Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Organisasi


Menurut Kelly (1974), diambil dari Susatyo Herlambang (2017 : 2), merumuskan
perilaku organisasi adalah sebagai suatu sistem studi dari sifat organisasi, misalnya :
Bagaimana organisasi dimulai, tumbuh, dan berkembang, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap anggota-anggota sebagai individu, kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi lainnya dan institusi-institusi yang lebih besar.

Menurut Cummings (1978), diambil dari Susatyo Herlambang (2017 : 2),


memberikan suatu analisis perbedaan antara perilaku organisasi dengan ilmu lain
yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku organisasi, yaitu :

1. Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Psikologi Organisasi, adalah :


Psikologi organisasi membatasi penjelasannya pada tingkat psikologi saja,
akan tetapi Perilaku Organisasi menjelaskan multi disiplin ilmu. Kesamaan
keduanya adalah kedua bidang tersebut menjelaskan perilaku orang-orang di
dalam sebuah organisasi.

2. Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi, adalah :


Perilaku organisasi dirumuskan sebagai suatu studi dari tingkah laku
individu dan kelompok di dalam suatu organisasi dan penerapan dari ilmu
pengetahuan tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan,
proses, dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri.

3. Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Human Resources adalah :


Perilaku organisasi lebih menekankan pada orientasi konsep, sedangkan
Human Resources menekankan pada teknik dan teknologi, menekankan pada
sistem pengangkatan, pengembangan, dan motivasi dari individu-individu di
dalam suatu organsasi. Kesamaan keduanya adalah reaksi-reaksi yang
mengarahkan pada efektifitas kegiatan suatu organisasi.

Menurut Duncan (1981), diambil dari Susatyo Herlambang (2017 : 3), perilaku
organsasi adalah bidang baru dari ilmu tingkah laku yang dikembangkan dengan titik
perhatiannya pada pemahaman perilaku manusia di dalam suatu organisasi yang
sedang berproses. Definisi tentang perilaku organisasi selalu berawal dari perilaku
manusia dan lebih banyak menekankan pada aspek-aspek psikologi dari tingkah laku
individu, aspek-aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam memepelajari ilmu
perilaku organsasi, dijelaskan oleh Duncan, antara lain :

1. Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang


sesuai dengan semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan
tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi. Oleh karena itu,
sejak uang salah satu bagian dari alasan orang untuk mencari pekerjaan,
maka aspek ekonomi juga relevan terhadap ilmu perilaku organisasi. Sejak
tingkah laku orang dipengaruhi oleh perfomance-nya, maka
psikologi juga relevan dalam ilmu perilaku organisasi. Ilmu sosiologi
juga relevan terhadap ilmu perilaku organisasi yang bisa
menjelaskan tentang pengaruh kelompok terhadap tingkah laku
individu.

2. Perilaku organisasi sebagaimana sebuah disiplin ilmu, menjelaskan


tentang individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan
siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, oleh karena itu ilmu
perilaku organisasi memperhitungkan juga pengaruh struktur
organisasi terhadap perilaku individu.

3. Meskipun perilaku individu mempunyai keunikan, namun perilaku


organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin
bahwa seluruh tugas pekerjaan bisa dijalankan sehingga ilmu perilaku
organisasi mengusulkan beberapa cara agar usaha individu bisa
terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku


organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan
pengendalian terhadap tingkah laku orang-orang di dalam suatu organisasi, dan
bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-usaha pencapaian
tujuan organisasi, ilmu perilaku organisasi adalah ilmu interdisipliner dengan
menitikberatkan pada psikologi sosial.
B. Perilaku Manusia
Menurut Thoha (2012), diambil dari Susatyo Herlambang (2017 : 15), ada beberapa
prinsip dasar perilaku manusia, sebagai berikut :

1. Manusia berbeda perilakunya, karena memiliki kemampuan yang tidak sama.

Perbedaan kemampuan ini ada yang berpendapat karena sejak lahir manusia
diciptakan tidak sam kemampuannya, tetapi ada yang beranggapan bukan
disebabkan sejak lahir, melainkan karena perbedaan penyerapan informasi.

Ada yang berpendapat perbedaan kemapuan disebabkan karena kurangnya


pendidikan dan pelatihan , ada yang beranggapan disebabkan kombinasi dari
ketiganya.

Ada yang mempunyai pendapat dan banyak yang membenarkan tentang


peranan IQ (intelegency quotient), EQ (emotional quotient), SQ (spiritual
quotient), yang mempengaruhi perilaku seseorang yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan seseorang bekerja sama di dalam suatu organisasi.

2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Para ahli perilaku secara umum sering membicarakan bahwa manusia berperilaku
karena didorong oleh serangkaian kebutuhan dalam dirinya. Kebutuhan ini yang
menyebabkan seseorang berbuat untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.

3. Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana
bertindak mewujudkannya.

Dengan kemajuan dunia yang semakin canggih dan mengglobal, banyak


peluang-peluang emas muncul, yang memungkinkan impian menjadi kenyataan,
bahkan untuk menghasilkan hal yang besar manusia harus berpikir besar pula,
maka impian harus digali dan dikembangkan di dalam diri.

4. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman


masa lalu dan kebutuhannya.

Memahami lingkungan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh manusia aktif
di dalam hidupnya. Proses yang aktif ini melibatkan seorang individu manusia,
menilai dirinya, mengevaluasi apa yang telah dialaminya, dan apa yang sedang
dialaminya.
Perilaku manusia dalam sebuah organisasi dipengaruhi oleh motivasi indvidu,
motivasi yang paling kuat dalam menggerakkanperilaku manusia dalam organisasi
adalah kekuatan impian dari seorang individu.

Banyak orang yang salah memebedakan antara keinginan, kebutuhan, dan impian.
Keinginan dapat berdimensi jauh kedepan tetapi hanya bersifat sementara, tidak
mendesak dan tidak mempunyai kekuatan emosional yang besar untuk
mewujudkannya. Kebutuhan bersifat mendesak dan mempunyai kekuatan emosional
yang besar untuk mewujudkannya, tetapi tidak berdimensi jauh, sehingga hasilnya
pun tidak jauh, hanya menjangakau kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang
mendesak saja. Impian mempunyai dimensi jauh ke depan dan mempunyai kekuatan
emosional yang besar untuk mewujudkannya, impian bersifat sangat emosional,
impian yang kuat tumbuh dari benih cint, baik cinta akan dirinya maupun orang lain
seperti keluarga, anak dan sebagainya.

C. Tipe-Tipe Kepribadian Manusia


Dalam bahasa inggris istilah untuk kepribadian adalah personality. Istilah ini
berasal dari sebuah kata lain persona yang berarti topeng perlengkapan yang selalu
dipakai dalam pentas drama Yunani kuno. Istilah ini kemudian dipakai oleh
orang-orang Roma dan mengartikannya sebagai seorang yang nampak di hadapan
orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa kepribadian bukanlah diri orang yang
terlihat sesugguhnya. Atau setiap orang “bertopeng” dalam berinteraksi dengan orang
lain.

Kepribadian manusia dapat dipelajari berdasarkan tipe-tipe kepribadian manusia.


Beberapa ahli telah mengelompokkan tipe-tipe kepribadian manusia berdasarkan
tipologinya, antara lain :

1. Tipe kepribadian Sanguinis, Kholeris, Melankolis, dan Phlegmatis.

Tipe-tipe kepribadian ini dilakukan oleh Hipocrates pada tahun 460-377 Sebelum
Masehi, Beliau adalah seorang bapak Ilmu Kedokteran pada abad ke IV Sebelum
Masehi, yang mengelompokkan tipe kepribadian manusia berdasarkan
cairan-cairan tubuh yang mempengaruhi temperamen seseorang.

a. Kelebihan tipe kepribadian


1) Sanguinis
a) Suasana perasaan penuh harapan.
b) Segala sesuatu pada suatu waktu dipandang penting.
c) Senang menolong orang lain.
d) Pergaulan peramah dan periang.
e) Bukan tipe penakut.
f) Seorang tipe penghibur.
2) Kholeris
a) Bukan tipe pendendam.
b) Tindakannya cepat, tetapi tidak konstan.
c) Selalu sibuk, tetapi lebih suka memerintah daripada mengerakan
sendiri.
d) Selalu mengejar kehormatan.
e) Suka sibuk dimata orang banyak.
f) Suka dipuji secara terang-terangan.
g) Suka pada suasana formal.
h) Selalu berpakaian rapi.
i) Suka bermurah hati dan melindungi.
3) Melankolis
a) Selalu menepati janji.
b) Setia kepada komitmen.
c) Pantang menyerah.
d) Takut membuat sebuah kesalahan.
4) Phlegmati
a) Tidak mudah marah.
b) Damai.
c) Mudah mendinginkan suasana panas.
d) Cocok untuk tugas penelitian dan keagamaan.
b. Kekurangan tipe kepribadian
1) Sanguinis
a) Kalau bersalah sukar bertaubat.
b) Mudah menyesal dan mudah lenyap penyesalnnya.
c) Mudah bosan.
d) Menyukai hiburan atau sukanya hanya bersenang-senang.
2) Kholeris
a) Sering membuat orang lain sakit hati karena ucapnnya.
b) Orang merasa jadi bawahannya.
c) Mendominasi dalam kelompoknya.
d) Sulit diatur oleh orang lain yang tidak ada hubungan
emosionalnya.
3) Melankolis
a) Orang yang penuh denga kebimbangan.
b) Orang yang penuh dengan keragu-raguan.
c) Orang yang penuh dengan prasangka negative.
d) Fokusnya pada kesulitan bukan mencari solusinya.
e) Kurang dapat melihat kesenangan orang lain.
f) Kurang percaya dengan orang lain.
4) Phlegmatis
a) Bekerjanya lambat.
b) Cenderung mudah mengantuk.
c) Mudah bosan.
d) Terlihat seperti seorang pemalas.
2. Tipe Introvert dan Ekstrovert

Pendekatan tipologi yang saat ini banyak dipergunakan dan sangat sederhana
adalah tipologi kepribadian manusia Introvert dan Ekstrovert yang mula-mula
dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1875-1961), mengatakan bahwa
kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua kecenderungan ekstrim
berdasarkan reaksi individu terhadap pengalaman dalam hidupnya, yaitu :

a. Kepribadian Introvert
Seseorang yang menarik diri dan tenggelam dalam pengalaman-pengalaman
batinnya sendiri. Orang yang mempunyai kecenderungan ini biasanya terlihat
tertutup, tidak terlalu memperhatikan orang lain, dan agak pendiam.
b. Kepribadian Ekstrovert
Seseorang yang membuka diri dalam kontak dengan orang-orang,
peristiwa-peristiwa, dan benda-benda di sekitarnya. Terlihat tidak tertutup,
berbicara ceplas-ceplos, memperhatikan orang lain dan lingkungan dimana dia
berada.
D. Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
1. Evaluasi inti diri

Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak
menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan
efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas
lingkungan mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua
elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai
tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri
mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.

2. Machiavellianisme

Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis,


mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada
proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo
Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara
mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.

3. Narsisisme

Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa


kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan
mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika
individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai
mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin
mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan
mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan
berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga
cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki
individu lain untuk keuntungannya.

4. Pemantauan diri

Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan


perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan
diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri
yang rendah.

5. Kepribadian tipe A

Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan


terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan
melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.

6. Kepribadian proaktif

Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif,


berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.
Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa
memedulikan batasan atau halangan.

Anda mungkin juga menyukai