Anda di halaman 1dari 25

BAB 6

Persepsi dan Pembuatan Keputusan Seseorang

Apa itu Persepsi?


Persepsi adalah proses di mana individu mengatur, menafsirkan kesan dan memberi
makna pada lingkungannya. Namun, apa yang dirasakan kadang bisa sangat berbeda dari
realitas objektif. Misalnya, semua karyawan di sebuah perusahaan mungkin melihat tempat
kerjanya sebagai tempat yang bagus untuk bekerja, kondisi kerjanya yang menyenangkan,
penugasan kerja yang menarik, gaji yang baik, tunjangan yang sangat baik, pengertian dan
manajemen yang bertanggung jawab. Tetapi, seperti yang diketahui sebagian besar dari kita,
sulit untuk menemukan kesepakatan tersebut.
Mengapa persepsi penting dalam studi Perilaku Organisasi? Hanya karena perilaku
orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa itu realitas, bukan pada realitas itu
sendiri. “Dunia sebagaimana yang dipersepsikan adalah dunia yang penting secara
perilaku”. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi


1. Faktor pada si Pengamat
• Sikap 
• Motif
• Minat 
• Pengalaman 
• Harapan

2. Faktor pada Situasi


• Waktu 
• Situasi Kerja 
• Situasi Sosial

3. Faktor pada Sasaran


• Kebaruan 
• Pergerakan 
• Suara 
• Ukuran 
• Latar Belakang 
• Kedekatan 
• Kesamaan

Persepsi Pribadi: Membuat Penilaian terhadap Orang Lain


Teori Pertalian (Attribution Theory)
Teori pertalian mencoba menjelaskan bagaimana kita menilai orang secara berbeda,
bergantung pada cara kita mengaitkan sifat-sifat perilaku yang ditunjukkan seseorang.

Kita mencoba untuk menentukan apakah perilaku seseorang disebabkan secara internal
ataukah eksternal. Secara Internal artinya perilaku tersebut disebabkan oleh kontrol individual orang
itu. Sedangkan secara eksternal kita membayangkan bahwa perilaku tersebut disebabkan paksaan dari
luar yang menyebabkan orang tersebut menunjukkan perilaku sedemikian.
Penentuannya bergantung pada tiga faktor: (1) kekhasan, (2) konsensus, dan (3)
konsistensi.
1. Kekhasan mengacu apakah seseorang menunjukkan perilaku yang berbeda
pada berbagai situasi.
2. Jika setiap orang yang menghadapi situasi yang mirip merespon dengan cara
yang sama, maka dapat dikatakan perilaku menunjukkan konsensus.
3. Akhirnya, pengamat memperhatikan konsistensi pada tindakan seseorang.
Apakah seseorang merespon dengan cara yang sama setiap waktu.

Kesalahan Pertalian yang Mendasar

Ketika kita membuat penilaian terhadap perilaku orang lain, kita cenderung meremehkan pengaruh
faktor eksternal dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal atau faktor personal.

Bias Menyenangkan Diri Sendiri (Self-serving)

Orang juga cenderung mengaitkan informasi-informasi yang tidak jelas jika relatif menyanjung dan
menerima umpan balik positif namun menolak umpan balik negatif.

Jalan Pintas dalam Menilai Perilaku Orang Lain

Persepsi Selektif
Karakteristik apapun yang membuat seseorang, suatu benda, atau suatu kejadian menonjol akan
meningkatkan kemungkinan bagi kita untuk memperhatikannya.

Efek Halo

Kecenderungan untuk mengambil kesan umum dari seseorang berdasarkan satu karakteristik.

Efek Kontras

Penilaian dari karakteristik seseorang dipengaruhi dari perbandingan terhadap orang lain yang saat ini
memiliki pangkat lebih tinggi maupun lebih rendah dengan karakteristik yang sama.

Stereotyping

Adalah ketika kita menilai seseorang berdasarkan persepsi kita pada kelompok mana seseorang itu
berasal. Permasalahan dari stereotipe adalah walaupun cara ini sangat umum dan seringkali berguna,
namun bisa saja tidak tepat bila diterapkan pada orang atau situasi tertentu.

Penerapan Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi

Wawancara Kerja. Penelitian menunjukkan kalau kita membentuk kesan terhadap orang lain dalam
sepersekian detik berdasarkan pandangan pertama. Bila kesan pertama ini negatif, maka dalam
wawancara akan semakin berat dibandingkan bila kesan negatif ini muncul pada kesempatan lainnya.

Espektasi Kinerja. Istilah self-fulfilling prophecy dan Pygmallion effect menjelaskan bagaimana
perilaku seseorang ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Self-fulfilling prophecy adalah situasi di
mana seseorang secara tidak tepat memandang orang kedua, dan espektasi yang dihasilkan
menyebabkan orang kedua berperilaku dengan cara-cara yang diinginkan dengan persepsi orang
pertama. Harapan menjadi kenyataan.

Evaluasi Kinerja. Banyak pekerjaan dinilai dengan kondisi-kondisi yang subyektif. Penilaian
subyektif walaupun sering dibutuhkan, namun bermasalah akibat kesalahan-kesalahan yang dibahas
sebelumnya seperti persepsi selektif, efek kontras, dan efek halo, dan lain sebagainya.
Keterkaitan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Seseorang
Individu-individu dalam sebuah organisasi membuat keputusan, memilih di
antara dua atau lebih alternatif.
 Manajer puncak.
 tujuan organisasi.
 produk.
 layanan.
 pembiayaan operasional.
 lokasi pabrik baru.
 Manajer tingkat menengah dan bawah
 menetapkan jadwal produksi.
 memilih karyawan baru.
 alokasikan kenaikan gaji.
 Karyawan non-manajerial
 upaya yang harus dilakukan.
 pemenuhan permintaan atasan.

Organisasi telah mulai memberdayakan karyawan non-manajerial mereka


dengan otoritas pengambilan keputusan yang secara historis hanya diperuntukkan
bagi manajer.
Pengambilan keputusan individu dengan demikian merupakan bagian
penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu membuat keputusan dan
kualitas pilihan mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka. Data mana yang
relevan dengan keputusan, dan mana yang tidak. Persepsi kita akan menjawab
pertanyaan itu.
Akhirnya, di seluruh proses pengambilan keputusan, distorsi persepsi
sering muncul yang dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Pembuatan Keputusan Secara Rasional Kita sering berpikir bahwa pembuatan keputusan
terbaik selalu rasional dan menghasilkan keputusan-keputusan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai-nilai pada Batasan yang telah ditetapkan. Keputusan-keputusan ini
mengikuti enam Langkah rasional pada model pembuatan keputusan secara rasional.

Sekolah bisnis umumnya melatih siswa untuk mengikuti cara pengambilan keputusan yang
rasional. Di sinilah Perilaku Organisasi memberikan gambaran untuk meningkatkan cara kita
membuat keputusan dalam organisasi, kita harus memahami kesalahan pengambilan
keputusan yang dilakukan orang.

Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan Rasional:


1. Definisikan masalahnya
2. Identifikasi kriteria keputusan
3. Alokasikan bobot ke kriteria
4. Kembangkan alternatif
5. Mengevaluasi alternatif
6. Pilih alternatif terbaik

Cara pengambilan keputusan rasional bertumpu pada sejumlah asumsi, termasuk


pengambil keputusan memiliki informasi yang lengkap, mampu mengidentifikasi semua opsi
yang relevan dengan cara yang tidak bias dan memilih opsi dengan utilitas tertinggi. Seperti
yang bisa anda bayangkan, sebagian besar keputusan di dunia nyata tidak menggunakan cara
rasional. Orang biasanya puas menemukan solusi yang dapat diterima atau masuk akal untuk
suatu masalah daripada solusi yang optimal. Pilihan cenderung terbatas pada lingkungan dari
gejala masalah dan alternatif saat ini. Seperti yang dikatakan oleh seorang ahli dalam
pengambilan keputusan, “keputusan yang paling signifikan dibuat dengan pertimbangan,
bukan dengan model preskriptif yang ditentukan”. Terlebih lagi, orang sering tidak sadar
telah membuat keputusan yang kurang optimal.
Keputusan yang Terbatas Karena pikiran manusia tidak dapat merumuskan dan
memecahkan masalah kompleks dengan rasionalitas penuh, oleh karena itu kita memilih cara
yang disederhanakan yang mengekstrak fitur-fitur penting dari masalah tanpa menangkap
semua kerumitannya. Kita kemudian dapat berperilaku rasional dalam batasan model
sederhana.

Bagaimana rasionalitas terbatas bekerja untuk individu pada umumnya? Setelah kita
mengidentifikasi masalahnya, kita mulai mencari kriteria dan alternatif, setelah itu kita
mengidentifikasi pilihan yang mudah ditemukan dan jelas yang biasanya mewakili kriteria
yang sudah dikenal serta solusi yang telah dicoba dan benar hasilnya. Selanjutnya, kita mulai
meninjaunya, memfokuskan alternatif yang sedikit berbeda dari pilihan yang saat ini berlaku
sampai kita mengidentifikasi salah satu yang cukup baik yang memenuhi tingkat kinerja yang
dapat diterima. Jadi solusinya memilih pilihan yang memuaskan - pilihan pertama yang dapat
diterima yang kita temui - daripada pilihan yang optimal.

Keputusan yang memuaskan tidak selalu merupakan ide yang buruk - proses
sederhana mungkin sering kali lebih masuk akal daripada model pengambilan keputusan
rasional tradisional karena anda perlu mengumpulkan banyak informasi tentang semua opsi,
menghitung bobot yang berlaku, dan kemudian menghitung nilai di sejumlah besar kriteria.
semua proses ini dapat menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Dan jika ada banyak bobot
dan preferensi yang tidak diketahui, cara yang sepenuhnya rasional mungkin tidak lebih
akurat daripada perkiraan terbaik. Terkadang proses pemecahan masalah yang cepat dan
hemat mungkin merupakan pilihan terbaik anda.

Intuisi Pada abad ke-20, para ahli percaya bahwa penggunaan intuisi pada para pembuat
keputusan tidak rasional atau tidak efektif. Itu sudah tidak lagi terjadi. Kita sekarang
menyadari bahwa lebih baik menekankan pada analisis rasional, dalam arti tertentu, tetapi
mengandalkan intuisi dapat meningkatkan pengambilan keputusan. walaupun kita tidak bisa
terlalu mengandalkannya. Karena hal tersebut tidak bisa diukur, sulit untuk mengetahui
kapan firasat kita benar atau salah. Kuncinya bukanlah hanya mengandalkan intuisi, tetapi
melengkapinya dengan bukti dan penilaian yang baik.

Bias dan Kesalahan Umum dalam Pengambilan Keputusan


Pengambil keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi mereka juga
memungkinkan bias dan kesalahan sistematis menyusup ke dalam penilaian mereka. Untuk
meminimalkan usaha dan menghindari pertukaran yang sulit, orang cenderung terlalu
bergantung pada pengalaman, impuls, firasat, dan aturan praktis. Jalan pintas ini bisa
membantu. Namun, mereka juga dapat merusak rasionalitas. Berikut adalah bias paling
umum dalam pengambilan keputusan.

Bias Terlalu Percaya Diri Telah dikatakan bahwa "tidak ada masalah dalam penilaian dan
pengambilan keputusan yang lebih umum dan lebih berpotensi bencana daripada terlalu
percaya diri." Ketika kita diberi pertanyaan faktual dan diminta untuk menilai kemungkinan
jawaban kita benar, kita cenderung terlalu optimis. Ketika orang mengatakan bahwa mereka
90 persen yakin tentang kisaran yang mungkin diambil oleh angka tertentu, kisaran perkiraan
mereka berisi jawaban yang benar hanya sekitar 50 persen dari waktu dan para ahli tidak
lebih akurat dalam menetapkan interval kepercayaan daripada pemula. Ketika orang
mengatakan bahwa mereka 100 persen yakin akan suatu hasil, mereka cenderung 70 sampai
85 persen benar.

Individu yang kemampuan intelektual dan interpersonalnya paling lemah cenderung


melebih-lebihkan kinerja dan kemampuannya. Ada juga hubungan negatif antara optimisme
pengusaha dan kinerja usaha baru mereka: semakin optimis, semakin kurang sukses.
Kecenderungan untuk terlalu percaya diri tentang ide-ide mereka mungkin menghalangi
beberapa perencanaan bagaimana menghindari masalah yang muncul.

Bias Terpatok (Anchoring) Bias anchoring adalah kecenderungan untuk terpaku pada
informasi awal dan gagal untuk menyesuaikan informasi selanjutnya. Itu terjadi karena
pikiran kita tampaknya memberikan penekanan yang tidak proporsional pada informasi
pertama yang diterimanya. Penanda banyak digunakan oleh orang-orang yang berprofesi di
mana keterampilan persuasi penting periklanan, manajemen, politik, real estat, dan hukum.
Ketika calon majikan bertanya berapa banyak yang Anda hasilkan dari pekerjaan Anda
sebelumnya, jawaban Anda biasanya mengacu pada tawaran pemberi kerja. (Ingatlah ini
ketika Anda menegosiasikan gaji Anda, tetapi tetapkan patokan setinggi mungkin secara
realistis.) Akhirnya, semakin tepat patokan Anda, semakin kecil penyesuaiannya. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa orang berpikir untuk membuat penyesuaian setelah jangkar
dipasang sebagai pembulatan angka. Jika Anda menyarankan target gaji $ 55.000, atasan
Anda akan mempertimbangkan $ 50.000 hingga $ 60, 000 kisaran yang masuk akal untuk
negosiasi, tetapi jika Anda menyebutkan $ 55.650, atasan Anda kemungkinan besar akan
mempertimbangkan $ 55.000 hingga $ 56.000 kisaran nilai yang mungkin.

Bias Konfirmasi Proses pengambilan keputusan rasional mengasumsikan kita


mengumpulkan informasi secara objektif. Tapi kenyataannya tidak. Kita mengumpulkannya
secara selektif. Bias konfirmasi mewakili kasus tertentu dari persepsi selektif: kita mencari
informasi yang menegaskan kembali pilihan kita sebelumnya, dan kita mengabaikan
informasi yang bertentangan dengannya. Kita juga cenderung menerima informasi nilai
nominal yang menegaskan pandangan kita yang telah terbentuk sebelumnya, sementara kita
kritis dan skeptis terhadap informasi yang menantang hal tersebut. Oleh karena itu, informasi
yang kita kumpulkan biasanya condong ke arah pandangan pendukung yang sudah kita
miliki. Kita bahkan cenderung mencari sumber yang paling mungkin memberi tahu apa yang
ingin kita dengar, dan kita memberikan terlalu banyak bobot pada informasi pendukung dan
terlalu sedikit untuk kontradiktif. Menariknya, kita paling rentan terhadap bias konfirmasi
ketika kita yakin kita memiliki informasi yang baik dan sangat percaya pada pendapat kita.
Untungnya, mereka yang merasa ada kebutuhan yang kuat untuk akurat dalam mengambil
keputusan tidak terlalu rentan terhadap bias konfirmasi.

Bias Ketersediaan Bias ketersediaan adalah kecenderungan kita untuk mendasarkan


penilaian pada informasi yang tersedia. Peristiwa yang membangkitkan emosi, sangat jelas,
atau yang lebih baru cenderung lebih tersedia dalam ingatan kita, membuat kita melebih-
lebihkan kemungkinan kejadian yang tidak terduga seperti kecelakaan pesawat. Bias
ketersediaan juga dapat menjelaskan mengapa manajer yang melakukan penilaian kinerja
memberi bobot lebih pada perilaku karyawan baru-baru ini daripada perilaku 6 atau 9 bulan
sebelumnya.

Eskalasi/Peningkatan Komitmen Distorsi lain yang merayap ke dalam keputusan adalah


kecenderungan untuk meningkatkan komitmen. Peningkatan komitmen mengacu pada tetap
pada keputusan bahkan ketika ada bukti yang jelas bahwa itu salah.
Individu meningkatkan komitmen pada tindakan yang gagal ketika mereka
menganggap diri mereka bertanggung jawab atas kegagalan tersebut.
Faktanya, orang yang dengan hati-hati mengumpulkan dan mempertimbangkan
informasi yang konsisten dengan model pengambilan keputusan rasional lebih cenderung
terlibat dalam eskalasi komitmen daripada mereka yang menghabiskan lebih sedikit waktu
untuk memikirkan pilihan mereka.
Banyak organisasi telah menderita karena seorang manajer bertekad untuk
membuktikan hak keputusan aslinya terus menggunakan sumber daya untuk tujuan yang
hilang.

Kesalahan Keacakan (Randomness Error) Kecenderungan kita untuk percaya bahwa kita
dapat memprediksi hasil dari peristiwa acak adalah kesalahan keacakan.
Pengambilan keputusan menjadi buruk ketika kita mencoba menciptakan makna
dalam peristiwa acak, terutama ketika kita mengubah pola imajiner menjadi takhayul.
Ini dapat dibuat-buat sepenuhnya ("Saya tidak pernah membuat keputusan penting
pada hari Jumat tanggal 13") atau dapat berkembang dari pola perilaku masa lalu yang
diperkuat (Tiger Woods sering mengenakan baju merah selama putaran final turnamen golf
karena dia memenangkan banyak turnamen junior dengan mengenakan kemeja merah).
Perilaku takhayul bisa melemahkan jika memengaruhi penilaian harian atau bias
terhadap keputusan besar.

Pengalihan Risiko (Risk Avertion) Kecenderungan untuk lebih memilih hal yang pasti
daripada hasil yang berisiko adalah penghindaran risiko.
Untuk mengimbangi risiko yang melekat pada upah berbasis komisi, perusahaan
membayar karyawan yang ditugaskan jauh lebih banyak daripada yang mereka lakukan
dengan gaji tetap.
Karyawan yang menghindari risiko akan tetap berpegang pada cara yang sudah
mapan dalam melakukan pekerjaan mereka, daripada mengambil kesempatan pada metode
inovatif atau kreatif. Tetap berpegang pada strategi yang telah berhasil di masa lalu memang
meminimalkan risiko, tetapi dalam jangka panjang akan menyebabkan stagnasi.
Orang-orang ambisius dengan kekuatan yang dapat diambil alih (sebagian besar
manajer) tampaknya sangat menghindari risiko, mungkin karena mereka tidak ingin
kehilangan semua yang telah mereka capai dengan susah payah dalam pertaruhan.
Karena orang cenderung tidak meningkatkan komitmen ketika ada banyak
ketidakpastian, implikasi dari penghindaran risiko tidak semuanya buruk.
Ketika investasi berisiko tidak membuahkan hasil, kebanyakan orang lebih suka
bermain aman dan mengurangi kerugian mereka, tetapi jika mereka berpikir hasilnya adalah
hal yang pasti, mereka akan terus meningkat.
Preferensi risiko terkadang dibalik: orang lebih suka mengambil risiko ketika
mencoba mencegah hasil yang negatif. Mereka lebih suka mengambil taruhan 50-50 untuk
kehilangan $100 daripada menerima kerugian tertentu sebesar $50. Dengan demikian, mereka
berisiko kehilangan banyak uang dalam persidangan daripada diselesaikan di luar pengadilan.
Situasi stres dapat membuat preferensi risiko ini lebih kuat. Orang akan lebih cenderung
terlibat dalam perilaku mencari risiko untuk hasil negatif, dan perilaku menghindari risiko
untuk hasil positif, saat berada di bawah tekanan.

Bias Melihat ke Belakang (Hindsight Bias) Bias melihat ke belakang adalah kecenderungan
untuk percaya secara salah, setelah hasilnya diketahui, bahwa kita telah memprediksinya
secara akurat.
Selama 10 tahun terakhir, industri rental video rumahan telah runtuh dengan cepat
karena outlet distribusi online menggerogoti pasar. Hollywood Video menyatakan bangkrut
pada Mei 2010 dan mulai melikuidasi asetnya; Blockbuster mengajukan kebangkrutan pada
September 2010. Beberapa orang berpendapat bahwa jika saja organisasi ini telah
memanfaatkan merek dan sumber daya distribusi mereka secara efektif dan lebih cepat
mengembangkan pengiriman berbasis web, seperti yang dilakukan Netflix, dan distribusi
berbiaya rendah di toko kelontong dan toko serba ada, yang ditawarkan Redbox, mereka bisa
saja menghindari kegagalan.
Bias melihat ke belakang mengurangi kemampuan kita untuk belajar dari masa lalu.
Ini memungkinkan kita berpikir bahwa kita adalah peramal yang lebih baik daripada kita dan
dapat membuat kita salah percaya diri. Jika akurasi prediksi Anda yang sebenarnya hanya 40
persen tetapi menurut Anda 90, kemungkinan besar Anda akan kurang skeptis tentang
kemampuan prediksi Anda.
Aplikasi: Pengambilan Keputusan Keuangan
Diskusi tentang kesalahan pengambilan keputusan ini mungkin membuat Anda
berpikir tentang bagaimana organisasi dan individu membuat keputusan keuangan.
Salah satu masalah inti yang menciptakan krisis keuangan adalah pinjaman besar
diberikan kepada individu yang tidak dapat membayarnya kembali, dan perusahaan
pembiayaan membeli hutang buruk ini tanpa menyadari betapa buruknya prospek
pembayaran kembali.
Dengan demikian, bias kepercayaan berlebihan oleh pemberi pinjaman dan
peminjam tentang kemampuan membayar kembali pinjaman jelas merupakan faktor utama.
Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa orang lebih bersedia untuk membeli
secara kredit dan membelanjakan lebih banyak uang ketika mereka merasa percaya diri.
Sayangnya, karena kepercayaan menurun dalam menghadapi data ekonomi yang
buruk, bisnis dan konsumen menjadi lebih konservatif dalam pengeluaran mereka. Hal ini
semakin menurunkan permintaan akan produk dan jasa, yang memperdalam krisis ekonomi
dalam lingkaran setan. Pemberi pinjaman mungkin telah mengabaikan potensi masalah
dengan akun peminjam saat memberikan pinjaman, dan pedagang saham mungkin telah
mengabaikan informasi tentang potensi masalah dengan derivatif yang kompleks saat
membuat keputusan pembelian.
Setelah pinjaman dilunasi, pemberi pinjaman juga secara selektif mengabaikan efek
negatif dari hutang, membuat mereka lebih mungkin untuk membuat pinjaman yang tidak
bijaksana di masa depan. Apa yang mungkin mencegah situasi ini terjadi di masa depan?
Baik investor maupun konsumen mungkin perlu lebih hati-hati mempertimbangkan apakah
tingkat kepercayaan mereka selaras dengan kemampuan membayar masa depan mereka yang
sebenarnya.
Berhati-hatilah untuk tidak melakukan bias melihat ke belakang dan menyimpulkan
setelah krisis keuangan mereda bahwa seharusnya masalah yang jelas akan segera terjadi.
Apa yang mungkin mencegah situasi ini terjadi di masa depan? Baik investor maupun
konsumen mungkin perlu lebih hati-hati mempertimbangkan apakah tingkat kepercayaan
mereka selaras dengan kemampuan membayar masa depan mereka yang sebenarnya.

Pengaruh-pengaruh pada Pengambilan Keputusan: Perbedaan perbedaan


Individu dan Batasan Organisasi

Di sini kita beralih ke faktor-faktor yang memengaruhi cara orang membuat


keputusan dan tingkatan di mana mereka rentan terhadap kesalahan Kami membahas
perbedaan individu dan kendala organisasi

Perbedaan-perbedaan Individu
Pengambilan keputusan dalam praktiknya dicirikan oleh rasionalitas terbatas, bias
dan kesalahan umum, dan penggunaan intuisi. Selain itu, perbedaan individu menciptakan
penyimpangan dari model rasional. Pada bagian ini, kita melihat dua perbedaan tersebut:
kepribadian dan jenis kelamin

Kepribadian Penelitian kecil sejauh ini yang dilakukan pada kepribadian dan pengambilan
keputusan menunjukkan bahwa kepribadian memang mempengaruhi keputusan kita. Mari
kita lihat kesadaran dan harga diri
(keduanya dibahas di Bab 5). Aspek khusus dari kesadaran — bukan sifat luas itu sendiri —
dapat memengaruhi peningkatan komitmen (di atas).
Dua aspek seperti itu — perjuangan untuk meraih prestasi dan ketaatan — sebenarnya
memiliki efek yang berlawanan. Orang yang berjuang untuk meraih prestasi lebih mungkin
untuk meningkatkan komitmen mereka, sedangkan orang yang berbakti lebih kecil
kemungkinannya. Kedua, individu yang berjuang untuk meraih prestasi tampak lebih rentan
terhadap bias melihat ke belakang, mungkin karena mereka memiliki kebutuhan yang lebih
besar untuk membenarkan tindakan mereka.
Akhirnya, seseorang dengan harga diri tinggi akan sangat terpelihara motivasinya, dan sering
melakukan bias menyenangkan diri sendiri. Mereka cenderung menyalahkan orang lain bila
menghadapi kegagalan dan menerima pujian untuk kesuksesannya.

Jenis kelamin Alasan mengapa wanita lebih banyak merenung daripada pria tidak jelas.
Salah satu pandangan adalah bahwa orang tua mendorong dan memperkuat ekspresi
kesedihan dan kecemasan lebih pada anak perempuan daripada pada anak laki-laki. Teori lain
adalah bahwa wanita, lebih dari pria, mendasarkan harga diri dan kesejahteraan mereka pada
apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Gagasan ketiga adalah bahwa wanita lebih
berempati dan lebih terpengaruh oleh peristiwa dalam kehidupan orang lain, sehingga mereka
memiliki lebih banyak hal untuk direnungkan.

Kemampuan Mental Orang-orang dengan kemampuan mental lebih tinggi dapat memroses
informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat namun
cenderung terjebak dalam bias dalam mengambil keputusan seperti bias terpatok, terlalu
percaya diri dan eskalasi komitmen. Namun orang cerdas dapat belajar menghindari
kesalahan-kesalahan ini bila diperingatkan sebelumnya.

Perbedaan Budaya Orang Indonesia, misalnya, tidak selalu membuat keputusan seperti yang
dilakukan orang Australia. Oleh karena itu, kita perlu mengenali bahwa latar belakang
budaya pembuat keputusan dapat secara signifikan mempengaruhi pemilihan masalah,
kedalaman analisis, pentingnya ditempatkan pada logika dan rasionalitas, dan apakah
keputusan organisasi harus dibuat secara otokratis oleh manajer individu atau secara kolektif
dalam kelompok. Budaya berbeda dalam orientasi waktu mereka, pentingnya rasionalitas,
keyakinan mereka pada kemampuan orang untuk memecahkan masalah, dan preferensi
mereka untuk pengambilan keputusan kolektif. Perbedaan dalam orientasi waktu membantu
kami memahami mengapa manajer di Mesir membuat keputusan dengan kecepatan yang jauh
lebih lambat dan disengaja daripada rekan mereka di AS. Meskipun rasionalitas dihargai di
Amerika Utara, itu tidak berlaku di tempat lain di dunia.
Manajer yang bekerja dalam konteks internasional sering mengalami masalah kompleks
ketika perilaku yang dapat diterima untuk kantor pusat tidak dapat diterima dalam budaya
lokal, dan sebaliknya. Seberapa sulit untuk sampai pada kebijakan global untuk pengambilan
keputusan etis? Perhatikan contoh berikut. Orang-orang dari negara-negara yang lebih tinggi
dalam dimensi jarak kekuasaan Hofstede, seperti yang ada di Amerika Latin, lebih cenderung
melaporkan bahwa penyuapan dapat diterima daripada individu-individu dari negara-negara
yang jarak kekuasaannya lebih rendah, seperti Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa.
Skandal internasional terjadi setelah perusahaan Jerman Siemens menyisihkan uang untuk
suap ketika bekerja di Afrika, tetapi eksekutif perusahaan pada awalnya membela tindakan
tersebut karena konsisten dengan praktik bisnis di negara-negara tersebut. Perbedaan tersebut
tidak berarti etika bisnis "lebih tinggi" atau "lebih rendah" di negara yang berbeda.
secara rasional karena rasionalitas sangat dihargai di Barat. Di negara-negara seperti Iran, di
mana rasionalitas tidak sepenting faktor lain, upaya untuk tampil rasional tidak diperlukan.
Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sementara yang lain berfokus pada
menerima situasi apa adanya
Amerika Serikat termasuk dalam kategori pertama; Thailand dan Indonesia adalah contoh
yang kedua. Karena manajer pemecah masalah percaya bahwa mereka dapat dan harus
mengubah situasi untuk keuntungan mereka, manajer A.S. mungkin mengidentifikasi
masalah jauh sebelum rekan mereka di Thailand atau Indonesia memilih untuk mengakuinya
seperti itu. Pengambilan keputusan oleh manajer Jepang jauh lebih berorientasi pada
kelompok daripada di Amerika Serikat
Kesesuaian dan kerja sama nilai Jepang. Jadi sebelum CEO Jepang membuat keputusan
penting, mereka mengumpulkan sejumlah besar informasi, yang mereka gunakan dalam
keputusan kelompok yang membentuk konsensus. Singkatnya, mungkin ada perbedaan
budaya yang penting dalam pengambilan keputusan, tetapi sayangnya belum banyak
penelitian untuk mengidentifikasi mereka

Kendala Organisasi
Organisasi dapat membatasi pengambil keputusan, menciptakan penyimpangan dari model
nasional. Misalnya, manajer membentuk keputusan mereka untuk mencerminkan evaluasi
kinerja organisasi dan sistem penghargaan, untuk mematuhi peraturan formal, dan untuk
memenuhi batasan waktu yang diberlakukan secara organisasi.
Evaluasi Kinerja Sangat dipengaruhi oleh kriteria yang dievaluasi. Jika seorang manajer
divisi percaya bahwa pabrik di bawah tanggung jawabnya beroperasi paling baik ketika dia
tidak mendengar apa pun yang negatif, kita tidak perlu terkejut menemukan manajer
pabriknya menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk memastikan bahwa informasi
negatif tidak sampai kepadanya.

Sistem Penghargaan Sistem penghargaan organisasi mempengaruhi pengambil keputusan


dengan menyarankan pilihan mana yang memiliki hasil pribadi yang lebih baik. Jika
organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih cenderung membuat keputusan
konservatif
.
Peraturan formal Membentuk keputusan karyawan di restoran McDonald's di seluruh dunia.
McDonald's menstandarkan perilaku anggota kru restoran seperti karyawan yang ditampilkan
di sini menyiapkan kopi spesial perusahaan, McCafe Mocha. McDonald's mewajibkan
karyawan untuk mengikuti aturan dan regulasi untuk penyiapan dan layanan makanan untuk
memenuhi standar tinggi kualitas dan keamanan makanan serta layanan yang andal dan
ramah dari perusahaan. Misalnya, McDonald's mewajibkan 72 protokol keselamatan yang
harus dilakukan setiap hari di setiap restoran sebagai bagian dari rutinitas pemantauan harian
untuk manajer restoran.
Semua organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memrogram keputusan dan
mengarahkan setiap orang bersikap sesuai tingkah laku yang diinginkan. Namun dengan
demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan dalam membuat keputusan.

Keterbatasan Akibat Batasan Waktu Hampir semua keputusan penting hadir dengan
tenggang waktu yang jelas. Seorang manajer akan menghadapi kesulitan menggali semua
informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan akhir.

Keputusan Warisan Masa Lalu Keputusan yang diambil hari ini sebagian besar berasal dari
pilihan-pilihan yang dibuat pada tahun yang lalu.
Bagaimana dengan Etika Pengambilan Keputusan?
Tiga Kriteria Keputusan Etis

1. Kriteria satu Utilitarianisme


Mengusulkan pengambilan keputusan semata-mata berdasarkan hasil, idealnya untuk
memberikan sebesar-besarnya kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang. Itu
konsisten dengan tujuan seperti efisiensi, produktivitas, dan keuntungan tinggi.

2. Kriteria etis kedua


Membuat keputusan yang konsisten dengan hak asasi manusia dan hak istimewa,
sebagaimana diatur dalam dokumen seperti Bill of Rights.
Penekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan
melindungi hak dasar individu, seperti hak privasi, kebebasan berbicara, dan
berproses.

3. Kriteria ketiga
Mengenakan dan menegakkan aturan secara adil dan tidak memihak memastikan
keadilan atau distribusi manfaat dan biaya yang adil.

Ketiga kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan.

Fokus pada utilitarianisme memromosikan efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat


mengesampingkan hak-hak beberapa individu, terutama mereka yang memiliki perwakilan
minoritas. Penggunaan hak melindungi individu dari cedera dan konsisten dengan kebebasan
dan privasi, tetapi dapat menciptakan lingkungan legalistik yang menghalangi produktivitas
dan efisiensi.

Fokus pada keadilan melindungi kepentingan mereka yang kurang terwakili dan
kurang berkuasa, tetapi dapat mendorong rasa berhak yang mengurangi pengambilan risiko,
inovasi, dan produktivitas.

Pengambil keputusan, terutama di organisasi nirlaba, merasa nyaman dengan


utilitarianisme. "Kepentingan terbaik" organisasi dan pemegang sahamnya dapat
membenarkan banyak tindakan yang dipertanyakan, seperti PHK besar-besaran. Tapi banyak
kritikus merasa perspektif ini perlu diubah.

Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan

Model pengambilan keputusan yang rasional membutuhkan kreativitas, kemampuan untuk


menghasilkan ide baru yang berguna.

Kreativitas memungkinkan pembuat keputusan untuk menilai dan memahami sepenuhnya


masalah, termasuk melihat masalah yang tidak bisa dilihat orang lain.

Potensi Kreatif Kebanyakan orang memiliki potensi kreatif yang berguna. Tapi untuk
memunculkan itu, mereka harus melepaskan diri dari kebiasaan psikologis yang banyak dari
kita terjerumus dan belajar caranya untuk memikirkan masalah dengan cara yang berbeda.

Kreativitas yang luar biasa langka. Kita semua tahu tentang para jenius kreatif dalam sains
(Albert Einstein), seni (Pablo Picasso), dan bisnis (Steve Jobs).

Tapi apa tentang individu pada umumnya? Orang cerdas dan mereka yang mendapat skor
tinggi keterbukaan terhadap pengalaman (lihat Bab 5) lebih cenderung kreatif.

Lainnya Ciri-ciri orang kreatif adalah kemandirian, kepercayaan diri, pengambilan risiko, dan
lokus kontrol internal, toleransi untuk ambiguitas, kebutuhan yang rendah akan struktur, dan
ketekunan. Pemaparan pada berbagai budaya juga dapat meningkatkan kreativitas.

Model Tiga Komponen Kreativitas


Model kreativitas tiga komponen, yang mengusulkan individu itu kreativitas pada
dasarnya membutuhkan keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi intrinsic
dalam menyelesaikan tugas.
Studi mengkonfirmasi bahwa semakin tinggi level masing-masing, semakin tinggi
kreativitas.
Keahlian adalah dasar dari semua karya kreatif
Potensi kreativitas adalah ditingkatkan ketika individu memiliki kemampuan,
pengetahuan, keahlian, dan sejenisnya keahlian di bidang usaha mereka.
Komponen kedua adalah keterampilan berpikir kreatif
Ini mencakup kepribadian karakteristik yang terkait dengan kreativitas, kemampuan
menggunakan analogi, dan bakat untuk melihat familiar dalam cahaya yang berbeda.
Sebuah meta-analisis dari 102 studi menemukan suasana hati yang positif
meningkatkan kreativitas, tetapi itu tergantung pada suasana hati positif seperti apa
yang dipertimbangkan. 85 Suasana hati seperti kebahagiaan yang mendorong interaksi
dengan dunia menjadi lebih kondusif kreativitas daripada suasana hati pasif seperti
ketenangan.
Suasana hati yang negatif juga tidak selalu memiliki efek yang sama pada kreativitas.
Mood negatif pasif seperti kesedihan tampaknya tidak banyak berpengaruh, tetapi
suasana hati negatif yang berorientasi pada penghindaran seperti ketakutan dan
kecemasan menurunkan kreativitas. Merasa terancam mengurangi Anda keinginan
untuk mencoba aktivitas baru; penghindaran risiko meningkat saat Anda takut. Aktif
suasana hati negatif, seperti kemarahan, bagaimanapun, tampaknya meningkatkan
kreativitas, terutama jika Anda menjalankan tugas Anda dengan serius.
Berada di sekitar orang kreatif dapat membuat kita lebih terinspirasi, terutama jika
kita secara kreatif "terjebak".

Perbedaan Internasional Tidak ada standar etika global, standar etika mungkin tampak
ambigu di Barat, kriteria yang mendefinisikan benar dan salah sebenarnya jauh lebih jelas di
sana daripada di Asia, di mana hanya sedikit masalah yang hitam dan putih dan sebagian
besar berwarna abu-abu. Organisasi global harus menetapkan prinsip etika untuk pengambil
keputusan di negara-negara seperti India dan Cina dan memodifikasinya untuk
mencerminkan norma budaya jika mereka ingin menegakkan standar tinggi dan praktik yang
konsisten.

Rangkuman dan Implikasi bagi Manajer

Persepsi Individu berperilaku tidak berdasarkan pada cara kenyataan lingkungan eksternal
mereka tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini.

 Apakah seorang manajer yang berhasil membuat rencana dan mengatur pekerjaan
karyawan dan benar-benar membantu mereka menyusun pekerjaan mereka secara
lebih efisien dan efektif jauh lebih penting daripada bagaimana karyawan memandang
upaya manajer.
 Karyawan menilai masalah seperti gaji yang adil, penilaian kinerja dan kondisi kerja
dengan cara yang sangat individual. Untuk meningkatkan produktivitas kita perlu
menilai bagaimana karyawan memandang pekerjaan mereka.
 Absensi, turn over dan kepuasan kerja juga merupakan reaksi terhadap persepsi
individu.
 Kesimpulan karyawan apakah suatu pekerjaan baik atau buruk merupakan
interpretasinya terhadap realitas. Seorang manajer harus menyediakan waktu untuk
memahami bagaimana setiap orang menginterpretasikan realitas, apakah terdapat
perbedaan dari yang seseorang amati dan apa yang nyata. Cobalah untuk
menghilangkan distorsi.

Pengambilan Keputusan Individu Individu berpikir dan bernalar sebelum bertindak.


Dengan cara ini pemahaman tentang bagaimana orang membuat situasi keputusan dapat
berguna untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku mereka. Dalam beberapa situasi
keputusan orang mengikuti model pengambilan keputusan rasional. Tetapi beberapa
keputusan penting yang sederhana atau tidak cukup ambigu untuk diterapkan oleh asumsi
model rasional. Jadi kita menemukan individu yang mencari solusi yang memuaskan dari
pada mengoptimalkan, memasukkan bias dan prasangka ke dalam proses pengambulan
keputusan dan mengandalkan intuisi.

Apa yang dapat dilakukan manager untuk meningkatkan pengambilan keputusan mereka:

 Analisa situasi. Sesuaikan pendekatan pengambilan keputusan anda dengan budaya


nasional tempat anda beroperasi dan dengan kriteria yang dievaluasi dan dihargai oleh
organisasi anda.
 Waspadai bias.
 Gabungkan analisa rasional dengan intuisi.
 Cobalah untuk meningkatkan kreativitas anda.
APAKAH KEPUTUSAN YANG TIDAK ETIS BERASAL DARI KARAKTER YANG
BURUK

Mengapa mantan Jaksa Agung New York dan kemudian Gubernur Eliot Spitzer memutuskan
untuk menggunakan jasa layanan prostitusi? Mengapa pengacara Marc Dreier yang sangat
dihormati, dengan gelar dari Harvard dan Yale dan firma hukum Park Avenue yang sukses,
memutuskan untuk menyamar sebagai orang untuk menipu orang lain? Dari Tiger Woods
hingga Bernie Madoff, tidak sulit menemukan contoh perilaku tidak etis. Tapi apa yang
menyebabkan orang membuat pilihan yang tidak menguntungkan?

Penelitian genetika perilaku telah mengajarkan kita bahwa hampir setiap karakteristik
manusia memiliki asal-usul genetik dan bahwa perbedaan genetik adalah alasan utama orang
berbeda dalam perilaku mereka. Jadi, beberapa ciri kepribadian mungkin mempengaruhi
orang untuk berperilaku tidak etis. Satu studi tentang penjahat kerah putih, misalnya,
menunjukkan bahwa mereka secara signifikan lebih rendah pada skala kesadaran daripada
populasi umum. Di sisi lain, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita semua melakukan
perilaku tidak etis sampai taraf tertentu
secara tidak sadar membodohi diri sendiri tentang hal itu. Kita mungkin melanggar aturan
untuk membantu rekan kerja, mengabaikan informasi yang dapat merusak kasus yang ingin
kita buat, atau berbohong untuk menghindari konsekuensi negatif — tanpa sadar bahwa
orang lain mungkin menganggap perilaku ini tidak etis. Mengapa kita melakukan ini? Bukti
menunjukkan bahwa ketika kita gagal untuk memperhatikan bahwa suatu keputusan memiliki
komponen etis, hal itu memungkinkan kita untuk berperilaku mementingkan diri sendiri
tanpa harus merasa buruk tentangnya. Maka, tidak mengherankan jika orang cenderung
percaya bahwa mereka lebih etis daripada mereka. Banyak yang berpendapat bahwa
transparansi dan akuntabilitas meningkatkan perilaku etis. Namun, penelitian etika perilaku
menunjukkan kepada kita bahwa sering kali tindakan ini meningkatkan perilaku tidak etis,
karena menyebabkan individu berpikir bahwa pengungkapan membebaskan mereka dari
tanggung jawab etis untuk menjadi objektif, atau untuk menyangkal lebih jauh lagi
komponen etika dari keputusan mereka. Ironisnya, langkah pertama untuk berperilaku lebih
etis adalah mengakui pada diri sendiri bahwa kita kurang mematuhi standar etika daripada
yang kita akui.
Pertanyaan
1. Menurut Anda, apakah orang melihat diri mereka lebih etis daripada yang sebenarnya?
2. Penulis satu studi mencatat bahwa "pengungkapan dapat memperburuk [perilaku tidak etis]
dengan menyebabkan orang merasa dibebaskan dari kewajiban mereka untuk bersikap
objektif." Apa kamu setuju? Apabila tidak berikan alasanmu!
3. Menurut Anda, apakah jika kita mengakui pada diri kita sendiri saat kita berperilaku tidak
etis, kecil kemungkinan kita untuk berperilaku tidak etis di masa depan?

INSIDEN KASUS 1 Pengambilan Keputusan Terkomputerisasi (kasus dibuat sendiri


berdasarkan fenomena yang muncul di rumah sakit).
Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu unit di rumah sakit yang menyelenggarakan
upaya kesehatan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan NO.1197/MENKES/SK/X/2004 yang
menyatakan bahwa farmasi rumah sakit adalah bagian tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang 3 berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat (Depkes, 2004). Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus
merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan
kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan
radiologi, bahan habis pakai alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik), dan 50% dari
seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu, jika
masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka
dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan.
Evaluasi kinerja Sistem Informasi Manajemen khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dilakukan karena kebijakan operasional sistem kefarmasian belum sepenuhnya dilaksanakan,
pengelola keuangan sulit memprediksi pengeluaran untuk membeli stok obat, informasi
jumlah obat di apotek. Sistem informasi berbeda dengan jumlah obat yang tersedia di gudang,
dan kualitas apoteker masih rendah, sedangkan komponen penting pada sistem informasi
yaitu Manusia, Organisasi, dan Teknologi. Selain itu aspek kualitas informasi telah
memenuhi kriteria kelengkapan dan relevansi namun belum memenuhi keakuratan informasi.
Aspek teknologi dikategorikan sebagai kinerja baik sedangkan kinerja aspek lainnya yaitu
manusia dan organisasi tidak baik. Faktor-faktor tersebut menyebabkan ketidaktepatan dan
kecepatan dalam memberikan informasi.
Pertanyaan:
1. Apa keuntungan spesifik menggunakan komputerisasi, Apakah system komputerisasi
bisa lebih baik disbanding manusia/ manual?
2. Apa saja kelemahan menggunakan komputer sebagai alat keputusan? Apakah komputer
cenderung spesifik dalam pengambilan keputusan?
3. Apakah menurut Anda sistem komputer bisa secara efektif mempertimbangkan masalah?

Jawaban:

1. Keuntungan memakai system komputerisasi dapat memberikan data cepat, misalnya


dalam instalasi farmasi dapat mengakses obat obatan yang dibutuhkan dokter secara
cepat dan akurat, mengetahui stok obat yang tersedia di gudang farmasi, kemudian selain
itu dapat memudahkan klasifikasi obat obatan yang akan di gunakan, memberikan
keamanan dalam data, kemungkinan kehilangan data akan sangat kecil, terutama jika
melakukan backup system secara teratur. Adapun kerugian yang didapatkan misalnya
privacy yang berarti bahwa akan selalu ada resiko terdapat data yang akan bisa diakses
oleh orang lain karena layangan hosting yang kebih sering dilakukan secara bersama-
sama. Ketidakpastian pada penegakan kebijakan keamanan terhadap provider sehingga
dalam kasus diatas terjadi kebijakan operasional sistem kefarmasian belum sepenuhnya
dilaksanakan, pengelola keuangan sulit memprediksi pengeluaran untuk membeli stok
obat, informasi jumlah obat di apotek, sehingga seringkali terjadi ketidaksamaan antara
persediaan obat di gudang farmasi dengan instalasi pelayanan farmasi rawat inap dan
jalan di Rumah Sakit.
Tentu dapat dibandingkan antara system manual dan system komputerisasi, akan tetapi
jika system komputerisasi dikatakan lebih baik itu juga tidak, karena system
komputerisasi masih memiliki kekurangan, oleh karena itu masih ada beberapa yang
menggunakan manual oleh karena ada sesuatu yang membuat perusahaan perlu berfikir
lebih banyak saat menggunakan teknologi walaupun teknologi komputerisasi lebih
unggul. Pengeluaran modal yang lebih tinggi akan berdampak pada jumlah uang yang
diperlukan untuk berinvestasi dalam system computer dapat mahal untuk perorangan dan
perusahaan kecil. Terlebih selain itu adanya resiko kegagalan system yang dapat terjadi
kapan saja
2. Kelemahan menggunakan computer sebagai alat keputusan, yang pertama adalah:
a. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal
b. Sulit untuk dikembangkan
c. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar
d. Sistem yang tidak terkontrol dengan baik sehingga banyak error
e. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai
f. Perubahan system informasi secara cepat sehingga kita belum tentu bisa melakukan
adaptasi dengan perubahan tersebut
g. Kurangnya tenaga ahli dibidang system informasi
h. Adanya indikasi penyalahgunaan system informasi yang canggih
i. Kurangnya sosialisasi dengan system informasi yang digunakan
Ya, Komputer cenderung banyak dialokasikan untuk mengambil keputusan yang
cepat dikarenakan system ini bisa melakukan proses berulang secara otomatis,
meningkatkan output dan produktifitas, menyimpan pengetahuan dan keahlian para
pakar, meningkatkan kualitas, meningkatkan keuntungan perusahaan, serta dapat
memperbaiki dalam pengambilan keputusan.
3. Menurut kami, pada era modern ini system komputer dapat efektif untuk
mempertimbangkan masalah oleh karena perusahaan khususnya Rumah sakit sangat
harus cepat dalam memutuskan pengambilan keputusan.

INSIDEN KASUS 2 Prediksi Pengadaan Obat yang Tidak Cukup Berhasil/Tidak Sesuai
Prediksi
Obat- obatan dikelola oleh instalasi farmasi RS. Semua persediaan disimpan di satu gudang
pusat dan diolah atau diatur pembagiannya pada satelit farmasi, semua pengambilan obat,
baik rawat inap ataupun rawat jalan dilakukan melalui instalasi farmasi. setiap pengadaan
obat farmasi melakukan perencanaan pengadaan perbekalan farmasi, akan tetapi pada
praktiknya pengadaan farmasi sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, misalkan
dokter yang tiba-tiba merubah obat yang sudah di sediakan sebelumnya (stok obat ) menjadi
obat baru sehingga prediksi obat tidak sesuai dengan apa yang di prediksikan berdasarkan
kebutuhan obat yang digunakan, sehingga mempengaruhi buffer stock (stok pengaman).

Pertanyaan
1. Pengambilan keputusan apa yang dapat Anda identifikasi dalam prediksi ini?
2. Menurut Anda, mengapa sangat sulit membuat prediksi yang akurat?
Jawaban

1. Karena sebuah prediksi merupakan taksiran yang tidak pasti dan belum tentu sesuai
dengan apa yang sudah di rencanakan, maka cara mengidentifikasinya adalah harus ada
planning B untuk bisa meminimalisir kesalahan berupa konfirmasi pengadaan obat
kepada pengguna obat-obatan (dokter) dan farmasi harus melaksanakan Standar
operasional prosedur yang diterapkan pada pengadaan barang secara pasti berdasarkan
kesepakatan yang tegas dengan pengguna obat-obatan (dokter), karena obat obat yang
disediakan berdasarkan kebutuhan banyak tidaknya penggunaan obat terhadap pasien,
oleh karena penggunanan obat bersifat fluktuatif.
2. Berdasarkan pengertian, Prediksi merupakan sebuah perkiraan atau memperkirakan
secara sistematis tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi berdasarkan informasi
sebelumnya dan yang sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil.
Prediksi tidak harus memberikan jawaban secara pasti kejadian yang akan terjadi,
melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat mungkin yang akan terjadi.

Jadi akan sangat sulit membuat prediksi yang akurat karena dipengaruhi oleh keadaan atau
situasi dan kondisi tertentu yang tidak bisa di perkirakan secara real, dan prediksi itu sendiri
hanya sebuah pemikiran seseorang yang bertujuan untyuk mencegah atau mengurangi
kesalahan sehingga kesalahan tersebut akan minimal.

Anda mungkin juga menyukai