleks agar

memiliki pemahaman yang sama mengenai proses bisnis yang diaudit.

8.2.4 Pertemuan Akhir

Setelah menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor akan bertemu dengan auditee untuk

membahas temuan awal dan rekomendasi yang diusulkan. Pertemuan ini memberikan

kesempatan kepada kedua belah pihak untuk menyepakati rekomendasi yang paling layak

dan untuk menghindari kejutan selama fase penyampaian pelaporan.

8.3 EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam setiap penugasan audit karena

memberikan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan kreativitas profesional secara

maksimal. Pendapat dan rekomendasi harus mengalir dari kelemahan sistem yang

diidentifikasi selama sistem evaluasi. Pengujian audit rutin dilakukan untuk mengonfirmasi

evaluasi asli dalam hal penerapan pengendalian dan efek dari kelemahan kontrol, yakni

merujuk pada penerapan Standar IIA 2120.A4

Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi kontrol. Auditor internal harus

memastikan sejauh mana manajemen telah membuat kriteria yang memadai untuk

menentukan tujuan dan tujuan telah dicapai.


Jika memadai, auditor internal harus menggunakan kriteria tersebut dalam evaluasi.

Jika tidak memadai, auditor internal harus bekerja dengan manajemen untuk

mengembangkan sesuai kriteria evaluasi.

Jika evaluasi cacat maka semua pekerjaan audit yang tersisa akan mengalami kecacatan

pula. Rekomendasi audit akan memberikan solusi standar untuk risiko eksposur. Teknik

evaluasi terdiri dari bagan air (flowchart), pengujian transaksi, internal control

questionnaires (ICQ), dan internal control evaluation system (ICES).

a. Bagan Air (Flowchart)


Flowchart bermanfaat untuk menggambarkan secara visual, proses yang didesain atau
dimaksudkan untuk tujuan pengendalian. Flowchart membantu auditor untuk memperoleh
pemahaman yang baik mengenai proses yang dievaluasi. Dalam beberapa audit, sangat perlu
untuk menjelaskan sistem atau proses yang dilakukan oleh auditee. Menjelaskan prosedur
atau proses tersebut melalu penggunaan laporan tertulis atau bagan air atau kombinasi dari
keduanya. Pilihan metode yang akan digunakan tergantung pada efisiensi relatif metode
dalam hubungannya dengan kompleksitas sistem yang dijelaskan.
b. Pengujian Transaksi
Pengujian ini digunakan untuk memastikan semua kebijakan dan prosedur
pengendalian yang diterapkan telah diikuti dalam memproses transaksi.
c. Internal Control Questionnaires (ICQ)
ICQ menuntun auditor untuk bertanya tentang internal control khusus atau umum
kepada manajemen auditee. Kuesioner didesain sehingga respons negatif akan
mengindikasikan kelemahan potensial internal control. ICQ terdiri dari serangkaian
pertanyaan yang diaplikasikan

pada operasi tertentu dan dirancang agar jawaban “tidak” mengindikasikan potensi
kelemahan pengendalian.
d. Internal Control Evaluation System (ICES)
ICES sama seperti ICQ tetapi lebih ditekankan pada aspek sistem informasi yang
diterapkan auditee.
8.4 BUKTI AUDIT

Bukti yang didapatkan selama pelaksanaan audit harus memberikan dasar yang

memadai untuk pemberian pendapat auditor, temuan, dan rekomendasi auditor yang

dinyatakan dalam laporan audit. Auditor diwajibkan untuk bertindak secara objektif,

menjalankan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, dan mengumpulkan

informasi yang cukup, kompeten, relevan, dan bermanfaat untuk memberikan dasar yang kuat

atas temuan dan rekomendasi.

Sesuai standar kinerja IIA 2310 tentang mengidentifikasi informasi disebutkan bahwa

auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, dapat diandalkan, relevan,

dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan yang telah diinterpretasikan sebagi berikut:

e) Informasi yang memadai adalah faktual, cukup, dan meyakinkan sehingga seseorang
yang pruden dan terinformasi akan mencapai kesimpulan yang sama seperti auditor.
Informasi yang dapat diandalkan adalah informasi terbaik yang dapat dicapai melalui
penggunaan teknik penugasan yang tepat. Informasi yang relevan mendukung observasi
dan rekomendasi penugasan serta konsisten dengan tujuan penugasan.

8.4.1 Kriteria Bukti

Bukti audit digunakan untuk mendukung kesimpulan yang dibuat auditor di dalam

laporannya. Untuk itu, bukti audit harus memenuhi kriteria sebagai berkut:

1) Cukup, dimana jumlah bukti audit yang menggambarkan keseluruhan kondisi yang
dipermasalahkan dengan mempertimbangkan sampling statistik, materialitas, tingkat
risiko, dan tingkat pengetahuan auditor terhadap operasional aktivitas yang diaudit
sehingga bukti audit tersebut harus mendukung dalam menguatkan keputusan
auditor dan memberikan jaminan jika bukti yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
dasar pembuktian.
2) Relevan, artinya bukti berhubungan langsung dengan tujuan dan ruang lingkup audit
yang dijalankan. Bukti yang terkait dengan kondisi untuk mendukung argumentasi,
simpulan, dan rekomendasi dari auditor. Jika tujuan audit memeriksa keakuratan
pembayaran tunjuangan lembur adalah daftar kehadiran lembur dan perhitungan uang
lembur pegawai.
3) Andal, artinya bukti yang diperoleh harus akurat, dapat dipercaya, tidak bias, dan
jika memungkinkan, bukti tersebut diperoleh dari pihak ketiga.
Kecukupan Bukti Audit
Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam
menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah :
Materialitas
Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Auditor harus membuat pendapat
pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara
tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat
materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat
materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas
yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah. Rendahnya salah saji
yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti
sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi.
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo akun
dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan
keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang tidak material. Di
samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan
lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.
a. Risiko audit

Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya mungkin
disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal
untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam asersi.
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti
juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan
pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk
menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat
diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan.
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak
bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan
risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat
risiko bawaan, semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko
pengendalian, semakin banyak bukti yang diperlukan.
b. Faktor-faktor ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti yang
diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti.
Auditor harus memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun
bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kualitas
bukti yang dihimpun.

c. Ukuran dan karakteristik

Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling.
Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil dari
populasi tersebut. Semakin besar populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang
harus diambil dari populasinya. Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin kecil jumlah
sampel bukti audit yang diambil dari populasi.

Karakteristik populasi berkaitan denga homogenitas atau variabelitas item individual yang
menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel dan informasi yang lebih
kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang
seragam.

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit :


a. Petimbangan profesional.
Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan keseragaman
penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.
b. Integritas Manajemen.
Manajemen bertanggungjawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan dan berada
dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang
mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu auditor akan meminta bukti kompeten jika
terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.
c. Kepemilikan publik versus terbatas.
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan
perusahaan publik dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki
oleh kalangan terbatas karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan
audit digunakan oleh pemakai dari kalangan yang lebih luas, dan pemakai laporan audit
tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas keuangan
laporan auditan.
d. Kondisi keuangan.
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan,
pihak-pihak yang berkepentingan akan menyalahkan auditor karena auditor dianggap gagal
untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan
perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan
keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

8.4.1 KLASIFIKASI BUKTI AUDIT BERDASARKAN SUMBER

Berdasarkan sumber dalam memperoleh bukti audit, bukti dikelompokkan sebagai berikut:

1. Bukti Internal
Bukti internal adalah bukti yang diperoleh yang dibuat oleh auditee. Misalnya, memo,
daftar gaji, notulen rapat.
2. Bukti Internal – Eksternal

Bukti internal – eksternal adalah bukti yang berasal dari lingkungan internal tetapi juga
melibatkan proses yang dilakukan pihak eksternal, misalnya bukti pengiriman barang yang
ditandatangani oleh pihak yang menerima barang.
3. Bukti Eksternal – Internal
Bukti eksternal – internal adalah bukti yang berasal dari pihak eksternal tetapi selanjutnya
diproses lebih lanjut oleh pihak internal, misalnya faktur penjualan dan rekanan yang diterima
dari pembelian barang.
4. Bukti Eksternal
Bukti eksternal adalah bukti yang berasal dari pihak eksternal dan dibuat pihak eksternal,
misalnya hasil konfirmasi yang dilakukan oleh auditor.

8.4.2 Tipe Bukti Audit

Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari
kategori bukti yang luas, yang disebut tipe - tipe atau jenis - jenis bukti audit. Bukti audit dapat
dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:

1. Struktur Pengendalian Intern (SPI)


SPI yang diterapkan dengan memadai dapat menjadi bukti yang kuat mengenai keandalan
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Namun, sebaliknya jika penerapan SPI
dinilai tidak andal maka auditor harus mengumpulkan bukti yang lebih banyak. Kuat atau
lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit
yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti.
2. Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh auditor melalui aktivitas pengamatan secara langsung,
inspeksi ke lapangan, dan inventarisasi fisik yang selanjutnya didokumentasikan dengan
membuat berita acara, misalnya cash opname, stock opname surat berharga, stock opname
persediaan, dan lainnya.

3. Bukti Dokumen
Bukti dokumen adalah bukti dokumen yang disajikan dengan terbuat dari kertas dengan berisi
mengandung informasi, angka, huruf, dan simbol misalnya notulen rapat, surat konfirmasi,
rekening koran bank, sertifikat wesel tagih, bukti pengiriman barang, dan surat representasi.
Berdasarkan sumbernya, bukti dokumen dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a) Bukti dokumen yang dibuat oleh pihak luar yang dikirim langsung ke auditor. Contoh:
surat konfirmasi.
b) Bukti dokumen yang dibuat pihak luar yang bebas disimpan dalam arsip perusahaan.
Contoh: sertifikat wesel tagih, rekening koran bank, bukti pengiriman barang, dan surat
representasi.
c) Bukti dokumen yang dibuat dan disimpan oleh perusahaan. Contoh: notulen rapat.

4. Bukti Keterangan
Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh dari pihak auditee dan pihak ketiga melalui
pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Yang termasuk dalam bukti keterangan adalah bukti
lisan, bukti kesaksian, dan bukti spesialis.
5. Bukti Analitis
Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh dari analisis terkait data audit dan data yang lain, di
antaranya menggunakan rumus rasio, tren, dan pembandingan antara data tahun ini dengan
tahun sebelumnya, misalnya bukti kerugiaan piutang tahun ini dan dibandingkan dengan
piutang tahun lalu dan bukti perhitungan rasio keuangan.

6. Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intesnif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan,
dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Auditor juga mempelajadi
hubungan persentase bergabai unsur dalam laporan keuangan. Bukti audit berupa
perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu
penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali
pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan- kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti
lain.
7. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau erusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Auditor harus mengadakan konsultasi dengan
spesialis yang sesuai dengan objek yang akan diaudit. Auditor harus membuat surat perjanjian
kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis
tersebut.
8. Perhitungan
Perhitungan dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang
terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh
tipe bukti audit ini adalah :
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi klien terdiri atas:
a. Jurnal
b. Buku besar dan buku pemantu
c. Buku pedoman akuntansi
d. Memorandum dan catatan informal seperti work sheet (daftar lembar kerja/neraca lajur),
perhitungan dan rekonsiliasi
Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan, bukti audit
pendukung meliputi :

a. Bukti fisik
b. Bukti konfirmasi
c. Bukti dokumenter
d. Bukti representasi atau pernyataan tertulis baik dari manajemen maupun dari spesialis
e. Perhitungan sebagai bukti matematis
f. Bukti lisan
g. Bukti analitis dan perbandingan
h. Struktur pengendalian intern

Sifat Bukti Audit

Bukti audit terdiri dari:

1. Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan


2. Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis auditor tentang
penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.
Bukti audit dapat diperoleh dari audit yang sebelumnya atau prosedur pengendalian
perusahaan untuk menerima dan melanjutkan penugasan audit.

Contoh catatan akuntansi :


 Cek dan catatan dari transfer dana secara elektronik
 Faktur
 Kontrak
 Buku besar dan buku pembantu
 Jurnal dan penyesuaian lain dalam laporan keuangan yang tidak tergambarkan dalam
jurnal formal
 Catatan seperti kertas kerja dan spread sheet yang mendukung alokasi kos, perhitungan,
rekonsiliasi
 Pengungkapan
 Buku pedoman akuntansi

Manajemen menyiapkan laporan keuangan berdasaran catatan akuntansi entitas dan


mendapatkan beberapa bukti dengan menguji catatan akuntansi. Akan tetapi, catatan akuntansi
tidak menyediakan bukti yang cukup dalam memberikan opini audit laporan keuangan
sehingga dibutuhkan informasi seperti :

 Notulen rapat
 Konfirmasi dari pihak ketiga
 Laporan analis
 Data yang dapat dibandingkan dengan competitor
 Pengendalian intern manual
 Info yang diperoleh melalui prosedur audit audit seperti wawancara, observasi/inspeksi
catatan/dokumen
 Informasi yang dikembangkan oleh auditor

8.4.3 Teknik Pengujian

Teknik ini merupakan teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti audit yang relevan, andal dan cukup. Berikut adalah beberapa teknik yang biasa
dilakukan oleh auditor dalam menguji audit:

1. Wawancara

Metode ini sering digunakan untuk pengumpulan bukti. Untuk melakukan wawancara, auditor
sebaiknya mengikut pelatihan yang memadai dan keterampilan yang diperlukan. Wawancara
dapat mengidentifikasi masalah, memberikan bukti-bukti untuk konfirmasi temuan audit, dan
tujuan audit dapat dibandingkan dengan pelanggaran yang telah
diidentifikasi serta rekomendasi. Apa saja yang kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pihak
perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses pembayaran
gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam wawancara ini harus hati – hati, karena pihak
perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban
yang bias tetap ada. Dalam wawancara sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat
komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih
baik. Sebagian hasil wawancara ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya
dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan
wawancara.

2. Pengujian audit

Pengujian berarti pemeriksaan tindakan/langkah-lngkah yang dipilih. Pengujian audit terdiri


dari dua jenis yaitu pengujian kepatuhan dan pemeriksaan rinci. Tujuan pengujian kepatuhan
adalah pemeriksaan kecukupan kontrol dan efekivitas. Dalam banyak kasus pengujian
berfungsi untuk kedua tujuan, misalnya pemeriksaan perhitungan dapat menunjukkan apakah
mekanisme pengendalian internal beroperasi dengan baik (uji kepatuhan), serta seberapa
akurat sistem menyediakan jumlah (pemeriksaan rinci atau lebih dikenal dengan uji
substantif), baik pengujian kepatuhan maupun pengujian substantif yang dilakukan bersama-
sama.

3. Seleksi

Proses, bagian dari populasi yang dipilih untuk menentukan karakteristik dan parameter dari
populasi. Metode ini secara signifikan mengurangi biaya dan membuat audit internal berfungsi
lebih efektif. Oleh karena itu, pendekatan ini banyak diterapkan.

Ada dua tipe dasar seleksi:

a. Seleksi dengan menggunakan statistik, yang bergantung pada ilmu statistik;

b. Seleksi melalui judgement auditor, atau “non-statistik”, yakni auditor memilih atas dasar
judgement auditor dan menentukan lingkup yang dipilih.
4. Pertanyaan

Pendekatan struktural untuk pengumpulan informasi dari populasi yang besar. Contoh
penggunaan pemantauan adalah menemukan dari pendapat para penerima manfaat layanan
tentang kualitas dan ketepatan waktu layanan. Pertanyaan dapat diajukan dalam wawancara,
baik melalui pertemuan pribadi,melalui telepon, internet, maupun surat.

5. Inspeksi

Inspeksi adalah mengamati secara rinci ke tempat kejadian yang dilakukan terhadap dokumen
dan fisik. Contohnya adalah inspeksi aset memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang
keberadaan aset yang material dan kondisinya, inspeksi dokumen dengan memperhatikan
ketelitian faktur, dan perhitungan kas. Inspeksi pada umumnya dilakukan secara mendadak.

6. Diagram

Deskripsi grafis dari analisis proses atau sistem yang memungkinkan dari operasi atau sistem
yang kompleks. Dengan metode ini, dapat teridentifikasi sebuah proses yang berlebihan atau
tindakan tidak berguna.

7. Pemodelan

Metode yang memfasilitasi pengambilan keputusan melalui simulasi proses aktual yaitu
metode matematika dan statistik. Model ini dapat berupa deskriptif atau kognitif. Model
deskriptif memberikan klasifikasi variabel dan klarifikasi dari hubungan keterkaitan. Dengan
menggunakan metode kognitif prognosis dikembangkan perubahan keterkaitan antar variabel
akan berubah jika satu atau lebih dari variabel tersebut berubah.

8. Observasi

Observasi, mirip dengan inspeksi. Pengamatan terhadap suatu aktivitas terkait dengan
pengendalian intern yang diterapkan auditee. Pada beberapa kasus, evaluasi fungsi operasi dan
mekanisme pengendalian internal hanya dapat diketahui melalui pengamatan langsung atas
operasi auditor, misalnya auditor mengamati kegiatan di gudang dengan tujuan untuk
mengetahui apakah prosedur penerimaan barang, pengiriman barang, dan pencatatan telah
dilakukan sesuai dengan semestinya. Atau misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15
personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat
apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu
ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di
catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik
untuk melihat bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak adanya
barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang
baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk
memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin
tersebut.

9. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan permintaan tertulis ke objek audit atau pihak ketiga untuk
menyediakan konfirmasi tertulis atau informasi lain. Konfirmasi terdiri atas konfirmasi positif
dan negatif.

a. Konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang ditujukan kepada pihak ketiga yang harus
dijawab secara tertulis. Jika data yang dikonfirmasikan berbeda atau salah, pihak ketiga harus
menyampaikan balasan secara tertulis.
b. Konfirmasi negatif yaitu konfirmasi yang ditujukan kepada pihak ketiga yang tidak
perludijawab jika data yang dikonfirmasikan telah sesuai dengan data yang diharapkan oleh
auditor.
Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :

1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.

2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut

3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.

10. Analisis

Analisis merupakan studi tentang informasi yang diperoleh dan penggunaannya untuk
kesimpulan, untuk membandingkan dengan indikator hasil kegiatan objek audit, prestasi masa
lalu atau hasil operasi serupa di perusahaan lain, atau untuk mencari tahu sesuai dengan
kebijakan lembaga dan undang-undang yang efektif. Prosedur analitis pada garis besarnya
dapat dilakukan dengan lima cara :

1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit
dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang diaudit
dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang
diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non –
keuangan yang ada kaitannya (relationship).
11. Vouching

Vouching adalah menelusuri suatu catatan ke dokumen dasar. Vouching mengecek adanya
bukti apakah telah sesuai dengan catatannya. Vouching dilakukan dari catatan ke dokumen
dasar untuk menentukan validitas dan akurasi pencatatan transaksi. Contoh vouching adalah
menguji validitas transaksi pelunasan hutang melalui buku besar hutang dan ditelusuri ke
buktinya.

12. Tracing

Tracing adalah menelusuri bukti transaksi ke dasar ke catatan (jurnal, buku besar), misalnya
menelusuri bukti invoice untuk memastikan apakah terdapat transaksi hutang yang belum
dicatat.

13. Scanning

Scanning adalah penelaahan secara umum terhadap dokumen, catatan, dan daftar pendukung
yang dikerjakan dengan cepat guna mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan
penyelidikan lebih lanjut.

Teknik-teknik pengujian tersebut dapat diterapkan dalam penyusunan program audit. Sebagai
contoh, berikut disajikan tabel di mana auditor diminta menyusun program audit terkait
pengelolaan aset terutama untuk meninjau pengendalian fungsi penyimpanan barang.

Pendekatan dalam Audit


Ada dua pendekatan dalam audit, dimana dalam audit harus menyeimbangkan dua pendekatan
ini:
a. Bukti audit top-down (top-down audit evidence)
Berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri,
sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk
mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba
dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis
strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan kelangsungan
hidup entitas. Seringkali auditor membandingkan kinerja klien audit dengan klien audit
lainnya pada industri yang sama maupun dengan perusahaan publik lainnya dalam industri
tersebut. Asosiasi perdagangan dan industri biasanya merupakan sumber informasi yang baik
tentang faktor persaingan dalam induustri. Auditor akan meletakkan informasi ini bersama-
sama dengan pengetahuan
tentang sasaran sasaran, tujuan serta pasar untuk mengembangkan harapan yang berkenaan
dengan laporan keuangan perusahaan. Proseur audit top-down juga membantu auditor dalam
membuat diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan. Dalam pendekatan ini
mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan tentang
entitas, bisnis, dan industrinya.
b. Bukti audit bottom-up (bottom-up audit evidence)
Berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang
mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukto bottom-up
meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang
mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item dalam persediaan atau piutang usaha) dan
mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan
keuangan.
Akhirnya, auditor mengembangkan strategi audit yang menggabungkan suatu kombinasi
antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali auditor mengukur tingkat persaingan
suatu entitas, ia juga mempertimbangkan proses inti, sifat setiap transaksi, dan bagaimana
kemungkinan transaksi tersebut secara bersama-sama menghasilkan laba dan arus kas. Setiap
kali auditor mengumpulkan bukti bottom-up dengan cara memeriksa dokumen pendukung
transaksi (vouching), auditor juga mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi tersebut.
Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam
laporan keuangan.
Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung tentang penerbitan obligasi
baru. Auditor tidak hanya memeriksa kebenaran pencatatan obligasi, diskon dan premi terkait,
namun ia juga akan melanjutkan pemahamannya tentang bagaimana dana yang berhasil
dihimpun melalui penjualan obligasi tersebut akan diinvestasikan kembali dalam bisnis agar
dapat menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada umumnya prosedur audit
dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan bottom-up.

8.5 Kesimpulan

Tahapan-tahapan pekerjaan lapangan terdiri dari peremuan awal, pengujian transaksi,


komunikasi audit, dan pertemuan akhir. Evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam
setiap penugasan audit karena memberikan kesempatan bagi audior untuk menerapkan
kreativitas profesional secara maksimal.

Bukti yang didapatkan selama pelaksanaan audit harus memberikan dasar yang memadai
untukpemberian pendapat auditor, temuan, dan rekomendasi auditor yang dinyatakan dalam
laporan audit. Bukti audit harus memenuhi kriteria yaitu cukup, relevan, dan memadai serta
praktis.

Anda mungkin juga menyukai