Oleh:
Nama : Nurafni Bakalinga
NIM: A 401 21 224
Kelas: G
i
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis ucapkan atas berkah dan karunia Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan anugerah kepada penulis sehingga penulis
dapat menyusun serta menyelesaikan makalah tentang Perkembangan bahasa ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas
Rendah. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
para pembaca pada umumnya dan khususnya untuk Saudara-Saudari yang
membutuhkan. Dalam penulisan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas
Rendah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun segi lainnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan memperbaikin
kesalahan serta bias menunjang mutu dari makalah ini, sehingga makalah ini lebih
berguna bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia.......................................................3
2.2 Metode – Metode Pebelajaran Bahasa Indonesia..............................7
2.3 Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah..........14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAH
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia ?
1.2.2 Apa metode – metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ?
1.2.3 Bagaimana pendekatan pembelajaran bahasa di kelas rendah ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia.
1.3.2 Mengetahui metode – metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
1.3.3 Mengetahui pendekatan pembelajaran bahasa di kelas rendah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi
bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah
Pemuda Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu
berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah
yang satu, tanah Indonesia
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
4
Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam
sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
1) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling
menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada hari
itu dikrarkan Sumpah Pemuda
2) Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres I Bahasa
Indonesia di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh cendekiawan
dan budayawan.
3) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahwa
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara.
4) Kongres II Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober-2
November 1954 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad
untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia.
5) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang dikuatkan pula dengan Putusan Presiden No.
57, tahun 1972 EYD tersebut merupakan pengganti Ejaan Soewandi
(Ejaan Republik, 19 Maret 1947).
6) Kongres III Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di jakarta pada
tanggal 28 Oktober-2 November 1978 memutuskan untuk terus
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. 7)
Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-26
November 1983 memutuskan bahwa kegiatan pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
7) Kongres V Bahasa Indonesia juga diadakan di Jakarta pada tanggal
28 Oktober-3 November 1988 Kongres ini ditandai dengan dipersem
bahkannya karya besar Pusat Bahasa kepada pecinta bahasa di
Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar Bahasa Indonesia dan (2)
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
5
8) Kongres VI Bahasa Indonesia diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993. Kongres mengusulkan agar Pusat
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia
serta mengusulkan disusunnya Undang Undang Bahasa Indonesia.
9) Kongres VII Bahasa Indonesia diselenggarakan di Jakarta pada 26-
30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan
Pertambangan Bahasa Tugas badan tersebut ialah memberikan
nasihat kepada Pusat Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelem bagaan Pusat Bahasa.
10) Kongres VIII Bahasa Indonesia juga diadakan di Jakarta pada 14-17
Oktober 2003. Kongres ke-8 ini makin memantapkan kemajuan dan
posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi nasional dan
bahasa ilmu.
11) Tanggal 20 Oktober-1 November 2008 diselenggarakan Kongres IX
Bahasa Indonesia di Jakarta. Kongres IX Bahasa Indonesia memiliki
momentum penting karena bertepatan dengan 80 tahun usia bahasa
Indonesia, dan 80 tahun peringatan Sumpah Pemuda
E. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting,
seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.” Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di atas
bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar
1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan
bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda tahun 1928; kedua,
6
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan,
(2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga,
antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya
dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan. (3) alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Di samping itu, bahasa Indonesia juga
berfungsi (6) sebagai bahasa media massa, (7) bahasa sastra
Indonesia, dan (8) bahasa yang memperkaya khazanah bahasa
daerah.
Kini fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa media
massa. Media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio,
maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media massa
menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.
7
seperangkat prosedur pengajaran yang pasti, melainkan metode adalah
sebuah proses yang dinamis dan kreatif dan dapat mencerminkan asumsi
asumsi tertentu tentang bahasa, tentang proefisiensi, dan pembelajaran
(Syukur, 2010).
B. Metode – Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
8
kebahasaan yang mana aturan-aturan tata bahasa tersebut diajarkan
secara deduktif (Saliwangi, 1991).
Metode ini awalnya digunakan untuk keperluan dalam
menelaah bahasa secara ilmiah, dan bukan secara praktis sebagai alat
komunikasi. Sehingga menelaah bahasa secara ilmiah dengan metode
tata bahasa ini akan berhasil. Sebab langkah-langkah dalam metode
ini yang pertama adalah mempelajari kosakata, kemudian bunyi dan
tanda dalam bahasa tersebut, dan langkah yang terakhir adalah
mempelajari tata bahasanya dan berbicara tidak dikembangkan
Sehingga dengan metode tata bahasa ini, kemampuan menyimak
menggunakan metode Ini. peserta didik dapat menerjemahkan suatu
bahasa dengan baik dan menyusunnya sesuai dengan tata bahasa
yang baik. Namun, peserta didik akan mengalami kesulitan ka
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi (Saliwangi, 1991).
Keunggulan metode ini terletak pada kesederhanaan dalam
penggunaan metode pembelajaran. Pembelajaran sangat mudah
untuk dilaksanakan sebab siswa hanya diberikan wacana dan daftar
kosakata, selanjutnya siswa mengamati dan menerjemahkan kosakata
tersebut dan menggunakannya sesuai dengan tata bahasa yang sesuai.
Kelemahan metode tata bahasa ini antara lain:
(1) hanya memperhatikan aspek bahasa yang statis, bukan
dalam situasi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi,
(2) hanya mengembangkan keterampilan membaca, menulis
dan terjemah, sedangkan keterampilan menyimak dan
berbicara tidak dikembangkan. Sehingga penguasaan
kosakata dan tata bahasa hanya digunakan untuk linguistik
dan bukan untuk keterampilan berbahasa.
2. Metode Audio – Lingual
Metode audio lingual adalah metode pembelajaran bahasa
Indonesia yang lebih menekankan pada pentingnya pola bahasa
dalam proses pembelajaran serta berasumsi bahwasanya bahasa lisan
9
sebagai bentuk komunikasi yang paling utama. Metode ini diambil
dari bidang psikologis behavioral. Sehingga kegiatan yang
ditekankan pada metode ini adalah menghafalkan dialog, mengulang
kalimat, dan latihan berulang-ulang (drill).
Dengan demikian, maka sesungguhnya pembelajaran bahasa,
menurut metode ini, merupakan proses kebiasaan. Yakni dengan cara
mempraktekkan pola-pola kalimat, dengan cara latihan berulang-
ulang dan latihan transformasi (Syukur, 2010).
Tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode ini antara
lain adalah:
a. Peserta didik dapat memahami bahasa ketika berbicara dengan
kecepatan normal dan peduli dengan hal-hal yang terjadi di
sekitar pembicara
b. Pembelajar bahasa mampu berbicara dalam pengucapan yang
diterima dan tata bahasa yang tepat.
c. Pembelajar bahasa tidak memiliki kesulitan dalam memahami
materi cetak.
d. Pembelajar bahasa mampu menulis dengan standar yang baik.
3. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Metode pembelajaran bahasa dengan SAS ini berdasarkan
pada ilmu jiwa oleh Gestalt, yakni ilmu jiwa totalitas. Ilmu jiwa ini
berasumsi bahwasanya segala penginderaan dan kesadaran sebagai
satu keseluruhan. Sehingga pengamatan pertama seseorang terhadap
satu hal akan bersifat menyeluruh (Saliwangi, 1991).
Dengan demikian, maka pembelajaran dengan menggunakan
metode ini, siswa harus diperkenalkan terhadap struktur secara
totalitas terlebih dahulu. Selanjutnya siswa akan mengamati struktur
tersebut secara utuh yang kemudian akan dianalisis secara
berkelanjutan, hingga sampai pada wujud terkecil dari satuan bahasa
yakni huruf huruf. Sehingga tahapan yang dilakukan siswa pada
proses ini meliputi tiga tahapan, yakni: (1) analisis kalimat menjadi
10
kata-kata, (2) kata menjadi suku kata, dan (3) suku kata menjadi
huruf. Pada proses inilah disebut dengan proses analitik."
Tahap selanjutnya siswa akan didorong untuk menyimpulkan
struktur bahasa yang terurai tersebut menjadi satuan yang utuh
kembali. Yakni dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, dan kata menjadi kalimat. Dengan demikian, maka tahap ini
disebut dengan tahap sintesis.
Setelah melakukan tahap demi tahap di atas, diharapkan siswa
dapat menemukan kembali struktur bahasa secara utuh. Sebab,
apabila seseorang berkehendak untuk melakukan satu hal, maka
diperlukan analisis terhadap perbuatan itu secara totalitas. Yakni
dengan mencari informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan
hal tersebut secara parsial atau bagian demi bagian. Setelah
mengenal setiap bagian dari satu hal, maka ia akan mengembalikan
bagian-bagian tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh. Maka
terwujudlah sebuah proses yang disebut dengan analisis - sintesis.
Misalnya, dari kalimat "Ini bola." Pada proses analisis akan menjadi
sebagai berikut:
ini bola
ini bola
i ni bo la
ini bola
selanjutnya siswa akan mensintesis klimat tersebut, sehingga akan
menjadi sebagaimana berikut.
inibola
i ni bo la
ini bola
ini bola
4. Metode Linguistik
11
Metode linguistik sering juga disebut dengan metode oral-aural.
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang sering digunakan
dalam pembelajaran bahasa asing. Ciri-ciri dari metode linguistik ini
adalah:
a. Pembelajaran berdasarkan atas analisis deskriptif bunyi bunyi
dan sistem bahasa yang akan diajarkan dan bahasa ibu siswa.
b. Bahan yang akan diajarkan kepada siswa berdasarkan analis
deskriptif bahasa yang akan diajarkan dan bahasa ibu siswa.
c. Diajarkan system system bahasa yang bunyi-bunyi bersangkutan
terlebih dahulu.
d. Pola penyusunan bahasa serta struktur bahasa diajarkan setelah
siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa tersebut.
e. Pengenalan kosakata Aris dimanfaatkan untuk pelajaran
pembelajaran bunyi-bunyi bahasa dan pola penyusunan
strukturnya Penjelasan tentang tata bahasa perlu diberikan
hendaknya memanfaatkan bahasa ibu siswa dan.
f. Pembelajaran tata bahasa hendaknya dipadukan dengan latihan
pemakaian bahasa agar siswa tidak menggunakan bahasa tersebut
secara otomatis
g. Penutur asli (native speaker) sebaiknya dimanfaatkan
5. Metode Langsung
Penerapan metode langsung dalam pembelajaran bahasa
dengan cara semua aspek bahasa diberikan dengan menggunakan
bahasa yang diajarkan. Yakni pembelajaran bahasa Indonesia di
daerah manapun menggunakan pengantar bahasa Indonesia secara
keseluruhan tanpa diselingi dengan bahasa ibu.
Kosakata dan struktur bahasa yang diajarkan kepada siswa
adalah kosakata dan struktur bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi sehari-hari. Pada tahap permulaan, tata bahasa yang
ajarkan tidaklah banyak dan tidak dalam bentuk formal.
12
Penerapan metode langsung dalam pembelajaran bahasa
membutuhkan latihan menyimak dan meniru secara intensif hingga
bentuk bahasa tersebut benar-benar dikuasai oleh siswa. Menurut
Kosadi Hidayat, pelaksanaan metode langsung dalam pembelajaran
bahasa adalah, mula-mula siswa disuruh meniru perbuatan guru yang
diiringi dengan ucapan, yakni kata atau kalimat yang
menggambarkan perbuatan tersebut. Gerak dan ucapan tersebut
kemudian dilanjutkan dengan dialog singkat, lalu percakapan bertiga.
berempat, dan seterusnya, sehingga suasana belajar berubah menjadi
sebuah drama kecil yang diwarnai dengan gerakan gerakan dan
percakapan (Hidayat, 1987).
6. Metode Pembatasan Bahasa
13
c. Selain faktor kekerapan penggunaan juga nilai struktural,
keumumannya di lingkungan pemakai bahasa itu, dan daya
pakainya untuk membentuk kata baru dan fungsi stilistikanya.
2.3 Pendekatan Pembelajaran Bahasa di Kelas Rendah
Pendekatan merupakan cara bagi seorang pendidik dalam melihat
permasalahan maupun objek sehingga diperoleh pesan tertentu. Menurut
Tarigan, pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik
mengenai hakikat bahasa, pengajaran, bahan, dan belajar bahasa yang
digunakan sebagai landasan dalam merancang, melakukan, dan menilai
proses belajar bahasa (Tarigan, 1995:5). Menurut Anthony (Ismati dan
Umaya, 2012: 76), pendekatan(approach) adalah sekumpulan asumsi yang
terkait dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar bahasa. Pendekatan
bersifat aksioma, menggambarkan hakikat subjek yang akan diajarkan
secara benar. Pendekatan adalah cara memulal sesuatu. Pendekatan dalam
pembelajaran bahasa adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa,
pengajaran bahasa, dan proses belajar bahasa. Pendekatan-pendekatan
dalam pembelajaran bahasa akan dikaji sebagai berikut.
A. Pendekatan Tujuan
Dengan adanya tujuan yang telah ditetapkan akan mudah menentukan
metode dan teknik apa yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan
akan tercapal apa yang ditetapkan.(Isah Cahyani, 2012:74). Jadi,
menurut pendekatan ini proses belajar mengajar harus dapat
menentukan terlebih dulu oleh tujuan yang akan dicapaidan bagaimana
cara untuk mencapai tujuan itu sendiri.
B. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan dalam proses pembelajaran bahasa. Pendekatan ini dilandasi
dengan asumsi bahwa bahasa sebagal akidah. Pendekatan truktural
lebih menitik beratkan pada penguasan tata bahasa atau kaldah-kaidah
bahasa. Pembelajaran bahasa menurut pendekatan Ini difakuskan pada
pengetahuan struktur bahasa yang mencakup fonologi, norfologi, dan
14
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang struktur bahasa
mencakup tentang suku kata, pola kata, dan pola k Imat.
C. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu kegiatan belajar
mengajar yang terfokus pada pelibatan peserta secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar. Keterampilan proses ini
meliputi keterampilan Intelektual, keterampilan sosial, dan
keterampilan fisik. Menurut pendekatan proses, peserta didik tidak
hanya diberikan materi apa harus dipelajari, tapi juga belajar
bagaimana cara mempelajaral bahasa itu sendiri.
D. Pendekatan whole language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah pisah
(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weaver, 1992). Whole
language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran. Jadi pengertian dari whole language adalah suatu
pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham
constructivism. Whole language dimulai dengan menumbuhkan
lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan
bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara
terpadu. Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen whole language.
1. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru
untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat
dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya
dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa
dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang
didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan
menyimak,memperkaya kosakata, membantu meningkatkan
15
membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah
menumbuhkan minat baca pada siswa.
2. Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan
keterampilan siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan
pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui
menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan
dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa
dalam bentuk tulisan.
3. Sustained Silent Reading (SSR)
Merupakan kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa.
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku
atau materi yang akan dibacanya. Kegiatan ini mengandung pesan
bahwa (1) membaca merupakan kegiatan penting dan
menyenangkan; (2) membaca dapat dilakukan oleh siapapun; (3)
membaca berarti berkumunikasi dengan penulis buku atau teks
yang dibaca; (4) siswa dapat membaca atau berkonsentrasi pada
bacaan dengan waktu cukup lama; (5) guru percaya bahwa siswa
pahar akan teks yang dibacanya; (6) siswa dapat berbagi
pengetahuan setelah SSR berakhir.
4. Shared Reading
Kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap
person mempunyal buku yang sedang dibacanya. Cara Ini
dilakukan di sekolah re idah hingga sekolah tinggi. Maksud
kegiatan ini adalah () sambil melihat tulisan siswa berkesempatan
memperhatikan guru membaca sebagal model; (2) memberikan
kesempatan yang luas untuk memperlihatkan keterampilan
membacanya; (3) siswa yang kurang terampil membaca mendapat
contoh membaca yang benar. Guru berperan sebagai model.
5. Guided Reading (membaca terbimbing)
16
Kegiatan membaca dimana semua siswa membaca dan
mendiskusikan buku yang sama. Guru berperan sebagai pengamat
dan fasilitator, bertugas memberikan pertanyan pemahaman. Siswa
menjawab dengan kritis.
6. Guided Writing (menulis terbimbing) Kegiatan menulis di bawah
bimbingan guru, bagaiman menulis sistematis, jelas, da menarik,
dapat menemukan apa yang Ingin ditulis dan sebagainya. Dalam
hal memilih topik, membuat draft, memperbaiki dan mengedit
dilakukan oleh siswa.
7. Independent Reading (membaca bebas) Kegiatan membaca dimana
siswa menentukan sendiri materi yang akan dibacanya. Peran guru
yang sebelumnya menjadi pemrakarsa, model, dan penuntun,
berubah menajdi pengamat, fasilitator, dan pemberi respon. Bacaan
dapat berupa fiksi maupun non lksl, dan guru dapat memilih buku
yang akan dibaca oleh siswanya.
8. Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan menulis
Independent Writing (menulis bebas) menulis, dan meningkatkan
meningkatkan keblasan kemampuan berpikir kritis. Dalam
independent writing siswa berkesempatan menulis tanpa intervensi
guru. (Ismawati, 92-94.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metodologi pembelajaran bukanlah seperangkat prosedur pengajaran yang
pasti melainkan metode adalah sebuahproses yang dinamis dan kreatif dan
dapat mencerminkan asumsi-asumsi tertentu tentang bahasa tentang
proefisiensi dan pembelajaran.
3.2 Saran
Dalam mengajarkan materi pembelajaran khususnya bahasaIndonesia
diperlukan metode-metode yang kreatif guna menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dengan demikian materi pembelajaran akan lebih mudah untuk disampaikan
kepada peserta didik tanpa merasa bosan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Wachidah, K., dan Mahardika. (2018). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
SD Kelas Rendah. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: UMSIDA Press
19