Anda di halaman 1dari 13

RESUME

PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI

“PERILAKU DAN WAWASAN ORGANISASI”

Naman : Hadi Wiono


NIM: 20103037
Kelas : MPI 2
Semester: 5

Dosen Pengampu
Dr. Sri Dewi Lisnawaty, S.Ag.,M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMAN
SEPTEMBER 2022
A. Pengenalan Konsep Perilaku Organisasi
1. Pengertian Perilaku Organisasi
Dalam bidang studi perilaku organisasi, kita berupaya memahami
organisasi dengan perspektif manusia sebagai titik sentralnya. Penjelasan
ini sekali lagi menegaskan bahwa tema pokok dari perilaku organisasi
adalah manusia. Namun, karena manusia itu sendiri sebagai objek studi
dan bersifat multi perspektif, tidak semua aspek yang berkaitan dengan
manusia akan menjadi tema pokok dalam bidang studi ini. Hanya aspek-
aspek manusia yang relevan dan terkait dengan organisasi yang menjadi
pusat perhatian bidang studi perilaku organisasi.
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi terapan yang
mempelajari perilaku manusia dalam organisasi, baik manusia dalam
kapasitasnya sebagai individu maupun manusia sebagai kelompok, serta
hubungan antara manusia dan variabel yang releven dengan organisasi
dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi dan kepuasan kerja
karyawan. Variabel-variabel tersebut adalah dimensi-dimensi organisasi
dan lingkungan organisasi.
2. Tantangan dan Kesempatan Bagi Perilaku Organisasi
Dewasa ini semakin banyak para manajer menyadari pentingnya
mempelajari Perilaku organisasi . Hal ini sangat berarti karena mau tidak
mau banyak masalah dalam organisasi yang membutuhkan pemecahan
melalui pendekatan konsep Perilaku organisasi. Sebagai gambaran dapat
dilihat dari adanya perubahan yang begitu cepat melanda organisasi,
sehingga para manajer dituntut untuk dapat segera menangani perubahan
tersebut. Misalnya manajemen diuji kemampuannya dalam hal merespon
globalisasi, mengelola beragam tenaga kerja, meningkatkan kualitas dan
produktivitas, memperbaiki keterampilan karyawan, menangani
“temporariness” (kesementaraan), menstimulasi inovasi dan mampu
menciptakan perilaku yang beretika. Lima tantangan untuk mengelola
Perilaku organisasi yaitu:1

1
George, Jennifer M dan Gareth R. Jones. (2002), Organizational Behavior. 3th edition.
NJ: Prentice Hall.

2
1) Bagaimana menggunakan teknologi informasi untuk mendorong
kreativitas dan “organizational learning”.
2) Bagaimana mengunakan sumber daya manusia guna mancapai
keunggulan bersaing.
3) Bagaimana membangun suatu organisasi yang etis/beretika .
4) Bagaimana mengelola beragam tenaga kerja.
5) Bagaimana mengelola lingkungan global yaitu mengelola Perilaku
organisasi sebagai perluasan organisasi secara internasional.
B. Ruang Lingkup Organisasi
Dalam mempelajari perilaku organisasi perhatian dipusatkan pada tiga
karakteristik yaitu; perilaku, struktur dan proses.
1. Perilaku Karakteristik
Pertama dalam mempelajari perilaku organisasi adalah perilaku.
Fokus dari perilaku keorganisasian adalah perilaku individu dalam
organisasi. Untuk dapat memahami perilaku keorganisasian maka harus
mampu memahami perilaku berbagai individu dalam organisasi.
Tujuan pertama dari mempelajari perilaku keorganisasian adalah
untuk dapat memahami dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi
dalam organisasi. Dengan demikian kita dapat mengembangkan cara
berpikir tentang kejadian-kejadian didalam lingkungan organisasi.
Tujuan kedua mempelajari perilaku organisasi adalah, kita harus
mampu untuk meramalkan dan menjelaskan kejadiankejadian yang terjadi
dalam organisasi. Jika kita menjumpai pola kejadian yang berulang-ulang
dalam organisasi, kita tentu ingin mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan
faktor-faktor kelemahan yang menyebabkan faktor tertentu terjadi.
Selanjutnya tujuan ketiga yang paling penting dalam mempelajari
perilaku organisasi adalah mengendalikan perilaku-perilaku dalam
organisasi. Jika manajer/pimpinan organisasi dapat memahami dan
menjelaskan secara seksama perilaku-perilaku yang terjadi dalam
organisasi, maka dia akan dapat menciptakan situasi yang menghasilkan
perilaku-perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilakuperilaku yang
tidak diinginkan.

3
2. Struktur
Karakteristik yang kedua dalam mempelajari perilaku
keorganisasian adalah struktur dari organisasi dan kelompok. Struktur
berkaitan dengan hubungan yang bersifat tetap dalam organisasi,
bagaimana pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi dirancang, bagaimana
pekerjaan-pekerjaan itu diatur dalam organisasi. Struktur organisasi
berpengaruh besar terhadap perilaku organisasi atau orang-orang dalam
organisasi serta efektivitas dari organisasi tersebut.
3. Proses
Karakteristik yang ketiga dari perilaku keorganisasian adalah
proses organisasi. Proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang
terjadi antara anggota organisasi. Proses organisasi antara lain meliputi
komunikasi, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan dan
kekuasaan. Salah satu pertimbangan utama dalam merancang struktur
organisasi yang efektif adalah agar berbagai proses tersebut dapat
dilakukan dengan efisien dan efektif.
C. Efektivitas Organisasi
1. Komponen-Komponen Keefektivan Organisasi
Kriteria keefektifan organisasi berbeda-beda bergantung pada sudut
pandang siapa yang digunakan (Cameron, 1986). Sebagai contoh, jika
menggunakan anggota organisasi sebagai sumber data, penggunaan
catatan organisasi versus laporan perseptual merupakan pilihan yang
dihadapi oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti lebih mengarah pada
pengambilan data dari laporan perseptual, dengan alasan utama kriteria
keefektifan ini dihubungkan dengan iklim organisasi, budaya organisasi
dan perilaku kepemimpinan yang juga dipersepsi oleh anggota organisasi.2
Gibson (Tika, 2010) mengemukakan kriteria efektivitas terdiri dari
empat unsur, yaitu produksi, kepuasan, keadaptasian, dan kelangsungan
hidup:
a. Produksi Produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran
luaran utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan,

2
Arie Ambarwati. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang: Media Nusa Creative

4
penjualan, pangsa pasar, dokumen yang diproses, rekanan yang
dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung
dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan organisasi yang
bersangkutan.
b. Kepuasan Kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu pada
keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau
anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian
karyawan, absensi, kelambanan, keluhan kesejahteraan, dan
sebagainya.
c. Keadaptasian Keadaptasian sebagai kriteria efektivitas mengacu pada
tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal.
Perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan pelanggan, kualitas
produk, dan sebagainya. Sedangkan perubahan internal seperti
ketidakefisienan, ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi
terhadap lingkungan.
d. Kelangsungan hidup Kelangsungan hidup sebagai kriteria efektivitas
mengacu pada tanggung jawab organisasi/perusahaan dalam
memperbesar dan mengembangkan kapasitas dan potensi yang
dimilikinya. Menurut Campbell (1974), indikator-indikator terdiri dari
ukuran produktivitas, efisiensi kecelakaan kerja, pergantian pegawai,
absensi, kualitas, tingkat keuntungan, moral, dan kepuasan karyawan.3
2. Pengukuran Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi dapat dilihat pada beberapa indikator –
indikator yang menjadi tolak ukur pendekatan system atau proses internal
antara lain: 1) budaya organisasi yang kuat dan iklim kerja yang positif; 2)
semangat kelompok, loyalitas kelompok dan kerjasama kelompok; 3)
keyakinan, kepercayaan, dan komunikasi antara karyawan dan
manajemen; 4) pengambilan keputusan di dekat sumber informasi, terlepas
dari mana sumber – sumber berada dalam bagan organisasi; 5) tidak
terdistorsi komunikasi horizontal dan vertical serta berbagi fakta dan
perasaan yang relevan; 6) Imbalan ke manajer untuk kinerja, pertumbuhan

3
Tika, P. (2010). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara.

5
dan perkembangan bawahan dan untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif; serta 7) interaksi antara organisasi dan bagian – bagiannya dengan
konflik yang terjadi untuk kepentingan organisasi.4

D. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu sistem yang merupakan bagian dari
kepercayaan (belief) dan nilai – nilai (value) yang dapat membentuk dan
menunjukkan perilaku para anggotanya. Budaya organisasi adalah sebuah pola
asumsi dasar yang dapat dipelajari oleh sebuah organisasi dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya dari penyesuaian diri eksternal dan integrasi
internal dimana telah berhasil dengan baik dan dianggap berharga, sehingga
diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk menyadari,
berpikir, dan merasakan dalam hubungan untuk masalah tersebut.5
Sebagai sistem nilai dan kepercayaan maka budaya organisasi
mempunyai sifat antara lain:
1) Budaya organisasi diberikan kepada anggota baru melalui proses
sosialisasi,
2) Mempengaruhi perilaku anggota di tempat kerja, dan
3) Berlaku pada dua tingkat yang berbeda, masing – masing tingkat beragam
dalam kaitannya dengan cara pandang ke luar dan kemampuan bertahan
terhadap perubahan.

Budaya organisasi dapat dilihat secara jelas (concrete) dan yang lebih
abstrak. Budaya organisasi secara konkrit wujudnya dapat dilihat secara jelas
dalam organisasi meliputi akronim, gaya berbusana, penghargaan, mitos dan
cerita tentang organisasi, daftar nilai yang dipublikasikan (etika dosen dan
mahasiswa, sanksi terhadap pelanggaran – pelanggaran, dll), upacara dan
ritual. Yang diamati misalnya lapangan parker khusus, dekorasi, logo, lay out
dan sebagainya. Sifat konkrit juga mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh

4
Daft, R. L. (2007). Organization theory and design (9th ed). Mason, OH: Thomson South-
Western.
5
Henri, J.-F. (2006). Organizational culture and performance measurement systems.
Accounting, Organizations and Society, 31(1), 77–103.
https://doi.org/10.1016/j.aos.2004.10.003

6
individu – individu dan kelompok dalam organisasi, seperti pelayanan, dan
berbicara yang dapat memuaskan stakeholder.6

Budaya organisasi yang bersifat abstrak merupakan refleksi dari nilai –


nilai (value) dan keyakinan (belief) yang dimiliki oleh para anggota
organisasi. Budaya organisasi yang bersifat konkrit lebih mudah untuk diubah
dibandingkan dengan yang bersifat abstrak. Nilai – nilai yang terkandung pada
budaya organisasi yang bersifat abstrak lebih lama bertahan dan tidak cepat
mengalami perubahan. Individu dan kelompok yang ada dalam organisasi
tersebut harus belajar agar nilai – nilai dan keyakinan yang mereka miliki
dapat berkembang pada diri mereka.7

1. Komponen Budaya Organisasi


Terdapat tujuh karakteristik budaya organisasi, yaitu: 1) otonomi
individu, yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab, dan kesempatan
individu untuk berinisiatif dalam organisasi, 2) stuktur, yaitu kadar
peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol perilaku
pegawai, 3) dukungan , yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer
kepada pegawai, 4) identitas, yaitu kadar kenalnya anggota terhadap
organisasi secara keseluruhan, terutama informasi kelompok kerja dan
keahlian profesionalnya, 5) hadiah performansi, yaitu kadar alokasi hadiah
yang didasarkan pada kriteria performansi pegawai, 6) toleransi konflik,
yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan kemauan untuk
jujur dan terbuka terhadap perbedaan; dan 7) toleransi risiko, yaitu kadar
dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif, dan berani
menanggung risiko.8
2. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi sangat penting dalam pencapaian tujuan
organisasi, karena budaya merupakan gambaran atau kepribadian suatu
organisasi. Budaya organisasi ditetapkan oleh pendirinya melalui visi dan
misi serta tujuan didirikannya organisasi, kemudian ditetapkan strategi
6
Arie Ambarwati. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang: Media Nusa Creative
7
Arie Ambarwati. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang: Media Nusa Creative
8
Robbins, S. P. (2003). Organizational Behavior 10th Edition (tenth). Upper Saddle River,
New Jersey: Pearson Education Inc.

7
untuk mencapai tujuan tersebut. Ada empat fungsi budaya organisasi,
antara lain:9 1) identitas organisasi (organization identity), 2) komitmen
kolektif (collective commitment), 3) stabilitas sistem social (social system
stability), dan pembinaan yang dipahami.

E. Kaitan Manajemen Dengan Perilaku Organisasi


Sehubungan dengan tugas utama manajer yaitu melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen, Robert Katz mengidentifikasi tiga ketrampilan manajemen
(management skills) yang mutlak harus dimiliki manajer yaitu keterampilan
teknis (tecnical skills), keterampilan manusiawi (human skills), dan
keterampilan konseptual (conseptual skills).10
Dengan mempelajari perilaku organisasi dapat membantu para manajer
memperbaiki, mendorong atau merubah perilaku kerja sehingga baik individu,
kelompok, maupun organisasi secara keseluruhan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Pada abad duapuluh satu ini untuk mencapai efektivitas fungsi
organisasi tersebut dibutuhkan kompetensi manajemen dalam hal sebagai
berikut:
 Adaptability, yaitu manajer harus menpunyai kemampuan mengenal dan
merespon perubahan yang terus menerus dan tidak terduga sebelumnya,
mengadakan penyesuaian rencana dan aktivitas pada saat yang tepat, serta
responsif terhadap permintaan (demand) yang baru.
 Knowledge about state of the art practice, yaitu manajer membutuhkan
pengetahuan tentang teknis-teknis menangani problem organisasi secara
praktis.
 Intercultural competencies, adalah kompetensi kultural manajer untuk
organisasi yang belokasi diluar negaranya. Kompetensi yang dimaksud

9
Brahmasari, I. A., & Suprayetno, A. (2009). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja
Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan (Journal of Management and Entrepreneurship), 10(2), pp.
124– 135. https://doi.org/10.9744/jmk.10.2.pp. 124-135
10
Robbins Stephen P. and Timothy A. Judge, 2015, Perilaku Organisasi (Organizational
Behavior). Edisi 16, Terjemahan Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.

8
meliputi kemampuan dalam berbagai bahasa, sensitivitas lintas budaya,
maupun kemampuan adaptasi terhadap sesuatu yang baru.
 Information tecnology skills, maksudnya dalah bahwa para manajer harus
mempunyai technical skills yang kuat sehingga dengan cepat memahami
software baru maupun memfasilitasi hardware nya, mampu mendiagnosis
kebutuhan teknologi informasi, serta mengevaluasi berbagai solusi yang
potensial.
 Critical thinking skills, yaitu para manajer harus memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang memungkinkan penerapan teknik-teknik yang
tepat untuk situasi tertentu.
 Creatifity, merupakan kemampuan manajer berkreasi dalam menemukan
“new options” atau menata ulang “already used approaches”. Kreativitas
manajerial sering kali melibatkan para karyawan bersama-sama
menemukan cara-cara baru dalam menyelesaikan pekerjaan dan memenuhi
tujuan organisasi.
 Interpersonal Effectiveness, maksudnya adalah kompetensi manajer dalam
hal memantapkan teamwork serta kolaborasi dalam organisasi.

Kompetensi manajemen tersebut merupakan persyaratan yang secara


umum harus dimiliki oleh para manajer yang didalamnya sarat atau penuh
dengan muatan yang sangat ’behavioristic’. Seperti telah disebutkan pada
bagian terdahulu bahwa Perilaku organisasi lebih menggambarkan ’human
side of management’, bukan merupakan manajemen secara keseluruhan.
Dengan demikian dapatlah diperoleh gambaran keterkaitan manajemen
dengan perilaku organisasi.

F. Tren Perkembangan Dan Tantangan Ke Depan Studi Perilaku


Organisasi
Turbulensi perubahan lingkungan eksternal yang begitu tinggi dan yang
terjadi dalam 20 tahun terakhir ini menyebabkan para manajer tidak bisa lagi
mengelola organisasi yang dipimpinannya secara tradisional layaknya
mengelola organisasi, seperti pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika

9
lingkungan eksternal organisasi relatif masih stabil. Di masa mendatang,
peranan para manajer dalam mengelola organisasi banyak mengalami
perubahan. Para manajer dengan demikian dituntut lebih inovatif, kreatif, dan
harus lebih adaptif agar organisasi yang dipimpinnya bisa survive dan
mencapai tujuan-tujuannya. Akibat dari perubahan-perubahan di atas,
persyaratan untuk menjadi seorang manajer dan keterampilan (skill) yang
harus dimilikinya juga mengalami perubahan.11

11
Achmad Sobiri. Perilaku Organisasi. EKMAS101/MODUL 1.

10
DAFTAR PUSTAKA

George, Jennifer M dan Gareth R. Jones. (2002), Organizational Behavior. 3th


edition. NJ: Prentice Hall.

Ambarwati, A. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang: Media Nusa


Creative

Daft, R. L. (2007). Organization theory and design (9th ed). Mason, OH:
Thomson South-Western.

Henri, J.-F. (2006). Organizational culture and performance measurement


systems. Accounting, Organizations and Society, 31(1), 77–103.
https://doi.org/10.1016/j.aos.2004.10.003

Tika, P. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara.

Robbins, S. P. (2003). Organizational Behavior 10th Edition (tenth). Upper


Saddle River, New Jersey: Pearson Education Inc.

Brahmasari, I. A., dan Suprayetno, A. 2009. Pengaruh Motivasi Kerja,


Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada
PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan (Journal of Management and Entrepreneurship), 10(2), pp.
124– 135. https://doi.org/10.9744/jmk.10.2.pp. 124-135

Robbins, S. P. and Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi (Organizational


Behavior). Edisi 16, Terjemahan Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.

11
ESSAY

Soal :

1. Jelaskan menurut pandangan anda tentang perilaku organisasi.


2. Bagaimana urgensi studi perilaku organisasi menurut anda?
3. Bagaimana kaitan manajemen dengan perilaku organisasi? Jelaskan.
4. Bagaimana seharusnya seorang manajer mengatasi dinamika perilaku
organisasi?
5. Jelaskan menurut anda bagaimana seharusnya studi perilaku organisasi
dipelajari

Jawaban :

1. Perilaku organisasi adalah bidang studi terapan yang mengkaji hubungan


antarmanusia dalam organisasi, baik manusia sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok, serta hubungan antara manusia dan organisasi
yang semua itu diharapkan menjadikan organisasi semakin efektif dan
kepuasan kerja karyawan meningkat.
2. Manusia pada kodratnya adalah makhluk social yang pada akhirnya pasti akan
terkait dalam suatu organisasi baik formal maupun informal dalam
kehidupannya. Studi organisasi mempunyai nilai praktis yang sangat besar,
baik untuk para manajer sekarang maupun masa depan. Pengetahuan tentang
bagaimana organisasi berfungsi, meningkatkan kemampuan kita untuk
mengantisipasi berbagai jenis masalah yang mungkin akan kita hadapi dalam
pekerjaan dan pada saat yang sama akan memperbesar probabilitas
keberhasilan kita dalam situasisituasi tersebut. Bagi semua pembaca, baik
yang masih dalam pendidikan, maupun yang berkecimpung dalam dunia
bisnis, pemerintahan, atau pelayanan kesehatan, studi mengenai organisasi
formal memberikan kesempatan penting untuk mempelajari keterampilan-
keterampilan tertentu yang akan terbukti sebagai suplemen vital pada
pengalaman yang akan diperoleh dari praktik.
3. Manajemen suatu organisasi tidak terlepas dari tugas dan fungsi seorang
manajer. Hubungan manajemen dengan perilaku organisasi itu sendiri dapat
dilihat dari seorang manajer menjalankan fungsinya. Seorang manajer harus
memiliki keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan
konseptual. Sedangkan perilaku organisasi lebih menggambarkan
keterampilah humanistic. Sehingga jika manajer menguasai keterampilan
tersebut, manajer dapat mengontrol perilaku organisasinya sehingga apa yang
dipimpinnya dapat dikendalikan dan mencapai tujuan utama.
4. Bidang studi perilaku organisasi adalah bidang studi yang dinamis yang selalu
mengalami perkembangan sejalan perubahan lingkungan yang melingkupinya.
Oleh karena itu, sifat-sifat seorang manajer harus berubah di masa datang
karena menghadapi lingkungan berbeda. Ke depan, para manajer menghadapi
tantangan baru, misalnya menjadikan SDM sebagai aset yang kompetitif,
meningkatnya tuntutan tanggung jawab sosial perusahaan, tuntutan untuk
mengakomodasi perbedaan, globalisasi, dan semakin dinamisnya teknologi
informasi.
5. Perilaku organisasi dapat dipahami melalui tiga level analisis berbeda, yakni
level individual, kelompok, dan organisasi. Cara memahami perilaku
organisasi seperti ini bisa diartikan bahwa setiap kejadian yang sama dalam
sebuah organisasi bisa dianalisis dengan cara berbeda bergantung pada level
analisisnya. Hal ini bisa diartikan pula bahwa setiap persoalan yang terjadi
dalam sebuah organisasi tidak selalu menuntut cara penyelesaian yang sama.
Sebagai contoh, konflik antara depertemen pemasaran dan departemen
produksi boleh jadi bersumber pada persoalan individu masing-masing, norma
perilaku masing-masing departemen, atau tidak cocoknya struktur organisasi
yang menyebabkan kedua departemen selalu berselisih paham.

Anda mungkin juga menyukai