Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang
Perilaku Organisasi/Organizational Behaviour (OB) adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat
kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik
kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga
dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah
akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan
metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan
psikologi.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu
yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu
tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana
dirinya bergabung.
Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai
dari yang sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih atau luas (tersier).
Karena untuk memenuhi kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu
tempat untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, manusia memerlukan
organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baik itu organisasi di
bidang pendidikan, hobi, pekerjaan, dan lain-lain. Dalam perilaku organisasi
dijelaskan bagaimana perbedaan kebutuhan antar individu, karakter-karakter
setiap individu, dan komunikasi antar individu yang berpengaruh dalam
pencapaian tujuan itu.
Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya terdapat
sekelompok orang yang mempunyai hubungan keterkaitan antara satu dengan
lainnya sehingga bersosialisasi dengan para pelaku organisasi. Dalam
perilaku organisasi, individu-individu harus mampu menyesuaikan dirinya
dengan bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan membuat tugas yang telah
diberikan akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa dilakukan secara
bersama-sama. Karena setiap orang mempunyai kebutuhan, maka sebaiknya

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

dalam berperilaku organisasi seseorang mampu bereksistensi dengan orang


lain agar mampu melaksanakan tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memiliki tujuan
bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi
merupakan pembelajaran tentang suatu sifat/karakteristik individu yang
tercipta di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia berbeda-beda
karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat-sifat
individu dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku organisasi
akan mengetahui tentang cara-cara mengatasi permasalahan yang ada di
lingkungan organisasi.

I.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi perilaku individu dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya?
2. Apa yang dimaksud dengan perbedaan individu?
3. Apa yang dimaksud dengan kemampuan?
4. Apakah definisi kepribadian dan teori-teori yang mendukungnya?
5. Apakah persepsi dan mengapa persepsi itu penting?
6. Bagaimana definisi tentang nilai?
7. Apakah yang dimaksud dengan sikap?
8. Apa yang dimaksud dengan proses pembelajaran?

I.3.

Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan
untuk mengetahui serta mempelajari tentang teori-teori dan konsep-konsep
perilaku organisasi khususnya yang berkaitan dengan perilaku individu dan
perbedaannya.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Perilaku Individu


Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.
Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan
keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh
karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting
dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan
membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan,
kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya.
Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan baru di kantor.
Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif.
Perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta
segala sesuatu yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang
dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar
pendapat, berfikir dan sebagainya. Setiap individu mempunyai karakteristik
yang berbeda, sehingga setiap manusia mempunyai keunikan-keunikan
tersendiri.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara
karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam
organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan
perilakunya akan dipengaruhi oleh masing-masing lingkungannya yang
memang berbeda. Individu membawa sifat/ciri khas sikap ke dalam tatanan
organisasi seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan
dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan
dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yang
lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai
karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki,

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem


pengendalian, dan sebagainya.

II.2. Perbedaan Individu


Pengambilan keputusan dalam praktiknya dikarakterisasikan oleh
batasan-batasan rasionalitas, bias dan kesalahan umum, serta penggunaan
intuisi. Perbedaan-perbedaan individu juga menciptakan deviasi dari model
rasional.
1. Kepribadian
Pertama, riset menyatakan bahwa orang-orang yang berjuang dalam
pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya, sedangkan
orang-orang yang patuh lebih tidak mungkin. Karena umumnya orangorang yang berorientasi pada pencapaian tidak suka gagal, meskipun
demikian lebih cenderung melakukan apa yang mereka pandang terbaik
bagi organisasi.
Kedua, individu yang mengejar pencapaian tampaknya lebih rentan
pada bias retrospeksi, mungkin karena mereka perlu menjustifikasi
tindakannya. Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi
untuk mempertahankannya, sehingga mereka menggunakan bias
pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang
lain atas kegagalannya, tetapi mengambil kredit atas kesuksesan.
2. Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan
jenis kelamin dalam pengambilan keputusan. Wanita menghabiskan lebih
banyak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini,
dan masa depan. Mereka lebih mungkin terlalu menganalisis masalah
sebelum mengambil keputusan dan menyesali keputusan ketika telah
dibuat. Ini dapat mengarah pada pertimbangan hati-hati atas masalah dan
pilihan. Meskipun demikian, itu dapat membuat masalah lebih sulit
diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau, dan
meningkatkan depresi.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

Ada pendapat bahwa orang tua mendorong dan menanamkan


ekspresi kesedihan dan kecemasan lebih banyak pada anak perempuan
daripada anak laki-laki. Teori lainnya adalah wanita, lebih banyak dari
pria, mendasarkan harga diri dari nilai positifnya pada apa yang orang lain
pikirkan tentang mereka. Pendapat ketiga adalah bahwa wanita lebih
berempati dan lebih dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan orang lain,
sehingga mereka memiliki lebih banyak hal untuk dikontemplasikan.
3. Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih
tinggi mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah
lebih akurat, dan belajar lebih cepat, sehingga Anda mungkin
mengekspektasikan mereka juga lebih sedikit berisiko salah mengambil
keputusan umum.
4. Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya,
demikian pula dengan banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang
pengambilan keputusan. Kita perlu mengakui bahwa latar belakang
budaya dari pembuat keputusan dapat memengaruhi dengan signifikan
pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas,
dan apakah keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat oleh
seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.

II.3. Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas individu saat ini untuk melakukan
berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan. Kemampuan keseluruhan esensinya
dibangun oleh dua set faktor yaitu fisik dan intelektual.
1. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kekuatan, kecekatan, dan
keterampilan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa
kemampuan dasar yang dilibatkan karyawan dalam melakukan pekerjaan

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

jasmani, dan masing-masing individu berbeda kemampuan dasar yang


dimiliki.
a. Faktor Kekuatan
1) Kekuatan Dinamis adalah kekuatan yang menggunakan otot secara
terus menerus atau berulang-ulang.
2) Kekuatan Tubuh adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan otot
menggunakan otot tubuh (khususnya otot perut).
3) Kekuatan Statis adalah kemampuan menggunakan kekuatan
terhadap objek eksternal.
4) Kekuatan Eksplosif adalah kemampuan mengeluarkan energi
maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif
b. Faktor Fleksibilitas
1) Fleksibikitas Luas adalah kemampuan menggerakan tubuh dan otot
punggung sejauh mungkin.
2) Fleksibilitas Dinamis adalah kemampuan membuat gerakan-gerakan
lentur yang cepat dan berulang-ulang.
c. Faktor Lainnya
1) Koordinasi Tubuh adalah Kemampuan mengoordinasikan tindakan
secara bersamaan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda.
2) Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan
meskipun tedapat gaya yang mengganggu keseimbangan.
3) Stamina adalah kemampuan menggerakan upaya maksimum yang
membutuhkan usaha berkelanjutan.
Ketika kemampuan-pekerjaan tidak sesuai karena karyawan
memiliki keterampilan yang jauh melebihi persyaratan untuk pekerjaan
tersebut, kinerja pekerjaan kemungkinan akan memadahi tetapi akan
terdapat ketidakefesienan dan penuruna tingkat kepuasan karyawan.
Kemampuan Intelektual atau Fisik tertentu yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan
kemampuan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh seorang pilot
membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat dan koordinasi
tubuh yang baik. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

karyawan atau pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan


mengabaikan fakta bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi
keduannya.
2. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan mental. Untuk mengetahui kemampuan intelektual
seseorang dapat menggunakan test IQ dan test-test lain untuk masuk ke
sebuah perguruan tinggi. Ada tujuh dimensi yang membentuk kemampuan
intelektual yaitu: kemahiran berhitung (numeric), pemahaman verbal,
kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi
ruang dan daya ingat. Test-test yang menilai semua kemampuan tersebut
merupakan suatu perkiraan yang valid terhadap kemampuan pekerjaan
pada semua tingkat pekerjaan. Segala test yang mengukur kemampuan
atau kecerdasan khusus merupakan perkiraan yang kuat dari kinerja.

II.4. Kepribadian
Definisi kepribadian adalah jumlah total cara-cara di mana seorang
individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain.
1. Model Myers-Briggs Type Indicators
Myers-Briggs Type Indicators merupakan instrumen yang paling
sering dipergunakan. Instrumen ini berisi 100 pertanyaan mengenai
bagaimana individu akan merasa atau bertindak dalam situasi tertentu.
Berdasarkan jawaban-jawbaan yang diberikan dalam tes tersebut, individu
diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstrovert-introvert (E atau I),
sensitif atau intuitif (S atau N), pemikir atau perasa (E atau F), dan
memahami atau menilai (judging atau perceiving: J atau P).
Istilah-istilah ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Ekstraver versus Introvert. Individu dengan karakteristik ekstravert
digambarkan sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas.
Sedangkan individu dengan karakteristik introvert digambarkan
sebagai individu yang pendiam dan pemalu.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

b. Sensitif versus Intuitif. Individu dengan karakteristik sensitif


digambarkan sebagai individu yang praktis dan lebih menyukai
rutinitas dan urutan. Mereka berfokus pada detail. Sebaliknya, individu
dengan karakteristik intuitif mengandalkan proses-proses tidak sadar
dan melihat gambaran umum.
c. Pemikir versus Perasa. Individu yang termasuk dalam karakteristik
pemikir menggunakan alasan dan logika untuk menganangi masalah,
sednagkan individu dengan karakteristik perasa mengandalkan nilainilai dan emosi pribadi mereka
d. Memahami versus Menilai. Individu yang cenderung memiliki
karakteristik memahami menginginkan kendali dan lebih suka dunia
mereka teratur dan terstruktur, sedangkan individu dengan karakteristik
menilai cenderung lebih fleksibel dan spontan.

2. Model Kepribadian Lima Besar (Kepribadian the Big Five)


Kepribadian lima besar meliputi ekstaversi (extravertion), mudah
akur

atau

mudah

bersepakat

(agreeableness),

sifat

berhati-hati

(conscientiousness), stabilitas emosi (emotional stability), dan terbuka


terhadap hal-hal baru (openness to experience).
a. Esktraversi.
Dimensi ini mengungkapkan bahwa tingkat kenyamanan seseorang
dalam berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki sifat
ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas, dan mudah
bersosialisasi. Sebaliknya individu yang memiliki sifat introvert
cenderung suka menyendiri, penakut dan pendiam.
b. Mudah akur atau bersepakat.
Dimensi merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap
individu lainnya. Individu yang tidak mudah bersepakat cenderung
bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menentang.
c. Sifat kehati-hatian.
Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat
berhati-hati adalah individu yang bertanggungjawab, teratur, dapat
Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

diandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan dengan sifat kehatihatian yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak
bisa diandalkan.
d. Stabilitas emosi.
Sering juga disebut berdasarkan kebalikannya yaitu neurosis. Dimensi
ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stres. Individu
dengan stabilitas emosi positif cenderung tenang, pecaya diri dan
memiliki pendirian yang teguh. Sementara individu dengan stabilitas
emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan
tidak memiliki pendirian yang teguh.
e. Terbuka terhadap hal-hal baru.
Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan
individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap halhal baru. Individu yang sangat terbuka, kreatif, ingin tahu dan sensitif
terhadap hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka
cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan halhal yang telah ada.

II.5. Persepsi
Presepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterprestasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada
lingkungannya. Persepsi penting bagi perilaku organisasi karena perilaku
orang-orang didasarkan pada presepsi mereka tentang apa realita yang ada,
bukan mengenai realita itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:
1. Faktor-faktor pada situasi:
a. Waktu.
b. Latar kerja.
c. Latar sosial.
2. Faktor-faktor pada penilai:
a. Sikap.
b. Motif.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

c. Minat.
d. Pengalaman.
e. Ekspektasi.
3. Faktor-faktor pada target:
a. Inovasi.
b. Pergerakan.
c. Suara.
d. Ukuran.
e. Latar belakang.
f. Proksimilitas.
g. Kesamaan.

Teori atribusi adalah sebuah percobaan untuk menentukan apakah


perilaku seseorang individu disebabkan dari internal atau eksternal.
Penentuan itu terutama tergantung pada tiga faktor:
1. Perbedaan:

Perbedaan

merujuk

pada

apakah

seorang

individu

menampilkan perilaku yang berbeda dalam situasi yang berbeda


2. Konsensus: Konsensus adalah jika seseorang menghadapi situasi yang
sama memberikan respons yang sama
3. Konsistensi: seorang pengamat mencari konsistensi dalam tindakan
seseorang.
Kesalahan atribusi fundamental: kecenderungan untuk meremehkan
pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor
internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain.
Bias pelayanan diri: kecenderungan individu untuk mengatribusikan
kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan atau
usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.
Jalan pintas dalam menilai orang lain secara umum antara lain:
1. Persepsi

Selektif:

kecenderungan

untuk

secara

selektif

menginterprestasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat, latar


belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

10

2. Efek Halo: kecenderugan untuk menggambarkan impresi umum mengenai


seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal
3. Efek Kontras: evaluasi atas karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang berperingkat lebih
tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama
4. Stereotip: menilai seseorang berdasarkan presepsi mengenai kelompok
asalnya.
Aplikasi spesifikasi dari jalan pintas dalam organisasi:
1. Wawancara Kerja: sedikit orang yang direkrut tanpa tes wawancara.
Namun, pewawancara membuat penilain preseptual yang sering tidak
akurat dan menggambarkan kesan awal yang dengan cepat mengakar.
Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4
atau 5 menit pertama wawancara, hasilnya, informasi yang diperoleh dari
awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan
informasi yang diperoleh sesudahnya, dan pelamar yang baik mungkin
dikarakterisasi lebih berdasarkan tidak adanya karakteritik yang tidak
menyenangkan dibandingkan berdasarkan kehadiran karakteristik yang
menyenangkan.
2. Ekspektasi Kinerja: orang-orang mencoba untuk memvalidasi presepsi
mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah. Istilah prediksi
pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perlikau
seseorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Prediksi
pemenuhan diri telah didapati memengaruhi kinerja seseorang.
3. Evaluasi Kinerja: masa depan seseorang pekerja sangat terkait dengan
penilaian; promosi, kenaikan gaji, dan kelanjutan pekerjaan adalah
beberapa hasilnya. Meskipun penilaian dapat jadi objektif banyak
pekerjaan dinilai secara subjektif. Evaluasi subjektif, meskipun kadang
kala perlu, adalah problematika karena kesalahan yang kita diskusikan;
presepsi selektif, efek kontras, efek halo, dan seterusnya, kadang peringkat
kinerja mengatakan tentang evaluator sebanyak yang dikatakannya tentang
pekerja.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

11

II.6. Nilai
Nilai memberikan fondasi bagi pemahaman kita mengenai sikap dan
motivasi orang-orang serta pengaruh presepsi kita. Dan nilai mengaburkan
objektifitas dan rasionalitas, mereka mempengaruhi sifat dan perilaku.
Contohnya, andaikan anda memasuki sebuah organisasi dengan pandangan
yang mengalokasikan gaji berdasarkan kinerja adalah benar. Bagaimana anda
akan bereaksi jika anda mendapati bahwa organisasi yang baru saja anda
masuki kebih menghargai senioritas dan bukan kinerja, anda akan kecewa
karena akan berujung pada ketidakpuasan kerja dan keputusan untuk tidak
mengarahkan usaha.
1. Nilai Terminal Versus Instrumental
Seorang peneliti, Milton Rokeach, berpendapat bahwa kita dapat
mengorganisasikan nilai ke dalam dua kategori. Pertama nilai terminal
(terminal value), merujuk pada hasil akhir yang diinginkan, merupakan
sasaran yang ingin dicapai seseorang dalam hidupnya contoh:
kesejahteraan dan kesusksesan otonomi, kebebasan, kesehatan dan lainlain. Kedua nilai instrumental (instrumental value) merujuk pada mode
perilaku yang lebih disukai atau alat untuk mencapai nilai terminal,
contoh: disiplin pribadi, kebaikan, serta orientasi sasaran. Keseimbangan
diantara keduanya penting, sebagaimana pemahaman tentang alat untuk
mencapainya.
2. Nilai-Nilai pada Generasi
Kelompok kerja kontemporer-para peniliti telag mengintegrasikan
beberapa analisis dari nilai-nilai kerja kedalam kelompok yang mencoba
menangkap nilai-nilai unik dari kelompok atau generasi berbeda dalam
angkatan kerja. Berikut segmentasi pekerja berdasarkan era mereka
memasuki kerja.
a. Generasi lonjakan bayi (1965-1985) merupakan sebuah kelompok
besar yang dilahirkan sesudah perang dunia ke II ketika pensiunan
perang kembali ke keluarganya dan keadaan membaik. Mereka
membawa etika hippie dan tidak mempercayai otoritas tapi mereka

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

12

menempatkan penekanan kuat pada pencapaian dan kesuksesan


material.
b. Generasi X (1985-2000) telah dibentuk oleh globalisasi, mereka
menghargai flexibelitas, pilihan-pilihan hidup, dan pencapaian
kepuasan kerja. Keluarga dan hubungan sangat penting. Dalam
pencarian keseimbangan hidup, mereka kurang bersedia mengorbankan
pribadi demi pemberi kerjanya dibandingkan generasi sebelumnya.
Mereka sangat menjunjung tinggi persahabatan sejati, kebahagiaan, dan
kesenangan.
c. Generasi Milenium (2000-sekarang) tumbuh pada masa-masa
sejahtera. Mereka memiliki ekspetasi yang tinggi dan mencari arti
pekerjaan mereka. Mereka juga melihat diri mereka bertanggung jawab
secara sosial. Mereka cenderung membicarakan jaringan elektronik dan
kewirausahaan. Sebuah survei Ernst & Young menemukan bahwa 85%
generasi millennium menginginkan umpan balik kinerja yang sering
dan jujur.
Meskipun menarik membahas nilai-nilai pada generasi, ingatlah
klasifikasi ini belum cukup didukung oleh riset yang solid. Riset-riset
sebelumnya masih lemah karena permasalaham metodelogi yang
menyulitkan penilaian apakah perbedaan-perbedaan sebenarnya memang
ada.
3. Kecocokan Orang-Pekerjaan
Holland mengusulkan bahwa kepuasan dan keinginan untuk
meninggalkan sebuah posisi bergantung pada seberapa baik individu itu
mencocokkan kepribadianya dengan sebuah kepribadiannya dengan
sebuah pekerjaan. Holland mengembangkan kuesioner persediaan pilihan
vokasional yang mengandung 160 kewajiban pekerjaan. Reponden
mengindikasikan mana yang mereka sukai atau tidak disukai.arti dari teori
ini berpendapat bahwa kepuasan tertinggi dan perputaran terendah ketika
kepribadian dan pekerjaan cocok, seorang yang realistis dalam pekerjaan
sosial berada dalam situasi yang paling tidak kongruen, poin penting dari
model ini adalah bahwa orang-orang yang memiliki pekerjaan yang
Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

13

kongruen dengan kepribadiannya seharusnya lebih puas dan kurang


beresiko mengundurkan diri dibandingkan orang-orang yang memiliki
pekerjaan yang tidak kongruen.
4. Kecocokan Orang-Organisasi
Pada dasarnya berpendapat bahwa orang-orang tertarik pada dan
dipilih oleh organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan mereka
meninggalkan organisasi yang tidak cocok dengan kepribadianya.
Kecocokan orang-organisasi juga telah melihat apakah nilai-nilai orang
cocok dengan budaya organisasi. Kecocokan ini memprediksi kepuasan
kerja, komitmen pada organisasi, dan perputaran yang rendah. Beberapa
riset mendapati bahwa kecocokan orang-orgaisasi lebih penting dalam
memprediksi perputaran pekerja di negara kolektivistik (India) dari pada
di negara yang lebih individualistis (Amerika Serikat).

Nilai-nilai Internasional
Diakhir 1970-an oleh Geert Hofstede menyurvei lebih dari 116.00
pekerja IBM di negara mengenai nilai-nilai terkait pekerjaan mereka dan
mendapati bahwa manajer dan pekerja beragam dalam lima dimensi nilai dari
budaya nasional:
1. Jarak kekuasaan menejalaskan tingkat dimana orang-orang dalam suatu
negara menerima bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi
menyebar tidak merata
2. Individualisme versus kolektivisme. Individualism menjelaskan tingkat
dimana orang-orang lebih memilih untuk bertindak sebagai individu
dibandingkan sebagai anggota dari kelompok. Kolektivisme menejelaskan
kerangka sosial ketat dimana orang-orang mengharapkan yang lain dalam
kelompok yang menjadi bagianya untuk merawat dan melindungi.
3. Maskulinitas versus ferminitas. Maskulinitas menjelaskan tingkat dimana
budaya

menyukai

peran-peran

maskulin

tradisional.

Ferminitas

menjelaskan melihat sedikit perbedaan antara peran pria dan wanita dalam
memperlakukan wanita sama dengan pria dalam segala hal.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

14

4. Penghindaran ketidakpastian. Tingkat dimana orang-orang dalam suatu


negara lebih memilih situasi yang terstruktur atau tidak terstruktur
menentukan penghindaran ketidakpastian mereka.
5. Orientasi jangka panjang versus jangka pendek.orang-orang orientasi
jangka panjang lebih menghargai masa depan dan menghargai
kebijaksanaan, persistensi serta tradisi. Orang-orang orientasi jangka
pendek lebih siap menerima perubahan dan tidak melihat komitmen
sebagai rintangan untuk berubah.
Anda akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan regional. Negaranegara barat dan utara seperti kanada dan belanda cenderung lebih
individualis. Dimensi budaya Hofstede telah snagat berpengaruh besar dalam
oara penelitian perilaku organisasi manajer. Meskipun demikian, risetnya
telah dikritik. Pertama, meskipun datanya telah diperbarui semenjak itu, riset
awalnya dilakukan lebih dari 30 tahun lalu didasarkan pada perusahaan
tunggal (IBM). Beberapa perubahan yang paling tampak termasuk runtuhnya
Uni Soviet, transformasi Eropa Tengah dan Timur, akhir dari pembedaan ras
di Afrika Selatan, naiknya Cina sebagai kekuatan global, dan mulainya resesi
dunia. Kedua, sedikit peneliti yang telah benar-benar membaca detail
metodologi Hofstede dan oleh karena itu tidak sadar mengenai banyak
keputusan dan penilaian yang harus ia buat. Kesimpulanya, riset ini
menyatakan bahwa kerangka nilai Hofstede bisa menjadi cara berpikir
berharga mengenai perbedaan-perbedaan di antara orang-orang, tetapi kita
seharusnya lebih hati-hati dalam mengasumsikan semua orang dari satu
negara memiliki nilai-nilai yang sama.

II.7. Sikap
Sikap atau attitude adalah pernyataan-pernyataan evaluatif baik
meyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai objek, orang, atau
peristiwa. Umumnya, para peneliti mengansumsikan bahwa sikap memiliki
tiga komponen:

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

15

1. Komponen kognitif (cognitive component):

Opini atau segmen

kepercayaan dari suatu sikap. Dengan adanya komponen kognitif,


terbentuklah tahapan yang lebih penting yakni komponen afektif.
2. Komponen afektif (affective component): Segmen perasaan atau
emosional dari suatu sikap.
3. Komponen perilaku (behavioral component): Sebuah maksud untuk
berperilaku tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
Dengan adanya tiga komponen sikap tersebut dapat membantu dalam
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Dan dapat disimpulakan
bahwa ketiga komponen ini saling berkaitan erat, terutama komponen
kognitif dan afektif tidak dapat dipisahkan dalam banyak hal.
Sebuah riset mengansumsikan bahwa sikap secara umum berhubungan
dengan perilaku yakni, sikap yang dimiliki seseorang menentukan apa yang
mereka lakukan. Namun antara sikap dan perilaku dapat timbul efek
disonansi kognitif (cognitive dissonance), yaitu setiap ketidakcocokan yang
individu rasakan antara dua atau lebih sikap atau antara perilaku dan sikap.
Terdapat ribuan sikap yang ada namun, dalam perilaku organisasi lebih
berfokus pada tiga sikap:
1. Kepuasan Kerja (job satisfaction): Suatu perasaan positif tentang
pekerjaan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi dari karakteristikkarakteristiknya.
2. Keterlibatan Kerja (job involvement): Tingkat di mana seseorang
mengidentifikasi dengan sebuah pekerjaan, secara aktif berpartisipasi di
dalamnya, dan mempertimbangkan kinerja penting bagi nilai diri.
Terdapat konsep lain yang berkaitan erat yaitu, pemberdayaan psikologis
(psychological empowerment) yang mana kepercayaan pekerja dalam
tingkat

di

mana

mereka

memengaruhi

lingkungan

kerjanya,

kompetensinya, arti pekerjaan mereka, dan otonomi yang mereka nilai.


3. Komitmen Organisasi (organizational commitment): Tingkat di mana
seorang pekerja mengidentifikasi sebuah organisasi, tujuan dan
harapannya untuk tetap menjadi anggota.
Dan terdapat sikap-sikap penting lainnya yakni:
Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

16

1. Dukungan Organisasi yang Dirasakan (perceived organizational support


[POS]): Tingkat di mana para pekerja mempercayai organisasi menilai
kontribusinya dan peduli mengenai kesejahteraan mereka.
2. Keterlibatan Pekerja (employee engagement): Keterlibatan seorang
individu,

kepuasan,

dan

antusiasme

terhadap

pekerjaan

yang

dilakukannya.

II.8. Proses Pembelajaran


Pembelajaran (learning) terjadi setiap waktu. Pembelajaran secara
umum adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai
hasil pengalaman. Perubahan perilaku menunjukkan bahwa pembelajaran
telah terjadi dan pembelajaran adalah perubahan perilaku.
Menurut Stephen P. Robbins definisi yang dikemukakannya memiliki
komponen yang perlu diklarifikasi, yakni:
1. Belajar itu sendiri melibatkan perubahan. Perubahan itu dapat baik atau
buruk, tergantung dari perilaku yang dipelajari.
2. Pelajaran itu harus relatif permanen. Perubahan sementara bersifat reflektif
dan gagal mewakili pembelajaran apapun.
3. Melibatkan perilaku, artinya proses belajar dianggap sudah terjadi dapat
dilihat adanya perubahan perilaku.
4. Beberapa bentuk pengalaman hidup penting artinya belajar. Pengalamanpengalaman inui dapat diperoleh secara langsung maupun secara tidak
langsung.
Teori pembelajaran terdiri dari tiga, yakni:
1. Pengkondisian Klasik (Clasiccal conditional)
Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing
mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa
stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respons yang tidak
dikondisikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang
dikondisikan itu akan menghasilkan respons yang dikondisikan.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

17

2. Pengkondisian Operant (Operant conditional)


Menurut teori ini, perilaku merupakan fungsi dan akibat dari
perilaku itu sendiri. Kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu
dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat dari perilaku
itu. Misalnya bila seorang karyawan berprestasi di atas standar kemudian
diberi insentif oleh pimpinan, maka akan berdampak positif/kesenangan
sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang
sama untuk memperoleh imbalan
3. Pembelajaran Sosial (Social Learning)
Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang
dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus
diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajarmengajar yaitu:
a. Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi
pelajaran dengan menarik, dan suasana belajar yang kondusif.
b. Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa
bbesar daya ingat si subjek belajar.
c. Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami
perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.
d. Proses penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan
baik maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang
mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi
lebih baik maka ia harus mendapatkan imabalan yang sesuai.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

18

BAB III
STUDI KASUS

III.1. Kasus
Permasalahan pokok dalam dua artikel berikut ini adalah bagaimana
memahami perilaku individual serta perbedaan-perbedaannya:
1. Ashton, M. C. 1998. Personality and job performance: the importance of
narrow traits. Journal of Organizational Behavior, 19 (3): 289-304.
2. Zalkind, S. S., & Costello, T. W. 1962. Perception: some recent research
and implications for administration, in D. Buchanan and A. Huczynski.
1977. Organizational Behavior: Integrated Readings. London: Prentice
Hall. 5-16.
Artikel yang ditulis oleh Zalkind & Costelo (1962) menyoroti
permasalahan tersebut dengan membahas tentang persepsi. Hal itu sangat
relevan karena persepsi seseorang dapat mempengaruh perilaku orang
tersebut dalam organisasi. Sedangkan Ashton (1998) membahas tentang
kepribadian. Sebab, sebagaimana dengan persepsi, kepribadian seseorang
sangat menentukan perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya.

III.2. Pembahasan
Zalkind & Costelo (1962) membatasi pembahasannya tentang persepsi
dengan menekankan pada beberapa penelitian yang telah ada serta
implikasinya bagi administrasi. Ia merangkum berbagai penemuan pada
persepsi yang telah dikembangkan baik melalui penelitian laboratoris
maupun organisasional dan kemudian ia merumuskan beberapa implikasi
manajerial dan administratif.
Hasil rangkuman yang telah dilakukannya sehubungan dengan
penelitian tentang persepsi itu digolongkannya dalam beberapa tema pokok,
yaitu:
1. Faktor-faktor mendasar dalam sifat proses yang berkenaan dengan
persepsi.
2. Pembentukan impresi dari orang yang lain.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

19

3. Karakteristik dari orang yang melakukan persepsi (perceiver) dan yang


dipersepsi (perceived).
4. Pengaruh situasional dan organisasional pada persepsi.
5. Pengaruh perseptual (yang berkenaan dengan persepsi) terhadap
penyelesaian/penyesuaian interpersonal.
Berbeda dengan artikel di atas, Ashton (1998) menyoroti personality
dan job performance dalam kaitan dengan pentingnya penggunaan kriteria
(sifat) yang lebih sempit. Hal ini muncul karena adanya dilema dalam
pengukuran kepribadian (personality). Ones dan Viswesvaran (1986)
mengemukakan bahwa penggunaan pengukuran yang lebih luas dalam
menilai kepribadian lebih disukai karena bentuk itu lebih reliabel dibanding
dengan pengukuran yang menggunakan kriteria yang lebih sempit. Dengan
menggunakan kriteria the Big Five (extraversion, agreeablesness,
conscientiousness, emotional stability, dan intellect), Ones dan Viswesvaran
membuktikan argumen mereka.
Beberapa peneliti lain justru menunjukkan bahwa pemakaian
pengukuran yang lebih luas itu ternyata tidak menjamin adanya hasil yang
lebih reliabel. Paunonen (1993) justru menunjukkan bahwa pemakaian
kriteria yang lebih luas secara potensial dapat mengurangi validitas penilaian.
Ia justru menunjukkan bahwa beberapa kriteria yang berkenaan dengan
perilaku lebih baik diprediksi dengan menggunakan kriteria dengan level
yang lebih rendah (kriteria yang sempit). Hal itu pun didukung oleh penelitian
lain.
Bertitik tolak dari adanya dilema tersebut, Ashton (1998) mencoba
menguji apakah penelitian Ones dan Viswesvaran itu benar atau tidak.
Dengan mengambil sampel mahasiswa di Kanada (131 responden), WBQ
(workplace behavior questionnaire) sebagai kriteria pengukuran, Ashton
menemukan bahwa pendapat Ones dan Viwesvaran tidak terbukti. Dengan
demikian maka Risk Taking Scales dari Jackson Personality Inventory
memiliki validitas yang lebih tinggi dibanding dengan the Big Five dari Ones
dan Viwesvaran.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

20

III.3. Tanggapan
Setelah mencermati apa yang dikemukakan oleh para penulis dalam
artikel mereka maka dapat ditarik beberapa poin tentang perilaku individual
secara umum dan persepsi maupun kepribadian individu dalam konteks lebih
khusus. Poin-poin itu adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman akan perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya dapat
membantu memahami perilaku organisasional karena organisasi pada
hakekatnya terdiri dari individu-individu. Sedangkan pemahaman akan
perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya itu sendiri dapat
diperoleh antara lain melalui pemahaman akan persepsi dan kepribadian
seseorang.
2. Persepsi individu dapat dipengaruhi oleh situasi individu itu sendiri
maupun lingkungan di sekitarnya termasuk apa yang dipersepsi oleh
individu tersebut.
3. Ukuran yang lebih sempit yang dipakai dalam menilai kepribadian tidak
dengan sendirinya menghasilkan validitas penilaian yang lebih rendah
dibanding dengan ukuran yang lebih luas. Hal sebaliknya justru yang
terjadi sebagaimana telah dibuktikan oleh Ashton.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

21

BAB IV
SIMPULAN

Setiap individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adalah
kertas kosong yang di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia
merupakan fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya.
Mereka berperilaku berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh masing-masing
lingkungan yang memang berbeda.
Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca,
seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan
signifikan dengan produktivitas atau kinerja dalam suatu organisasi dan merupakan
isu penting dalam dekade mendatang. Dari kajian beberapa bukti riset,
memunculkan simpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki hubungan dengan
produktivitas. Dan para pekerja tua yang masa kerjanya panjang akan lebih kecil
kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan karyawan yang
sudah menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran diri lebih rendah
serta menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada karyawan yang
bujangan.
Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara
langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian
kemampuan-pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku
individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga
berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu.
Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman.
Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Di dalam
organisasi setiap orang mempunyai tujuan yang sama. Seluruh pekerjaan di dalam
organisasi dilakukan para anggota yang akan menentukan keberhasilannya. Jika
seorang ikut dalam organisasi, dia akan memperoleh suatu tujuan yang membuat ia
dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya. Organisasi sangat berpengaruh
terhadap individu, karena setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan
tertentu dalam dirinya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

22

depan. Karena kebutuhan, setiap individual berorganisasi. Misalnya, dalam


perusahaan setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, karena mereka
mempunyai kebutuhan yang berbeda pula. Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang
membuat mereka termotivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut lebih baik, baik
dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam diri individu, terdapat perilakuperilaku yang betentangan yang disebut dengan konflik. Jika seseorang mempunyai
konflik atau masalah, mungkin mereka mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan yang tepat. Disinilah peran seorang pemimpin dalam organisasi
dibutuhkan. Setiap individu mempunyai masalah yang berbeda-beda dalam
pekerjaannya dan karakter sifat yang berbeda-beda. Ada yang menanggapi masalah
tersebut dengan akal sehatnya dan ada pula yang dengan sifat emosionalnya. Jadi
seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik terhadap bawahannya,
perbedaan karakter setiap individu dalam menghadapi masalah harus melalui
pendekatan-pendekatan yang berbeda pula. Dibutuhkan kemampuan dan
kecerdikan seorang pemimpin, agar bawahannya tersebut dapat bekerja dengan
baik kembali.

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. 2015, Perilaku Organisasi:


Organizational Behavior. Alih bahasa oleh Ratna Saraswati dan Febriella Sirait,
Edisi 16, Salemba Empat, Jakarta.
2. Julius

Runtu,

Diskusi

MSDM

dan

Organisasi.

http://juliusruntu.blogspot.co.id/2013/09/pengaruh-kepribadian-danpersepsi.html

Makalah Perilaku Organisasi Perilaku Individu dan Perbedaannya

24

Anda mungkin juga menyukai