Disusun Oleh:
DKI Jakarta
2020
PENGARUH PERILAKU ORGANISASI TERHADAP PRESTASI KARYAWAN
PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) MEDAN
Tiur Rajagukguk
Fakultas Ekonomi - Universitas Methodist Indonesia
Email : justilira2015@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku organisasi (perilaku
individu, perilaku kelompok, sistem organisasi) terhadap prestasi karyawan pada PT. Perkebunan
Nusantara II (persero) Medan. Penelitian ini dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara II
(persero) Medan. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sampling
probablitas (probability). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 68 orang. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis linear berganda
Hasil penelitian ini adalah perilaku individu (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi karyawan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung >t tabel (11,697 > 1,997) dan
nilai signifikasi < taraf signifikasi (α) 0,05 (0,000<0,05). Perilaku kelompok (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi karyawan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung >t tabel
(5,586 > 1,997) dan nilai signifikasi < taraf signifikasi (α) 0,05 (0,000<0,05). Sistem organisasi
(X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prestasi karyawan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai t hitung <t tabel (-2,041 < 1,997) dan nilai signifikasi < taraf signifikasi (α) 0,05
(0,045<0,05). Perilaku organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi karyawan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung >F tabel (76,481 > 3,14) dan nilai signifikasi < taraf
signifikasi (α) 0,05 (0,000<0,05).
Kata Kunci : Perilaku Organisasi; Perilaku Individu; Perilaku Kelompok; Sistem
Organisasi; Prestasi Karyawan.
1 Saya rutin 0,710 0,239 Valid 2 Desain pekerjaan yang 0,739 0,239 Valid
menyampaikan selama ini dibuat oleh
laporan setelah pimpinan kepada saya
melakukan suatu disampaikan dengan
pekerjaan kepada baik
atasan saya
3 Saya diberikan 0,804 0,239 Valid
2 Saya merasakan tidak 0,624 0,239 Valid kesempatan
ada pembagian tugas berinisiatif sendiri
yang jelas untuk menyelesaikan
pekerjaan perusahaan
3 Saya memiliki 0,792 0,239 Valid
komitmen tinggi untuk Sumber: Hasil Olahan Software Statistik
mencapai tujuan tim
kerja
2017
Kolom Pearson Correlation
4 Saya mampu 0,726 0,239 Valid menunjukkan korelasi antara skor item
mengambil keputusan
dengan skor total item yang dapat
dalam bekerja
digunakan untuk menguji validitas
Sumber: Hasil Olahan Software Statistik instrument. Uji kuesioner sebanyak 68
2017 responden. Pada signifikan 5% dengan
Kolom pearson correlation derajat bebas df = n-2, df =68-2 rtabel
menunjukkan korelasi antara skor item sebesar 0,239. Pada hasil dapat dilihat
dengan skor total item yang dapat pearson correlation (rhitung) lebih besar
digunakan untuk menguji validitas daripada rtabel ,sehingga seluruh
instrument. Uji kuesioner sebanyak 68 pertanyaan sistem organisasi dinyatakan
responden. Pada signifikan 5% dengan valid.
derajat bebas df = n-2, df =68-2 rtabel
sebesar 0,239. Pada hasil dapat dilihat
pearson correlation (rhitung) lebih besar
daripada rtabel , sehingga seluruh
pertanyaan Perilaku Kelompok
dinyatakan valid.
Abstract
This research aims to study the effect of organizational culture toward employee work
discipline at Directorate Production PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon. The subjects of
this research are 115 employees from several divisions at Directorate Production of PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon. The data were collected through cluster sampling
technique. Instrument used are organizational culture scale, and work discipline scale. Data
were analized using correlational test regression analysis technique. The result show that
there is significant correlation of organizational culture for employee work discipline at
Directorate Production PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon. It is shown by correlation
coefficient of regression analysis as R=0,534, with effective contribution R square (R 2)= 0,285
or 28,5%, and significance level p = 0,000. Thus, it proves the hypothesis in this research is
accepted.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh budaya organisasi pada disiplin kerja para
karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon. Subjek penelitian adalah 115 karyawan
dari berbagai divisi pada direktorat produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
cluster sampling. Subjek penelitian mengisi skala budaya organisasi dan skala kedisiplinan
kerja. Selanjutnya data dianalisa menggunakan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kedisiplinan kerja pada
karyawan di direktorat produksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon. Koefisien korelasi
yang didapatkan dari analisis regresi yang dilakukan adalah R=0,534, dngan nilai R square
(R2)= 0,285 or 28,5%, dengan taraf signifikansi p = 0,000. Dengan kata lain, hipotesis
penelitian ini diterima.
225
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 225 - 234
Sumber daya manusia dalam perusahaan perilaku disiplin kerja yang baik pada
harus memiliki beberapa unsur sehingga anggota organisasi.
tenaga kerja tersebut dapat dikatakan Disiplin kerja menurut penjelasan
sebagai tenga kerja atau SDM yang ber- Prijodarminto (1993) merupakan kondisi
kualitas. Schultz mengemukakan bahwa yang tercipta melalui proses serangkaian
faktor yang menentukan kualitas tenaga perilaku yang menunjukkan kesediaan
kerja adalah tingkat kecerdasan, bakat, untuk taat, patuh dan tertib terhadap
sifat kepribadian seseorang, tingkat pen- peraturan. Hal tersebut menjelaskan bahwa
didikan, etos kerja, dan disiplin kerja disiplin kerja merupakan suatu rangkaian
(Helmi, 1996). perilaku yang terbentuk dari sikap mental
seseorang. Sikap mental tersebut terwujud
Disiplin Kerja melalui kesediaan seseorang untuk patuh
Robbins menjelaskan disiplin kerja dan taat terhadap peraturan, tata tertib, dan
adalah suatu kepatuhan dalam menjalankan bekerja sesuai standar perusahan. Disiplin
pekerjaan sesuai dengan aturan dan standar kerja yang dikemukakan oleh
perusahaan (Franklin & Pagan, 2006). Prijodarminto (1993) di atas, terdiri dari
Selanjutnya, disiplin kerja merupakan tiga aspek, yaitu sikap mental, pemahaman
sikap dan perilaku seseorang untuk me- yang baik mengenai sistem maupun aturan,
matuhi peraturan organisasi yang di- dan sikap berperilaku dalam bekerja.
dasarkan atas kesadaran diri untuk Adapun menurut Guffey dan Helms
menyesuaikan dengan aturan dan standar (2001), disiplin kerja merupakan proses
organisasi (Helmi, 1996). Hal tersebut seseorang dalam mengontrol perilaku
menunjukkan bahwa disiplin kerja tidak dalam menaati aturan dan upaya dalam
hanya patuh dan taat terhadap tata tertib meningkatkan kualitas kerja. Proses dalam
maupun aturan, namun juga mampu diri seseorang dalam mewujudkan sikap
bekerja sesuai dengan standar yang dan perilaku disiplin melibatkan proses
ditetapkan perusahaan. pemahaman terhadap peraturan yang di-
Disiplin merupakan suatu perilaku tetapkan perusahaan dan bekerja sesuai
yang konsisten yang dilakukan secara dengan standar-standar yang telah
berulang sehingga terbentuk suatu pola ditetapkan oleh perusahaan. Berdasar
kebiasaan. Perilaku dan kebiasaan yang uraian tersebut dapat peneliti simpulkan
terpola tersebut kemudian membentuk disiplin kerja adalah perilaku konsisten
suatu budaya. Suatu pola perilaku atau yang menunjukkan kesediaan untuk taat
kebiasaan kerja yang dibudayakan dalam dan patuh secara tertib terhadap peraturan
suatu organisasi disebut budaya organisasi. sebagai upaya meningkatkan kualitas dan
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai, kinerja.
prinsip, tradisi dan cara-cara bekerja yang Selanjutnya, Helmi (1996) menjelas-
dianut bersama oleh para anggota kan bahwa faktor kepribadian dan
organisasi dan memengaruhi cara mereka lingkungan merupakan faktor-faktor yang
bertindak (Robbins, 2010). Budaya memengaruhi disiplin kerja seseorang.
organisasi memberikan identitas pada Kepribadian adalah faktor yang berasal
anggotanya untuk berperilaku sesuai dari sistem nilai yang ada dan diyakini
prinsip dan nilai organisasi. Apabila dalam diri sebagai acuan bersikap dan
prinsip dan nilai perusahaan dapat berperilaku, sedangkan faktor lingkungan
dimaknai dan dipahami anggota organisasi berasal dari proses belajar yang dilakukan
dengan baik dan benar, maka akan dari lingkungan kerja salah satunya adalah
terwujud perilaku yang sejalan dengan melalui budaya organisasi.
prinsip nilai organisasi, sehingga muncul
226
Peran Budaya Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Direktorat Produksi Pt Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon (Muhammad
Luhung Pribadi, Benny Herlena)
227
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 225 - 234
228
Peran Budaya Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Direktorat Produksi Pt Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon (Muhammad
Luhung Pribadi, Benny Herlena)
(Persero) Tbk, memberikan peran terhadap ialah sikap dan perilaku disiplin dalam
kedisiplinan kerja karyawan. Penerapan bekerja.
budaya organisasi yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang di-
perusahaan mengarahkan karyawan untuk lakukan terhadap disiplin kerja pada
bersikap dan berperilaku disiplin sesuai karyawan Direktorat Produksi PT Krakatau
dengan aturan maupun kriteria yang Steel (Persero) Tbk Cilegon sebagai subjek
ditetapkan oleh perusahaan. penelitian ini, menunjukkan bahwa
Temuan hasil penelitian ini sejalan sejumlah 21,74% subjek penelitian ter-
dengan beberapa penelitian sebelumnya golong dalam kategori tinggi tingkat
yang dilakukan oleh Brahmasari (2009) disiplin kerjanya. Sejumlah 39,13% subjek
tentang hubungan budaya organisasi penelitian tergolong dalam kategori sedang
terhadap disiplin kerja karyawan. Hasil tingkat disiplin kerjanya. Sejumlah 31,30%
penelitian tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian tergolong dalam kategori
budaya organisasi yang diterapkan oleh disiplin kerja yang masih belum sesuai
karyawan memberikan pengaruh terhadap standar yang ditetapkan perusahaan.
meningkatnya sikap dan perilaku disiplin Adapun untuk subjek yang tergolong
kerja karyawan. Berdasarkan hasil pe- dalam disiplin kerja kategori yang sangat
nelitiannya tersebut dijelaskan bahwa tinggi adalah sejumlah 5,21%, dan masih
budaya organisasi terdiri dari nilai-nilai terdapat 2,6% subjek tergolong dalam
dan implementasi dari visi misi kategori disiplin kerja dibawah kriteria
perusahaan. Budaya organisasi yang minimum yang ditetapkan oleh pe-
diterapkan karyawan tersebut memberikan rusahaan. Hasil penelitian tersebut me-
pengaruh terhadap meningkatnya disiplin nunjukkan bahwa sebagian besar subjek
kerja dan kinerja karyawan. penelitian ini (sekitar 66.08%) yaitu
Hasil dalam penelitian ini pun sejalan karyawan Direktorat Produksi PT Krakatau
dengan penelitian lainnya yang dilakukan Steel (Persero) Tbk Cilegon memiliki
oleh Denison dan Mishra (1995) tentang disiplin kerja yang cukup baik. Namun
budaya organisasi, performa kerja dan demikian, masih terdapat karyawan di
kualitas karyawan. Penelitian tersebut Direktorat Produksi PT Krakatau Steel
menunjukkan bahwa budaya organisasi (Persero) Tbk Cilegon tersebut yang masih
berpengaruh kepada performa perusahaan memiliki tingkat disiplin kerja dalam
dan kualitas karyawan. Budaya organisasi kategori yang belum sesuai dengan target
memberikan suatu identitas kepada perusahaan.
individu sebagai bagian dari organisasi. Disiplin kerja merupakan suatu sikap
Selanjutnya, budaya organisasi akan dan perilaku yang terwujud melalui
membentuk suatu values, pola pikir dan kebiasaan yang melekat pada diri
kebiasaan yang tidak bersifat individual. seseorang. Kebiasaan sikap dan perilaku
Hal tersebut membentuk perilaku yang dapat melekat pada diri seseorang melalui
mengarahkan seseorang mampu beradap- pemahaman lingkungannya maupun pe-
tasi untuk bekerja secara efektif sesuai mahaman terhadap nilai-nilai organisasi.
dengan standar perusahaan, dan mem- Sehubungan dengan hal tersebut, dapat
berikan identitas yang kuat secara kolektif dijelaskan bahwa budaya organisasi yang
pada anggota organisasi. Hasil penelitian terdiri dari sistem nilai (values) merupakan
tersebut menunjukkan bahwa budaya nilai-nilai dan falsafah sebagai pedoman
organisasi membentuk values, pola pikir berperilaku dalam suatu organisasi (Schein,
dan kebiasaan kolektif sehingga me- 2004). Sistem nilai yang telah terbentuk
ngarahkan seseorang untuk bekerja sesuai tersebut secara umum berupa core values
standar perusahaan yang salah satunya organisasi. Pada kancah penelitian ini, core
values organisasi tersebut diwujudkan
229
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 225 - 234
230
Peran Budaya Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Direktorat Produksi Pt Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon (Muhammad
Luhung Pribadi, Benny Herlena)
Adapun makna corporate values dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang
Innovative ialah kemauan dan kemampuan dilakukan melalui implementasi corporate
untuk menciptakan gagasan baru dan values dalam aktivitas kerja karyawan
implementasi yang lebih baik dalam berperan dalam membentuk disiplin kerja
memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja karyawan yang baik.
di atas standar yang ditetapkan. Corporate Berdasarkan penjelasan hasil
values tersebut tercermin dalam berbagai penelitian di atas, dapat disimpulkan
sistem-sistem organisasi yang membentuk bahwa budaya organisasi memiliki peran
aktifitas karyawan dalam perusahaan. terhadap kedisiplinan kerja. Budaya
Hasil penelitian yang dilakukan terkait organisasi berperan secara signifikan
penerapan budaya organisasi PT Krakatau terhadap disiplin kerja karyawan, dimana
Steel (Persero) Tbk Cilegon pada budaya organisasi yang diterapkan secara
karyawan Direktorat Produksi sebagai baik oleh karyawan dapat meningkatkan
subjek penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja karyawan. Hasil dari analisis
subjek penelitian terbanyak tergolong pada regresi menunjukkan bahwa nilai R
kategori sedang yaitu sebesar 43,48%. Square (R2) sebesar 0,285 atau 28,5%
Adapun subjek penelitian yang tergolong artinya variabel prediktor memberikan
pada kategori rendah yaitu sebesar 27,83% sumbangan efektif kepada disiplin kerja
dan kategori tinggi dalam penerapan karyawan sebesar 28,5 %. Hal tersebut
budaya organisasi perusahaan yaitu sebesar menunjukkan bahwa terdapat 71,5%
20,87%. Selebihnya, sebesar 5,21% subjek sumbangan efektif dari faktor lainnya atau
penelitian merupakan kategori sangat berasal dari variabel lainnya yang belum
rendah dan 2,61% dalam kategori sangat teridentifikasi dalam penelitian ini.
tinggi dalam penerapan budaya organisasi
perusahaan. Hasil penelitian tersebut Simpulan dan Saran
menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan hasil penelitian dan
karyawan Direktorat Produksi PT Krakatau pembahasan yang telah diuraikan, maka
Steel (Persero) Tbk Cilegon telah cukup dapat diambil kesimpulan bahwa budaya
baik dalam menerapkan budaya organisasi organisasi memiliki peran terhadap disiplin
perusahaan dalam aktivitas perusahaan. kerja karyawan Direktorat Produksi PT
Namun demikian, masih banyak pula Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon yang
karyawan Direktorat Produksi yang masih ditunjukkan dengan naiknya koefisien
kurang baik dalam menerapkan budaya regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan
perusahaan. bahwa sumbangan efektif (R2) yang
Pengujian hipotesis yang dilakukan diberikan prediktor kepada kriterium adalah
dengan analisis regresi menunjukkan sebesar 0,285 atau setara dengan 28,5%
bahwa budaya organisasi sebagai prediktor dengan taraf koefisien regresi sig F Change
memberi peran yang signifikan terhadap sebesar 0,000 berdasarkan kaidah p < 0,05.
disiplin kerja. Hal tersebut ditunjukkan Hal tersebut menunjukkan masih ada
pada koefisien regresi pada standardized sekitar 71,5% faktor lain yang memberikan
coefficients beta sebesar 0,534 dengan sumbangan efektif terhadap disiplin kerja.
taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05). Nilai Budaya organisasi berperan secara
tersebut menunjukkan bahwa koefisien signifikan terhadap disiplin kerja karyawan
regresi bernilai positif. Hasil pengujian Direktorat Produksi PT Krakatau Steel
hipotesis tersebut menunjukkan bahwa (Persero) Tbk yang ditunjukkan melalui
semakin besar budaya organisasi yang nilai koefisien beta sebesar 0,534 dengan
diterapkan karyawan akan memberikan signifikansi korelasi prediktor (p) sebesar
peran pada disiplin kerja karyawan yang 0,000 berdasarkan kaidah p < 0,05. Hasil
semakin baik. Penerapan budaya organisasi tersebut menunjukkan bahwa semakin
231
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 225 - 234
232
Peran Budaya Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Direktorat Produksi Pt Krakatau Steel (Persero) Tbk Cilegon (Muhammad
Luhung Pribadi, Benny Herlena)
233
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 225 - 234
234
Review Jurnal 2
Identitas Jurnal:
Jurnal Ilmiah Psikologi
Volume 3, Nomor 2, 2016: 225-234
Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 207 - 212
Available online at: http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor-e
https://doi.org/10.29407/e.v6i2.14085
Abstract
The madrasa head is a professional official in the madrasa organization, which
facilitates all school resources and communicates with teachers, staff and other
employees in achieving educational goals and has a role in organizational
development. With this position, the headmaster has a strategic role in educational
institutions. This study aims to: (1) Explain the Madrasah head's strategy towards
organizational policies in improving madrasa performance. (2) Explain the efforts of
the head of MAN 1 Kediri City in improving organizational behavior as a culture. This
research uses qualitative, by designing case studies. The location of this research is
MAN 1 Kota Kediri. The research data collection was carried out through non-
participant observation. Data analysis was performed in three pairs, namely data
collection, data reduction and data presentation. Interesting data reduction as a
process of choosing the main things, focus on the things that are important. Data
reduction is not just waiting for unnecessary data. Based on the process of data
collection and analysis, this study produced two findings. First of all, related
organizations are individuals who are related to education, teachers, staff and
employees, who are related to organizations that have individuals who differ from
emotional and intellectual levels. The madrasa head plays an important role in
overcoming these different difficulties. the headmaster in MAN 1 Kota Kediri takes a
way by giving assignments according to the educational background, skills and
abilities needed. Differences in organizations can be organized and do not cause
conflicts within the organization. Both organized differences in the organization so
the teacher can work safely and in control. so that the work of teachers and
employees can run effectively and efficiently, and the organization can be improved
in accordance with the expected goals
Abstrak
Kepala madrasah merupakan pejabat profesional yang ada dalam organisasi
madrasah, yang bertugas mengatur semua sumber daya sekolah dan bekerjasama
dengan guru-guru, staf dan pegawai lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan
serta memiliki peranan dalam perkembangan organisasi. Dengan posisi tersebut
kepala madrasah mempunyai peran strategis dalam lembaga pendidikan. Penelitian
ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan strategi kepala Madrasah terhadap perilaku
organisasi dalam meningkatkan kinerja madrasah. (2) Menjelaskan upaya kepala
MAN 1 Kota Kediri dalam meningkatkan perilaku organisasi sebagai budaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan studi kasus.
Lokasi penelitian ini adalah MAN 1 Kota Kediri. Pengumpulan data penelitian ini
dilakukan melalui observasi non partisipan. Analisis data dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data. Reduksi data
Peer reviewed under responsibility of Universitas Nusantara PGRI Kediri.
© 2019 Universitas Nusantara PGRI Kediri, All right reserved, This is an open access article under
the CC BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 207 - 212
Rahadian Fatawi, Sulistiyorini
dimaksudkan sebagai proses memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting. reduksi data bukan hanya sekedar membuang data yang tidak
diperlukan. Berdasarkan proses pengumpulan dan analisis data, penelitian ini
menghasilkan dua temuan. Pertama perilaku organisasi merupakan perilaku individu
yang ada dalam suatu organisasi pendidikan yang melibatkan banyak komponen
anatarlain guru, staf dan karyawan, diketahui bahwa dalam organisasi memiliki
perilaku individu yang berbeda-beda baik dari tingkat emosional dan intelektual.
Kepala madrasah berperan penting dalam mengatasi perilaku yang berbeda
tersebut. kepala madrasah di MAN 1 Kota Kediri mengambil cara dengan
memberikan tugas sesuai dengan latar belakang pendidikan, skill, dan kemampuan
yang dimiliki. Adanya perbedaan dalam organisasi dapat terorganisir dan tidak
menimbulkan konflik dalam organisasi. Kedua terorganisirnya perbedaan dalam
organisasi maka guru dapat bekerja dengan aman nyaman dan terkendali. dengan
begitu pekerjaan guru dan karyawan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, dan
organisasi dapat meningkat sesuai dengan tujuan yang diharapkan
PENDAHULUAN
Kepala madrasah memiliki empat peran yaitu : Pertama, kepala madrasah sebagai
Administrator, dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan oleh kapasitasnya melakukan tugas-
tugas administratif dengan proses kerja sesuai prosedur administrasi yang benar. Kedua, Kepala
madrasah sebagai Pemimpin, Kepemimpinan adalah kekuatan penting dalam memotivasi dan
mengoordinasikan organisasi untuk mencapai tujuan. Ketiga, Kepala madrasah sebagai Pengawas,
Pengawasan merupakan kegiatan monitoring, controlling, dan pengendalian dalam upaya pengumpulan
data kinerja madrasah, untuk membandingkannya dengan suatu standar yang telah ditetapkan.
Keempat, Kepala sekolah sebagai Supervisor pembelajaran, Sebagaimana ditegaskan oleh PP No. 19
tahun 2005 pasal 57 bahwa supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan. Konsep kepala sekolah
sebagai supervisor menunjukkan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang di pimpinnya.
Kinerja dapat diketahui melalui suatu proses untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam
organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi kondisi
tertentu. Apabila ada penyimpangan sehingga tidak sesuai dengan standar, maka kepala madrasah
perlu melakukan perbaikan-perbaikan secepatnya menggunakan langkah-langkah yang efektif dan
prosedur yang benar untuk menjaga mutu proses dan mutu hasil yang sudah ditetapkan. Rumusan
kebijakan yang aktual, Kepercayaan, Kepemimpinan berbasis nilai, Meningkatkan Nilai guru staf dan
pegawai lainnya, Mengatasi masalah dan resistensi terhadap perubahan yang terjadi.
Budaya organisasi merupakan satu tatanan yang dibentuk dalam organisasi. Budaya berasal
dari bahasa sansekerta dari kata dasar Budhi dan Daya yang berarti mendayagunakan akal pikiran.
Artinya Budidaya berarti sebagai keseluruhan usaha rohani dan materi termasuk potensi-potensi
maupun keterampilan mayarakat atau kelompok manusia. Rita (2003) merumuskan bahwa budaya
merupakan suatu pola dan mekanisme sosial yang dijalankan oleh suatu organisasi untuk mengurus
anggotanya dan dapat dijadikan dasar yang tegas untuk menggerakkan anggotanya dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Menurut Schneider dalam Metri (2005) budaya adalah
bagaimana pola pikir mempengaruhi terhadap lingkungan untuk mencapai keberhasilan seperti
kecenderungan organisasi dalam berperilaku, identitas, pola hubungan yang dinamis, realitas, atau
kode genetik.
Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku para anggota organisasi karena
sistem nilai dalam budaya organisasi dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor-e 208 Vol 6 No 2
Tahun 2019
Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 207 - 212
Rahadian Fatawi, Sulistiyorini
berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil kinerja yang ditetapkan, sehingga jika budaya
organisasi baik, maka tidak mengherankan jika anggota organisasi adalah orang-orang yang baik dan
berkualitas pula. Dengan demikian budaya organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Perilaku organisasi menuntut pemahaman yang komplek tentang masing-masing individu
anggota dan kelompok, oleh karena itu seorang pemimpn harus memahami sekecil apapun masalah
agar semua program yang ada dalam sebuah lembaga dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efisien. Proses interaksi di dalam organisasi, manusia sebagai individu dapat menampilkan berbagai
perilaku, baik prilaku tersebut sebagai sifat-sifat pribadi yang dibawa dari lahir ( paham nativisme ), atau
pengalaman dari pengaruh lingkungan ( paham empirisme ), ataupun kombinasi dari keduanya ( paham
konvergen ). Perilaku organisasi terbentuk dari rangkaian perilaku individu yang terdapat dalam sebuah
organisasi tersebut. Perilaku organisasi berkaitan dengan perilaku individu yang ada dalam organisasi,
dengan demikian jelas bahwa ruang lingkup perilaku organisasi hanya terbatas dalam dimensi internal
dalam suatu organisasi.
Memahami perilaku individu sangatlah penting, seperti rekan kerja, atasan, bawahan, baik
dilingkungan organisasi maupun dilingkungan masyarakat. Setiap orang merupakan pribadi yang unik,
berbeda anara individu yang satu dengan individu yang lain. Menurut suprihatno (2003) kapasitas
individu antara yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan dalam berbagai tugas, setiap individu
memiliki kemampuan berfikir dan skill yang berbeda.
Produktivitas kinerja dimaksudkan sebagai ukuran seberapa efisien suatu organisasi dapat
menghasilkan keluaran yang diinginkan, jadi produktivitas yang lebih baik sebagai ukuran yang bernilai
tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam organisasi. Produktivitas dipengaruhi adanya
dorongan dari pimpinan kepada karyawannya untuk melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin,
dengan begitu secara langsung akan mendorong tingkat produktivitas organisasi. Untuk dapat
mendorong karyawan kearah tujuan yang diinginkan, seorang pemimpin harus mengetahui kebutuhan
karyawan secara personal ( pribadi ) dan internal. Adanya interaksi atau hubungan antar individu dalam
organisasi, maka penelaahan perilaku organisasi perlu dilakukan melalui pendekatan produktivitas dan
pendekatan sistem. Pendekatan digunakan untuk mewujudkan peningkatan keefektifan pelaksanaan
tugas, kinerja organisasi secara keseluruhan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefiniskan
”pendekatan kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku (tindakan) yang diamati. Penelitian kualitatif
menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri sebagai
instrumen kunci. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan (tanpa diwakilkan), yaitu di
MAN 1 Kota Kediri. Sumber data pertama berasal dari orang-orang yang diwawancarai atau informan,
kedua tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan orang-orang yang diamati, yaitu:
perilaku masing-masing individu dalam organisasi, ketiga sumber tertulis. Meskipun sumber data tertulis
bukan merupakan sumber data utama, tetapi pada tataran relitas peneliti tidak bisa melepaskan diri dari
sumber data tertulis sebagai data pendukung. Posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai instrumen
kunci, partisipan penuh, dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai
penunjang. Analisis yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara induktif. artinya bahwa
penelitian ini, bertolak dari data di lapangan, kemudian peneliti memanfaatkan teori sebagai bahan
penjelas data dan berakhir dengan suatu penemuan teori.
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Proses dikatakan bermutu tinggi
apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru,siswa, kurikulum,uang,
peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis,sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan mampu
memberdayakan perserta didik.Sedangkan output atau keluaran pendidikan dipandang sebagai kinerja
sekolah yang dapat diamati dari aspek-aspek kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi,
kualitas kehidupan kerja, dan moral kerjanya.
Menurut Usman (2006) mutu dibidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan
outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan non akademik siswa
tinggi. Outcom dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua
pihak mengakui kehebatan lulusannya dan merasa puas.
Komariyah (2005) menyatakan bahwa mutu pendidikan dapat optimal jika di dukung dengan
pertama manajemen kelembagaan. Dalam pengelolaan kelembagaan, meliputi manajemen sarana
prasarana, penataan bidang manajemen ketenagaan, kurikulum, dan kesiswaan. Kedua, layanan
pembelajaran. Layanan pembelajaran merupakan aspek penting dalam organisasi sekolah. Layanan
pembelajaran diarahkan untuk mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajar. Ketiga kompetensi
siswa, atau kemampuan siswa yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran.
Menurut Euis dkk (2013) Kepala madrasah merupakan pejabat profesional yang ada dalam
organisasi madrasah, yang bertugas mengatur semua sumber daya madrasah dan bekerjasama
dengan guru-guru, staf dan pegawai lainnya dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan, sehinga posisi tersebut kepala madrasah mempunyai peran strategis dalam lembaga
pendidikan.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala
madrasah. Kepala madrasah sebagai pemimpin di lembaganya, kepala madrasah harus mampu
membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Kepala madrasah selaku
pemimpin dalam lembaga pemimpin hendaknya juga harus selalu mengembangkan diri untuk bisa
menyesuaikan gaya seperti apa yang akan diperankan dalam situasi dan kondisi yang ada, karena
gaya kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Kepala madrasah dituntut memiliki kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu meningkatkan mutu layanan pendidikan
serta mencapai tujuan madrasah.
Kepala madrasah memerlukan gaya mempengaruhi bawahan yang dipemimpinannya. Gaya
kepemimpinan adlah cara yang digunakan kepala madrasah untuk mempengaruhi seluruh bawahan.
Efektifitas strategi tergantung pada situasi dan kondisi madrasah. Kepala madrasah diharapkan mampu
melakukan analisis situasi dan kondisi, sehingga gaya kemimpinan yang diterapkan sangat tepat
dengan situasi dan kondisi madrasah.Dampaknya terhadap rencana kegiatan yang sudah ditetapkan
bersama mampu tercapai dengan baik dan akan mampu meningkatkan mutu layanan pendidikan di
madrasah.
Hasil observasi yang telah peneliti lakukan mendapatkan gambaran bahwa gaya kepemimpinan
MAN 1 Kota Kediri adalah kepemimpinan kepala madrasah menggunakan gaya kepemimpinan
demokratis, implementasinya berwujud pengembangan sumber daya, kreativitas, dan pengembangan
partisipatif yang didukung penuh oleh kepala madrasah, kepala madrasah mengedepankan
musyawarah dengan mufakat dalam setiap merencanakan dan mengevaluasi kegiatan madrasah.
pengembangan sumber daya dan kreativitas pendidik, tenaga kependidikan dan siswa didukung penuh
seperti dukungan untuk mengikuti lomba, pelatihan, seminar dan workshop, pendampingan siswa,
kegiatan pengembangan sumber daya dan kreativitas masing-masing, seperti pelatihan peningkatan
mutu, melanjutkan pendidikan dan lain sebagainya.
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor-e 210 Vol 6 No 2
Tahun 2019
Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 207 - 212
Rahadian Fatawi, Sulistiyorini
SIMPULAN
Pertama, Perilaku organisasi merupakan perilaku individu yang ada dalam suatu organisasi,
dalam suatu organisasi pendidikan melibatkan banyak anggota antara lain guru, siswa, staf atau
karyawan, oleh sebab itu dalam organisasi memiliki perilaku individu yang variatif baik dari tingkat
emosional dan intelektualitas. Kepala madrasah berperan penting dalam mengatasi adanya prilaku
yang berbeda. Kepala MAN 1 Kota Kediri mengambil cara dengan menugaskan para karyawan dan
guru sesuai dengan latar belakang pendidikan, skill, dan kemampuan mereka. Sehingga perbedaan
dalam organisasi dapat terorganisir dan tidak menimbulkan konflik dalam organisasi. Kedua manajemen
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor-e 211 Vol 6 No 2
Tahun 2019
Efektor, Volume 6 Issue 2, 2019, Pages 207 - 212
Rahadian Fatawi, Sulistiyorini
organisasi yang menghargai perbedaan maka semua yang terlibat dalam proses di madrasah dapat
bekerja dengan aman nyaman dan terkendali. Dampaknya semua aktifitas dapat berjalan dengan efektif
dan efisien, dan organisasi dapat meningkat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR RUJUKAN
Euis karwati & Donni Juni Priansa. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Bandung:
Alfabeta
John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2006. Perilaku dan Menejemen
Organisasi jilid 1, Jakarta: Erlangga
John Suprihanto. 2003. Perilaku Organisasional.Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Komariah. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
(online).(http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 15 Desember 2019).
M. Romli, Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Banjarmasin,
Jurnal Komunikasi dan Informasi antar PTAIS-KOPERTAIS XI. Volume 7 No. 12 Oktober 2009
Permendiknas, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, Nomor 13 Tahun 2007
Robert C. Bogdan & S.J. Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research Methods . New York: John
Wiley
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Identitas Jurnal:
Jurnal Manajemen
Vol 6 No 2 Tahun 2019
Jurnal Magisma Vol. VII. No. 2 – Tahun 2019 | 90
ABSTRACT
This research uses correlation or correlational research that is by using a quantitative approach. The
sample in this study were all employees and employees of the Tegal Regency DPRD Secretariat as many as
50 people. Data collection techniques using a questionnaire. The results showed that leadership (X1) and
organizational culture (X3) partially had a positive and significant effect on employee performance (Y) of the
Tegal Regency DPRD Secretariat. While organizational communication (X2) has a negative and significant
effect on employee performance (Y) of the Tegal Regency DPRD Secretariat. With the F test results of
11,194 significance of F 0,000 and obtained t test values for leadership variables (X1) 2,858, organizational
communication variables (X2) -2,325 and organizational culture (X3) 2,843. With a significance level of
leadership (X1) of 0.006, organizational communication (X2) of 0, 025 and organizational culture (X3) of
0.007.
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi atau korelasional yaitu dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan dan karyawati Sekretariat
DPRD Kabupaten Tegal sebanyak 50 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemimpian (X1) dan budaya organisasi (X3) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y) Sekretariat DPRD Kabupaten Tegal. Sedangkan
komunikasi organisasi (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (Y) Sekretariat
DPRD Kabupaten Tegal. Dengan hasil uji F sebesar 11.194 signifikansi F 0,000 dan diperoleh nilai hitung
uji t untuk variabel kepemimpinan (X1) 2,858, variabel komunikasi organisasi (X2) -2,325 dan budaya
organisasi (X3) 2,843. Dengan tingkat signifikansi kepemimpinan (X1) sebesar 0,006, komunikasi organisasi
(X2) sebesar 0, 025 dan budaya organisasi (X3) sebesar 0,007.
tepat guna dalam mendukung good karier ASN terkait dengan Bidang Pekerjaan,
government yang didasarkan kepada Pengangkatan dan Penempatan, Bidang
tupoksinya. Dalam realitasnya, di Kantor Pengembangan, dan Penghargaan.
Sekretariat DPRD Kabupaten Tegal juga Dalam sistem penilaian prestasi kerja,
sama seperti instansi lainnya yang memiliki Sasaran Kerja Pegawai (SKP) disusun oleh
kendala dalam peningkatan kinerja pegawai ASN sebagai rancangan pelaksanaan kegiatan
terutama dalam memberikan pelayanan Tugas Jabatan, sesuai dengan rincian tugas,
kepada masyarakat. Masih banyaknya tanggung jawab dan wewenangnya, yang
keluhan-keluhan masyarakat yang secara umum telah ditetapkan dalam struktur
menyatakan rendahnya kinerja pegawai dan tata kerja organisasi. Adapun unsur–unsur
Sekretariat DPRD Kabupaten Tegal dalam yang dinilai dalam capaian SKP Pegawai
pemberian pelayanan bagi masyarakat. Negeri Sipil adalah kegiatan tugas jabatan,
Hal ini dapat dilihat dari capaian target, dan realisasi dalam 1 Tahun.
Kinerja Setwan Kabupaten Tegal Tahun 2017 Berdasarkan data di Bagian Umum
dari Renstra Tahun 2014-2019 yang Sekretariat DPRD Kabupaten Tegal, penilaian
dijabarkan dalam Renja, yaitu sasaran yang SKP mulai Tahun 2014-2017 rata-rata
ditetapkan selama Tahun 2017 dapat mendapatkan predikat baik.
terpenuhi. Pencapaian sasaran tersebut, yaitu Menurut pendapat Ilyas (2009)
Sasaran 1, berkembangnya kualitas penilaian kinerja terbagi menjadi dua yaitu:
ketrampilan, pengetahuan dan wawasan keluaran hasil dari pegawai ataupun
sumber daya aparatur, serta peralatan kerja di organisasi dan keluaran dari suatu proses atau
Lingkungan Setwan Kab. Tegal mencapai perilaku kerja. Penilaian kinerja secara
77,77%. Sasaran 2, Meningkatnya planning keluaran merupakan pekerjaan yang berulang-
kerja dan pengelolaan keuangan yang baik ulang dan hasilnya mudah ditentukan,
dan tertib sesuai dengan perencanaan atau Penilaian kinerja yang dapat dilihat melaui
program sebesar 68,99%. Sasaran 3, tingkat semangat kerja pegawai. Pemberian
Frekuensi pelaksanaan dan penyelenggaraan penghargaan/reward oleh organisasi
rapat-rapat persidangan yang membaik di diselenggarakan sebagai penyemangat kerja,
setiap kegiatan DPRD ada 67,55%, dan agar loyalitas pegawai pada institusi
Sasaran 4, Terwujudnya keselarasan dan meningkat. Prestasi dalam bekerja akan
kesesuaian produk hukum sekitar 68,42%. menjadi pembanding dari hasil kerja yang
Berdasarkan kenyataan tersebut, terjadi nyata dengan standar kerja dari organisasi
penurunan kinerja pegawai Setwan Kab. tempat kerja. Sedangkan pendapat lain
Tegal 2014-2019 sebesar 7,77 % mengatakan bahwa kinerja adalah seberapa
dibandingkan dengan periode 2009-2014, besar kontribusi yang ditampilkan oleh para
yaitu dalam capaian Indikator Kinerja Utama pegawai sebagai hasil kerja sesuai dengan
Tahun 2009-2014 mencapai 78,45%, peranannya dalam organisasi (Hariandja,
sedangkan pada tahun 2014-2017 hanya 2012).
mencapai 70,68 %. Menurut Fred Luthan (2009), kinerja
Oleh karena itu, untuk mewujudkan diindikasikan oleh dua faktor yaitu faktor
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan individu dan faktor organisasi. Untuk faktor
pembangunan diperlukan Aparatur Sipil individu meliputi (a) faktor kepribadian, (b)
Negara yang profesional, bertanggungjawab, faktor motivasi, (c) faktor kemampuan/skill,
jujur dan adil melalui pembinaan yang (d) faktor kepuasan kerja, dan (e) faktor
dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi pengetahuan. Sedangkan dari faktor
kerja dan sistem karier yang dititikberatkan organisasi terdiri dari : (a) faktor gaya
pada sistem prestasi kerja. Melaksanakan hal kepemimpinan, (b) faktor tim kerja, (c) faktor
tersebut, maka pihak manajemen melakukan komunikasi organisasi, (d) faktor
Penilaian Prestasi Kerja ASN guna ilmiah/teknologi dan fasilitas, dan (e) faktor
mengevaluasi kinerja unit dan kinerja konteks organisasi. Tingkat kinerja pegawai
organisasi, sebagai dasar pertimbangan baik secara individual maupun kelompok
penetapan keputusan kebijakan pengelolaan
tidak ada masalah autokorelasi baik positif independen memberikan hamper semua
maupun negatif jika nilai DW > DU dan (4- informasi yang dibutuhkan untuk
DW) > DU atau (4-DW) > DU < DW. memprediksi variasi variable dependen.
- Uji DW ini hanya digunakan untuk Secara umum koefisien determinasi untuk
autokorelasi tingkat satu mensyaratkan data silang (crossection) relative rendah
adanya intercept dalam model regresi dan karena adanya variasi yang besar antara
tidak ada variabel lag diantara variable masing-masing pengamatan, sedangkan untuk
penjelas. Hipotesis yang diuji adalah: data runtun tahun waktu (time series)
Ho:p = 0 (baca: hipotesis nolnya adalah tidak biasanya mempunyai koefisien determinasi
ada autokorelasi) yang tinggi.
Ha:p > 0 (baca: hipotesis alternatifnya adalah Perhitungan koefisien determinasi adalah
ada autokorelasi positif) sebagai berikut:
- Keputusan ada/tidaknya autokorelasiadalah : R2= reg sum of squeres/total sum of sequere.
Bila nilai DW lebih besar daripada batas Dari rumusan diatas akan diketahui seberapa
atas (upperbound, U), maka koefisien besar variasi variable dependen akan mampu
autokorelasi sama dengan nol. Artinya, dijelaskan oleh variabel independennya,
tidak ada autokorelasi positif. sedangkan sisanya (1-R2) variasi variabel
Bila nilai DW Iebih rendah daripada dependennya dijelaskan oleh sebab-sebab lain
batas bawah (lowerbound, L), koefisien diluar model.
autokorelasi Iebih besar daripada nol.
Artinya ada autokorelasi positif. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistic F)
Bila nilai DW terletak diantara batas atas Dalam penelitian ini metode analisis
dan batas bawah, maka tidak dapat data yang diterapkan adalah teknik regresi
disirnpulkan. berganda atau multiple regression untuk
Adapun rumusnya adalah menguji pengaruh kepemimpinan,
Y = ∝ + ß1 X1 + ß1 X2 + ß1 X3 + e. komunikasi organisasi, budaya organisasi
terhadap kinerja pegawai.
Uji Kebaikan Model (Goodnessof Fit Pengujian secara simultan uji F
Model) (pengujian signifikansi secara simultan).
Uji ini menggunakan uji F yang dipakai Langkah langkah yang ditempuh dalam
untuk mengecek pengaruh seluruh variabel pengujian adalah (Ghozali, 2009): Menyusun
bebas secara simultan atau bersama-sama hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif
terhadap variabel terikat. Secara statistik, (Ha)
dapat diukur dari nilai statistic t, nilai statistik Menetapkan kriteria pengujian sebagai
F, dan koefisien determinasinya. Perhitungan berikut:
statistik disebut signifikansi secara statistik Tolak Ho jika angka signifikansi lebih kecil
apabila nilai uji statistiknya berada dalam dari α = 5%
daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Terima Ho jika angka signifikansi lebih besar
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai dari α = 5%
uji statistiknya berada dalam daerah dimana
Ho diterima. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis terhadap
Koefisien Determinasi variabel bebas kepemimpinan (X1),
Koefisien determinasi (R2) pada intinya komunikasi organisasi (X2) dan budaya
mengukur seberapa jauh kemampuan model organisasi (X3) terhadap variabel terikat
dalam menjelaskan variasi variabel-variabel kinerja pegawai (Y) dilakukan dengan Uji Uji
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah Statisitik t. Ujiini dilakukan untuk
antara 0 sampai satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan seberapajauh pengaruh suatu
berarti kemampuan variabel-variabel variabel independen secara parsial dalam
independen dalam menjelaskan variasi menerangkan variabel dependen. Pengujian
variable dependen amat terbatas. Nilai yang ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis:
mendekati satu berarti variabel-variabel
H0 : β1<0 atau β1>0 artinya ada pengaruh olehkarena itu di perlukan kemampuan
dari variabel independen terhadap variabel pemimpindalam mengarahkan terhadap
dependen. pegawai dan memahami perilaku serta
Untuk menghitung nilai t hitung digunakan
motivasi kerja pegawai guna menjalankan
rumus:
Dimana: kewajibannya.
β1 = Koefisien korelasi
Se (β1) = Standar error keofisien regresi
Kriteria pengujian: Pengaruh komunikasi organisasi terhadap
1) H0 diterima dan Ha ditolak apabila t- kinerja pegawai
hitung < ttabel, artinya variable Hasil penelitian membuktikan bahwa
independen tidak berpengaruh secara komunikasi organisasi berpengaruh terhadap
signifikan terhadap variable dependen. kinerja pegawai (pvalue 0.025 < 0.05),
2) H0 ditolak dan Ha diterima apabila responden dengan komunikasi atau hubungan
thitung > ttabel, artinya variabel dengan organisasi baik maka akan melakukan
independen berpengaruh secara tugas dan pekerjaanya sesuai dengan bidang
signifikan terhadap variabel dependen. tugas, mengerjakan pekerjaannya tidak harus
digerakkan oleh pimpinan akan tetapi atas
5. Hasil dan Pembahasan pemahamannya dalam melaksanakan
tugasnya.
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja Kapasitas pegawai dapat ditingkatkan
pegawai apabila komunikasi organisasi yang ada dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditingkatkan. Dalam hal ini kinerja dapat
kepemimpinan berimplikasi positif terhadap ditingkatkan dengan adanya perhatian
kinerja pegawai sekretariat DPRD Kabupaten terhadap setiap indikator komunikasi
Tegal (pvalue 0.006 < 0.05), kepemimpinan organisasi. Dengan memperhatikan hal
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung tersebut maka akan menghasilkan pegawai
perilaku manusia, supaya mau bekerjakeras yang dapat memaksimalkan kinerja dalam
dan antusias mencapai hasil yangoptimal setiap kewajiban yang diberikan. Jadi,
sehingga dapat menjadikan kinerja pegawai berfungsinya organisasi dilihat pada kapasitas
menjadi baik dalam meningkatkan derajat manusia dalam mengorganisir dan
kesehatan masyarakat. Semakin tinggi menggerakkannya menuju pencapaian target
kepemimpinan kerja pegawai maka semakin yang telah ditetapkan.
tiggi kinerja pegawai.
Kepemimpinan akan lebih mengarah Pengaruh budaya organisasi terhadap
pada ketercapaian target visi misi sesuai target kinerja pegawai
dari pemerintah daerah sehingga dalam hal Hasil penelitian membuktikan bahwa
urusan tentang kesekretariatan DPRD. budaya organisasi mempunyai pengaruh
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan terhadap kinerja pegawai (pvalue 0.007 <
bagian yang amat strategis guna mengarahkan 0.05), dimana budaya organisasi menjadi
dan memahami perilaku pegawai serta pegawai dalam hal ini berkaitan dengan
memotivasinya guna mewujutkan kinerja kompensasi yang didapatkan berpengaruh
organisasi yang optimal dalam rangka terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi
mencapai tujuan organisasi. Kinerja pegawai nilai budaya organisasi maka semakin tinggi
yang optimal diperlukan pemahaman terhadap pula kinerja pegawai, dengan kesepakatan
perilaku individu seseorang yang akan yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa
berdampak kepada kualitas kinerja pegawai, mengeluarkan sumber daya fisik, mental dan
spritual tambahan yang bisa diperoleh, Burhan Bungin. 2016. sosiologi komunikasi:
sebaliknya tanpa kesepakatan maka Teori, paradigma, dan diskursus teknologi
pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit komunikasi di masyarakat, Jakarta:
Kencana Prenada Group.
terlaksana. Pegawai yang memiliki
Cahyani Putri Susanti Tahun 2014 Pengaruh
kepercayaan yang kuat dan menerima nilai- komunikasi organisasi Dan Kondisi
nilai dan tujuan dari organisasi, mempunyai Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
kemauan yang kuat untuk berusaha dan Pegawai (Studi Pada Pegawai Dinas
bekerja keras untuk mencapai target Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten
organisasi, dan keinginan untuk tetap menjadi Lamongan).
bagian dari organisasi. Sehingga jika seorang Danim, Sudarwan, 2004, Motivasi
Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok,
pegawai memegang prinsip atau komitmen
Jakarta. Rineka Cipta.
organisasi, maka hal ini akan mendongkrak Dudung Juhana, 2011 Pengaruh
kinerja organisasi tersebut. Maka disimpulkan kepemimpinan, komunikasi dan motivasi
bahwa semakin tinggi seorang pegawai terhadap kinerja pegawai pada biro
memegang budaya organisasi maka akan administrasi pembangunan Sekretariat
semakin tinggi pula kinerja pegawai tersebut. Daerah Provinsi Jawa Barat.
Edi Noviyanto, 2015. Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
6. Kesimpulan
Sekretariat DPRD Kabupaten Kutai Timur.
1. Kepemimpinan berdampak positif Effendi, Muh. Arief. 2013. The Power Of
terhadap kinerja pegawai Sekretariat Corporate Governance: Teori dan.
DPRD Kabupaten Tegal. Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
2. Komunikasi organisasi berdampak Ghazali, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate
negatif terhadap kinerja pegawai Dengan Program SPSS. Edisi Kedua, BP
Sekretariat DPRD Kabupaten Tegal. Universitas Diponegoro, Semarang.
Artinya, kinerja pegawai semakin Hariandja, 2012. Manajemen Sumber Daya
meningkat apabila para pegawai sedikit Manusia. Bandung: Salemba Empat.
berkomunikasi dalam bekerja, karena Hasibuan, Malayu P., 2001, Manajemen
para pegawai lebih fokus menyelesaikan Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi
pekerjaan yang dibebankan tanpa Aksara.
banyak bicara. Hayatuddin, 2014. Analisis Pengaruh
3. Budaya organisasi berdampak positif Kepemimpinan, Komunikasi, Budaya
terhadap kinerja pegawai Sekretariat Organisasi, Motivasi Terhadap Kinerja
DPRD Kabupaten Tegal. Pegawai Non Struktural di Sekretariat
DPRD Kabupaten Sumbawa.
DAFTAR PUSTAKA John M. Ivancevich, Robert Konopaske,
Michael T. Matteson, 2016. perilaku dan
Anita Cempaka Putri (2012) memaparkan manajemen organisasi, Jakarta:Penerbit
dalam penelitiannya bahwa komunikasi Erlangga.
organisasi memiliki pengaruh signifikan Jones, Gareth R., 2004, Organizational
terhadap kinerja karyawan PT. United Theory, Design and Change, Perason
Tractors, Tbk cabang Medan. Education, Inc. Upper saddle River, New
Asfar Halim Dalimunthe (2014) melakukan jerrsey, 07458.
penelitian mengenai pengaruh budaya Mahsun, Mohamad, 2016. Pengukuran
organisasi terhadap kinerja pegawai pada Kinerja Sektor Publik. Penerbit
Dinas Informasi Komunikasi dan BPFE,Yogyakarta.
Pengolahan Data Eleltronik Kota Medan. Mangkunegara, Anwar Prabu Mangkunegara.
Bastian, Indra. 2013. Akuntansi Sektor Publik 2000. Evaluasi Kinerja SDM, Cetakan
Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit. Kedua, Bandung. PT. Rafika Aditama.
Erlangga :Jakarta.
Identitas Jurnal:
Jurnal Magisma
Vol. VII. No. 2 – Tahun 2019
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 1-11
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr ISSN (Online): 2337-3792
ABSTRACT
Based on the results of the pre-survey interview with 15 employees of PD BPR BKK Taman
Pemalang, there were phenomenon where there were problems of lack of employee motivation in
work, lack of supervision by the leader, and the lack of employee participation in following the
company's activities so that this research use independent variable that is transformational
leadership style, organizational culture and work motivation and dependent variable is employee
performance.
This research was conducted by the method of distributing questionnaires that have been
through the instrument test, then disseminated to 75 respondents in this case is the employee of PD
BPR BKK Taman Pemalang lower level. This research uses data alnalisis method such as validity
test, reliability test, classical assumption test, multiple linear regression analysis, coefficient of
determination test, F test and t test.
The result of analysis shows that the variables of transformational leadership style, work
motivation and organizational culture have positive and significant effect on employee
performance. The independent variable has an effect of 82.8% on employee performance. While the
rest of 17.2% influenced by other factors outside this study.
PENDAHULUAN
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cara
bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki
oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal (Rahadi, 2014). Kinerja
seorang karyawan berperan penting bagi suatu organisasi, karena kinerja setiap karyawan
merupakan sumbangan bagi tercapainya kinerja setiap fungsi organisasi dan pada gilirannya kinerja
fungsi organisasi memberi sumbangan terhadap pencapaian kinerja organisasi (Atmayana, 2016).
Gaya kepemimpinan transformasional merupakan perilaku pemimpin dalam mempengaruhi
bawahan dengan tujuan mau bekerja secara produktif dalam rangka pecapaian tujuan organisasi
(Hasibuan, 2008). Budaya organisasi adalah perekat sosial yang mengikat anggota dari organisasi.
Budaya yang kuat akan mendukung perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan (Tiyanto,
2009). Sedangkan menurut Edgar Schein dalam Tahir (2014), budaya organisasi adalah pola
asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat mereka
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja
cukup baik serta dianggap berharga, dan arena itu diajarkan pada anggota baru sebagai tata cara
yang benar untuk menyadari, berfikir dan merasakan hubungan dengan masalah tersebut. Motivasi
didefinisikan sebagai keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Tahir, 2014).
Hasil wawancara prasurvei dengan 15 karyawan didapatkan bahwa motivasi karyawan
dalam meningkatkan kinerja sangat kurang hal tersebut dikarenakan bonus yang diberikan oleh
pihak perusahaan apabila karyawan memenuhi target kerja tidak terealisasi, sehingga karyawan
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 2
kurang termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Selain itu berdasarkan wawancara di temukan
bahwa pengawasan oleh beberapa pimpinan terhadap karyawan kurang, yaitu pimpinan dalam satu
minggu jarang mengecek kondisi karyawan, dimana karyawan merasa adanya pimpinan dan tidak
adanya pimpinan sama saja. Budaya organisasi tergambar dari kurangnya partisipasi karyawan
dalam kegiatan seperti pelaksanaan rapat yang dilaksanakan bagi seluruh karyawan dan staf
sehingga karyawan dapat menghambat proses pengambilan keputusan atau kebijakan yang diambil
oleh perusahaan. Terkadang karyawan tidak mengikuti kegiatan atau rapat dengan atau tanpa
memberikan alasan, dan hal ini menjadi kebiasaan karena dengan mudah hanya mengajukan ijin
untuk tidak mengikuti kegiatan. Seharusnya karyawan dapat melaksanakan peraturan-peraturan
yang telah disepakati bersama.
Perbedaan hasil penelitian mengenai Gaya kepemimpnan, motivasi kerja dan budaya
organisasi terhadap kinerja karyawan dengan hasil yang berbeda, seperti Sarita (2009) dan
Brahmasari (2008) dimana kedua penelitian tersebut memiliki hasil penelitian yang berbeda
dimana gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja memiliki peerbedaan pengaruh
terhadap kinerja. Kedua penelitian tersebut belum mengarah pada motivasi kerja yang berhubungan
dengan tujuan karyawan bekerja dan pada kinerja belum mengarah pada proses kerja. Untuk
penelitian fauzi (2016) dan Maabuat (2016) juga memiliki perbedaan hasil penelitian menenai
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, kedua peneliti belum mengarah pada
budaya organisasi berorientasi pada tim.
Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan dan kajian penelitian terdahulu maka
penulis tertarik untuk mengkaji mengenai “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional,
Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Karyawan PD BPR
BKK Taman Pemalang”.
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga hipotesis dua
dalam penelitian ini adalah .
H2 : Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi adalah dorongan dari individu yang menggerakan jiwa dan raga individu kearah
yang lebih baik dalam bertindak dan bertingkah laku, sehingga dengan adanya motif maka orang
akan tergerak jasmaninya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Motivasi akan dapat berpengaruh pada kinerja karyawan dikarenakan degan adanya motivasi dari
diri karyawan dan dari luar karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan yang
semakin baik pula. Karyawan memerlukan motivasi agar kinerjanya meningkat, karena kinerja
merupakan pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun
kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh
organisasi, sehingga motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Penelitian terdahulu tentang motivasi kerja karyawan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan seperti yang telah diteliti oleh Theodora (2015), Larasati (2014) dan Onanda (2015) yang
menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,
sehingga hipotesis tiga dalam penelitian ini adalah
H3 : Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
Penelitian ini menggunakan tiga veriabel bebas (independen) yaitu Gaya Kepemimpinan
(X1), budaya organisasi (X2), motivasi kerja (X3) sedangkan variabel terikatnya (dependen) adalah
Kinerja Karyawan (Y). Maka, dapat digambarkan hubungan variabel independen dan variabel
dependen sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1) H1
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Tabel 1
Devinisi Variabel dan Indikator
No Variabel Definisi Variabel Indikator
1 Gaya Cara seorang pemimpin Mendahulukan
Kepemimpinan mempengaruhi perilaku bawahan, kepentingan umum dan
transformasional agar mau bekerja sama dan bekerja menginspirasi
(X1) secara produktif untuk mencapai Mendorong kearah yang
tujuan organisasi. lebih baik
Berusaha mempengaruhi
bawahanya
Memantau pelaksanaan
3
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 4
4
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 5
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara).
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, motivasi
kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, maka tempat dalam penelitian ini adalah
kantor PD BPR BKK Taman Pemalang yang akan dikumpulkan, diolah dan dianalisis, maka
metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi yaitu pencarian bahan-bahan atau
teori-teori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti dan studi lapangan, yaitu penelitian langsung terhadap
instansi yang merupakan tempat penelitian dengan metode wawancara dan penyebaran kuesioner
Metode Analisis Data
Untuk menguji apakah instrumen dapat dipertanggung jawabkan atau tidak, maka terlebih
dahulu harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk
melihat sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dan
koefisien determinan (Uji R2)
Pengujian Hipotesis
Sebelum menguji hipotesis data penelitian maka perlu adanya uji asumsi klasik, hal tersebut
dikarenakan uji asumsi klasik merupakan pra syarat dalam menganalis hipotesis menggunakan uji
regresi linier berganda, uji hipotesis yang akan digunakn antara lain uji determinasi, uji t, dan uji F.
Untuk uji asumsi klasik akan digunakan uji normalitas dan uji multikolinieritas.
5
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 6
Analisis Data
Hasil uji koefisien determinasi dapat digambarkan pada tabel uji koefisien determinasi
sebagai berikut.
Tabel 3
Hasil Uji Regresi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .914a .835 .828 .86037
a. Predictors: (Constant), mo_tot, bo_tot, gk_tot
b. Dependent Variable: kk_tot
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2017
Berdasarkan nilai R Square menentukan koefisien determinasi dimana merupakan salah satu
kriteria dalam menentukan bahwa variabel bebas yang dipilih dapat dengan tepat menjelaskan
variabel terikat. Pada tabel 3 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,828, dimana variasi
dari variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan dengan variabel gaya kepemimpinan, variabel
budaya organisasi, dan variabel motivasi kerja sebesar 82.8%, sedangkan sisanya sebesar 17.2%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
Tabel 4
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 266.190 3 88.730 119.868 .000a
Residual 52.557 71 .740
Total 318.747 74
a. Predictors: (Constant), mo_tot, bo_tot, gk_tot
b. Dependent Variable: kk_tot
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2017
Tabel 4 merupakan tabel Anova atau F test, dimana tabel 4 digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (bebas) dengan variabel
terikat dalam uji regresi. Dengan kata lain, tabel 4 juga digunakan untuk menentukan apakah
hipotesa diterima atau ditolak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi atau
Sig dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali, 2010):
Jika angka siginifkansi penelitian < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika angka signifikansi penelitian > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak.
Dari uji Anova atau F test didapat nilai F hitung sebesar 119,868 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini
menyatakan bahwa Hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel gaya kepemimpinan, variabel budaya organisasi dan variabel motivasi
kerja secara bersama-sama terhadap variabel kinerja karyawan.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 7
Tabel 5
Hasil Uji Analisis Regresi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .219 .762 .287 .775
gk_tot .131 .039 .176 3.348 .001
bo_tot .117 .035 .174 3.335 .001
mo_tot .530 .037 .761 14.426 .000
a. Dependent Variable: kk_tot
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 5 dapat dideskripsikan bahwa variabel kinerja karyawan dipengaruhi oleh
variabel gaya kepemimpinan, variabel budaya organisasi dan motivasi kerja dengan persamaan
matematis :
Y = 0,176 X1 + 0,174 X2 + 0.761 X3
Persamaan di atas menyatakan bahwa koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan
transformasional bernilai 0,176 artinya variabel gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan. Koefisien regresi variabel budaya organisasi bernilai 0,174
artinya variabel budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Koefisien
regresi variabel motivasi kerja bernilai 0,761 artinya variabel motivasi kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan. Hasil uji regresi juga menemukan bahwa variabel motivasi kerja (β =
0,761; p < 0,05) lebih kuat mempengaruhi variabel kinerja karyawan dari pada variabel gaya
kepemimpinan transformasional (β = 0,176; p < 0,05) dan variabel budaya organisasi (β = 0,174; p
< 0,05).
Berdasarkan tabel 5 melalui ketiga variabel independen yang dimasukkan secara bersama-
sama ke dalam model regresi, ketiga variabel tersebut terbukti signifikan mempengaruhi variabel
kinerja karyawan karena nilai Sig lebih kecil dari 0,05; berikut penjelasan mengenai hasil uji t dari
masing-masing variabel. Pertama, nilai uji t pada variabel gaya kepemimpinan transformasional
memiliki nilai uji t sebesar 3.348, dan nilai p value sebesar 0,001. Nilai p value < 0,05 maka
hipotesis yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan diterima. Kedua, nilai uji t pada variabel budaya organisasi
memiliki nilai uji t sebesar 3.335, dan nilai p value sebesar 0,001. Nilai p value < 0,05 maka
hipotesis yang menyatakan budaya oraganisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan diterima. Ketiga, nilai uji t pada variabel motivasi kerja memiliki nilai uji t sebesar
14.426, dan nilai p value sebesar 0,000. Nilai p value < 0,05 maka hipotesis yang menyatakan
motivasi kerja berpengaruh positif dan sigifikan terhadap kinerja karyawan diterima
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PD BPR BKK Taman Pemalang dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hipotesis yang dibuat, akan dijelaskan lebih lanjut pada
pembahasan pengaruh masing-masing variabel.
Hasil penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
karyawan dapat dilihat dari nilai uji t. Nilai signifikasi pada uji t untuk pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan bernilai 0.001 lebih kecil dari 0,05 artinya gaya
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian tentang gaya kepemimpinan transformasional didapatkan skor paling tinggi
terletak pada inti pernyataan pemantauan sering dilakukan atasan dengan rata-rata 3,55 dan nilai
paling rendah dengan inti pernyataan atasan mendahulukan kepentingan organisasi daripada
kepentingan sendiri dengan skor rata-rata 3,39. Gaya kepemimpinan merupakan hubungan timbal
balik antara bawahan dengan atasan dimana dalam hubungan tersebut terdapat saling
mempengaruhi anatar pimpinan dengan bawahan, pimpinan menginginkan bawahan untuk
7
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 8
mengikuti pemimpin sehingga dapat menimbulkan perubahan yang nyata dan dapat mewujudkan
tujuan bersama, kepemimpinan melibatkan hubungan yang lebih dalam antara bawahan dan
pimpinan sehingga dapat terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga dengan adanya gaya
kepemimpinan maka akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan
gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh pemimpin dimana pemimpin
mendahulukan kepentingan perusahaan dari pada kepentingan pribadi, disamping itu pemimpin
juga selalu memeriksa apa yang di kerjakan oleh karyawan, dengan gaya kepemimpinan tersebut
maka dapat berdampak pada kinerja karyawan karena karyawan akan lebih memeriksa tugas yang
diberikan agar karyawan tidak mendapatkan teguran oleh pimpinan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh .Jena Sarita (2009), Paracha (2012) dan Tuti Azra (2012)
yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
dimana gaya kepemimpinan yang baik akan menghasilkan kinerja yang tinggi.
Hasil penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dapat
dilihat dari nilai uji t. Nilai signifikasi pada uji t untuk pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan bernilai 0.019 lebih kecil dari 0,05, artinya terdapat pengaruh budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian didapatkan budaya
organisasi dengan nilai rendah terdapat pada inti pernyataan karyawan dapat menjadikan dirinya
sebagai gambaran perusahaan medapatkan rata-rata 2,51 sedangkan skor tertinggi dengan inti
pernyataan Atasan menganjurkan kepada karyawan untuk bertindak sesuai dengan kemampuanya
dalam bekerja dengan rata-rata 3,29. Budaya dapat merefleksikan asumsi tentang karyawan dan
jenis kegiatan-kegiatan individu yang terikat dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi dapat
mengikat antar individu dan dapat menjadi identitas organisasi sehingga dengan budaya organisasi
yang baik maka akan menciptakan kinerja yang baik pula. Budaya organisasi sebagai perspektif
untuk memahami perilaku individu dan kelompok dalam suatu organisasi, juga memiliki
keterbatasan. Pertama budaya bukan satu-satunya cara untuk memandang organisasi. Kedua
budaya organisasi belum tentu didefinisikan sama oleh dua ahli teori atau peneliti. Maka “budaya
organisasi adalah apa yang diperspektifkan karyawan dan cara persepsi ini menciptakan suatu pola
keyakinan, nilai dan ekspektasi, dengan hal ini maka budaya organisasi akan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Hasil kuesioner penelitian di dapatkan bahwa budaya organisasi yang terdapat di
perusahaan yaitu pemimpin mendorong para karyawan untuk lebih berinovasi dan memberikan
kebebsan pada karyawan untuk berkompetisi yang baik dalam bekerja dan budaya yang menjadi
gambaran perusahaan adalah karyawan itu sendiri, yaitu apabila karyawan baik maka akan
tercermin kondisi perusahaan yang baik pula. Budaya organisasi akan dapat berdampak pada
karyawan untuk lebih meningkatkan hasil yang baik demi kemajuan perusahaan. Hasil penelitian
yang telah didapatkan sesuai dengan penjelasan Muhammad Fauzi (2016), Shahzad (2012), dan
Nikpour (2017) yang menyatakan bahwa budaya organisasi akan berpengaruh pada kinerja
karyawan, budaya organisasi yang baik akan berdampak pada tingginya kinerja karyawan sehingga
semakin kuat budaya organisasi perusahaan maka semakin tinggi kinerjanya.
Hasil penelitian mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dapat dilihat
dari nilai uji t. Nilai signifikasi pada uji t untuk pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
bernilai 0.000 lebih kecil dari 0,05 artinya motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan tanggapan hasil penelitian yang didapatkan mengenai
motivasi kerja nilai paling tinggi dengan rata-rata 3,85 yaitu pada pernyataan karyawan patuh
dengan perintah atasan sedangkan indeks skor terendah dengan rata-rata 3,63 pada pernyataan
dorongan karyawan bekerja berasal dari dirinya sendiri. Dorongan dalam diri karyawan dan
dorongan yang berasal dari luar karyawan akan menggerakan jasmani jiwa dan raga dalam berbuat
dan bertingkah laku untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan, individu akan
memiliki motivasi yang berbeda karena motivasi bertolak pada keadaan individu yang terdorong
melakukan sesuatu. Begitu juga dengan karyawan yang butuh motivasi untuk meningkatkan
kinerjanya. Karyawan memerlukan motivasi agar kinerjanya meningkat, karena kinerja merupakan
nilai kuantitas dan kualitas hasil dari sebuah organisasi dalam menghasilkan sesuatu produk atau
jasa yang telah ditetapkan oleh organisasi, dengan adanya motivasi akan dapat mendongkrak
kinerja organisasi, sehingga motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja. Hasil penelitian tentang
motivasi kerja dapat digambarkan bahwa karyawan akan terpacu mengatasi masalah yang timbul
dengan sebaik-baiknya, dan akan mendorong karyawan dalam bekerja. Dengan adanya dorongan
8
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 9
dalam diri karyawan maka karyawan akan membuat penilaian sendiri terhadap tugas yang
dilaksanakan, memeriksa tugas yang diberikan atasan, dan selalu memanfaatkan fasilitas yang
diberikan untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian yang telah dikemukakan sesuai dengan
yang diutarakan oleh Olivia Theodora (2015), Onanda (2015) dan Sindi Larasati (2014) yang
mengutarakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, semakin kuat
motivasi karyawan maka akan semakin kuat pula kinerja karyawan tersebut.
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arwildayanto. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi Pendekatan Budaya
Kerja Dosen Profesional. Gorontalo: Ideas Publisher
Atmayana, Kadek Gelgel. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Disiplin Kerja
dan Imbalan Financial Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Unud Vol. 5 No. 2. 2016
Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azra, Tuti. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Polibisnis Vol 4 No. 1 April 2012
Brahmasari, Ida Ayu. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 10 No. 1 september 2008
Diputra, I Nyoman Yoeka. 2016. Pengaruh Kompensasi Kepemimpinan dan Lingkungan kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Hotel Griya Santrian. Jurnal Unud Vol. 5 No. 4.
2016
9
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 10
Fauzi, Muhammad. 2016. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan dengan Komitmen organisasi Sebagai Variabel Intervening. Journal Of
Management Vol. 2 No. 3 Maret 2016.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
UNDIP
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
Hendarto. 2009. Pengaruh gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Guru. Jurnal
Excelent Vol. 1 No. 2 Septeber 2009
Ivancivich, John. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jilid 1. Jakarta: Erlanga.
Larasati, Sindi. 2014. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Wilayah Telkom
Jabar Barat Utara (Witel Bekasi). Jurnal manajemen dan organisasi Ilmu administrasi
bisnis Universitas Telkom Bandung vol V No. 3 Desember 2014
Maabuat, Edward. 2016. Pengaruh Kepemimpinan, Orientasi kerja dan budaya organisasi
Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 16. No. 1 tahun 2016
Malik, Abdul. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja Guru Sma
Assalaam Surakarta Dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol. 7 No 1 Juni 2013. P. 53-66
Nikpour, Amin. 2017. The Impact of Transformational Leadership Style on Organizational
Performance: Evidence from Jordan. International Journal of Organizasional
Leadership. Vol 6 p. 65-72
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Orabi, Thareq Ghaleb. 2016. The Impact of Transformational Leadership Style on Organizational
Performance: Evidence from Jordan. Journal International of Human Resouce Studies.
Vol 6 No 2
Paracha, Umer. 2012. Impact of Leadership Style (Transformational & Transactional Leadership)
On Employee Performance & Mediating Role of Job Satisfaction” Study of Private
School (Educator) In Pakistan. Journal Global Of Management And Busines Reseach.
Vol 12 Ver 10 ISSN: 0975-5853
Prihono. 2016. Pengaruh Motivasi, Budaya Organisasi Dan Spiritualitas Pada Kinerja Pegawai
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Di Provinsi Bali. E Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Bisnis Udayana (2016): 2063-2090
Priyono dan Marnis. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo: Zifatama Publisher
Priyono. 2007. Pengantar Manajemen. Sidoarjo: Zifatama Publisher
_. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo: Zifatama Publisher
Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang: Tunggal
Mandiri Publishing
Rahmawati, Novita Rizqi. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ridwan. 2012. Analisis Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Otonomi Vol. 1 No. 3 Juli 2012
10
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 11
Theodora, Olivia. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Sejahtera
Motor Gemilang. Jurnal AGORA Vol. 3 No. 2 2015
Tiyanto, Prihatin. 2009. Manajemen Unggul Konsep dan Aplikasi Untuk Bisnis. Palu: Edukasi
Mitra Grafika
. 2010. Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia Era Abad 21. Palu: Edukasi
Mitra Grafika
11
Review Jurnal 5
Identitas Jurnal:
Jurnal Manajemen
Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 1-11