KELOMPOK 3
Dari gambar di atas disebutkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Pelaku Persepsi
Penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadinya sendiri.
2. Target
Kebaruan/Inovasi, Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh
orang yang berbeda.
3. Situasi
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia
berada di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara kita menilai orang secara berbeda,
tergantung pada makna yang kita kaitkan dengan perilaku tertentu. Ini menunjukkan
bahwa ketika kita mengamati perilaku seseorang, kita berusaha untuk menentukan
apakah itu disebabkan oleh internal atau eksternal.
b. Konsistensi
Derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama
pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.
c. Konsensus
Derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu
dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung
dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama.
a. Atribusi Internal
Disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun
aspek-aspek internal yang lain.
b. Atribusi Eksternal
Disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang yang bersangkutan.
d. Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya.
Keputusan adalah pilihan-pilihan yang dibuat dari dua alternatif atau lebih.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan.
Pembuatan keputusan muncul sebagai reaksi atas sebuah masalah yang sedang
dihadapi.
Setiap keputusan membutuhkan interpretasi dan evaluasi informasi. Persepsi setiap
pengambil keputusan tentu akan berbeda.
Interpretasian ini bersifat individual sehingga keputusan yang dihasilkan juga akan
berbeda satu dengan yang lain.
Untuk meningkatkan cara kita membuat keputusan dalam organisasi, kita harus
memahami model-model pengambilan keputusan sebagai berikut :
Sebuah proses penganbilan keputusan dengan membuat berbagai model sederhana yang
menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapat semua kerumitannya.
Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh.
Bias Jangkar
Kecenderungan untuk tertarik pada informasi awal, cenderung mengabaikan info berikut
Bias Konfirmasi
Kenderung mencari informasi yg menguatkan pilihan masa lalu dan yang ingin didengar
Bias Ketersediaan.
Eskalasi Komitmen
Sikap mempertahankan keputusan meski ada bukti kuat keputusan tersebut salah.
Kesalahan Acak
Kecenderungan untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa yang
tidak disengaja.
Aversi Resiko
Kecenderungan untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada faktor resiko,
meskipun jika resiko diambil dapat dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Bias Retropeksi
1. Perbedaan individu
Kepribadian
Jenis kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam
pengambilan keputusan. Komplementasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama. Dari
sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi
mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan pria dalam
menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan. Wanita hampir dua kali lebih
banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.
Kemampuan mental
Perbedaan budaya
2. Batasan Organisasi
Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.
Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah
tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita
akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk
memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
System imbalan
Batasan waktu akibat sistem Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat
waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja
harus siap untuk ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-kondisi
demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh
semua informasi sebelum mengambil keputusan.
Contoh historis
Selain itu kreativitas merupakan naluri yang ada sejak lahir, namun kreativitas tidak
dapat berkembang dengan sendirinya tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungannya.
Kreativitas yang sebenarnya bergantung pada situasi yang ada saat ini serta kemampuan
untuk bersaing secara berulang, dinamis, dan tidak sensitif.
Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah, yang masing-masing langkahnya mengarah
pada hal berikut:
Formulasi Masalah
Pengumpulan Informasi
Dengan adanya masalah, solusinya jarang ada sekali ditangan. Kita membutuhkan waktu
untuk belajar lebih dan memproses pembelajaran itu. Oleh karena itu, pengumpulan
informasi adalah tahapan perliaku kreatif ketika solusi-solusi yang mungkin atas masalah
diinkubasi dalam pikiran individu.
Pemunculan Ide
Jika kita telah mengumpulkan informasi yang relevan, saatnya untuk mentransisikan
pengetahuan menjadi ide-ide. Oleh karena itu, pemunculan ide adalah proses perilaku kreatif
di mana kita mengembangkan solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari
informasi dan pengetahuan yang relevan. Semakin meningkat, pemunculan ide bersifat
kolaboratif.
Evaluasi Ide
Terakhir, saatnya memilih ide-ide yang dimunculkan. Oleh karena itu, evaluasi ide adalah
proses perilaku kreatif dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik. Kadang-kadang metode memilih bisa jadi inovatif.
3. Inovasi
Inovasi dalam organisasi adalah suatu hal baru berupa apapun yang dapat terjadi di
dalam suatu organisasi. Baik organisasi formal atau informal. Inovasi ini selalu berbentuk
proses perubahan yang memberikan kemajuan bagi organisasi tersebut.
Inovasi harus disadari sebagai suatu ide atau material yang dapat diterima oleh
penerimanya. Sebelum memulai itu, inovasi dapat terlihat sebagai salah satu upaya untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Keputusan untuk membuat inovasi ini wajib disadari oleh
seluruh orang di dalam organisasi. Apalagi dengan persaingan yang ada, sudah pasti
pimpinan organisasi tidak ingin organisasinya ketinggalan dari yang lain.
Tahap Pembentukan Sikap Terhadap Inovasi
Sekarang waktunya membentuk sikap terhadap inovasi. Ada dua hal dari sikap yang
dapat dirasakan oleh anggota organisasi:
Memiliki persepsi tentang potensi inovasi tersebut. Biasanya ditandai dengan meyakini
organisasi mampu menggunakan inovasi tersebut. Selain itu komitmen untuk siap
menghadapi timbulnya masalah ketika penerapan inovasi dijalankan.
Inovasi yang sudah dijalankan akan mendapatkan feedback dari berbagai individu
yang ada di dalam organisasi. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah inovasi itu dapat
diterima atau tidak di dalam organisasi. Kalau memang inovasi ini membawa manfaat besar,
maka seharusnya diterapkan terus. Sebaliknya, jika ternyata dianggap tidak bermanfaat,
maka ditolak saja. Seluruh anggota organisasi harus ikut dalam tahap ini agar hasilnya adil.
Tahap Implementasi
Tahap implementasi menjadi langkah selanjutnya ketika mulai menerapkan inovasi. Ada
dua langkah yang bisa dilakukan, yakni:
Langkah awal: Langkah ini dimulai dengan organisasi yang menerapkan sebagian dari
inovasi tersebut. Contohnya seperti menjalankan sebuah inovasi yang hanya diterapkan di
satu divisi. Berangkat dari cara itu, maka inovasi tersebut dapat berlaku untuk semua divisi.
Langkah Lanjutan: Jika penerapan awal dari inovasi itu berhasil dan para anggota
organisasi memahami pengalaman serta tahu cara menerapkannya, maka tinggal dilanjutkan
saja.