Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku saku. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat
beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.
Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung lancarnya
buku saku ini mulai dari proses penulisan hingga proses cetak, yaitu Bapak Jamathon
Gultom, S.E., M.M.; selaku dosen pengampu mata kuliah Perilaku Organisasi, rekan-rekan
kami, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Adapun, buku saku kami yang berjudul “Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu”
ini telah selesai kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat
bagi pembaca.
Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari sempurna tentang
buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon agar pembaca memberi kritik dan juga saran
terhadap karya buku ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas buku.
Demikian buku saku ini kami buat, dengan harapan agar pembaca dapat memahami
informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai perilaku organisasi serta dapat
bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas. Terima kasih.
1
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak
sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris
yang dapat membentuk persepsi seseorang
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan
berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek
tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda
dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
2
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan
perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada
dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya
Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutar-balik persepsi. Faktor ini dapat berada
pada pihak pelaku persepsi dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam
konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan. Lihat Tampilan 6.1
o Teori
Atribusi
Persepsi
dan penilaian
kita tentang
tindakan
orang
dipengaruhi oleh asumsi yang kita buat di pikiran kita terhadap orang itu. Teori ini
mencoba menjelaskan cara-cara bagaimana kita menilai orang dengan cara yang
berbeda. Hal itu tergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah
perilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita mengamati perilaku seorang individu, kita
coba menentukan apakah itu sebabkan dari hal internal maupun eksternal.
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau bisa
mengganggu atribusi. Ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain, kita
cenderung meremehkan pengaruh luar (Eksternal) dan lebih mencodongkan pada
pengaruh Pribadi (Internal). Kesalahan Atribusi Fundamental ini dapat menjelaskan
mengapa seorang manajer penjualan cenderung mengatribusikan buruknya kinerja
agen penjualnya pada kemalasan dibandingkan pada lini produk inovatif competitor.
Orang-orang juga cenderung mengatibusikan informasi-informasi ambigu seperti
pujian bagus, menerima umpan balik positif dan menolak umpan balik negatif. Hal ini
merupakan Bias Pelayanan diri.
Jalan Pintas untuk menilai orang lain sering kali memperbolehkan kita untuk
membuat persepsi akurat dengan cepat dan memberikan data yang vakin untuk
membuat prediksi
3
1. Persepsi Selektif (Selective Perception), Kecendrungan untuk secara selektif
mengintepretasikan apa yang seorang lihat dalam basis minat, latar belakang,
dan sikap seseorang.
2. Efek Halo (Halo Effect), Kecendrungan untuk menggambarkan impresi
umum mengenai seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.
3. Efek Kontras (Contrast Effect), Evaluasi atas karakteristik seorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.
4. Stereotip adalah ketika menilai seseorang berdasarkan persepsi kita atas
kelompok asalnya kita sedang melakukan Stereotip.
Orang di dalam Organisasi selalu menilai satu sama lain. Manajer harus
menilai keinerja pekerjanya. Kita mengevaluasi seberapa banyak usaha yang
diberikan rekan kerja kita dalam pekerjaan mereka.
o Wawancara Kerja
o Ekspektasi Kerja
o Evaluasi Kinerja
Masa depan seorang pekerja sanga terikat dengan penilian (promosi, kenaikan
gaji dan kelanjutan pekerjaan). Meskipun penilaian bisa jadi objektif tapi kadang
pula ada banyak pekerjaan yang dinilai secara subjektif.
4
Individu melakukan pengambilan keputusan (decision), pilihan yang dibuat
dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas
masalah (problem), yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang
diinginkan. setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan
mengevalasi informasi. kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. sekali lagi, proses perseptual kita akan
memengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan
perceptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
1. Difinisikan masalah
2. Indentifikasi keriteria keputusan
3. Alokasikan bobot pada kriteria itu
4. Kembangkan alternative-alternative
5. Evaluasi alternative-alternative itu
6. Pilih alternative terbaik
5
o Pengambilan keputusan intuitif (intuitive decision making)
Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperolah.
Pemikiran keputusan intuitif terjadi di luar pemikiran sadar, berbpegang pada asosiasi
holistis, atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama capat dan
secara afektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.
6
yang dimiliki oleh kriteria ini ialah pencapaian efisiensi dan produktivitas, sementara
kelemahannya ialah mengesampingkan hak-hak yang dimiliki oleh individu.
2. Whistle-blower, yaitu Pembuatan keputusan yang didasarkan pada hak-hak
yang dimiliki, seperti saling menghargai dan melindungi hak-hak dasar tiap individu.
Hal ini diterapkan untuk memberikan kepada whistle-blower, yaitu individu yang
membuka masalah organisasi secara tidak pantas pada media atau pemerintah
menggunakan hak untuk berbicaranya. Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah
perlindungan pada individu dari kecelakaan dan mengutamakan kebebasan dan
privasi, sementara kelemahannya ialah mencegah tercapainya efisien
3. Etika Perilaku, yaitu Pembuatan keputusannya berdasarkan melaksanakan
tiap peraturan yang dibuat secara adil dan fair, atau adanya keseimbangan dalam
distribusi keuntungan dan biaya. Umumnya digunakan oleh Serikat pekerja, agar
mereka mendapatkan upah yang sama dengan job desk yang dilaksanakan. Kelebihan
yang dimiliki oleh kriteria ini ialah perlindungan pada individu yang lebih lemah,
sementara kelemahannya ialah mengurangi inovasi, produktivitas dan pengambilan
resiko.
Perilaku Kreatif
1. Formulasi Masalah, Formulasi masalah adalah tahap pertama dalam perilaku
kreatif, yaitu tahapan pengidentifikasian masalah atau peluang yang belum ada
solusinya.
a. Kepribadian Kreatif, Seseorang yang memilki karateristik kepribadian kreatif
memilki potensi kreatif yang tinggi, contohnya Steve Jobs yang memilki
kreatiftas dalam hal bisnis,dan Pablo Picaso yang memilki kreatifitas yang
tinggi dalam bidang seni melukis.
b. b. Kecerdasan, Orang-orang yang cerdas mereka mampu memecahkan
masalah yang kompeks karena memiliki kreatifitas yang lebih, selain itu
mereka juga mamu menampung dan mengingat informasi yang lebih
banyak,dimana informasi informasi tersebut tentu mendorong mereka untuk
mengembangkan kreatifitas.
c. Sifat Keterbukaan Terhadap Pengalaman, Orang-orang yang terbuka terhadap
pengalaman bersifat lebih terbuka terhadap keragaman dan mau mencoba hal
baru,tentu saja mereka memilki pengalaman dan pengetahuan yang lebih
dibanding orang-orang yang tertutup terhadap pengalaman,dimana
7
pengalaman dan pengetahuan yang lebih akan mendorong mereka untuk lebih
kreatif.
Potensi Kreatif, Potensi kreatif berasal dari banyak hal,yaitu kepribadian kreatif
yang dimilki seseorang, kecerdasan, sifat keterbukaan terhadap pengalaman, dan
keahlian
a. . Motivasi Internal, Motivasi internal (keinginan dari dalam diri untuk
mengerjakan sesuatu) mendorong seseorang untuk berperilaku kreatif, sehingga
menghasilkan sesuatu yang kreatif pula
b. Lingkungan Organisasi, Kreativitas juga dipengaruhi oelh lingkungan organisasi.
Aturan dalam organisasi harus memberikan kebebasan para anggotanya untuk
mengembangkan ide,sehingga akan mendorong kreativitas mereka.
c. Budaya, Negara-negara yang memilki budaya individualistis yang tinggi warga
negaranya cenderung lebih kreatif,sifat individual membentuk pola pikir mereka
untuk melakukan suatu hal secara individual sehingga mendorong mereka untuk
lebih kreatif. Contoh negara-negara yang memilki budaya individualistis yang
tinggi adalah USA, Rusia,Jerman,dan Belgia.
(inovasi) Perilaku kreatif tidak selalu menghasilkan hasil kreatif atau inovatif.
Keluaran atau outcome dari perilaku kreatif adalah ide atau solusi-solusi yang baru
dan berguna bagi mereka yang berkepentingan. Sebuah ide atau solusi mampu
dikatakan kreatif apabila mampu memecahkan suatu masalah. Ide-ide kreatif akan
percuma jika tidak diimplementasikan, para individu dapat mengimplementasikan
ide-ide tersebut ketika mereka termotivasi untuk mengimplementasikan dalam praktik
nyata. Selain itu iklim organisasi harus mendukung adanya pengembangan kreativitas
sehingga mampu menciptakan inovasi
I. Kesimpulan
8
Individu mendasarkan perilakunya tidak pada cara lingkungan eksternal sebenarnya,
melainkan pada cara pandang atau apa yang mereka percayai. Sebuah pemahaman
tentang cara orang membuat keputusan dapatmembantu kita menjelaskan dan
memprediksi perilaku, tetapi sedikit keputusan penting yang sederhana atau cukup
tidak ambigu bagi penerapanasumsi-asumsi model rasional.Kita mendapati individu-
individu yang mencari solusi yang memuaskan dari pada yang optimal, menyuntikkan
bias dan praduga dalam proses keputusan, dan mengandalkan intuisi.Para manajer
seharusnya mendorong kreativitas dalam pekerja dan tim untuk menciptakan sebuah
rute untuk menginovasi pengambilan keputusan
J. Daftar Pustaka
9
Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Miftah Toha. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo
Persada.
Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisai : Konsep, Kontroversi, aplikasi, edisi Bahasa
Indonesia, Jakarta : PT. Prenhalindo,
Sarwono Wirawan, Sarlito DR., 1976. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : P T. Bulan
Bintang,
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
10