Anda di halaman 1dari 5

1.

pengertian perilaku organisasi

Perilaku organisasi merujuk pada studi tentang bagaimana individu dan kelompok berinteraksi di
dalam konteks organisasi. Ini melibatkan pemahaman tentang perilaku individu, perilaku kelompok,
struktur organisasi, budaya organisasi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi bagaimana
organisasi beroperasi dan mencapai tujuan mereka.

Perilaku organisasi melibatkan analisis dan penelitian tentang bagaimana individu bertindak,
berkomunikasi, membuat keputusan, dan berinteraksi di tempat kerja. Hal ini juga melibatkan
bagaimana individu dan kelompok beradaptasi dengan perubahan, bekerja sama dalam tim,
mempengaruhi satu sama lain, dan memanfaatkan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
bersama.

Beberapa konsep yang terkait dengan perilaku organisasi meliputi motivasi, kepemimpinan,
komunikasi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, budaya organisasi, konflik, perubahan organisasi,
pembelajaran organisasi, dan banyak lagi. Penelitian dalam bidang perilaku organisasi bertujuan
untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dan kelompok, serta
bagaimana perilaku tersebut dapat mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.

Perilaku organisasi juga mencakup aspek struktural dari organisasi, seperti desain organisasi,
pembagian tugas, hierarki, koordinasi, dan pengambilan keputusan. Studi tentang perilaku organisasi
membantu organisasi dalam memahami dan mengelola faktor-faktor ini untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.

Dengan mempelajari perilaku organisasi, organisasi dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang


mungkin muncul di tempat kerja, mengembangkan strategi untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas, membangun budaya kerja yang positif, meningkatkan kepuasan karyawan, dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan inklusif

Dalam rangka mencapai kesuksesan jangka panjang, organisasi perlu memahami dan mengelola
perilaku individu dan kelompok dengan bijaksana. Studi tentang perilaku organisasi memberikan
kerangka kerja yang diperlukan untuk memahami dinamika manusia di dalam organisasi dan
menerapkan praktik-praktik terbaik dalam mengelola sumber daya manusia.

2. tingkat analisis perilaku organisasi

Perilaku organisasi dapat dianalisis pada beberapa tingkat yang berbeda, yang mencakup:

1. Tingkat Individu: Analisis pada tingkat individu melibatkan memahami perilaku individu di dalam
organisasi. Ini meliputi faktor-faktor seperti motivasi, kepribadian, sikap, persepsi, dan nilai-nilai
individu yang mempengaruhi perilaku mereka di tempat kerja. Pada tingkat ini, analisis dapat
dilakukan untuk memahami faktor-faktor yang memotivasi individu, kepuasan kerja, komitmen
organisasi, tingkat stres, dan tingkat keterlibatan di tempat kerja.

2. Tingkat Kelompok: Analisis pada tingkat kelompok melibatkan memahami bagaimana individu
berinteraksi dalam kelompok di dalam organisasi. Ini meliputi dinamika kelompok, proses
pengambilan keputusan kelompok, konflik, kerjasama tim, dan efektivitas kelompok dalam mencapai
tujuan. Pada tingkat ini, analisis dapat dilakukan untuk memahami bagaimana faktor-faktor seperti
komunikasi, kepemimpinan, peran kelompok, dan norma kelompok mempengaruhi perilaku individu
dalam konteks kelompok.

3. Tingkat Organisasi: Analisis pada tingkat organisasi melibatkan memahami perilaku individu dan
kelompok dalam konteks keseluruhan organisasi. Ini meliputi faktor-faktor seperti struktur organisasi,
budaya organisasi, perubahan organisasi, dan sistem reward. Pada tingkat ini, analisis dapat
dilakukan untuk memahami bagaimana struktur organisasi mempengaruhi perilaku individu dan
kelompok, bagaimana budaya organisasi memengaruhi nilai-nilai dan norma perilaku, serta
bagaimana perubahan organisasi dapat mempengaruhi respons individu dan kelompok.

4. Tingkat Lingkungan Eksternal: Analisis pada tingkat lingkungan eksternal melibatkan memahami
bagaimana faktor-faktor di luar organisasi mempengaruhi perilaku individu dan kelompok. Ini
meliputi faktor-faktor seperti persaingan industri, regulasi pemerintah, tren sosial, dan dinamika
pasar. Analisis pada tingkat ini membantu organisasi dalam menyesuaikan strategi dan mengatasi
tantangan yang ada di lingkungan eksternal.

Penting untuk memahami bahwa tingkat analisis ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Perilaku
individu berkontribusi pada perilaku kelompok, yang pada gilirannya membentuk perilaku organisasi
secara keseluruhan. Analisis perilaku organisasi pada berbagai tingkat ini membantu organisasi dalam
mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi yang sesuai, dan menciptakan lingkungan kerja
yang efektif dan produktif.

3. isu isu yang ada

Perilaku individu dalam organisasi merupakan topik yang kompleks dan memiliki banyak isu yang
terkait. Berikut adalah beberapa isu seputar perilaku individu dalam organisasi yang dapat ditemukan
dari hasil pencarian:

- **Faktor individu dan stres**: Faktor individu seperti kepribadian, sikap, dan nilai dapat
mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Salah satu dampaknya adalah stres, yang dapat
memengaruhi kesehatan dan kinerja individu

- **Kreativitas**: Kreativitas juga merupakan isu penting dalam perilaku individu dalam organisasi.
Kreativitas dapat membantu organisasi untuk berinovasi dan berkembang, namun juga dapat
dipengaruhi oleh faktor individu seperti kepribadian dan lingkungan kerja

- **Kontribusi dan kompensasi**: Kontribusi dan kompensasi juga merupakan isu penting dalam
perilaku individu dalam organisasi. Individu dapat memberikan kontribusi berupa usaha,
kemampuan, keahlian, loyalitas, waktu, dan kompetensi, sedangkan organisasi dapat memberikan
kompensasi berupa upah, kepastian dan keamanan kerja, benefit, peluang karir, status, dan peluang
promosi

- **Lokus pengendalian**: Lokus pengendalian adalah isu yang terkait dengan keyakinan individu
tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan perilaku dan keberhasilan mereka dalam
organisasi. Lokus pengendalian internal mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka
bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi, sedangkan lokus pengendalian eksternal
mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih
dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi

- **Peran tingkatan hierarki**: Peran tingkatan hierarki juga merupakan isu yang terkait dengan
perilaku individu dalam organisasi. Individu yang tingkat authoritarianism-nya tinggi cenderung
memiliki keyakinan yang kuat terhadap peran tingkatan hierarki dalam organisasi dan kaitannya
dengan kekuasaan dalam organisasi

Dalam keseluruhan, perilaku individu dalam organisasi merupakan topik yang kompleks dan memiliki
banyak isu yang terkait. Isu-isu tersebut dapat memengaruhi kesehatan, kinerja, dan keberhasilan
organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami isu-isu
tersebut dan mengelola perilaku individu dengan baik.

4. Tujuan memahami perilaku organisasi

Memahami perilaku organisasi memiliki beberapa tujuan yang penting. Berikut adalah beberapa
tujuan utama dalam mempelajari perilaku organisasi:

1. Meningkatkan efektivitas organisasi: Salah satu tujuan utama memahami perilaku organisasi
adalah untuk meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan. Dengan memahami bagaimana
individu, kelompok, dan struktur organisasi berinteraksi, manajer dan pemimpin dapat
mengembangkan strategi dan kebijakan yang lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Meningkatkan kinerja individu: Memahami perilaku organisasi membantu dalam mengidentifikasi


faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu di tempat kerja. Dengan memahami motivasi,
kepuasan kerja, komunikasi, dan dinamika kelompok, manajer dapat menciptakan lingkungan kerja
yang mendukung dan memotivasi karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

3. Meningkatkan kepuasan kerja dan kesejahteraan karyawan: Studi perilaku organisasi membantu
dalam memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja dan kesejahteraan
karyawan. Dengan memahami kebutuhan dan harapan karyawan, organisasi dapat menciptakan
lingkungan kerja yang lebih baik, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

4. Meningkatkan manajemen perubahan: Perubahan adalah bagian yang tak terhindarkan dalam
kehidupan organisasi. Memahami perilaku organisasi membantu dalam mengelola perubahan secara
efektif. Dengan pemahaman yang baik tentang bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan dan
bagaimana mengelola resistensi terhadap perubahan, manajer dapat merencanakan dan
mengimplementasikan perubahan organisasi dengan lebih baik.

5. Meningkatkan efektivitas kepemimpinan: Studi perilaku organisasi membantu dalam memahami


faktor-faktor yang membuat seorang pemimpin efektif. Memahami gaya kepemimpinan, komunikasi
efektif, motivasi, dan pengaruh sosial dapat membantu pemimpin dalam mengembangkan
keterampilan kepemimpinan yang lebih baik dan mencapai tujuan organisasi.

6. Mengurangi konflik dan meningkatkan kolaborasi: Memahami perilaku organisasi membantu


dalam mengurangi konflik antara individu atau kelompok di tempat kerja. Dengan memahami
sumber-sumber konflik dan teknik penyelesaiannya, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung kolaborasi, kerjasama, dan kerukunan di antara anggota tim.

Memahami perilaku organisasi sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana orang berperilaku di tempat kerja dan bagaimana
faktor-faktor organisasional mempengaruhi perilaku tersebut, manajer dan pemimpin dapat
mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif
dan memotivasi.

5. 3 pendekatan teoritikal dalam memahami kepribadian

Dalam perkembangannya, teori kepribadian memiliki tiga pendekatan,

yaitu: pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis dan pendekatan humanis.

Teori Kepribadian Sifat (Trait) didasarkan pada alasan predisposisi mengarahkan perilaku individu
dalam pola yang konsisten. Menurut Allport dalan Gibson (1996) sifat (Trait) adalah merupakan batu
bata ibarat pondasi dari suatu bangunan, alasan, tindakan, sumber keunikan individu. Sifat adalah
dugaan kecenderungan yang mengarahkan perilaku secara konsisten dan ciri karakteristik tertentu.
Sifat menghasilkan konsistensi pada perilaku, karena sifat melanjutkan atribut dan cakupannya
secara umum dan luas.

Teori Kepribadian Psikodinamis menurut Freud bahwa perbedaan kepribadian individu itu karena
setiap orang mempunyai dasar yang berbeda. Ia membagi kepribadian menjadi tiga bagian, yaitu: id,
ego dan superego. Id adalah system kepribadian yang paling dasar, system yang di dalamnya terdapt
naluri-naluri bawaan. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu
kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Berdasarkan fungsinya tersebut maka ego bertindak sebagai penengah konflik, seringkali ego harus
kompromi, untuk mencoba dan memuaskan Id dan Superego. Superego adalah sistem kepribadian
yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik buruk), dimana
nilai-nilai termasuk di dalamnya sikap moral tersebut dibentuk oleh masyarakat. Superoego sering
bertentangan dengan Id, Id ingin melakukan apa yang dirasa baik sementara Superego memaksa
melakukan apa yang “benar”.

Teori Kepribadian Humanistik menurut Roger dalam Gibson (1996) pendekatan untuk memahami
kepribadian menekankan pada perkembangan individu dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan
dalam memahami kepribadian adalah humanistik (berpusat pada manusia) dan percaya bahwa yang
paling dasar dari organisme manusia adalah untuk aktualisasi diri.

6. pembentukan sikap dan perilaku individu

Pembentukan sikap dan perilaku individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga
pendidikan, dan lembaga agama. Proses pembentukan sikap dapat terjadi melalui empat macam,
yaitu adopsi, pengalaman langsung, pengaruh sosial, dan pengaruh lingkungan[2]. Selain itu, sikap
juga dapat terbentuk melalui asosiasi, seperti classical conditioning dan more exposure

Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif Sikap berkaitan dengan kebutuhan
individu, seperti fisiologis, keselamatan, sosial, hargadiri, dan aktualisasi diri. Sikap juga memiliki
target, arah, dan intensitas
Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologikal, keamanan,
psikologikal, dan intelektual. Untuk memahami motivasi individu, dapat dilihat dari indikator-
indikatornya, seperti durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan, ketabahan,
keuletan, kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, devosi, pengorbanan untuk
mencapai tujuan, tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, dan tingkat
kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.

Bentuk perilaku salah suai (maldjustment) dapat berupa agresi marah, kecemasan tak berdaya,
regresi, fiksasi, represi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, dan kompensasi

Berbagai faktor tersebut, dalam mengajarkan sikap, harus dimanipulasi secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama demi terbentuknya sikap positif yang bersifat persuasif sehingga dipahami dan
diterima oleh penerima informasi. Proses pembentukan sikap dapat diukur melalui laporan diri,
laporan orang lain, sosiometrik, dan catatan

7.kesimpulan

Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti stres, kepribadian, motivasi, dan nilai-
nilai pribadi. Tingkat individu kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam hubungannya
dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam suatu organisasi. Perilaku individu dalam
organisasi dapat dipengaruhi oleh dinamika kelompok, aturan kelompok, dan nilai-nilai yang dianut
oleh kelompok. Organisasi perlu memahami karakteristik, sikap, dan perilaku dari setiap individu
untuk mencapai kinerja yang tinggi. Evaluasi kinerja yang akurat, pemberian imbalan yang tepat, dan
umpan balik yang tepat dapat membantu mempertahankan individu dalam rangkaian perilaku dan
kinerja yang baik

Anda mungkin juga menyukai