PENDAHULUAN
1
organisasi, mengendalikan perilaku ( efektifitas dan efesiensi organisasi ), dan
melakukan perubahan dan pengembangan organisasi.
2.2. SIKAP
Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Untuk benar-benar memahami sikap,
kita harus mempertimbangkan karakteristik fundamental mereka. Sikap memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh
karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan.
Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan
dipelajari. Namun kecenderungannya sikap bersifat tetap.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi terhadap
objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maka ia akan menunjukkan sikap
yang negatif pada kelompok orang tersebut.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan berlangsung lama
bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang maka sikap relaatif dapat
berubah.
5. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif.
Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.
2.2.1. Komponen utama sikap
Ada tiga komponen utama dari sikap yang lebih dikenal dengan komponen ABC,
yaitu:
1. Komponen Affection (Afektif), segmen emosional atau perasaan suka atau tidak suka
terhadap obyek sikap.
2. Komponen Behaviour (Perilaku), yang menyatakan niat untuk atau berperilaku dalam cara
tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
3. Komponen Cognitive (Kesadaran), segmen opini dimana komponen ini menyatakan
keyakinan dari sikap.
Contoh dalam sebuah perusahaan terdapat seorang pemimpin yang otoriter atau
“keras”. Maka para bawahannya akan memiliki sikap yang berbeda-beda. Ada yang bersikap
positif, ada juga yang bersikap negatif. Mereka yang bersikap positif biasanya loyal terhadap
pemimpin tersebut. Karena mereka menyukai pemimpin tersebut, dan sadar dan yakin bahwa
hal tersebut digunakan untuk mendidik mereka. Sehingga mereka berperilaku patuh dan taat
terhadap pemimpinnya. Sedangkan mereka yang bersikap negative akan berperilaku
cenderung melawan dan berontak terhadap pemimpinnya.
2.2.2. Konsistensi sikap
Sikap bukanlah sesuatu yang menetap, tapi sikap dapat juga berubah karena satu dan
lain hal. Perubahan sikap ini mampu menjadikan orang yang tadinya bersikap negatif
terhadap obyek sikap, menjadi lebih positif. Atau sebaliknya orang yang tadinya bersikap
positif menjadi negatif terhadap obyek sikap.
Pada akhir tahun 1957-an, Leon Festinger mengemukakan teori ketidaksesuain
kognitif (cognitive dissonance theory), yang menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku.
Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi di antara sikap
mereka serta antara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu berusaha untuk
menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan perilaku mereka sehingga mereka
terlihat rasional.
Ketika terdapat ketidakkonsistenan, timbulah dorongan untuk mengembalikan
individu tersebut ke keadaan seimbang , dimana sikap dan perilaku kembali konsisten. Ini bisa
dilakukan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku, atau dengan mengembangkan
rasionalisasi untuk ketidaksesuaian.
Contohnya memberi tahu anak-anak untuk membersihkan gigi perlu dilakukan setiap
hari, namun Anda tidak melakukannya. Apabila elemen yang menghasilkan ketidaksesuaian
relative tidak penting, tekanan untuk memperbaiki ketidakseimbangan akan rendah.
1. Kepuasan kerja (jobs satisfaction) adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
2. Keterlibatan pekerjaan (job involvement) adalah mengukur sampai dimana individu secara
psikilogis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang di
capai sebagai bentuk penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan
pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan
yang mereka lakukan.
3. Komitmen organisasional (organizational commitment) merupakan suatu keadaan di mana
seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
a. Komitmen afektif, adalah perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam
nilai-nilainya.
b. Komitmen berkelanjutan, nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu
organisasi bila dibandingkan dengan membandingkan organisasi tersebut.
c. Komitmen normatif, kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan
moral atau etis.
Motivasi
Sikap
Perilaku individu
Persepsi
Kepribadian
Pembelajara
nnnn
Kemampuan
Wayan Gede Suparta – Desak Ketut Sintaasih., “Pengantar Perilaku Organisasi”, Buku 1, Penerbit
Setia Bakti,.Denpasar2017.
Robbins Stephen. P – Judge Timothy A. , “Perilaku Organisasi” Organizational Bahavior, Buku I,
Edisi 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2008.
http://priscaholi-perilakuorganisasi.blogspot.co.id/2014/03/nilai-sikap-dan-kepuasan-
kerja.html, diakses tanggal 19 April 2021