Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TUGAS 1

PERILAKU ORGANISASI
UNIVERSITAS TERBUKA

Disusun Oleh:
Widyan Fakhrul Arifin
041445798

Prodi D3 Perpajakan
2019
1. Karakteristik dan Perilaku Manusia
a. Ada tiga pendekatan yang digunakan para ahli untuk memahami perilaku manusia di dalam
organisasi. Jelaskan ketiga pendekatan yang dimaksud.

 Pendekatan Kognitif
Pengenalan cenderung bersifat individual. Sumber teori = Psikologi. Littlejohn (1992) :
kaitan antara stimuli yang berfungsi sebagai masukan (input) dan jawaban/respon (R)
berupa perilaku yang berfungsi sebagai keluaran (output), ada pemrosesan informasi.
Miftah Thoha (1983) : perilaku tersusun secara teratur. Ada rangsangan/pemrosesan
untuk mengetahui/mengenal (cognition), lalu dijawab dengan perilaku.

 Pendekatan Kepuasan

adanya faktor dalam diri yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung
(sustain), dan menghentikan (stop) perilaku. Abraham H. Maslow, teori hierarki kebutuhan
: a)manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda yang ingin dipenuhinya, b)kebutuhan
yang mendesak dipenuhi lebih dulu, itulah yang menyebabkan orang berperilaku,
c)kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak lagi menjadi pendorong perilaku. Dikenal dengan
5 jenjang kebutuhan :

1)kebutuhan fisiologis (makan, minum, tempat tinggal, seks, dll)

2)keselamatan dan keamanan

3)afiliasi, sosial, dan cinta

4)Penghargaan/status

5)Aktualisasi diri.

Catatan penting dalam teori ini : a)asumsi, manusia mempunyai kebutuhan untuk
berkembang dan maju, b)adanya kebutuhan tingkat tinggi, yaitu Penghargaan dan
Aktualisasi Diri, c)kebutuhan yang belum dipenuhi sama sekali dapat menimbulkan
kesulitan bagi manajer, berupa frustasi, konflik, dan tekanan intern.

Termasuk pendekatan kepuasan :

Frederick Herzberg, teori dua-faktor : 2 faktor yang membuat orang puas/tidak puas :

 factor Hygiene (kesehatan) = mempertahankan semangat kerja, bila faktor ini


dipenuhi netral saja, tetapi bila tidak dipenuhi timbul ketidakpuasan, misalnya =
gaji
 factor Motivator (motif) = penghargaan dan aktualisasi wewenang, pengakuan,
dsb. Bila dipenuhi timbul kepuasan, tak dipenuhi = netral saja, dengan terminology
berorientasi kepada pekerjaan. Dua kontinum untuk dapat menafsirkan kepuasan
kerja secara tepat, yaitu bila suatu kondisi kerja menyebabkan kepuasan kerja
maka bila kondisi kerja itu tidak ada akan menimbulkan ketidakpuasan dan
sebaliknya.
David Mc Clelland, teori motivasi atau Teori Kebutuhan yang dipelajari : kebanyakan
kebutuhan manusia diperoleh dari adanya kebudayaan, yaitu :

(1)kebutuhan berprestasi (need for achievement – N-Ach)

(2)kebutuhan afiliasi (need for affiliation – N-Aff)

(3)kebutuhan kekuasaan (need for power – N-Pow).

Hampir mirip Maslow, kebutuhan yang mendesak memotivasi orang tsb memenuhi.
Bedanya : ada analisa kebutuhan dapat dipelajari oleh seseorang. Kebudayaan bangsa
yang ekonominya lemah dapat ditingkatkan secara cepat dengan merangsang rakyat
mempunyai N-Ach tinggi. Bukti-buktinya sbb : mereka yang mempunyai N-Ach tinggi :
(1)lebih senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya, (2)menghindari hasil karya
yang mudah dan sukar lebih senang kepada tujuan yang sebatas kemampuannya,
(3)menyenangi umpan balik yang cepat tampak dan efisien tentang hasil karyanya,
(4)senang bertanggung jawab pada pemecahan masalah. N-aff = ada 2, Approach (ingin
pendekatan) dan Avondance (takut sendiri). N-pow = ada 2, Sosial (ingin mengurus tujuan
kelompok) dan Personal (ingin menaklukan lawan).

 Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan ini menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai kepribadian dan
personalianya

b. Sikap merupakan faktor yang sangat menetukan pembentukan perilaku


 Sikap yang berhubungan persepsi : pembetukan sikap tehadap apa tanggapan dia
terhadap sesuatu. Contoh : Cabe itu pedas, tapi persepsi kebanyakan oramg, tapi belum
tentu cabe itu pedas menurut orang itu
 Sikap yang berhubungan dengan kepribadian : pembentukan sikap dengan apa sesuai
kepribadian/karakter seseorang. Contoh : kepribadian yang tegas, pemarah, dll
 Sikap yang berhubungan dengan belajar : Pembetukan sikap seseorang melalui proses
belajar dari tidak tahu menjadi tahu . contoh : seseorang sebelumnya belum bisa
membaca, setelah belajar akhirnya bisa membaca
 Sikap yang berhubungan dengan motivasi : pembentukan sikap karena seseorang
tersebut ingin menggapai sesuatu yang menjadi motivasi orang tersebut. Contoh:
seseorang ingin menjuarai sebuah turnamen, maka dia jadi giat olajraga, belajar, dll

c. Jelaskan perbedaan antara Pendekatan Ciri, Teori Psikodinamik, dan Teori Humanistik
dalam memandang kepribadian manusia

 Pendekatan Psikodinamik :adanya faktor dalam diri yang menguatkan, mengarahkan


(direct), mendukung), dan menghentikan perilaku
 Teori humanistik : seseorang memahami lingkunganya dan diri sendiri
 Pendekatan Ciri : lebih ke individual
2. Pengertian Budaya, Budaya Organisasi dan Kinerja, serta Teori dan
Proses Organisasi
a. Jelaskan pengertian budaya Organisasi dan tingakatan budaya sebagaimana yang
diutarakan Kotter & Heskett (1992)

Kotter dan Heskett (1992:15-49), berdasarkan hasil serangkaian penelitian yang


dilakukannya, mengemukakan tiga tipe budaya organisasi, yaitu budaya kuat dan budaya
lemah, budaya yang secara strategis cocok, dan budaya yang adaptif dan tidak adaptif.

1) Budaya kuat dan budaya lemah.

Kotter dan Heskett (1992:16) menyatakan bahwa nilai-nilai, norma-norma dan


asumsi-asumsi yang terinternalisasi dan dipegang teguh oleh para anggota organisasi
dapat melahirkan perasaan tenang, committed, loyalitas, memacu kerja lebih keras,
kohesivitas, keseragaman sasaran (goal alignment), dan mengendalikan perilaku anggota
organisasi, serta produktivitas.

b. Menurut Kotter & Heskett, ada tiga gagasan yang sangat penting berkaitan dengan
kekuatan budaya organisasi dan kinerja. Jelaskan ketiga gagasan tersebut.

- Logika tentang cara kekuatan budaya berhubungan dengan kinerja meliputi tiga
gagasan, yaitu 1) penyatuan tujuan. Dalam organisasi dengan budaya yang kuat,
pegawai cenderung
- melakukan tindakan ke arah yang sama. 2) menciptakan motivasi, komitmen, dan
loyalitas luar biasa dalam diri pegawai, dan 3) memberikan struktur dan kontrol yang
dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang dapat menekan
tumbuhnya motivasi dan inovasi.

c. Organisasi Sebagai Sistem Terbuka

Karakteristik dari open system ini menurut Burns dan Stalker (1994) adalah sebagi
berikut:

o Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil.
o Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya. Berbeda
dengan sistem tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi tugas itu pengetahuan
spesialisasinya dimiliki oleh masing-masing orang yang barang kali hanya bisa
dipergunakam jika menguntungkan orang tersebut untuk mengatasi berbagai tugas
organisasi.
o Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan
o Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman sejawat.
o Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas yang bersifat
formal dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota didalam memecahkan
persoalan-persoalan organisasi.
o Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada organisasi secara
keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi yang telah dibebankan kepada
seseorang pejabat.
o Organisasi dipandang sebagai struktur network yang merembes (fluiding network
structure) (dalam hal ini organisasi dilihat sebagai amoeba).
o Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi (misalnya,
setiap orang mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan organisasinya. Tidak
semua orang termasuk kepala atau pimpinan dapat mengetahui semua hal).
o Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak secara
horizontal, selancar geraknya interaksi vertikal.
o Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat pemberian saran
disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan disifati dengan mitos setia kawan
dengan mengesampingkan hubungan antara atasan-bawahan.
o Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya menekankan pada
loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan.
o Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan atau status
seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan professional dan
reputasi seseorang.

3. Gaya Kepemimpinan

A. 4 Teori Kepemimpinan

1) Teori Sifat Kepemimpinan


Teori sifat kepemimpinan merupakan teori yang berdasarkan pandangan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu, kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri dimilikinya, seperti

(1) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
(2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan
menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
(3) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik,
dan berkomunikasi secara efektif.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin


akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara.
Kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan” akan berhasil melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.

2) Teori Perilaku Kepemimpinan


Teori prilaku kepemimpinan merupakan teori yang memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku (perilaku), dan bukan dari sifat-
sifat (traits) pemimpin. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari,
hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat
memimpin secara efektif, yang berdasarkan fungsi-fungsi atau peranan pemimpin di
dalam kelompok dan melihat cara pemimpin melakukannya, disini berbicara perilaku
yang nampak pada pemimpin. Yaitu, fungsinya adalah kelompok aktivitas sama jenis
yang erat kaitannya baik karena sifatnya maupun karena pelaksanaannya, seperti

(1) Penentu arah untuk mencapai tujuan organisasi,


(2) Sebagai wakil dan juru bicara organisasi,
(3) Sebagai komunikator yang efektif,
(4) Sebagai mediator, dan
(5) Sebagai integrator.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, yang dapat memandu,


menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi atau
pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin
dituju sesuai ketentuan waktu perencanaan. Teori ini berhasil dalam mengidentifikasi
hubungan yang konsisten antara pola perilaku pemimpin dengan kinerja kelompok.

3) Teori Kepemimpinan Situasional


Teori kepemimpinan situasional merupakan teori yang memandang kepemimpinan
dengan gaya atau perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
faktor waktu dan ruang. Yaitu faktor situasional seperti

(1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;


(2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
(3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
(4) Norma yang dianut kelompok;
(5) Rentang kendali;
(6) Ancaman dari luar organisasi;
(7) Tingkat stress; dan
(8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi


yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan
mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.

4) Teori Kepemimpinan Transformasional


Teori kepemimpinan transformasional merupakan teori yang memandang
kemampuan pemimpin dalam mengubah lingkungan kerja, memotivasi dan
menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja dan nilai-nilai moral, menghargai dan
memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga bawahan akan lebih mengoptimalkan
kinerja untuk mencapai tujuan organisasi (mencapai tingkat moralitas dan motivasi
yang lebih tinggi).

Kepemimpinan transformasional juga merupakan model kepemimpinan yang


dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Yaitu, kepemimpinan
transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi
para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka
harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Sedangkan, kepemimpinan transaksional pada hakekatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan
para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin
transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.

B. Kepemimpinan Situasional
Secara singkat hubungan tingkat kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan dalam
teori kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut,

Tingkat Kematangan Bawahan Gaya Kepemimpinan


M1. Adalah karyawan yang tidak memiliki G.1. Telling – menyuruh, pemimpin me-netapkan
keterampilan khusus yang diperlukan untuk peran yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau suatu tugas dan memerintahkan para
melakukan atau mengambil tanggung jawab pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan
untuk pekerjaan atau tugas. kapan melakukan tugas tersebut.

M2. Adalah bawahan yang tidak dapat mengambil


G.2. Selling – menjual, yaitu pemimpin
tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga
namun mereka bersedia bekerja pada tugas. bersifat supportif.
Mereka adalah pemula tapi memiliki
antusiasme dan motivasi.

M3. Adalah karyawan yang berpengalaman dan


G.3. Participating – berpartisipasi, yaitu pemimpin
mampu melakukan tugas tetapi tidak dan para pengikutnya bersama-sama
memiliki keyakinan atau kemauan untuk memutuskan bagaimana cara terbaik
mengambil tanggung jawab. menyelesaikan suatu pekerjaan.

M4. Mereka berpengalaman pada tugas, dan G.4. Delegating – delegasi, yaitu pemimpin tidak
nyaman dengan kemampuan mereka sendiri banyak memberikan arahan yang jelas dan
untuk melakukannya dengan baik. Mereka spesifik ataupun dukungan pribadi kepada
mampu dan bersedia untuk tidak hanya para pengikutnya.
melakukan tugas, tetapi untuk mengambil
tanggung jawab untuk tugas tersebut.

Refferensi :
- http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2013/04/organisasi-sebagai-sistem-terbuka-dan.html
- http://plagiatbersumber.blogspot.com/2016/09/organisasi-sebagai-sistem-terbuka.html
- http://yogisudirman22.blogspot.com/2015/06/empat-4-teori-kepemimpinan.html
- MODUL ADPU4431

Anda mungkin juga menyukai