Anda di halaman 1dari 19

Presented by : Kelompok 1

Dosen pengampu : Esti Handayani, SE., MM


Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan,
penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi
yang diterimanya dari lingkungan.

Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
• Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan
riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah
pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita
dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita.
• Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target
akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda.
Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam
seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah
raga yang berbahaya.
• Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia
berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

Jadi, tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan
kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan kemampuan dalam
menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera merupakan filter masuknya
stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu
untuk diberi arti. Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada
aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.
• Sikap
• Motif
• Kepentingan
• Pengalaman
• Harapan

• Waktu
PERSEPSI
• Keadaan/Tempat
kerja
• Keadaan sosial

• Hal baru
• Gerakan
• Bunyi
• Ukuran
• Latar belakang
• Kedekatan
Penyimpanan persepsi pada manusia dapat terjadi dalam
beberapa bentuk yang, menurut Stephen P.Robbin terdiri dari :

Penilaian yang diberikan


Menyimpulkan Seseorang yang melihat
oleh seseorang ke orang Memberikan kesan
seseorang berdasarkan sesuatu ,pada
lain berdasarkan ciri-ciri umum untuk seseorang
cirri yang dimiliki oleh kepentingan, latar
spesifik yang memiliki didasarkan pada satu
kelompok dimana orang orang yang belakang, dan harapan-
ciri pribadi
tersebut berasal. mempersepsi harapan.
Wawancara merupakan suatu
masukan yang penting dalam Pengharapan kita mengenai Penilaian kinerja seorang
keputusan mempekerjakan, seseorang/sekelompok orang karyawan sangat
perusahaan harus mengenali akan menentukan perilaku kita.. bergantung pada proses
bahwa faktor-faktor Misalnya manager perseptual. Walaupun
perseptual mempengaruhi memperkirakan orang akan penilaian ini bisa objektif,
siapa yang dipekerjakan dan berkinerja minimal, mereka akan namun banyak yang
akhirnya mempengaruhi cenderung berperilaku demikian dievaluasi secara subjektif.
kualitas dari angkatan kerja untuk memenuhi ekspektasi
suatu organisasi. rendah ini.
Dalam banyak organisasi, Pertimbangan lain yang sering
Pembentukkan stereotip
tingkat upaya seorang karyawan dilakukan manager terhadap
dimana satu kelompok
dinilai sangat penting, jadi bukan karyawan adalah apakah
individu dipilih biasanya
hanya kinerja saja. Namun karyawan tersebut setia atau
berdasarkan ras atau
penilaian terhadap upaya ini tidak kepada organisasi. Misalnya
individu yang melaporkan etnis untuk penyelidikan
sering merupakan suatu
tindakan tak etis dari atasan intensif, inspeksi ketat
pertimbangan subjektif yang
dapat dilihat sebagai bertindak atau investigasi.
rawan terhadap distorsi-distorsi
dan prasangka (bias) perseptual. demi kesetiaan kepada organisasi
ataupun sebagai pengacau.
Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui
satu pemilihan alternatif dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses
pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Proses Pengambilan Keputusan


Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai
yang konsisten dalam batas-batas tertentu.
• Model Rasional
Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional diurutkan
sebagai berikut :
• Tetapkan masalah
• Identifikasikan criteria keputusan
• Alokasikan bobot pada kriteria
• Kembangkan Alternatif
• Evaluasi alternative
• Pilihlah alternatif terbaik
• Asumsi Model
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan
mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :
• Kejelasan masalah
• Pilihan-pilihan diketahui
• Pilihan yang jelas
• Pilihan yang konstan
• Tidak ada batasan waktu atau biaya
• Pelunasan maksimum
Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pertimbangan etis merupakan suatu criteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasioanal.
Tiga cara yang berlainan untuk embuat kerangka keputusan dan memeriksa factor -faktor yang
membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis tersebut yaitu :

• Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi mereka. Pada
kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak
dari beberapa individu.
• Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar.
• Kriteria menekankan pada keadilan, mensyartkan individu untuk mengenakan dan memperkuat
aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya
yang pantas.
• Tahap Identifikasi
adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab
tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi.
• Tahap Pengembangan
adalah merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain
solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana
pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
• Tahap Pengembangan
Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian
pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan
analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengantawar-menawar saat seleksi
melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.
• Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi dan
sebagainya.
• Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum dan sebagainya.
• Ketersediaan informasi yang diperlukan.
• Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan
.
Terdapat pendekatan lain untuk perilaku pengambilan keputusan berfokus pada gaya yang
digunakan manajer dalam memilih alternatif . Ada empat gaya pengambilan keputusan yaitu :

Pembuat keputusan gaya


Pembuat keputusan gaya Pembuat keputusan gaya Pembuat gaya konseptual
direktif mempunyai
analitik mempunyai perilaku ditandai dengan mempunyai toleransi yang
toleransi rendah terhadap
ambiguitas dan
toleransi yang tinggi untuk toleransi ambiguitas yang tinggi untuk ambiguitas,
berorientasi pada tugas ambiguitas dan tugas yang rendah, orang yang kuat dan orang yang kuat dan peduli
dan masalah teknis. kuat serta orientasi teknis. peduli lingkungan sosial. pada lingkungan sosial.
Suatu perusahaan hendak merekrut karyawan baru sehingga Manager HRD perusahaan melakukan
wawancara terhadap para pelamar. Ketika manager memanggil 2 orang sekaligus untuk diwawancarai,
orang pertama masuk dengan penampilan yang kurang baik seperti pakaian yang memiliki noda, tidak
memakai jas, rambut panjang, sepatu yang sudah usam, Manager HRD langsung memberikan penilaian
negatif kepada pelamar tersebut karena melihat penampilannya yang tidak layak untuk datang di dalam
wawancara. Namun ketika orang kedua masuk dengan pakaian rapi,wajah yang serius, dan berkharisma
Manager tersebut langsung memberikan penilaian positif kepada pelamar tersebut bahwa pelamar ini
yang lebih layak untuk masuk ke dalam perusahaan. Namun selama wawancara berjalan ternyata
pelamar dengan penampilan yang kurang baik tersebut memiliki suatu cara pandang unik yang berbeda
dari pelamar yang berpakaian lebih rapi, dan cara berpikir pelamar tersebutlah yang sangat dibutuhkan
oleh perusahaan, sehingga manager tersebut mengabaikan penampilan pelamar tersebut dan
menerima pelamar tersebut untuk bekerja di dalam perusahaan.
Dari studi kasus tersebut dapat dikatakan bahwa presepsi seseorang terhadap penampilan fisik tidak
dapat menjamin kinerja seseorang, meskipun penampilan merupakan salah satu kriteria dalam
wawancara, tetapi belum tentu karyawan yang berkompeten adalah karyawan yang berpakaian rapi,
serius, dan terlihat memiliki karisma, bisa saja mereka memang pintar tetapi hanya dalam teori, dalam
prakteknya belum tentu pemikiran mereka yang dibutuhkan oleh perusahaan. Justru orang-orang
yang mungkin berpenampilan kurang menarik dan biasa-biasa sajalah yang dibutuhkan oleh
perusahaan, karena mungkin mereka lebih banyak memiliki pengalaman dengan dunia luar
dibandingkan dengan orang-orang yang belajar hanya berdasarkan teori yang ditanamkan di dalam
pikiran mereka, sehingga mereka dapat melihat sesuatu dengan cara pandang yang berbeda dengan
orang yang hanya berpikir berdasarkan teori. Keputusan yang diambil oleh manager tersebut sudah
benar, karena penampilan seseorang dapat diperbaiki namun cara berpikir seseorang tidak dapat
dibentuk dengan mudah, membutuhkan proses yang lama untuk membentuk pemikiran seseorang
seperti yang diinginkan oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai