Anda di halaman 1dari 10

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KELOMPOK 3

1. Silvia Dewi (B.231.21.0141)


2. Arofatul (B.231.21.0194)
3. Rosvita Irma K (B.241.22.0001)
4. Raismida Tarumaya (B.241.22.0005)

A. Apakah Yang Dimaksud Persepsi (Raismida)


B. Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan
C. kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.
D. Persepsi adalah proses invidu mengatur dan menafsirkan kesan diri mereka untuk
E. memberi makna pada lingkungan mereka.
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan. Persepsi menjadi penting karena kebiasaan seseorang lebih didasarkan pada
persepsi yang mereka rasakan dibandingkan dengan kenyataan yang ada.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi :

Dari gambar di atas disebutkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Pelaku Persepsi

Penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadinya sendiri.

2. Target

Kebaruan/Inovasi, Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh
orang yang berbeda.

3. Situasi

Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia
berada di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

B. Persepsi Orang : Membuat Penilaian Atas Orang Lain (Raismida)


1. Teori Atribusi

Teori atribusi mencoba menjelaskan cara kita menilai orang secara berbeda,
tergantung pada makna yang kita kaitkan dengan perilaku tertentu. Ini menunjukkan
bahwa ketika kita mengamati perilaku seseorang, kita berusaha untuk menentukan
apakah itu disebabkan oleh internal atau eksternal.

Tiga faktor penentu dalam teori atribusi dijelaskan sebagai berikut. :


a. Kekhususan

Derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau peristiwa


yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda.

b. Konsistensi

Derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama
pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.

c. Konsensus

Derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa tertentu
dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung
dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. 

Sedangkan klarifikasi perbedaan antara sebab-akibat internal dan eksternal :

a. Atribusi Internal
Disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun
aspek-aspek internal yang lain.

b. Atribusi Eksternal
Disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang yang bersangkutan.

2. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain secara Umum


Klasifikasi cara pintas dalam menilai seseorang secara umum :
a. Persepsi Selektif (Selective Perpection)
Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang
liat dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. 
b. Efek Halo (Halo Effect)
Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang
indivdu berdasarkan karakteristik tunggal. 
c. Efek Kontras (Contrast Effect)
Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan
orang lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam
karakteristik yang sama.

d. Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. 

3. Aplikasi Penggunaan Jalan Pintas dalam Sebuah Organisasi


a. Wawancara Kerja
Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5
menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari awal
wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh
sedudahnya.
b. Ekspektasi Kinerja
Menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi
orang lain.
c. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian
bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif.
C. Hubungan Antara Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual (Silvia)

 Keputusan adalah pilihan-pilihan yang dibuat dari dua alternatif atau lebih.
 Masalah adalah ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan.
 Pembuatan keputusan muncul sebagai reaksi atas sebuah masalah yang sedang
dihadapi.
 Setiap keputusan membutuhkan interpretasi dan evaluasi informasi. Persepsi setiap
pengambil keputusan tentu akan berbeda.
 Interpretasian ini bersifat individual sehingga keputusan yang dihasilkan juga akan
berbeda satu dengan yang lain.

D. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi (Silvia)

Untuk meningkatkan cara kita membuat keputusan dalam organisasi, kita harus
memahami model-model pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Pengambilan Keputusan Rasional (Rational Decision Making)


Sebuah proses penganbilan keputusan dengan membuat pilihan-pilihan yang konsisten
dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.

2. Rasionalitas Terbatas (Bounded Rationality)

Sebuah proses penganbilan keputusan dengan membuat berbagai model sederhana yang
menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapat semua kerumitannya.

3. Intuisi ( Intiutive decision making )

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh.

Bias dan Kesalahan Umum Dalam Pengambilan Keputusan

 Bias Terlalu Percayaan Diri

Kecenderungan untuk menganggap kemampuan diri sendiri lebih tinggi.

 Bias Jangkar
Kecenderungan untuk tertarik pada informasi awal, cenderung mengabaikan info berikut

 Bias Konfirmasi

Kenderung mencari informasi yg menguatkan pilihan masa lalu dan yang ingin didengar

 Bias Ketersediaan.

Kecenderungan untuk mendasarkan penilaian pada informasi yg sudah tersedia.

 Eskalasi Komitmen

Sikap mempertahankan keputusan meski ada bukti kuat keputusan tersebut salah.

 Kesalahan Acak

Kecenderungan untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa yang
tidak disengaja.

 Aversi Resiko

Kecenderungan untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada faktor resiko,
meskipun jika resiko diambil dapat dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

 Bias Retropeksi

Kecenderungan dalam mempercayai bahwa kita dapat memprediksinya secara akurat.

E. Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan : Perbedaan Individu dan Batasan


Organisasi (Arofa)

Perbedaan Individu dan Batasan organisasi

Perbedaan individu Seperti yang kita diskusikan, pengambilan keputusan


dalam praktiknya dikarakterisasikan oleh batasan-batasan rasionalitas, bias dan
kesalahan umum, serta penggunaan intuisi. Perbedaan-perbedaan individu juga
menciptakan deviasi dari modelrasional. Dalam bagian ini, kita melihat perbedaan-
perbedaan itu

1. Perbedaan individu
 Kepribadian

Tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian


memengaruhi keputusan. Pertama, riset menyatakan bahwa orang-orang yang
berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya,
sedangkan orang-orang yang patuh lebih tidak mungkin. Mengapa? Umumnya,
orang-orang yang berorientasi pada pencapaian tidak suka gagal, meskipun
demikian, lebih cenderung melakukan apa yang mereka pandang terbaik bagi
organisasi. Kedua, individu yang mengejar pencapaian tampaknya lebih rentan pada
bias retrospeksi, mungkin karena mereka perlu menjustifikasi tindakannya.

 Jenis kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam
pengambilan keputusan. Komplementasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama. Dari
sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi
mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan pria dalam
menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan. Wanita hampir dua kali lebih
banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.

 Kemampuan mental

Orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu


memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih
cepat, sehingga mungkin mengekspektasikan mereka juga lebih sedikit beresiko
salah mengambil keputusan umum

Kemampuan mental tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari


beberapa dari masalah tersebut. Orang-orang yang cerdas sama mungkinnya untuk
jatuh dalam jebakan penjangkaran, terlalu percaya diri, daneskalasi komitmen, mungkin
karena cerdas saja tidak mengingatkan kita akan kemungkinan terlalu percaya diri atau
secara emosional defensif.

 Perbedaan budaya

Perbedaan budaya Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan


budaya, demikian pula dengan banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang
pengambilan keputusan. Tetapi, orang indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil
keputusan dengan cara yang sama dengan orang australia. Oleh karena itu, kita perlu
mengakui bahwa latar belakang budaya dari pembuat keputusan dapat
mempengaruhi dengan signifikan pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya
logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi seharusnya dibuat secara
autokrat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.

2. Batasan Organisasi
 Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.
Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah
tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita
akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk
memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.

 System imbalan

Sistem imbalan organisasi memengaruhi pengambil keputusan dengan menyarankan


pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai
penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif. Dari
tahun 1930-an sampai pertengahan tahun 1980-an general motors secara konsisten
memberikan promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan
menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli dalam menghindari isu-isu
dan menyerahkan keputusan-keputusan kontroversial pada komite.

 Batas waktu akibat system

Batasan waktu akibat sistem Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat
waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja
harus siap untuk ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-kondisi
demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh
semua informasi sebelum mengambil keputusan.

 Contoh historis

Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah


konteks.Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan. Yang
dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilhan
sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun
ini adalah anggaran tahun lalu.

F. Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan? (Arofa)

1. Utilitarianisme, sebuah system dimana keputusan keputusan dibuat untuk memberikan


yang terbaik dalam jumlah terbanyak.
2. Membuat keputusan konsisten dengan kebebasan hak-hak fundamental, seperti yang
tercantum dalam Piagam Hak Asasi.
3. Menambahkan dan mendorong aturan-aturan dengan adil dan netral untuk memastikan
keadilan atau distribusi Yang merata atas manfaat dan biaya.
G. Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi
(Rosvita)
1. Kreativitas

Kreativitas berarti menciptakan sesuatu yang baru. Dimana kreativitas berarti


kemampuan mengembangkan ide-ide baru yang unik dan tidak biasa serta dapat bermanfaat
dalam situasi kerja. Setiap organisasi yang ingin bertahan dan berkembang harus mampu
menghadapi tren dan perubahan (Frinces, 2004).

Selain itu kreativitas merupakan naluri yang ada sejak lahir, namun kreativitas tidak
dapat berkembang dengan sendirinya tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungannya.
Kreativitas yang sebenarnya bergantung pada situasi yang ada saat ini serta kemampuan
untuk bersaing secara berulang, dinamis, dan tidak sensitif.

Terdapat beberapa ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut:

 Memiliki rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,


 Memiliki daya imajinasi yang tinggi,
 Selalu memberikan gagasan atau usulan terhadap suatu masalah,
 Melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang,
 Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah

2. Pengambilan Keputusan Kreatif

Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah, yang masing-masing langkahnya mengarah
pada hal berikut:

 Formulasi Masalah

Setiap tindakan kreativitas dimulai dengan masalah yang memunculkan perilaku


dirancang untuk memecahkannya. Oleh karena itu, formulasi masalah didefinisikan sebagai
tahapan perilaku kreatif dimana kita mengidentifikasi sebuah masalah atau peluang yang
membutuhkan solusi yang belum diketahui.

 Pengumpulan Informasi

Dengan adanya masalah, solusinya jarang ada sekali ditangan. Kita membutuhkan waktu
untuk belajar lebih dan memproses pembelajaran itu. Oleh karena itu, pengumpulan
informasi adalah tahapan perliaku kreatif ketika solusi-solusi yang mungkin atas masalah
diinkubasi dalam pikiran individu.

 Pemunculan Ide

Jika kita telah mengumpulkan informasi yang relevan, saatnya untuk mentransisikan
pengetahuan menjadi ide-ide. Oleh karena itu, pemunculan ide adalah proses perilaku kreatif
di mana kita mengembangkan solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari
informasi dan pengetahuan yang relevan. Semakin meningkat, pemunculan ide bersifat
kolaboratif.

 Evaluasi Ide

Terakhir, saatnya memilih ide-ide yang dimunculkan. Oleh karena itu, evaluasi ide adalah
proses perilaku kreatif dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik. Kadang-kadang metode memilih bisa jadi inovatif.

3. Inovasi

Inovasi dalam organisasi adalah suatu hal baru berupa apapun yang dapat terjadi di
dalam suatu organisasi. Baik organisasi formal atau informal. Inovasi ini selalu berbentuk
proses perubahan yang memberikan kemajuan bagi organisasi tersebut.

Kemampuan organisasi untuk berinovasi menjadi syarat utama agar mampu


mencapai keberhasilan dalam pemanfaatan sumber daya manusia dan teknologi baru. Proses
inovasi di dalam organisasi berlangsung sesuai dengan apa yang ingin dicapai.

Cara Membangun Inovasi Dalam Organisasi

Ada beberapa tahap dalam membangun inovasi dalam organisasi, yaitu:

 Tahap Permulaan Pengetahuan dan Kesadaran

Inovasi harus disadari sebagai suatu ide atau material yang dapat diterima oleh
penerimanya. Sebelum memulai itu, inovasi dapat terlihat sebagai salah satu upaya untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Keputusan untuk membuat inovasi ini wajib disadari oleh
seluruh orang di dalam organisasi. Apalagi dengan persaingan yang ada, sudah pasti
pimpinan organisasi tidak ingin organisasinya ketinggalan dari yang lain.
 Tahap Pembentukan Sikap Terhadap Inovasi

Sekarang waktunya membentuk sikap terhadap inovasi. Ada dua hal dari sikap yang
dapat dirasakan oleh anggota organisasi:

Sikap terbuka dengan mau mempertimbangkan inovasi, mempertanyakan inovasi, dan


meyakini bahwa inovasi tersebut mampu meningkatkan kemampuan organisasi.

Memiliki persepsi tentang potensi inovasi tersebut. Biasanya ditandai dengan meyakini
organisasi mampu menggunakan inovasi tersebut. Selain itu komitmen untuk siap
menghadapi timbulnya masalah ketika penerapan inovasi dijalankan.

 Tahap Pembentukan Pengambilan Keputusan

Inovasi yang sudah dijalankan akan mendapatkan feedback dari berbagai individu
yang ada di dalam organisasi. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah inovasi itu dapat
diterima atau tidak di dalam organisasi. Kalau memang inovasi ini membawa manfaat besar,
maka seharusnya diterapkan terus. Sebaliknya, jika ternyata dianggap tidak bermanfaat,
maka ditolak saja. Seluruh anggota organisasi harus ikut dalam tahap ini agar hasilnya adil.

 Tahap Implementasi

Tahap implementasi menjadi langkah selanjutnya ketika mulai menerapkan inovasi. Ada
dua langkah yang bisa dilakukan, yakni:

Langkah awal: Langkah ini dimulai dengan organisasi yang menerapkan sebagian dari
inovasi tersebut. Contohnya seperti menjalankan sebuah inovasi yang hanya diterapkan di
satu divisi. Berangkat dari cara itu, maka inovasi tersebut dapat berlaku untuk semua divisi.

Langkah Lanjutan: Jika penerapan awal dari inovasi itu berhasil dan para anggota
organisasi memahami pengalaman serta tahu cara menerapkannya, maka tinggal dilanjutkan
saja.

Anda mungkin juga menyukai