Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI TELLYANSYAH GRACEKA


DOSEN : ASKOLANI, S.E., M.M. 1604440

1. Disiplin ilmu yang berkontribusi terhadap bidang perilaku organisasi


Perilaku organisasi adalah ilmu perilaku terapan yang dibangun atas
kontribusi dari sejumlah disiplin ilmu perilaku, terutama psikologi dan psikologi sosial,
sosiologi, dan antropologi. psikologi telah berkontribusi terutama pada tingkat
individu atau mikro analisis, sementara disiplin ilmu lainnya telah memberikan
kontribusi untuk pemahaman kita tentang konsep makro seperti proses kelompok
dan organisasi. Berikut adalah gambaran dari kontribusi besar terhadap studi
perilaku organisasi.
Psikologi
Psikologi berusaha untuk mengukur, menjelaskan, dan kadang-kadang
mengubah perilaku manusia dan hewan lainnya. Kontributor pengetahuan perilaku
organisasi yaitu teori belajar, teori kepribadian, psikolog konseling dan, yang paling
penting, psikolog industri dan organisasi.
Awal psikolog industri/organisasi mempelajari masalah kelelahan,
kebosanan, dan kondisi kerja lainnya yang dapat menghambat kinerja kerja yang
efisien. Baru-baru ini, kontribusi mereka telah diperluas untuk mencakup
pembelajaran, persepsi, kepribadian, emosi, pelatihan, efektivitas kepemimpinan,
kebutuhan dan kekuatan motivasi, kepuasan kerja, proses pengambilan keputusan,
penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik karyawan-seleksi, desain pekerjaan, dan
stres kerja.
Psikologi sosial
Psikologi sosial, umumnya dianggap sebagai cabang psikologi, memadukan
konsep-konsep dari kedua psikologi dan sosiologi untuk fokus pada pengaruh orang
terhadap satu sama lain. Salah satu objek penelitian utamanya adalah perubahan,
bagaimana penerapannya dan bagaimana cara mengurangi hambatan untuk
menerimanya. psikolog sosial juga berkontribusi terhadap pengukuran, pemahaman,
dan perubahan sikap; mengidentifikasi pola komunikasi; dan membangun
kepercayaan. Terakhir, psikologi sosial telah berkontribusi penting untuk studi
perilaku kelompok, kekuasaan, dan konflik.
Sosiologi
Sementara psikologi berfokus pada individu, sosiologi mempelajari orang
dalam kaitannya dengan lingkungan sosial atau budaya mereka. Sosiolog telah
memberikan kontribusi terhadap perilaku individu melalui studi mereka mengenai
perilaku kelompok dalam organisasi, khususnya organisasi formal dan kompleks.
Mungkin yang terpenting, sosiolog telah mempelajari budaya organisasi, teori dan
struktur organisasi formal, teknologi organisasi, komunikasi, kekuasaan, dan konflik.
Antropologi
Antropologi adalah studi tentang masyarakat untuk mempelajari tentang
manusia dan kegiatannya. Kerja antropolog dalam budaya dan lingkungan telah
membantu kita memahami perbedaan dalam nilai-nilai fundamental, sikap, dan
perilaku antara orang-orang di negara yang berbeda dan dalam organisasi yang
berbeda. Banyak dari pemahaman kita tentang budaya organisasi, iklim organisasi,
dan perbedaan antara budaya nasional adalah hasil karya antropolog atau mereka
yang menggunakan metode antropologi.
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2017. Organizational Behavior
17th Edition Global Edition. Harlow: Pearson Education Limited. (hal. 53-54).

2. Tujuan perilaku organisasi


Perilaku organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak individu,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi, dengan tujuan untuk
menerapkan pengetahuan tersebut untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Berikut adalah indikator efektivitas organisasi:
 Sikap dan stres
Sikap karyawan adalah evaluasi yang dibuat oleh karyawan, mulai dari
positif sampai negatif, tentang objek, orang, atau peristiwa. Stres adalah suatu
proses psikologis yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam menanggapi
tekanan lingkungan.
 Kinerja tugas
Kombinasi efektivitas dan efisiensi dalam melakukan tugas-tugas
pekerjaan inti adalah refleksi dari tingkat kinerja tugas. Semua jenis kinerja
berhubungan dengan tugas inti dan tanggung jawab pekerjaan serta sering
berhubungan langsung dengan fungsi yang terdaftar pada deskripsi pekerjaan
formal.
 Perilaku kewargaan organisasi
Perilaku diskresioner yang bukan merupakan bagian dari persyaratan
kerja formal karyawan, dan yang memberikan kontribusi untuk lingkungan
psikologis dan sosial dari tempat kerja, disebut perilaku kewargaan organisasi,
atau hanya perilaku kewarganegaraan. Organisasi yang sukses memiliki
karyawan yang akan melakukan tugas yang lebih dari pekerjaan yang biasa
mereka lakukan atau memberikan kinerja melampaui harapan.
 Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang adalah seperangkat tindakan yang karyawan
lakukan untuk memisahkan diri dari organisasi. Ada banyak bentuk
penyimpangan, mulai dari hadir terlambat atau gagal untuk menghadiri
pertemuan untuk absensi dan turnover.
 Kohesi kelompok
Kohesi kelompok adalah sejauh mana anggota dari kelompok
mendukung dan memvalidasi satu sama lain di tempat kerja. Dengan kata lain,
sebuah kelompok yang kohesif adalah kelompok yang erat satu sama lain. Ketika
karyawan-karyawan saling percaya, mencari tujuan bersama, dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan-tujuan umum, kelompok dikatakan kohesif.
 Fungsi kelompok
Dengan cara yang sama bahwa sikap kerja yang positif dapat dikaitkan
dengan tingkat kinerja tugas yang lebih tinggi, maka kohesi kelompok harus
mengarah fungsi kelompok yang positif. Fungsi kelompok mengacu pada
kuantitas dan kualitas output kerja kelompok.
 Produktivitas
Level tertinggi dari analisis dalam perilaku organisasi adalah organisasi
secara keseluruhan. Sebuah organisasi produktif jika mencapai tujuannya
dengan mengubah input menjadi output dengan biaya terendah. Dengan
demikian produktivitas membutuhkan baik efektivitas dan efisiensi.
 Kelangsungan hidup
Hasil akhir yang akan kita perhatikan adalah kelangsungan hidup
organisasi, yang menjadi bukti bahwa organisasi mampu eksis dan berkembang
dalam jangka panjang. Kelangsungan hidup organisasi tidak hanya tergantung
pada tingkat produktivitas organisasi, tetapi juga pada tingkat kesesuaian
dengan lingkungannya. Kelangsungan hidup juga bergantung pada cara
memahami pasar, membuat keputusan yang baik tentang bagaimana dan kapan
mengejar peluang, dan mengelola perubahan untuk beradaptasi dengan kondisi
bisnis baru.
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2017. Organizational Behavior
17th Edition Global Edition. Harlow: Pearson Education Limited. (hal. 48;65-66;68-
69).

3. Tingkat individu
Individu memasuki organisasi dengan karakteristik utuh tertentu yang akan
memengaruhi perilaku mereka di tempat kerja. Karakteristik yang paling jelas adalah
karakteristik pribadi atau karakteristik yang berkaitan dengan biografi, seperti usia,
gender, dan status marital; karakteristik pribadi; kerangka emosional bawaan; nilai
dan sikap; dan level kemampuan dasar. Karakteristik-karakteristik tersebut pada
dasarnya sudah ada ketika seorang individu memasuki tempat kerja, dan acap kali
tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh manajemen untuk mengubahnya.
Namun, karakteristik-karakteristik tersebut mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap perilaku organisasi. Terdapat empat variabel tingkat individual lain yang
telah dibuktikan dapat memengaruhi perilaku karyawan: persepsi, pembuatan
keputusan individual, pembelajaran, dan motivasi.
Tingkat kelompok
Di dalamnya termasuk kelompok, dinamika perilaku kelompok, pola-pola
perilaku individu dalam kelompok, standar perilaku yang bisa diterima oleh
kelompok, tingkat di mana anggota kelompok saling tertarik, rancangan tim kerja
yang efektif, pola-pola komunikasi, kepemimpinan, kekuasaan dan politik, dan level-
level konflik memengaruhi perilaku kelompok.
Tingkat sistem organisasi.
Perilaku organisasi mencapai tingkat kecanggihan yang paling tinggi ketika
kita menambahkan struktur formal ke dalam pengetahuan kita sebelumnya
mengenai perilaku individual dan kelompok. Seperti halnya kelompok lebih banyak
dari jumlah anggota individual mereka, begitu pula dengan organisasi yang lebih
banyak dari jumlah anggota kelompok mereka. Desain organisasi formal; kultur
internal organisasi; kebijaksanaan dan praktik sumber daya manusia organisasi
(proses seleksi, program pelatihan dan pengembangan, serta metode evaluasi
kinerja).
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi
12 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. (hal. 42-43).

4. Dasar-dasar perilaku individu


Perilaku individu pada dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan
pengalamannya. Dasar perilaku individu dapat dikaji dari empat variabel karakteristik
tingkat individual, yaitu: karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian dan
pembelajaran.
1) Karakteristik biografis
Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang meliputi usia,
jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja.
a. Usia
Usia dan prestasi kerja saling terkait. Ada suatu keyakinan bahwa
produktivitas kerja akan semakin menurun seiring bertambahnya usia.
Namun hal ini tidak selalu terbukti, karena ada sebagian yang masih energik
dan produktivitasnya tinggi di usia yang sudah tua.
b. Jenis kelamin
Ada yang berpendapat bahwa antara pria dan wanita berbeda dalam
kinerjanya. Tetapi ada juga yang berpendapat tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pria dan wanita, karena setiap orang mempunyai
kemampuan dan pengalaman masing-masing dalam pemecahan masalah,
keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi kerja, sosiabilitas dan
kemampuan lain yang setara asal terus belajar dan meningkatkan segala
potensi dirinya.
c. Status perkawinan
Status perkawinan biasanya akan menentukan rasa tanggung jawab
seorang karyawan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Pekerjaan mempunyai nilai yang penting dan lebih berharga karena
mempunyai tanggung jawab untuk kehidupan anggota keluarganya. Pada
umumnya karyawan yang sudah menikah akan merasa puas dengan
pekerjaannya dibandingkan dengan yang belum menikah.
d. Masa kerja
Masa kerja menentukan pengalaman yang dimiliki karyawan, dan
semakin banyak pengalaman idealnya semakin tinggi prestasi yang dicapai.
Sehingga sering masa kerja dijadikan pertimbangan dalam rekrutmen
pegawai baru dan sebagai dasar sistem penggajian atau reward.
2) Kemampuan
Setiap individu punya kemampuan yang tidak sama dalam mengerjakan
dan menyelesaikan berbagai tugas yang dibebankan kepadanya. Seluruh
kemampuan individu secara holistik mencakup kemampuan fisik dan
kemampuan non fisik.
a. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik mempunyai kontribusi besar pada pekerjaan yang
menuntut stamina fisik prima, kecekatan tangan, kekuatan sebagai dasar
kapabilitas fisik seorang karyawan. Ada sembilan kemampuan fisik dasar
yaitu: kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan dan
keluwesan exent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan dan
stamina, yang masing-masing individu berbeda dalam hal sejauh mana
kemampuan tersebut dimanfaatkan atau dipakai secara optimal.
b. Kemampuan non fisik
Kemampuan non fisik mencakup: kemampuan inteligensia atau
Intelectual Quotient/IQ, kemampuan emosional atau Emotional Quotient/EQ
dan kemampuan spiritual atau Spiritual Quotient/SQ.
3) Kepribadian
Kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang
stabil serta menentukan sifat atau karakteristik umum seseorang, dan
merupakan perbedaan dalam perilaku seseorang. Hal ini sering digambarkan
dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan diperlihatkan oleh seseorang.
Kepribadian seseorang secara umum dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
kepribadian yang introvert dan kepribadian extrovert.
4) Pembelajaran
Pembelajaran (learning) adalah setiap perubahan yang relatif permanen
dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Pembelajaran akan
menyebabkan perilaku yang berbeda dari yang sebelumnya. Pembelajaran
mengandung makna memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau
strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman
sama bagi orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu, dan
disimpan dalam kotak yang berbeda. Oleh sebab itu komponen pembelajaran
mencakup: adanya perubahan dari keadaan sebelumnya, harus relatif
permanen, dan perilaku yang berbeda dari sebelumnya ke arah yang lebih baik.
Sumber: Utaminingsih, Alifiulahtin. 2014. Perilaku Organisasi. Malang: UB Press.
(hal. 5-7;9).

5. Teori hierarki kebutuhan


Teori yang paling terkenal dari motivasi adalah teori hierarki kebutuhan
Abraham Maslow, yang berhipotesis bahwa dalam setiap manusia mempunyai
hierarki lima kebutuhan. Baru-baru ini, kebutuhan keenam telah diusulkan untuk
tingkat tertinggi, nilai intrinsik, yang konon berasal dari Maslow, tetapi belum
mendapatkan penerimaan luas. Lima kebutuhan tersebut adalah:
1) Fisiologis. Termasuk rasa lapar, haus, tempat tinggal, seks, dan kebutuhan
tubuh lainnya.
2) Keselamatan-keamanan. Keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan
emosional.
3) Sosial-rasa memiliki. Kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan
persahabatan.
4) Percaya diri. Faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, dan faktor-
faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5) Aktualisasi diri. Keinginan untuk menjadi apa yang kita mampu; termasuk
pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan diri.
Menurut Maslow, karena setiap kebutuhan dipuaskan secara substansial,
kebutuhan berikutnya menjadi dominan. Jadi jika Anda ingin memotivasi seseorang,
Anda perlu memahami pada tingkat mana dari hierarki orang tersebut berada dan
fokus pada memuaskan kebutuhan tersebut atau kebutuhan di tingkat atasnya.
Berikut adalah gambaran hierarki sebagai piramida karena ini adalah presentasi
paling terkenal, tetapi Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan hanya dalam
tingkatan.

Teori kebutuhan McClelland


Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan
rekan-rekannya Sebagai lawan dari hierarki Maslow, kebutuhan ini lebih seperti
faktor yang memotivasi ketimbang kebutuhan untuk bertahan hidup. Berikut adalah
ketiga kebutuhan tersebut:
 Kebutuhan untuk berprestasi (nAch) adalah keinginan untuk unggul, untuk
mencapai dalam hubungannya dengan satu set standar.
 Kebutuhan akan kekuasaan (nPow) adalah kebutuhan untuk membuat orang
lain berperilaku tidak sesuai dengan keinginannya.
 Kebutuhan untuk afiliasi (nAff) adalah keinginan untuk hubungan interpersonal
yang ramah dan dekat.
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2017. Organizational Behavior
17th Edition Global Edition. Harlow: Pearson Education Limited. (hal. 248-250).

6. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana kita mengatur dan menafsirkan kesan
sensorik untuk memberikan arti bagi lingkungan kita. Apa yang kita rasakan dapat
secara substansial berbeda dari realitas objektif. Sebagai contoh, semua karyawan
di suatu perusahaan dapat melihatnya sebagai tempat yang layak untuk bekerja,
kondisi kerja yangmenguntungkan, tugas pekerjaan yang menarik, gaji yang baik,
manfaat yang sangat baik, manajemen yang memahami dan bertanggung jawab.
Tetapi, karena kebanyakan dari kita tahu, sangat tidak biasa untuk menemukan
kesepakatan pendapat universal.
Perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa itu realitas,
bukan pada realitas itu sendiri. The world as it is perceived is the world that is
behaviorally important. Dengan kata lain, persepsi kita menjadi realitas dari mana
kita bertindak.
Faktor yang mempengaruhi persepsi
Sejumlah faktor membentuk dan kadang-kadang mendistorsi persepsi.
Faktor-faktor ini dapat berada di perseptor, objek atau target yang diterima, atau
situasi di mana persepsi tersebut dibuat.

Perseptor
Ketika Anda melihat target, penafsiran Anda dari apa yang Anda lihat
dipengaruhi oleh karakteristik, sikap Anda pribadi, kepribadian, motif, kepentingan,
pengalaman masa lalu, dan harapan. Dalam beberapa hal, kita dengar apa yang
ingin kita dengar dan kita lihat apa yang kita ingin lihat, bukan karena itu kebenaran,
tapi karena itu sesuai dengan pemikiran kita.
Target
Karakteristik target juga mempengaruhi apa yang kita terima. Karena kita
tidak melihat target dalam isolasi, hubungan target pada latar belakang
mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan kita untuk mengelompokkan
hal-hal yang dekat dan hal-hal serupa.
Konteks
Konteks juga penting. Waktu kapan kita melihat suatu objek atau peristiwa
dapat mempengaruhi perhatian kita, bisa juga lokasi, cahaya, panas, atau faktor
situasional.
Orang biasanya tidak menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi
pandangan realitas mereka. Bahkan, orang-orang yang bahkan tidak tanggap
tentang kemampuan mereka sendiri. Untungnya, kesadaran dan tujuan tindakan
dapat mengurangi distorsi persepsi kita.
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2017. Organizational Behavior
17th Edition Global Edition. Harlow: Pearson Education Limited. (hal. 209-210).

7. Model perilaku organisasi


Berikut adalah gambaran model perilaku organisasi sederhana.
Input
Input adalah variabel seperti kepribadian, struktur kelompok, dan budaya
organisasi yang mengarah pada proses. Variabel-variabel ini mengatur tahapan
untuk apa yang akan terjadi dalam suatu organisasi. Banyak yang ditentukan terlebih
dahulu sebelum hubungan kerja. Misalnya, karakteristik keragaman, kepribadian,
dan nilai-nilai individu yang dibentuk oleh kombinasi warisan genetik dan lingkungan
pada masa kanak-kanak. Struktur kelompok, peran, dan tanggung jawab tim
biasanya ditugaskan sesegera mungkin sebelum atau setelah kelompok terbentuk.
Terakhir, struktur dan budaya organisasi biasanya adalah hasil dari pengembangan
bertahun-tahun dan perubahan organisasi yang beradaptasi dengan lingkungannya
dan membangun kebiasaan dan norma-norma.
Proses
Jika input adalah sebagai kata benda di perilaku organisasi, maka proses
adalah sebagai kata kerja. Proses adalah tindakan yang melibatkan individu,
kelompok, dan organisasi dalam sebagai akibat dari input yang menyebabkan output
tertentu. Pada tingkat individu, proses meliputi emosi dan suasana hati, motivasi,
persepsi, dan pengambilan keputusan. Pada tingkat kelompok, proses termasuk
komunikasi, kepemimpinan, kekuasaan dan politik, dan konflik dan negosiasi.
Terakhir, pada tingkat organisasi, proses meliputi manajemen sumber daya manusia
dan perubahan praktik.
Output
Output adalah variabel kunci yang ingin Anda jelaskan atau prediksi, dan
dipengaruhi oleh beberapa variabel lain. Para ahli telah menekankan output tingkat
individu, seperti sikap dan stres, kinerja tugas, perilaku kewarganegaraan, dan
perilaku menyimpang. Pada tingkat kelompok, kohesi dan fungsi adalah variabel
dependen. Terakhir, pada tingkat organisasi, kita melihat produktivitas dan
kelangsungan hidup secara keseluruhan.
Sumber: Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. 2017. Organizational Behavior
17th Edition Global Edition. Harlow: Pearson Education Limited. (hal. 64-65).

Anda mungkin juga menyukai