Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting adalah
manusia, merupakan faktor dan pendukung organisasi. Perilaku organisasi
pada hakekatnya adalah hasil interaksi antara individu-individu dalam
organisasinya. Interraksi individu dalam sebuah organisasi tidaklah sama
antara satu dengan yang lainnya, hal ini dikarenakan bentuk
kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu berbeda-beda.
Mengamati dan mencermati perbedaan individual perlu
memperhatikan tentang perilaku dan kepribadian manusia. Kepribadiaan
merupakan konsep paling mendasar yang menjelaskan untuk serangkaian
perilaku yang khas dimana individu berpikir dan bertindak ketika ia
sedang menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya.
Konsep prilaku dan kepribadian dari individu perlu dipelajari, karena
kepribadian pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan perilaku
dari individu yang sifatnya permanen, yang membedakan satu individu dangan
individu lainnya. Pimpinan organisasi dituntut untuk dapat memahami
kepribadian dari setiap individu agar pimpinan dapat mengetahui
bagaimana cara terbaik untuk menghadapi mereka, dan dapat menempatkan
mereka pada tempat yang sesuai, walau dalam kenyataannya dalam hal
kesesuaian tenaga kerja yang dibutuhkan terkait dengan faktor individu
sebagai tenaga kerja, organisasi tidak selalu benar mendapatkan dan
menempatkan tenagan kerja yang benar-benar sesuai dengan harapan dan
tuntutan dalam pekerjaan. Hal tersebut biasa karena individu benar-benar tidak
sempurna. Proses seleksi, sekalipun dilaksanakan begitu ketat tetap
saja mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan orang yang benar-benar
tepat, serta terjadi perubahan di lingkungan organisasi. Ketika lingkungan
organisasi berubah, tuntutan terhadap kualifikasi tenaga kerja juga ikut
berubah. Akibatnya, tenaga kerja yang mulanya telah direkrut dan sesuai bisa
jadi tidak lagi sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi.

1
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di
dalamnya.Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang
menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan
produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas
karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi
sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari baik
perilaku individu ataupun perilaku kelompok, mungkin kedengarannya asing
untuk mempelajari perilaku itu sendiri, namun hal ini sangat penting karena
dengan mengetahui arti dari perilaku kita dapat mengetahui apa yang
diinginkan oleh individu tersebut, hal ini bertujuan agar apa yang kita
harapkan dapat tercapai dengan kerjasama setiap individu dengan
keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku dalam sebuah organisasi
sangat mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut. Karyawan sebagai
individu ketika memasuki perusahaan akan membawa kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman
masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf
kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif,
maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru
biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya. Selanjutnya
karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan
organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut
akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi. Oleh
karena itu penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan
kepada karyawan baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan
makalah ini adalah :

2
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku individu ?
2. Apa saja tingkatan analisis dalam perilaku organisasi ?
3. Apa saja konsep mengenai perilaku individu dalam organisasi ?
4. Bagaimana melakukan pendekatan-pendekatan untuk memahami perilaku
individu?
5. Apa perbedaan individual dalam masing-masing individu?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perilaku organisasi.
2. Untuk memahami konsep mengenai perilaku individu dalam organisasi.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peranan organisasi dalam individu.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat dari penulisan makalah
ini adalah :
a) Tidak hanya memenuhi tugas mata kuliah dari dosen pengampu tapi juga
dapat mengetahui konsep yang dijelaskan dalam makalah ini.
b) Dan tidak hanya mengetahui akan tetapi juga dapat benar-benar memahami
apa yang telah dijelaskan dalam makalah ini

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perilaku Individu dalam Organisasi


Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari tentang
interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang
perilaku, struktur dan proses dalam Organisasi. Sedangkan Perilaku individu
adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya.
Perilaku individu juga dapat disebut sebagai perilaku atau interaksi yang
dilakukan oleh manusia atau individu di lingkungannya, perilaku
setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana
individu tersebut tinggal, perilaku yang berbeda mengakibatkan berbedanya
kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya suatu organisasi agar kebutuhan
yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama antar individu.
Perilaku individu akan membentuk pada perilaku organisasi. Organisasi
diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama
manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab
itu antara organisasi dengan manusia memiliki hubungan yang
saling membutuhkan dan menguntungkan.

2.2 Tingkatan Analisa dalam Perilaku Organisasi


Kejadian-kejadian atau permasalahan yang terjadi dalam organisasi dapat
dianalisis dari tiga tingkatan analisis, yaitu : tingkat individu, kelompok
danorganisasi.
a. Pada tingkat individu, kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam
hubungannya dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam
suatu situasi. Masing-masing orang dalam organisasi memiliki sikap,
kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda beda yang mempengaruhinya
dalam berperilaku.

4
b. Pada tingkat kelompok, perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh
dinamika anggota kelompok, aturan kelompok, aturan kelompok dan nilai-
nilai yang dianut oleh kelompok.
c. Pada tingkat organisasi, kejadian-kejadian yang terjadi dalam kontek struktur
organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh
pada setiap interaksi sosial dalam organisasi.

2.3 Konsep Perilaku Individu dalam Kelompok


1. Konsep Persepsi
Menurut Robbins dan Judge (2009), persepsi (perception) diartikan sebagai
cara individu menganalisis dan mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan
tujuan untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang
individu akan memandang segala sesuatu dengan persepsi mereka sendiri yang
mungkin saja berbeda dengan persepsi orang lain.
Ada beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang, yaitu :
a. Faktor Penerima Persepsi (receiver), berupa sikap individu, kesukaan, motif
individu, pengalaman, dan penghargaan.
b. Faktor Target yang dipersepsikan, berupa suara, ukuran, gerakan, latar
belakang, dan kesamaan.
c. Faktor Situasi, berupa waktu, tempat, dan kondisi social ketika proses
penganalisaan terjadi.
Salah satu teori yang mencoba menjelaskan mengapa persepsi manusia
berbeda-beda terhadap suatu hal adalah teori atribusi (attribution theory). Teori ini
menjelaskan ketika seorang individu mengamati sebuah perilaku, mereka
mencoba menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh internal diri si
individu ataukah disebabkan oleh factor eksternal. Dari sinilah kemudian
seseorang mendasarkan penilaian terhadap perilaku individu.
Persepsi Seseorang artinya bagaimana persepsi yang dibuat oleh individu
tentang individu yang lainnya. Persepsi seseorang ini dipengaruhi oleh :
1. Homo Valens

5
Manusia adalah mahluk yang berkeinginan atau memiliki keinginan. Dalam
diri manusia semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot)
maupun yang tersembunyi (pikiran) disebabkan oleh peristiwa mental
sebelumnya. Baik yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa dengan
mudah kita akses(preconscious) dan ada yang sulit kita akses untuk dibawa ke
alam bawah sadar(unconscious). Dalam pikiran manusia 82% dikendalikan
oleh pikiran alam bawah sadar, 12% pikiran sadar dan 6% faktor lain. Di
alam bawah sadar individu terdapat dua struktur mental yang bisa diibaratkan
sebagai gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
a. Id, atau yang disebut primary process thingking atau yang dikenal dengan EQ
(Emotional Quotient) yaitu berisi energi psikis, yang hanya memikirkan
kesenangan semata.
b. Superego, atau yang dikenal dengan SQ (SpiritualQuotient ) yaitu berisi kaidah
moral dan nilai-nilai sosialyang diserap individu dari lingkungannya.
c. Ego, atau yang disebut secondary process thingking atau yang dikenal dengan IQ
(Inteligents Quotient) yaitu sebagai pengawas realitas.
2. Adanya Teori Hubungan
Artinya suatu usaha ketika individu mengamati perilaku untuk
menentukan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal.
a. Prilaku yang disebabkan secara internal adalah prilaku yang dipengaruhi
oleh kendali pribadi seorang individu.
b. Prilaku yang disebabkan secara eksternal adalah prilaku yang dipengaruhi
oleh sebab–sebab dari luar pribadi individu seperti individu dipaksa untuk
berprilaku demikian oleh situasi.
Misalnya : jika karyawan datang terlambat, dan atasan mengasumsikan
bahwa karyawan tersebut bangun kesiangan karna menghadiri pesta
sampai larut malam, atau menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam
atau nonton pertandingan bola sampai laurut malam, ini disebut sebagai
hubungan internal, tetapi jika keterlambatan tersebut disebabkan oleh
kemacetan lalulintas karna kecelakaan ini disebut sebagai hubungan
eksternal.
3. Persepsi Selektif

6
Adalah menginterprestasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang
berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman dan sikap seseorang. Misalnya
kita hanya memperhatikan sesuatu yang sama dengan apa yang kita miliki.
4. Efek Halo
Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang
individu berdasarkan sebuah karakteristik. Misalnya kepandaian, keramahan,
atau penampilan seperti mahasiswa memberikan penilaian terhadap dosen
mereka oleh karena dosen tersebut pendiam walaupun pandai dan sangat
cakap maka mahasiswa menilai dosen rendah.
5. Efek Kontras
Efek kontras adalah eveluasi tentang karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang
mendapatkan nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik yang
sama. Misalnya seorang pelamar yang memiliki kemampuan menengah
mendapatkan evaluasi yang kurang baik dibandingkan dengan pelamar yang
memiliki kemampuan yang unggul.
6. Proyeksi Proyeksi adalah menghubungkan karakteristik diri sendiri dengan
individu yang lain. Misalnya pada saat kita menginginkan tantangan dan
tanggung jawab dalam pekerjaan kita, kita juga mengasumsikan bahwa
indvidu lain juga meninginkan hal yang sama atau pada saat kita menganggap
diri kita jujur dan dan bisa dipercaya, maka kita juga mengasumsikan hal
yang sama terhadap orang lain.
7. Pembentukan Stereotip
Ini terjadi ketika penilaian yang kita berikan didasrkan pada kelompok
tempat orang tersebut, bukan didasarkan pada individunya sendiri. Misalnya :
a. pada saat terjadi bom bali, banyak orang beranggapan bahwa semua
muslim adalah teroris sehingga bagi negara2 tertentu sangat proteksi terhadap
muslim.
b. Pekerja–pekeraja asia merupakan pekerjas keras dan selalu berhati–hati.
c. Lulusan lembaga pendidikan atau perguruan tinggi tertentu lebih diterima
dari pada lembaga pendidikan atau perguruan tinggi lainnya.

7
2. Konsep Nilai
Nilai adalah keyakinan dasar akan segala sesuatu yang dianggap baik dan
benar. Robbins dan Judge (2009) membagi nilai menjadi dua, yaitu nilai
instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental adalah nilai-nilai yang
dianut dalam berperilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara
nilai terminal adalah nilai-nilai dari suatu tujuan yang dianggap baik dan
ingin dicapai. Contoh nyatanya misalkan : saya ingin menjadi pintar (nilai
terminal), oleh karena itu saya harus rajin belajar (nilai instrumental). Sifat -
sifat nilai :
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah
objek yang bernilai itu.Misalnya, orang yang memiliki kejujuran.
Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang
dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, citacita,
dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai
diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.nilai
terminal suatu.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan
semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Nilai akan berbeda-beda pada diri setiap individu, tetapi Hofstede mempunyai
sebuah kerangka umum yang menyatakan bahwa nilai itu bisa dilihat dari lima
dimensi yang terdapat di hampir semua masyarakat di dunia. Lima dimensi
tersebut adalah :
1. Rentang kekuasaan (power distance), yaitu sejauh mana sebuah masyarakat
menerima bahwa kekuasaan itu tidak merata. Masyarakat dengan rentang

8
kekuasaan tinggi cenderung memiliki rentang yang lebar yaitu seseorang bisa
sangat berkuasa dan orang lain bisa sangat tidak berkuasa. Sementara masyarakat
dengan rentang kekuasaan rendah memiliki rentang kekuasaan yang kurang lebih
sama.
2. Individualisme dan kolektivisme. Individualism berarti bahwa seorang
individu lebih memilih untuk bertindak sendiri dibandingkan dengan bertindak
secara bersama-sama. Sedangkan kolektivisme merupakan kebalikannya.
3. Maskulinitas dan femininitas. Maskulinitas berarti masyarakat memberikan
penilaian lebih terhadap kekuasaan, control, dan prestasi serta memberikan
penghargaan tinggi terhadap materi. Maskulinitas dengan jelas membedakan
peran antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan femininitas adalah kondisi
masyarakat yang lebih menghargai persamaan antara peran laki-laki dan
perempuan.
4. Penghindaran terhadap ketidakpastian, suatu kondisi sejauh mana
masyarakat merasa terancam oleh adanya ketidakpastian.
5. Orientasi jangka pendek dan jangka panjang yaitu suatu kondisi apakah
masyarakat lebih menghargai masa kini atau masa depan.

1. Konsep Sikap (Attitude)


Sikap atau attitude diartikan sebagai pernyataan evaluasi atau penilaian
terhadap suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap berbeda dari perilaku. Sikap
masih berupa penilaian abstrak. Penilaian tersebut menjadi kongkrit dalam
perilaku. Misal kita mempunyai sikap bahwa korupsi itu tidak baik, penilaian kita
tersebut menjadi nyata ketika kita mewujudkan sikap tersebut ke dalam perilaku
tidak melakukan korupsi. Robbins dan Judge (2009) mengungkapkan ada tiga
komponen yang membangun sikap, yaitu :
1. Komponen Kognitif. Komponen ini merupakan komponen inti dari sikap
yang berupa penjelasan atau kepercayaan tentang suatu hal.
2. Komponen Afektif. Merupakan komponen sikap yang bersifat emosional
atau bagaimana seseorang merasakan sesuatu hal. Seperti apakah ia merasa
senang atau tidak.

9
3. Komponen Perilaku. Yaitu intense untuk berperilaku tertentu terhadap
seseorang atau suatu hal yang didasarkan pada keyakinan dan perasaan yang
dimiliki individu terhadap seseorang atau suatu hal tersebut.
Tiga komponen sikap tersebut memberikan pemahaman bahwa sikap individu
dibentuk oleh kognisi dalam menggunakan rasio yang dikombinasikan dengan
kekuatan emosi yang akan mendorong seseorang individu untuk menunjukkan
perilaku tertentu.

2. Konsep Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja diartikan sebagai sikap individu terhadap pekerjaannya.
Seseorang yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memiliki sikap yang positif
terhadap pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak puas akan
memiliki sikap yang negative terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja seseorang dapat diukur dengan menggunakan pendekatan
summation score. Pendekatan ini mencoba mengukur kepuasan kerja seseorang
dilihat dari enam elemen kunci pekerjaan, yaitu : pekerjaan saat ini, atasan, teman
sekerja, gaji yang diperoleh, kesempatan promosi dan pekerjaan secara umum.
Individu diminta merespon keenam hal tersebut apakah ia merasa puas ataukah
tidak. Respon-respon tersebut kemudian dijumlahkan untuk mengetahui tingkat
kepuasan kerja secara keseluruhan. Kepuasan kerja memiliki pengaruh dan
dampak-dampak terhadap tingkat produktivitas, tingkat absensi dan tingkat
turnover.

3. Konsep Stress
Stress adalah suatu perasaan tertekan yang dialami seseorang karena adanya
Ketidakpastian atau Opportunity. Hal ini akan disertai dengan suatu kegagalan
(frustrasi) atau keberhasilan (sukses). Pengaruh Stress :
a. Kontruktif adalah stress yang memberikan dampak positif atau yang bersifat
membangun seperti kemampuan adaptasi, tingkat performance yang tinggi.

10
b. Destruktif adalah stress yang memberikan dampak negatif atau merusak jika
tidak adanya daya tahan mental individu terhadap beban yang dirasakan.
Gejala – Gejala Stress :
a. Gejala Fisik seperti nafas memburu, mulut & kerongkongan kering, tangan
lembab, merasa panas/gerah, otot menegang, gangguan pencernaan, sakit
kepala dan gelisah.
b. Gejala perilaku umum seperti perasaan cemas, sedih, jengkel, mudah
tersinggung, salah paham, tidak menarik, dan tidak bersemangat, merasa tidak
berharga mengakibatkan kesulitan dalam bepikir, konsentrasi, sulit dalam
mengambil keputusan, hilangnya minat terhadap orang lain, hilangnya
kreatifitas dan hilangnya gairah dalam berpenampilan.
c. Gejala ditempat Kerja seperti kepuasan kerja rendah, kinerja menurun,
komunikasi tidak lancar, kreatifitas dan inovasi menurun, serta bergulat pada
tugas – tugas yang tidak produktif.
Sumber Stres Ditempat Kerja :
a. Kondisi dan situasi pekerjaan
b. Pekerjaannya (faktor yang berkaitan dengan tugas)
c. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
d. Hubungan interpersonal

2.4 Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu


Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia
adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan
ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya
perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan
menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih
penting dari lingkungan itu sendiri.

11
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan
lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber
stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di
dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang
hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan
atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh
stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari
perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan
(tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur
kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur
menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam
Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku


Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric).
Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku
adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang,
tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

12
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu
stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan
suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id,
Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran,
tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan
memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan
tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti
berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi
bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya
perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah
tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan
perilaku.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan
pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi
atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan
sarana teknologi

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan,


harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa
mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

2.6 Perbedaan Individual


Setiap manusia berbeda perilakunya karena :

13
a. Manusia berbeda karena berbeda kemampuannya. Setiap manusia memiliki
perbedaan dalam berperilaku karena teori pertama menyatakan perbedaan itu
dibawanya sejak lahir, teori kedua karena proses penyerapan informasi yang
berbeda dari individu tersebut. bahkan kedua teori tersebut mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak.
b. Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan. Hal ini
merupakan bagian dari teori motivasi yang di temukan oleh para ilmuwan
psikologi seperti, Maslow, Mcleland,McGregor, dan lain-lain. yang pasti
kebutuhan manusia menjadi motif secara intrinsik individu tersebut dalam
berperilaku.
c. Manusia Berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam
mempengaruhinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia,
suatu keputusan yang di buat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa
yang terjadi di luar dari dirinya dengan kata lain motivasi exsternal berperan
disini. lingkungan membentuk manusiam menjadi baik kah atau menjadi
jahat, ramah atau sombong, dan lain-lain.
d. Manusia berbeda mempunyai masa depan sehingga cara berpikirnya pun
berbeda.
e. Setiap mimpi yang dibuat oleh manusia mempengaruhi bagaimana individu
tersebut berpikir dalam aktivitas kesehariannya dan bagaiman individu
tersebut bertindak untuk mencapai tujuan jangka pendek atau jangka
panjangnya.
f. Faktor Like or Dislike with Something. Percaya atau tidak faktor ini juga
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, apabila seseorang tidak suka
pada atasannya dalam memimpin, maka apapun yang dikatakan atasan hanya
merupakan masukan tidak langsung di lakukan.
g. Faktor X. Faktor X ini terjadi diluar kemampuan manusia artinya bahwa segal
perilaku akan berubbah oleh karena faktor alam yang tidak dapat di
identifikasi penyebabnya. maka apabial ada perubahan perilaku manusia dan
tidak dapat di pahami penyebabnya hal itu terjadi karena segala sesuatu telah
di tentukan oleh Allah SWT.

14
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda,
dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara
manusia. Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedaan tetapi ada juga
yang tidak merasa nyaman dalam perbedaan yang ada.
Perbedaan individu berarti bahwa manajemen dapat memperoleh motivasi
terbesar dikalangan para pegawai dengan memperlakukan mereka secara berbeda.
Apabila bukan karena perbedaan individual tentu dapat diterapkan standar tertentu
yang berlaku untuk semua orang dalam hal manajemen pegawai. Perbedaan
individu mengharapkan bahwa keadilan dan kepantasan perlakuan terhadap para
pegawai sepantasnya bersifat individual.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perilaku individu dalam organisasi dipengaruhi oleh persepsi, kepribadian
dan emosi individu tersebut, dimana kita dapat menilai atau menafsirkan
perilaku dengan cara mengamati pola kebiasaan dan peraturanperaturan yang
ada. Perilaku setiap individu satu dengan yang lainnya berbeda sehingga
diperlukan suatu pendekatan untuk menyatukan individuindividu tersebut agar
dapat mencapai tujuan secara bersama-sama, adapun selain dari menafsirkan
perilaku individu untuk mengetahui tujuan individu tersebut bisa menggunakan
komunikasi sebagai media untuk mengetahui individu tersebut.
Terdapat beberapa perbedaan karakteristik yang terdapat pada diri setiap
individu. Diantara beberapa karakteristik itu yaitu perbedaan mengenai
kecerdasan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Diatas telah
dipaparkan beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu, hal itu
merupakan acuan bagi seorang manajer agar dapat memahami apa saja yang
perlu dilakukan dalam mengorganisir setiap individu yang ada dalam setiap
organisasi dengan mengoptimalkan semua kecerdasan yang ia miliki serta
menyesuaikan setiap perilaku yang tercermin sesuai dengan kecerdasan yang
masing-masing individu miliki.
Dengan perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu, maka
perilaku yang akan terwujud pun akan berbeda pada setiap diri individu tersebut.
Dengan setiap perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu akan
mempengaruhi kepada setiap perilaku individu. Telah banyak dilakukan
mengenai pelatihan-pelatihan mengenai kecerdasan diatas, yang diharapkan agar
setiap individu apat meningkatkan setiap kinerjanya. Bila setiap individu
mempunyai perpaduan antara semua kecerdasan diatas, maka akan berdampak
baik pada individu tersebut begitu pula pada organisasi yang dimasukinya.
Bila setiap individu memiliki semua kecerdasan diatas, organisasi akan
berjalan lancar dan tujuan akan tercapai. Setiap individu yang memiliki

16
kecerdasan social, maka kerjasama yang baik akan terjalin antar sesama anggota
maupun kelompok. Serta bila individu memiliki kecerdasan ESQ, maka diantara
setiap anggota, kelompok, atasan dengan bawahan akan terdapat suatu
kepercayaan antar satu sama lain yang kuat, karena setiap individu dalam
kelompok mempunyai akhlak yang baik. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi
dibutuhkan suatu kecerdasan yang seimbang yang dimiliki oleh setiap individu
organisasi tersebut.

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teoriteori
yang dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalam sebuah organisasi yang
dapat menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi
sesungguhnya. Maka sebagai Agent Of Change kita harus memaknai setiap
kalimat yang tertulis didalam makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk
mendapatkan manfaat dari kegiatan membaca makalah ini dan dapat
menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya. Dan tidak hanya menguasai
materi akantetapi sulit untuk membawanya didunia kerja kelak saat menghadapi
masa kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.

17

Anda mungkin juga menyukai