Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPEMIMPINAN & PERILAKU


ORGANISASI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu
Dr. Ngurah Ayu Nyoman M., M.Pd
Dr. Arry Handayani, M.Si

Oleh Kelompok IV
1. Kristiono 19510080
2. Rina Yuniati 19510081
3. Ahmad Hasan 19510082
4. Nuning Erma M 19510084

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2) UPGRIS
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulliah kepada Allah Swt, yang telah mengajarkan manusia dengan
Qalam dan mengajarkan kepada manusia sesuatu yang belum ia ketahui , sehingga dengan
demikian manusia itu pun memiliki pengetahuan dan keyakinan sebagai bukti nyata
keberadaannya di dunia. Yang akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah dengan judul “ Persepsi dan Pengambilan Keputusan” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini disajikan untuk memenuhi salah satu tugas di semester ganjil
tahun akademik 2019/2020, di mata kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Pada
program studi Manajemen Pendidikan Pascasarjana (S2) Universitas PGRI Semarang.
Makalah ini memuat penjelasan tentang kondisi iklim organisasi sekolah dan kinerja
guru. Yang biasa dijalankan di sekolah sebagai lembaga pendidikan pencetak peserta didik
yang handal, berkualitas dan berdaya saing tinggi, untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Diharapkan makalah ini dapat memberikan gambaran umum bagi para
mahasiswa, khususnya di lingkungan program pascasarjana Universitas PGRI Semarang,
tentang arti pentingnya pembentukan pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter di
lingkungan sekolah masing-masing.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penyusunan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Amien.

Demak, Desember 2019

Penulis,

2
BAB I
PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Ada berbagai cara atau gaya dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
masalah dalam organisasi atau lembaga. Keputusan yang diambil biasanya diwarnai oleh
individu-individu yang ada dalam organisasi tersebut. Pada prinsipnya, cara pengambilan
keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikiran atau logika atau menggunakan perasaan dan emosinya. Setelah
semua informasi diperoleh maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi
tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna
mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan
atau persepsi, dengan mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri
dan/atau orang lain. Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada
nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan yang dapat disebut
emosionil. Emosi adalah perasaan kuat yang diarahkan terhadap sesuatu. Biasanya emosi
ini lah yang akan mempengaruhi seorang individu dalam mengambil keputusan. Namun
mereka yang mempunyai preferensi menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan,
cenderung bersikap simpatik, bijaksana dan sangat menghargai sesama dari pada hanya
menggunakan emosi.

Persepsi adalah suatu langkah yang diambil individu untuk mengorganisasikan atau
menafsirkan kesan yang mereka peroleh terhadap suatu hal sebelum diambil seuatu
keputusan. Persepsi yang diberikan seringkali berbeda dengan realita yang ada. Hal ini
dipengaruhi oleh karakteristi-karakteristik individu; sikap, kepribadian, motif, pengalaman
masa lampau dan ekspetasi. Dalam makalah ini penulis mencoba membahas tentang
Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu. Semoga bahasan ini bisa memberikan
pengertian dan manfaat pada kita.

1
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Persepsi ?

4
2. Apa pengertian Pengambilan Keputusan ?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individu ?-
C. TUJUAN
Bertolak dari perumusan masalah diatas maka tujuan yang diambil adalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persepi.
2. Menjelaskan Pengertian pengambilan Keputusan
3. Mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

5
A. Pengertian Persepsi
Menurut Stephen P.Robbins definisi dari Persepsi (perception) adalah sebuah
prosess individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk
memberikan pengertian pada lingkungan.
Dalam pengertian diatas mengandung dua unsur penting yaitu mengorganisasikan dan
menginterprestasikan. Mengorganisasikan adalah proses mengelola informasi tertentu
agar mempunyai makna sedangkan menginterprestasikan adalah upaya pemahaman
individu terhadap suatu informasi yang diperolehnya.
Berdasarkan pengertian diatas didapatkan pengertian Persepsi adalah memperoleh,
memilah dan memberi arti terhadap informasi yang diterimanya sehingga dapat
memberi kesimpulan dan menafsirkan atau mengintepretasikan informasi tersebut.
Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
1. Faktor-faktor pada penilai:
a. Sikap : sudut pandang individu terhadap informasi yang diterimanya
b. Motif : dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah laku
c. Minat : keinginan dalam diri sesorang pada objek tertentu
d. Pengalaman: kejadian yang pernah dialami
e. Ekspektasi : harapan yang dicita-citakan
2. Faktor-faktor pada situasi:
Situasi juga akan mempengaruhi persepsi kita, misal seorang peragawati
berlenggak lenggok diatas stage orang memandangnya suatu hal yang biasa
namun jika ia berlenggak lenggok di pasar maka seorang yang ada dipasar akan
berebutan melihatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi situasi
a. waktu
b. latar kerja
c. latar social

3. Faktor-faktor pada target:

6
Karakteristik dari target juga mempengaruhi apa yang kita nilai, misalnya suatu
gambar dilihat oleh orang yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda maka
akan memberikan arti yang berbeda pula. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi target :
a. inovasi
b. pergerakan
c. suara
d. ukuran
e. latarbelakang
f. proksimitas
g. kesamaan
Dalam konsep persepsi orang untuk membuat penilaian atas orang lain dapat
menggunakan Teori Atribusi (Attribution Theory). Dibawah ini akan dibahas lebih
lanjut berkaitan dengan Teori Atribusi.
Teori Atribusi (attribution theory)
Teori Atribusi menjelaskan sebuah percobaan untuk menentukan apakah
perilaku seseorang individu disebabkan dari internal atau eksternal. Perilaku yang
disebabkan internal adalah yang dipercaya pengamat berada dalam Kendali perilaku
pribadi dari individu. Perilaku yang disebabkan eksternal adalah apa yang kita
bayangkan situasi memaksa individu untuk melakukannya.
Tiga faktor penentu Atribusi ;
1. Perbedaan
Merujuk pada apakah seseorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda
dalam situasi-situasi yang berbeda.Apabila tingkah laku nya jarang terjadi maka
akan dinilai perilaku tersebut disebabkan oleh faktor eksternal.
2. Konsensus
Apabila individu-individu lain yang menghadapi situasi yang serupa, merespon
dalam cara yang sama. Bila konsensus tinggi maka akan dinilai perilaku seorang
individu dikarenakan faktor eksternal.
3. Konsistensi

7
Apakah orang tersebut merespon dengan cara yang sama dari waktu ke waktu.
Semakin konsisten perilaku seseorang, maka kita akan cenderung
menghubungkannya dengan penyebab internal. Contoh, seorang karyawan yang
sering terlambat akan dinilai malas yang dimana atribut ini merupakan faktor
internal.

Cara cepat yang umumnya digunakan untuk menilai orang lain seringkali
memperbolehkan kita untuk membuat persepsi akurat dengan cepat dan
memberikan data yang valid untuk membuat prediksi terhadap orang lain, cara
tersebut yaitu :
1. Persepsi selektif (selective perception) kecenderungan untuk secara selektif
menginterpretasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat, latar belakang,
pengalaman, dan sikap seseorang.
2. Efek halo (halo effect) kecenderungan untuk menggambarkan impresiumum
mengenai seseorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.
3. Efek kontras (contrast effect) evaluasi atas karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.
4. Stereotip (stereotype) menilai sesorang berdasarkan persepsi mengenai
kelompok asalnya.
Sedangkan cara cepat dalam menilai seseorang dalam perilaku organisasi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
1. Wawancara kerja pewawancara membuat penilaian perceptual yang sering
kali tidak akurat dan menggambarkan kesan awal yang dengan cepat
mengakar.
2. Ekspektasi kerja orang-orang mencoba untuk memvalidasi persepsi mereka
mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah.
3. Evaluasi kinerja mempunyai tujuan membantu manajemen dalam
mengambil keputusan dalam hal SDM yang umum mengenai promosi,
pemindahan, dan pemecatan.

8
B. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan atau tindakan. Menurut Dee Ann Gullies dalam Azhar (1996:34)
menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak
tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan
dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Sedangkan menurut Stephen P.
Robbins (2015:109) Keputusan (decision) pilihan yang dibuat dari dua atau lebih
alternatif. Hal ini dipertegas oleh Handoko (1999 : 2) definisi pengambilan keputusan
adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya
dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan). Dari
ketiga pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya
telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pengambilan
keputusan harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah, yang mengharuskan
kita mempertimbangkan alternatif-alternatif tindakan. setiap keputusan membutuhkan
kita untuk menginterpretasi dan mengevaluasi informasi dari data dan banyak sumber.
Data mana yang relevan bagi keputusan dan data mana yang tidak, persepsi kita akan
menjawab pertanyaan itu. Kita perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. Proses perseptual kita akan mempengaruhi
hasil akhir.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut
Syamsi (2007 : 70) yaitu :
1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun
yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

9
2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementingkan kepentingan organisasi.
4. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif
tandinlgan.
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah
menjadi tindakan fisik.
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
8. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
9. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata
rantai berikutnya.
C. Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka
membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai contoh Kepala Sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, program dan
anggaran sekolah. Kepala sekolah tentunya tidak menyusun sendiri tetapi dibantu oleh
para wakil kepala, bendahara, komite dan stakeholder lainnya. Hal ini dilakukan untuk
membuat pilihan-pilihan dari berbagai alternatif yang disusun dan ditawarkan oleh
masing-masing individu dan tim dalam menyusun visi, misi, tujuan, program dan
anggran sekolah tersebut. Kepala Sekolah dapat mengambil suatu keputusan
berdasarkan alternatif-alternatif tersebut. Oleh karena itu,pembuatan keputusan
individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi.
Pembuatan keputusan muncul biasanya sebagai reaksi atas sebuah masalah.
Artinya, ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan,yang
membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternatif. Jadi apabila
visi, misi, dan tujuan sekolah sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang atau sudah
usang, tentuanya merupakan suatu permasalahan yang harus mendapatkan
penyelesaian tersebut. Jadi, harus adanya kesadaran bahwa terdapat sebuah masalah

10
dan perlu adanya sebuah keputusan harus dibuat berdasarkan penginterpretasi individu
ata tim di sekolah
Setiap keputusan membutuhkan interpretasi dan evaluasi informasi.Biasanya
data diperoleh dari banyak sumber dan data-data tersebut harus disaring,diproses,dan
diinterpretasikan. Misalnya, data mana yang relevan dengan keputusan tersebut dan
data mana yang tidak relevan? persepsi-persepsi dari pembuat keputusan akan
menjawab keputusan tersebut.berbagai alternatif akan dikembangakn,serta kelebihan
dan kekurangan dari setiap alternatif harus dievaluasi.
Kita sering berfikir bahwa dalam pengambilan keputusan yang paling baik
dengan membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam
batasan-batasan tertentu. Ada beberapa cara untuk pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat
subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain
sering diabaikan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.
Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan

11
optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di
akui saat itu.
Pengambilan keputusan rasional (rational decision making model)
dikarakterisasikan dengan mengambil pilihan yang konsisten, memaksimalkan nilai
dalam batasan-batasan spesifik. Keputusan ini mengikuti enam langkah:
a. Definisikan masalah
b. Identifikasi kriteria keputusan
c. Alokasikan bobot pada kriteria itu
d. Kembangkanlah alternatif-alternatif
e. Evaluasilah alternatif-alternatif itu
f. Pilihlah alternatif terbaik
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan
secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan
semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang
berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini.
Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk
mengatasi masalah yang timbul.

12
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan,
memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi
maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
1. Persepsi (perception) adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada
lingkungannya.
2. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan
kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa
yang diinderakan.
3. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau
tindakan. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu
masalah.
4. Hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan adalah dalam pengambilan
keputusan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu dengan menegaskan
persepsi yang timbul dari dalam diri dan mengimplementasikannya untuk
mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada sebuah permasalahan yang
terjadi.
B. Saran
Ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain kita harus tetap
memperhatikan faktor-faktor internal (perilaku yang muncul karena faktor pribadi dari
individu) dan eksternal (perilaku yang muncul karena situasi yang memaksa individu
untuk melakuannya)

DAFTAR PUSTAKA

14
Kasim, Azhar. (1996). Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI
Robbins.Stephen P dan Judge,Timothy A.2015.Perilaku Organisasi.Jakarta: Salemba
Empat
Syamsi, Ibnu. (2007) Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara
http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/02/09/pengambilan-keputusan/
http://yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual

15

Anda mungkin juga menyukai