BAB I
PENDALUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi adalah dengan
cara menerapkan dianamika perilaku organisasi dengan dilandasi moral yang tinggi,
kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial secara konsisten. Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam
suatuorganisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok,
maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi.
Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi,
dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi
dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya
manusia dan psikologi industri.Organisasi dalam pandangan beberapa pakar seolah-olah
menjadi suatu “binatang” yang berwujud banyak, namun tetap memiliki kesamaan
konseptual. Atau dengan kata lain, rumusan mengenai organisasi sangat tergantung
kepada konteks dan perspektif tertentu dari seseorang yang merumuskan tersebut.
Setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda dalam hidupnya, karena pengaruh
pengetahuan dan pengalamannya yang berbeda. Namun setiap manusia akan sama dalam
satu hal yaitu ingin mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bagi masyarakat pada era industrialisasi sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu aspek
kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja merupakan suatu
tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan berupa uang atau jasa,
ataupun dalam rangka mengembangkan dirinya.
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan
ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. hal Ini mengandung elemen-elemen yang
ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi,
antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Dalam komunikasi
ini kita juga akan menyinggung sedikit tentang Perhatian, Pemahaman dan Mengingat
Informasi
2
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku , sikap , peresepsi, kepribadian dalam organisasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran dalam organisasi ?
3. Apa unsur-unsur penyusun perilaku dalam organisasi ?
4. Apa yang dimakud dengan stres dan manajemen stres ?
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari perilaku , sikap ,peresepsi , kepribadian dalam
organisasi .
2. Mengetahui dan memahami pembelajaran dalam organisasi .
3. Mengetahui dan memahami unsur-unsur penyusun perilaku dalam organisasi.
4. Mengetahui dan memahami yang dimasud dengan stres dan manajemen stres.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sikap, karakteristik kepribadian, nilai, dan kualitas diri seorang manajer seperti kepercayaan
diri akan memengaruhi perilaku dirinya, termasuk bagaimana ia menangani situasi di mana ia
bekerja dan bagaimana berhubungan dengan orang lain. Manusia adalah sumber daya miliki
organisasi yang paling berharga—dan sumber dari sebagian permasalahan paling sulityang
dihadapi manajer. Setiap orang sangat berbeda satu sama lain. Tiga keahlian dasar dalam
memimpin berkutat pada mengidentifikasi dan menyelesaikan pemrmasalahan orang lain: (1)
mendiagnosis, atau memperoleh pengetahuan mengenai situasi yang seorang manajer coba
pengaruhi, (2) menyesuaikan perilaku individu dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
situasi, dan (3) berkomunikasi dengan cara yang dapat dipahami dan diterima orang lain.
2.1.2 Sikap
Sikap (attitude) merupakan evaluasi kognitif dan afektif yang memberikan kecenderungan
pada seseorang untuk bertindak dengan cara mereka. Memahami sikap pegawai adalah hal
4
penting bagi manajer karena sikap dapat menentukan bagai orang-orang menafsirkan
lingkungan kerja mereka, berinteraksi dengan yang lain, dan berperilaku dalam bekerja.
Proses persepsi
menunjukkan salah satu jenis perilaku. Dalam situasi yang strukturnya longgar, orang
menganut Machiavellianism akan secara aktif akan mengambil alih kontrol, dan
orang yang tidak menganut Machiavellianism akan menerima arahan yang diberikan
oleh orang lain. Orang dengan Machiavellianism rendah akan dapat maju di bawah
situasi yang benar-benar terstruktur, sedangkan orang dengan Machiavellianism tinggi
akan bekerja secara objektif dan tidak memihak.
Gaya pemecahan masalah dan indicator Myers Briggs. Manajer juga harus
menyadari bahwa setiap orang dapat mengatasi masalah dan membuat keputusan
dengan cara yang berbeda. Seseorang mengumpulkan informasi melalui
penginderaan (lebih memilih bekerja dengan fakta-fakta yang ada dan data nyata,
serta lebih memilih menyusun data seara berurutan), dan melalui intuisinya (akan
lebih memilih kemungkinan-kemungkinan daripada bekerja dengan fakta, serta
memilih menyelesaikan persoalan baru dan menggunakan konsep abstrak.
Menurut Jung, hanya satu dari empat fungsi—penginderaan, intuisi, pikiran atau
perasaan—yang dominan pada diri seorang individu. Dua pasangan tambahan yang
bertolak belakang dan tidak secara langsung berhubungan dengan pemecahan masalah
adalah introversi-ekstroversi dan judging-perceiving. Myers-Briggs Type Indicator
(MBTI) merupakan tes kepribadian yang mengukur kecenderungan seseorang pada
introversi versus ekstroversi, penginnderaan versus perasaan, dan judging versus
perceiving.
2.1.4.4 Kepatuhan orang-pekerjaan
kepatuhan oraang pekerjaan (person-job fit) merupakan kesesuaian antara
kemampuan seseorang dengan tuntutan pekerjaan. Ketika seorang manajer telah
berhasil melakukan kepatuhan orang-pekerjaan, para pegawai akan lebih cenderung
dapat berkontribusi serta memiliki tingkat kepuasan kerja dan komitmen yang lebih
tinggi. Pertimbangan yang masih berhubungan adalah kepatuhan orang-lingkungan,
yang tidak hanya memperhatikan kesesuaian orang dengan pekerjaan, tetapi juga
sebaik apa orang tersebut dapat cocok dengan lingkungan organisasi keseluruhan.
2.1.5 Pembelajaran
Pembelajaran (learning) merupakan perubahan yang terjadi dalam perilaku atau
kinerja yang terjadi sebagai hasil dari pengalamaan.
2.1.5.1 proses pembelajaran
10
Sebagian besar orang memiliki ide yang samma tentang pekerjaan yang membuat
stress: sulit, tidak nyaman, membuat lelah, dan bahkan membuat takut. Manajer dapat
menghadapi stresnya dengan lebih baik dan membangun cara-cara bagi organisasi
untuk membantu para pegawai bertahan jika mereka berhadapan dengan kondisi yang
cenderung menciptaakan stress. Satu cara untuk mengenali factor pembuat stress
adalah untuk memikirkan stress yang diciptakan oleh tuntutan pekerjaan dan stress
yang diciptakan oleh tekanan dan konflik antarorang.
1. Tuntutan pekerjaan adalah factor pembuat stress yang berasal dari tugas yang
harus dikerjakan oleh seseorang yang memegang pekerjaan tertentu. Hamir semua
pekerjaan, terutama pekerjaan manajer, memiliki tingkat stress yang sama
berkenaan dengan tekanan pekerjaan. Ambiguitas peran (role ambiguity)
merupakan ketidakpastian tentang perilaku seperti apa yang diharapkan dari
seseorang dalam peran tertentu.
2. Tuntutan interpersonal adalah factor penyebab stress yang berhubungan dengan
hubungan-hubungan di organisasi. Konflik peran (role conflict) merupakan
tuntutan yang bertentangan dari peran-peran yang berbeda.
BAB III
STUDI KASUS
PT.Sampoerna
Ketika Putera Sampoerna mengumumkan menjual nyaris seluruh saham HM Sampoerna
miliknya kepada Philip Morris Indonesia pada 2005 silam, banyak orang tercengang.
Pasalnya, generasi ketiga keluarga Sampoerna itu menjual 97% kepemilikan di perusahaan
senilai Rp18,5 triliun. Kini, keluarga Sampoerna tak lagi mengurusi bisnis asap.
Lewat bendera Sampoerna Strategic, Putera menggunakan dana tersebut untuk menggarap
sektor properti, infrastruktur, dan agrobisnis.
Akan tetapi, corporate culture yang ditanamkan keluarga Sampoerna di HM Sampoerna
masih terus bertahan hingga kini. Bahkan, Martin King, presdir PT HM Sampoerna Tbk.,
yang berasal dari Philip Morris, pernah berseloroh tidak akan mengubah budaya perusahaan.
Setidaknya, Sampoerna menggembleng karyawannya dengan penerapan sikap, perilaku ,
kepribadian , karakter dalam organisasi yang baik . Pernah, suatu kali, hampir seluruh staf
andal Sampoerna dibajak oleh kompetitor. Namun, berkat sistem kerja, performa Sampoerna
saat itu tidak menunjukkan penurunan yang signifikan. Sementara itu, hadirnya Philip Morris
juga membuat budaya kerja Sampoerna lebih tertata, rapi, dan teratur. Mulai dari sistem
pengelolaan karyawan, peraturan perusahaan, mekanisme kontrol dan produksi, pemasaran
dan penjualan, sampai how to do business.
Di bisnis rokok, gebrakan Putera Sampoerna terus diingat sepanjang masa dengan inovasi A
Mild, rokok rendah tar dan nikotin, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Sadar bahwa
kompetisi tak berhenti, Sampoerna meluncurkan U Mild, rokok rendah tar dan nikotin kelas
2, di bawah A Mild. Teranyar adalah kemunculan A Volution, rokok rendah tar dan nikotin
dengan bentuk slim.Meski telah berusia senja, perusahaan makin matang. Per akhir 2008,
laba bersih perusahaan naik 7,4% menjadi Rp3,89 triliun jika dibandingkan setahun
sebelumnya yang Rp3,62 triliun. Menurut pihak manajemen, kenaikan laba bersih ini
didukung oleh peningkatan penjualan hingga 16% sepanjang 2007–2008, dari yang semula
Rp29,79 triliun menjadi Rp34,68 triliun.
Sejatinya, sejarah dimulai ketika Liem Seeng Tee mendirikan perusahaan rokok bernama
Handel Maastchapij Liem pada 1913. Kesempatan muncul pada awal 1916 ketika Liem
Seeng Tee membeli berbagai jenis tembakau dalam jumlah besar dari seorang pedagang
tembakau yang bangkrut. Sejak itu, Liem Seeng Tee dan Tjiang Nio, istrinya, mencurahkan
seluruh tenaganya untuk mengembangkan bisnis tembakau. Seiring berjalannya waktu, nama
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam sebuah organisasi tentunya harus mempunyai seorang pemimpin yang dapat
mengatur sumber daya organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Kesuksesan organisasi juga
terletak dalam penerapan perilaku , sikap dan kepribadian serta pembelajaran dalam
organisasi. Dimana perusahaan harus memberikan manajemen yang baik guna
menghindari manajemen stres.
4.2 Saran
Perusahaan seharusnya menerapakan penerapan perilaku , sikap dan kepribadian serta
pembelajaran yang baik dalam organisasi untuk mendukung kesuksesan perusahaan
tersebut, dengan sistem manajemen yang baik agar terhindar dari manajemen stres.
15
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L.2010. Era Baru Manajemen Stiven Robin. Jakarta: Salemba empat.
http://mulkypanjidinihari.blogspot.co.id/2015/05/penyelesaian.konflik.dalam.organisasi.html
16
Daftar Isi
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………… i
BAB I PENDALUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Dinamika Perilaku dalam Organisasi...........................................................................................3
2.1.1 Perilaku Organisasi...............................................................................................................3
2.1.2 Sikap.....................................................................................................................................3
2.1.3 Persepsi.........................................................................................................................5
2.1.4 Kepribadian Dan Perilaku..........................................................................................7
2.1.5 Pembelajaran...............................................................................................................9
2.1.6 Stres dan Manajemen Stress.....................................................................................10
BAB III STUDI KASUS.....................................................................................................................12
PT.Sampoerna.................................................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
4.2 Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
17