Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku saku. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat
beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.

Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung lancarnya
buku saku ini mulai dari proses penulisan hingga proses cetak, yaitu Bapak Jamathon
Gultom, S.E., M.M.; selaku dosen pengampu mata kuliah Perilaku Organisasi, rekan-rekan
kami, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Adapun, buku saku kami yang berjudul “Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu”
ini telah selesai kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat
bagi pembaca.

Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari sempurna tentang
buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon agar pembaca memberi kritik dan juga saran
terhadap karya buku ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas buku.

Demikian buku saku ini kami buat, dengan harapan agar pembaca dapat memahami
informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai perilaku organisasi serta dapat
bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas. Terima kasih.

Tangerang Selatan, 24 November 2022

1
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU

A. Apakah yang Dimaksud Persepsi

Persepsi (Perception) adalah proses individu mengorganisasikan dan


menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.

B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :


a. Pihak Pelaku persepsi, Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakterisktik
individual yang dimilikinnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman,
pengetahuan, dan harapannya.
b. Sasaran dari persepsi, Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun
peristiwa. Sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap pe rsepsi orang yang
melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara
teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang
menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa
sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.
c. Situasi, Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi
tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi me rupakan faktor yang turut
berperan dalam proses pem bentukan persepsi seseorang.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak
sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris
yang dapat membentuk persepsi seseorang

c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya


perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan
berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek
tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda
dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

2
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan
perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada
dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya

C. Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain

Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutar-balik persepsi. Faktor ini dapat berada
pada pihak pelaku persepsi dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam
konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan. Lihat Tampilan 6.1
o Teori
Atribusi

Persepsi
dan penilaian
kita tentang
tindakan
orang

dipengaruhi oleh asumsi yang kita buat di pikiran kita terhadap orang itu. Teori ini
mencoba menjelaskan cara-cara bagaimana kita menilai orang dengan cara yang
berbeda. Hal itu tergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah
perilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita mengamati perilaku seorang individu, kita
coba menentukan apakah itu sebabkan dari hal internal maupun eksternal.
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau bisa
mengganggu atribusi. Ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain, kita
cenderung meremehkan pengaruh luar (Eksternal) dan lebih mencodongkan pada
pengaruh Pribadi (Internal). Kesalahan Atribusi Fundamental ini dapat menjelaskan
mengapa seorang manajer penjualan cenderung mengatribusikan buruknya kinerja
agen penjualnya pada kemalasan dibandingkan pada lini produk inovatif competitor.
Orang-orang juga cenderung mengatibusikan informasi-informasi ambigu seperti
pujian bagus, menerima umpan balik positif dan menolak umpan balik negatif. Hal ini
merupakan Bias Pelayanan diri.

o Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum.

Jalan Pintas untuk menilai orang lain sering kali memperbolehkan kita untuk
membuat persepsi akurat dengan cepat dan memberikan data yang vakin untuk
membuat prediksi

3
1. Persepsi Selektif (Selective Perception), Kecendrungan untuk secara selektif
mengintepretasikan apa yang seorang lihat dalam basis minat, latar belakang,
dan sikap seseorang.
2. Efek Halo (Halo Effect), Kecendrungan untuk menggambarkan impresi
umum mengenai seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.
3. Efek Kontras (Contrast Effect), Evaluasi atas karakteristik seorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.
4. Stereotip adalah ketika menilai seseorang berdasarkan persepsi kita atas
kelompok asalnya kita sedang melakukan Stereotip.

o Aplikasi Spesifik dari jalan pintas dalam Organisasi

Orang di dalam Organisasi selalu menilai satu sama lain. Manajer harus
menilai keinerja pekerjanya. Kita mengevaluasi seberapa banyak usaha yang
diberikan rekan kerja kita dalam pekerjaan mereka.

o Wawancara Kerja

Sedikit orang yang direkrut tanpa wawancara. Namun, pewancara membuat


penilaian perseptual yang sering kali tidak akurat dan menggambarkan kesan awal
yang dengan cepat mengakar. Kebanyakan keputusan pewancara berubah sangat
sedikit sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya , informasi
yang diperoleh dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan
informasi yang peroleh sesudahnya, dan pelamar yang baik mungkin dikarakterisasi
lebih berdasarkan tidak adanya karakteristik yang tidak menyenangkan
dibandingkan berdasarkan kehadiran kerakteristik yang menyenangkan.

o Ekspektasi Kerja

Jika seorang manajer mengekspektasikan hal-hal besar dari pekerjaanya,


mereka tidak mungkin mengecewakannya. Sama halnya, jika Ia mengharapakan
hanya kerja minimal, mereka akan mungkin memenuhi ekspektasi kerja itu.
Ekspektasi menjadi realita. Prediksi pemenuhan diri telah didapati mempengaruhi
kenerja pelajar, tentaram dan bahkan akuntan.

o Evaluasi Kinerja

Masa depan seorang pekerja sanga terikat dengan penilian (promosi, kenaikan
gaji dan kelanjutan pekerjaan). Meskipun penilaian bisa jadi objektif tapi kadang
pula ada banyak pekerjaan yang dinilai secara subjektif.

D. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual Individu

4
Individu melakukan pengambilan keputusan (decision), pilihan yang dibuat
dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas
masalah (problem), yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang
diinginkan. setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan
mengevalasi informasi. kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. sekali lagi, proses perseptual kita akan
memengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan
perceptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

E. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

o Pengambilan Keputusan Rasional (Rational decision-making model)

Sebuah model pengambilan kuputusan yang menjelaskan bagaimana individu


seharusnya berperilaku untuk memaksimalkan hasil. Model pengambilan keputusan
rasional mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan memiliki informasi yang
kompleks, mampu mengindentifikasi semua opsi yang relevan dengan tidak bias, dan
memilih opsi dengan keguanaan yang tinggi.
Tahapan dalam mengambil keputusan

1. Difinisikan masalah
2. Indentifikasi keriteria keputusan
3. Alokasikan bobot pada kriteria itu
4. Kembangkan alternative-alternative
5. Evaluasi alternative-alternative itu
6. Pilih alternative terbaik

o Rasionalitas Terbatas (bounded rationality)

Merupakan sebuah poses pengambilan keputusan dengan menggunakan model


yang disederhanakan dengan mengeluarakan fiture-fiture esensial dari masalah tanpa
menangkap semua kompleksitasnya. Kemampuan terpatask ita dalam memperoses
informasi membuat tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi yang
diperlukan untuk optimalisasi. Pemikiran manusia tidak dapat memformulasikan dan
memecahkan masalah-masalah kompleks dengan rasonalitas penuh, kota peroperasi
dalam lingkungan rasional terbatas.
Bagaimana rasonalitas terbatas bekerja untuk individu tertentu?
Sekali kita mengindentifikasi masalah, kita mulai mencari kriteria dan
alternative-alternativenya. Kriteria itu akan habis. Kemudian mengidentifikasi
alternative-alternative yang sangat mungkain dan yang mewakili keriteria familiar
serta solusi yang dicoba dan benar. Kemudan, meninjau alternative-alternative dengan
berfokus pada pilihan-pilihan yang membedakan sedikit dari kondisi sekarang
samapai kita mengidentifikasi satu yang cukup baik.

5
o Pengambilan keputusan intuitif (intuitive decision making)

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperolah.
Pemikiran keputusan intuitif terjadi di luar pemikiran sadar, berbpegang pada asosiasi
holistis, atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama capat dan
secara afektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.

F. Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan


Organisasi

o Perbedaan Individu, meliputi : Kepribadian, Riset tentang kepribadian dan


pengambilan keputusan menunjukkan bahwa kepribadian seseorang
mempengaruhi keputusan seseorang.
o Jenis Kelamin, Sebuah studi selama dua puluh tahun menemukan bahwa
wanita menghabiskan lebih banyak waktu daripada pria dalam menganalisis
masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka lebih cenderung menganalisis
masalah secara berlebihan sebelum membuat sebuah keputusan dan mengolah
keputusan yang telah dibuat. Hal ini dapat menimbulkan pertimbangan
masalah dan alternatif penyelesaian yang lebih hati-hati. Namun, hal ini dapat
membuat masalah lebih sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas
keputusan-keputusan masa lalu, dan meningkatkan depresi.
o Kemampuan Mental, Orang-orang dengan tingkat kemampuan mental yang
lebih tinggi dari mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan
masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat, sehingga mereka juga lebih
sedikit berisiko salah dalam mengambil keputusan umum. Namun,
kemampuan mental tersebut hanya membantu orang-orang untuk menghindari
mereka dari beberapa masalah tersebut.
o Perbedaan Budaya, Latar belakang budaya dalam pengambilan keputusan
secara signifikan dapat mempengaruhi pemilihan masalah, kedalaman analisis,
pentingnya logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi harus
dibuat autokrat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.

G. Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan


Etika juga termasuk hal yang perlu diperhatikan dalam segala bentuk
pembuatan keputusan. Ada tiga kriteria yang digunakan untuk melakukan sebuah
keputusan, yaitu:
1. Utilitarianisme, yaitu Pembuatan keputusannya semata mata berdasarkan
outcome/keluaran, untuk menghasilkan sesuatu yang baik dalam jumlah yang besar
dan umumnya dapat ditemukan dalam pembuatan keputusan berbisnis. Kelebihan

6
yang dimiliki oleh kriteria ini ialah pencapaian efisiensi dan produktivitas, sementara
kelemahannya ialah mengesampingkan hak-hak yang dimiliki oleh individu.
2. Whistle-blower, yaitu Pembuatan keputusan yang didasarkan pada hak-hak
yang dimiliki, seperti saling menghargai dan melindungi hak-hak dasar tiap individu.
Hal ini diterapkan untuk memberikan kepada whistle-blower, yaitu individu yang
membuka masalah organisasi secara tidak pantas pada media atau pemerintah
menggunakan hak untuk berbicaranya. Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah
perlindungan pada individu dari kecelakaan dan mengutamakan kebebasan dan
privasi, sementara kelemahannya ialah mencegah tercapainya efisien
3. Etika Perilaku, yaitu Pembuatan keputusannya berdasarkan melaksanakan
tiap peraturan yang dibuat secara adil dan fair, atau adanya keseimbangan dalam
distribusi keuntungan dan biaya. Umumnya digunakan oleh Serikat pekerja, agar
mereka mendapatkan upah yang sama dengan job desk yang dilaksanakan. Kelebihan
yang dimiliki oleh kriteria ini ialah perlindungan pada individu yang lebih lemah,
sementara kelemahannya ialah mengurangi inovasi, produktivitas dan pengambilan
resiko.

H. Kreativitas, Pengambilan Keputusan, dan Inovasi dalam Organisasi

Dalam pengambilan sebuah keputusan,seorang pengambil keputusan tidak


hanya memerlukan pengambilan keputusan rasional saja,melainkan mereka juga
membutuhkan kreativitas. Kreativitas mendorong pengambil keputusan untuk menilai
dan memahami masalah
Kreativitas melibatkan tiga tahapan, yaitu penyebab perilaku kreatif, perilaku

kreatif, dan hasil kreatif atau inovasi.

Perilaku Kreatif
1. Formulasi Masalah, Formulasi masalah adalah tahap pertama dalam perilaku
kreatif, yaitu tahapan pengidentifikasian masalah atau peluang yang belum ada
solusinya.
a. Kepribadian Kreatif, Seseorang yang memilki karateristik kepribadian kreatif
memilki potensi kreatif yang tinggi, contohnya Steve Jobs yang memilki
kreatiftas dalam hal bisnis,dan Pablo Picaso yang memilki kreatifitas yang
tinggi dalam bidang seni melukis.
b. b. Kecerdasan, Orang-orang yang cerdas mereka mampu memecahkan
masalah yang kompeks karena memiliki kreatifitas yang lebih, selain itu
mereka juga mamu menampung dan mengingat informasi yang lebih
banyak,dimana informasi informasi tersebut tentu mendorong mereka untuk
mengembangkan kreatifitas.
c. Sifat Keterbukaan Terhadap Pengalaman, Orang-orang yang terbuka terhadap
pengalaman bersifat lebih terbuka terhadap keragaman dan mau mencoba hal
baru,tentu saja mereka memilki pengalaman dan pengetahuan yang lebih
dibanding orang-orang yang tertutup terhadap pengalaman,dimana
7
pengalaman dan pengetahuan yang lebih akan mendorong mereka untuk lebih
kreatif.

2. Pengumpulan Informasi, Adalah tahapan ketika kita mulai mengumpulkan


informasi dalam upaya mencari solusi dari suatu masalah,contohnya ketika bertemu
seseorang di luar bidang keahlian kita untuk membahas solusi.
3. Pemunculan Ide, Adalah tahapan ketika kita berusaha untuk mengembangkan solusi
yang memungkinkan,berdasar informasi-informasi relevan yang telah terkumpul.
4. Evaluasi Ide, Evaluasi ide merupakan tahapan terkahir dalam perilaku kreatif,yaitu
mengidentifikasi ide-ide atau solusi yang paling tepat.

Penyebab Perilaku Kreatif

Potensi Kreatif, Potensi kreatif berasal dari banyak hal,yaitu kepribadian kreatif
yang dimilki seseorang, kecerdasan, sifat keterbukaan terhadap pengalaman, dan
keahlian
a. . Motivasi Internal, Motivasi internal (keinginan dari dalam diri untuk
mengerjakan sesuatu) mendorong seseorang untuk berperilaku kreatif, sehingga
menghasilkan sesuatu yang kreatif pula
b. Lingkungan Organisasi, Kreativitas juga dipengaruhi oelh lingkungan organisasi.
Aturan dalam organisasi harus memberikan kebebasan para anggotanya untuk
mengembangkan ide,sehingga akan mendorong kreativitas mereka.
c. Budaya, Negara-negara yang memilki budaya individualistis yang tinggi warga
negaranya cenderung lebih kreatif,sifat individual membentuk pola pikir mereka
untuk melakukan suatu hal secara individual sehingga mendorong mereka untuk
lebih kreatif. Contoh negara-negara yang memilki budaya individualistis yang
tinggi adalah USA, Rusia,Jerman,dan Belgia.

Keluaran dari Kreatif

(inovasi) Perilaku kreatif tidak selalu menghasilkan hasil kreatif atau inovatif.
Keluaran atau outcome dari perilaku kreatif adalah ide atau solusi-solusi yang baru
dan berguna bagi mereka yang berkepentingan. Sebuah ide atau solusi mampu
dikatakan kreatif apabila mampu memecahkan suatu masalah. Ide-ide kreatif akan
percuma jika tidak diimplementasikan, para individu dapat mengimplementasikan
ide-ide tersebut ketika mereka termotivasi untuk mengimplementasikan dalam praktik
nyata. Selain itu iklim organisasi harus mendukung adanya pengembangan kreativitas
sehingga mampu menciptakan inovasi

I. Kesimpulan

8
Individu mendasarkan perilakunya tidak pada cara lingkungan eksternal sebenarnya,
melainkan pada cara pandang atau apa yang mereka percayai. Sebuah pemahaman
tentang cara orang membuat keputusan dapatmembantu kita menjelaskan dan
memprediksi perilaku, tetapi sedikit keputusan penting yang sederhana atau cukup
tidak ambigu bagi penerapanasumsi-asumsi model rasional.Kita mendapati individu-
individu yang mencari solusi yang memuaskan dari pada yang optimal, menyuntikkan
bias dan praduga dalam proses keputusan, dan mengandalkan intuisi.Para manajer
seharusnya mendorong kreativitas dalam pekerja dan tim untuk menciptakan sebuah
rute untuk menginovasi pengambilan keputusan

J. Daftar Pustaka

9
Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Irwanto, dkk. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

_______. 2001. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito

Miftah Toha. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo
Persada.

Rahmat, Jallaludin. 1990. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.

Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisai : Konsep, Kontroversi, aplikasi, edisi Bahasa
Indonesia, Jakarta : PT. Prenhalindo,

Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu.

Sarwono Wirawan, Sarlito DR., 1976. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : P T. Bulan
Bintang,

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th


Edition, McGraw-Hill.

10

Anda mungkin juga menyukai