Anda di halaman 1dari 24

RESUME

PERILAKU KEORGANISASIAAN

NAMA : HELSON SEPTENTO

NIM : 203020302066

KELAS :E

MATKUL : PERILAKU KEORGANISASIAAN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah- Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individu. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Chairul Saleh S.E., M.Si selaku dosen mata kuliah
Perilaku Organisasi serta teman-teman yang membantu terselesainya makalah ini.
Makalah tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu ini penyusun
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi. Penyusun
berharap makalah ini dapat mempermudah pemahaman pembaca tentang materi
mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individu.
Makalah ini telah kami buat sebaik-baiknya, apabila ada kritik dan saran kami
akan terima. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

PalangkaRaya,23 maret 2022


Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Persepsi................................................................................ 3
2.2 Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain....................... 3
2.3 Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individual.......................................................................................... 6
2.4 Pengambilan keputusan dalam Organisasi........................................ 7
2.4 Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan
Batasan Organisasi........................................................................... 10
2.5 Etika dalam Pengambilan Keputusan................................................ 13
2.6 Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam
Organisasi........................................................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada yang berusaha memecahkan atau menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan
mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi
diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan
informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan
guna mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran
preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil
keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal
pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan persepsi.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan
perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan
mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain.
Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan
terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar
perasaan ini berlandaskan pada nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan
mengacu pada tindakan yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil
keputusan berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan seberapa jauh kita akan
melibatkan diri secara langsung, seberapa jauh kita merasa turut bertanggung jawab
terhadap dampak atas keputusan yang diambil, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi menggunakan perasaan dalam
mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik, bijaksana dan sangat menghargai
sesama.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari persepsi?
2. Bagaimana persepsi orang untuk membuat penilaian atas orang lain?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual?
4. Bagaimana pengambilan keputusan dalam organisasi?
5. Apa pengaruh perbedaan individu dan batasan organisasi dalam pengambilan
keputusan?
6. Bagaimana etika dalam pengambilan keputusan?
7. Bagaimana kreativitas, pengambilan keputusan kreatif dan inovasi dalam
organisasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari persepsi
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi orang untuk membuat penilaian atas
orang lain
3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan
individual
4. Untuk mengetahui pengambilan keputusan dalam organisasi
5. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan individu dan batasan organisasi dalam
pengambilan keputusan
6. Untuk mengetahui etika dalam pengambilan keputusan
7. Untuk mengetahui kreativitas, pengambilan keputusan kreatif dan inovasi
dalam organisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan


menginterpretasiakan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.
Apa yang kita nilai berdasarkan persepsi bisa jadi berbeda secara substansial dengan
realitas objektif. Persepsi sangat penting bagi perilaku organisasi karena perilaku orang-
orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa realita yang ada, bukan mengenai
realita itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
1. Penilai
Ketika melihat sebuat target, interpretasi kita terhadap target tersebut
dipengaruhi oleh sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lampau,
dan ekspektasi.
2. Target
Karakteristik dari target sangat mempengaruhi persepsi kita terhadap target
tersebut. Karakteristik ini bisa berupa latar belakang, ukuran, suara, kesamaan,
inovasi, pergerakan, dan proksimitas.
3. Situasi
situasi atau keadaan saat kita melihat target dapat mempengaruhi interpretasi
kita. Situasi yang dimaksud meliputi waktu, latar kerja, dan latar sosial.

2.2 Membuat Penilaian atas Orang Lain

Teori Atribusi
Teori Atribusi (Atribution Theory) adalah sebuah percobaan untuk menentukan
apakah perilaku individu disebabkan dari internal atau eksternal. Teori atribusi
menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung pada pengertian
yang kita atribusikan pada sebuah perilaku.
Perilaku yang disebabkan internal adalah yang dipercaya pengamat berada
dalam kendali perilaku pribadi dari individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan

3
eksternal adalah perilaku individu dipengaruhi oleh situasi yang memaksa individu
untuk melakukannya.
Ada tiga faktor penentu atribusi, yaitu:
1. Perbedaan
Perbedaan merujuk pada apakah seorang individu menampilkan perilaku yang
berbedadalam situasi yang berbeda. Jika perbedaannya rendah, maka perilaku
tersebut disebabkan oleh internal. Namun, jika perbedaannya tinggi maka individu
tersebut dipengaruhi oleh eksternal.
2. Konsensus
Konsensus merujuk pada apakah seorang individu jika menghadapi situasi yang
sama akan memberikan respon yang sama. Jika konsensusnya tinggi, maka
atribusinya adalah eksternal. Namun, jika konsensusnya rendah, maka penyebab
atribusinya internal.
3. Konsistensi
Konsistensi merujuk apakah individu akan merespon dengan cara yang sama
sepanjang waktu. Jika konsistensi tinggi, maka disebabkan oleh internal.
Sebaliknya, jika konsistensi rendah maka disebabkan oleh eksternal.
Salah satu riset teori atribusi, menemukan bahwa kesalahan atau bias dapat
mengganggu atribusi. Ketika kita membuat penilaian mengenai perilaku orang lain, kita
cenderung meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh
faktor-faktor internal atau pribadi (kesalahan atribusi fundamental). Selain itu, bias
pelayanan diri juga mengganggu atribusi. Bias pelayanan diri (self-serving bias) adalah
kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor
internal, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.

Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain secara Umum


Jalan pintas dalam menilai orang lain secara umum sering kali memperbolehkan
kita untuk membuat presepsi akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid
untuk membuat prediksi. Bagaimanapun mereka dapat membuat distorsi yang
signifikan.

Presepsi Selektif (selective perception) kecendrungan untk secara selektif


menginterpretasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat, latar belakang,

4
pengalaman, dan sikap seseorang. Kita menemukan contoh presepsi selektif dalam
analisis keuangan. Dari tahun2007 sampai 2009 pasar saham AS kehilangan hampir
separuh nilainya. Tetapi selama waktu itu, peringkat jual analisis (umumnya analisi
menilai saham sebuah perusahaan dengan tiga rekomendasi : beli, jual, pegang0. Ada
beberapa alasan analis enggan unt menempatkan eringkat jual dalam saham, salah
satunya adalah persepsi selekktif. Ketika harga urun analis sering melihat masalalu,
dibanding masa depan. hal ini adalah menunjukan bahaya dari presepsi selektif. Dengan
melihat hanya pada harga masalalu analis mengandalkan poin rujukan yang salah dan
gagal mengenali bahwa apa yang yang telah jatuh masih dapat jatuh lebih dalam lagi.

Efek halo (halo effect) kecendrungan untuk menggambarkan impresi umum


mengenai seseorang individu berdasarkan karakteristik tunggal. Apabila seorang
individu menggambarkan kesan mengenai seorang individu berdasarkan sebuah
karakteristik tunggal, seperti kecerdasan kemampuan bersosialisasi atau penampilan
sebuah efek halo sedang bekerja, pandangan umum kita mengontaminasi pandangan
spesifik kita. Daftar sifat sifat efek halo seperti cerdas, terampil,giat,rajin, subejek
diminta memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai rang itu bijaksana humoris, populer
dan imajinatif. Subjek membuat sebuah sifat tunggal mempengaruhi kesan keseluruhan
mereka atas orang yang mereka nilai.

Efek kontras (contrass effect) evaluasi atas karakterisstik seseorang yang


dipengaruhi oleh perbandinga denga orang lain yang baru muncul yang berperingkat
lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama. Efek kontars dapat mengganggu
persepsi misalnya ada anak dewasa yang melibatkan tindakan dengan anak-anak dan
hewan karena penonton atau masyarakat cenderung melibatkan anak-anak dan hewan.

Streotip (stereotip) menilai seseorang berdasarkan presepsi mengenai


kelompok asalnya. Streotip dapat berakar dalam dan cukup kuat untuk mempengaruhi
keputusan hidup dan mati. Satu study dengan mengendalikan ragam faktor menunjukan
bahwa tingkat dimana kulit hitam yang dibela dalam pengendilan pembunuhan yyang
terlihat sepertiti sterotip terhhadap kulit hitam karena mereka biasanya menerima dua
kali kemungkinan untuk dihukum mati

5
Salah satu masalah adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun
mungkin tidak mengandung kebenara ketika diaplikasikan pada orang atau situasi
tertentu. Kita harus memonitori diri ita sendiri untuk menyakinkan jangan sampai kita
tidak adil dalam menerapkan steeotip dalam evaluasi dan keputusan kia. Stereotip
adalah sebuah contoh peringatan ‘semakin berguna semakin disalah gunakan”.

Aplikasi Spesifik Dari Jalan Pintas Dalam Organisasi


Wawancara kerja sedikit orang yang direkrut tanpa wawancara, biasanya
pewawancara memua penilaian persepual yang seringkali tidak akurat dan membuat
kesan awal dengan cepat mengakar. Kebanyakan pewawancara mengubah keputusan
sangat sdikit sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara sebagai hasilnya, informasi
yang diperoleh dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan
informasi yang diperoleh sesudahnya, dan mungkin pelamar yang baik mungkin
dikaraterisasi lebh berdasarkkan tidak adanya karakteristik yang idak menyenangkan
dibandingkan bedasarkan kehadiran karakteristik yang menyenangkan.

Ekspektasi kinerja orang-orang mencoba untu memvalidasi persepsi mereka


mengenai realitabahkan ketika hal hal ini salah. Istilah prediksi pemenuhan (sebuah
situasi dimana seseorang secara tidak akurat menilai orang kedua, dan ekspektasi yang
dihasilkan menyebabkan orang kedua itu berperilaku dengan cara yang konsisten
dengan persepsi asli) diri dan efek pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku
seseorang individu ditntukan oleh ekspektasi orang lain.

Evaluasi kinerja hal ini tergantung pada proses perseptual. Masa depan pekerja
sangat terikat denganpenilaian , promosi, kenaikan gaji, kelanjutannya adalah berapa
hasilnya. Evaluasi subjektiv meskipun kadang kala perlu adalah problematik karena
kesalahan yang kita diskusikan presepsi selektif efek kontras, efek halo, dan seterusnya.

2.3 Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual


Individu-individu dalam suatu organisasi mengambil keputusan. Yaitu, mereka
membuat pilihan dari antara dua alternatif atau lebih. Pengambilan keputusan terjadi
sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu
keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Setiap

6
keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Lazimnya data
diterima dari berbagai sumber dan data itu perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan.
Bagaimana Keputusan Hendaknya Diambil?
Individu hendaknya berperilaku dalam rangka memaksimalkan atau
mengoptimalisasikan hasil tertentu. Inilah yang disebut sebagai pengambilan keputusan
rasional.

2.4 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi


Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan
memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Terdapat asumsi-
asumsi khusus yang mendasari model ini. Asumsi tersebut yaitu :
1. Model Rasional
Dalam perilaku organisasi, ada konsep pengambilan keputusan yang umumnya
diterimaoleh masing-masing individu untuk membuat determinasi :pengambilan
keputusan rasional, rasionalitas terbatas, dan intuisi.
Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional diurutkan sebagai
berikut :
 Tetapkan masalah
 Identifikasikan kriteria keputusan
 Alokasikan bobot pada kriteria
 Kembangkan Alternatif
 Evaluasi alternatif
 Pilihlah alternatif terbaik

Bagaimana Keputusan Sebenarnya Diambil Dalam Organisasi ?


Berikut ini adalah peninjauan suatu bukti yang besar untuk memberikan deskripsi yang
lebih akurat tentang bagaimana sesungguhnya kebanyakan keputusan dalam organisasi
di ambil.
1. Rasionalitas Terbatas
Kemampuan terbatas kita dalam memproses informasi membuat tidak mungkin
untuk mengasimilasikan semua informasi yang diperlukan untuk optimalisasi.
Kebanyakan orang merespon masalah yang kompleks dengan menguranginya

7
sampai level yang mereka siap mengerti. Banyak masalah yang tidak memiliki
solusi yang optimal karena mereka terlalu rumit untuk cocok dengan model
pengambilan keputusan rasional, sehingga orang-orang memutuskan dan mengejar
tindakan yang memenuhi persyaratan minimum untuk mencapai tujuan: merka
mencari solusi yang memuaskan atau cukup.
2. Intuisi
Mungkin cara paling tidak rasional dalam pengambilan keputusan adalah
pengambilan keputusan intuitif, sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari
pengalaman yang diperoleh. Pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran
sadar: berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan
informasi yang tidak sama; cepat dan secara afektif dibebankan, berarti masalah
emosi.

Bias dan Kesalahan Umum dalam Pengambilan Keputusan


1. Bias Terlalu Percaya Diri
Riset terkini terus menyimpukan bahwa kita cenderung teralu percaya diri
dengan kemampuan kita dan kemampuan orang lain. Individu yang mempunyai
kecerdasan intelektual dan interpersonal paling lemah, paling mungkin berlebihan
dalam mengestimasi kinerja dan kemampuannya. Ada pula hubungan negative antara
optimisme wirausaha dan kinerja bisnis barunya, semakin optimis semakin tidak sukses.
Kecenderungan untuk teralu percaya diri akan ide-ide mereka mungkin menyebabkan
tidak direncanakannya bagaimana menghindari masalah yang muncul.
2. Bias Jangkar (anchoris bias)
Merupakan kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal
menyesuaikan dengan informasi selanjutnya secara adekuat (memadai). Pikiran kita
tampaknya memberikan jumlah penekanan yang tidak seimbang pada informasi pertama
yang diterima. Jangkar secara luas digunakan oleh orang-orang dalam profesi di mana
keahlian persuasive penting. Beberapa riset menyatakan, orang berpikir membuat
penyesuaian sesudah jangkar ditetapkan sebagai penggenapan angka. Jika Anda
menyatakan gaji 55.000, atasan Anda akan mempertimbangkan 50.000 sampai 60.000
kisaran yang wajar untuk negosiasi, tetapi jika Anda menyebutkan 55.560, atasan Anda
ebih mengkin untuk memprtimbangkan 55.000-56.000 sebagai kisaran yang mungkin.

8
3. Bias Konfirmasi (confirmation bias)
Kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan
masa lampau dan untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa lampau.
Kita cenderung menerima nilai nominal informasi yang membenarkan pandangan
semula kita, tetapi kita skeptic terhadap informasi yang menantangnya.
4. Bias Ketersediaan (availability bias)
Merupakan kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi
yang siap tersedia bagi mereka. Riset terbaru mengidikasikan bahwa sebuah kombinasi
atas informasi yang siap sedia dan pengalaman langsung kita dengan informasi yang
sama khususnya sangat berdampak pada pengambilan keputusan kita.
5. Eskalasi Komitmen
Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun
ada bukti yang jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat pada sebuah keputusan
meskipun terdapat informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah berpacaran dengan
seorang wanitanya kurang lebih 4 tahun.Meskipun pria ini mengatakan bahwa banyak
masalah dalam hubungan mereka, namun pria ini mengatakan bahwa tetap akan
menikahi wanita tersebut.
6. Kesalahan Acak (Randomness Error )
Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka dapat memprediksi hasil
dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Contoh : Ketika sekelompok individu
diberi informasi harga saham,individu-individu ini kurang lebih 65 persen yakin bahwa
mereka bisa memprediksi arah perubahan saham. Pada keadaan yang sebenarnya,
individu-individu ini hanya benar 49 persen pada saat itu.
7. Aversi Resiko (Risk Aversion)
Kecenderungan individu untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada
faktor resiko, meskipun jika resiko diambil dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
besar. Aversi risiko juga merupakan kecenderungan untuk lebih memilih hasil yang
pasti dari jumlah yang menengah daripada hasil yang lebih berisiko, bahkan sekalipun
hasil yang lebih berisiko itu memiliki ekspektasi payoff lebih tinggi. Contoh : Para
investor menghindari pembelian instrumen beresiko tinggi dan beralih ke instrumen
yang beresiko rendah, (Emas guna menyelamatkan asset mereka ditengah
ketidakpastian pasar).

9
8. Bias Retrospeksi
Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil
dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui.
Contoh: semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang
memenangkan Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan dengan
individu yang yakin pada hal itu sebelum pertandingan.

2.5 Pengaruh Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan


Organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana orang mengambil keputusan dan
tingkat di mana mereka rentan pada kesalahan serta bias diantaranya:
1. Perbedaan Individu
Pengambilan keputusan pada praktiknya dikarakterisasikan oleh batasan-batasan
rasionalitas, bias dan kesalahan umum, serta penggunaan intuisi. Perbedaan-perbedaan
individu juga menciptakan deviasi dari model rasional. Dalam bagian ini, kita melihat
perbedaan-perbedaan itu.
a. Kepribadian
Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian
memengaruhi keputusan kita. Kepribadian berhubungan dengan kehati-hatian dan
harga diri. Aspek-aspek spesifik dari kehati-hatian-daripada sifat-sifat luasnya-bisa
memengaruhi eskalasi komitmen. Khususnya aspek kehati-hatian usaha keras untuk
pencapaian dan kepatuhan. Pertama, riset menyatakan bahawa orang-orang yang
berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya,
sedangkan orang-orang yang patuh lebih tidak mungkin. Hal ini terjadi karena
umumnya orang-orang yang berorientasi pada pencapaian tidak suka gagal,
meskipun demikian, lebih cenderung melakukan apa yang mereka pandang terbaik
bagi organisasi. Kedua, individu yang mengejar pencapaian tampaknya lebih rentan
pada bias introspeksi, mungkin karena mereka perlu menjustifikasi tindakannya.
Belum bisa dibuktikan dengan pasti apakah orang-orang yang patuh kebal pada bias
ini.
Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk
mempertahankannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan diri untuk

10
mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang lain atas kegagalannya, tetapi
mengambil kredit atas kesuksesannya.
b. Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis
kelamin dalam pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam
waktu yang lama. Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan
masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu
dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, masa depan. Mereka
lebih mungkin terlalu menganalisis masalah sebelum mangambil keputusan dan
menyesali keputusan ketika telah dibuat. Ini dapat mengarah pada pertimbangan hati-
hati atas masalah dan pilihan. Meskipun demikian, itu dapat membuat masalah lebih
sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau, dan
meningkatkan depresi. Wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam
mengembangkan depresi.
c. Kemampuan Mental
Orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu
memproses informal lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar
lebih cepat, sehingga seringnya orang-orang mungkin mengekspetasikan mereka juga
lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan umum. Mesipun demikian,
kemampuan mental tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari beberapa
masalah tersebut. Orang-orang yang cerdas sama mungkinnya untuk jatuh dalam
jebakan penjagkaran, terlalu percaya diri, dan eskalasi komitmen, mungki karena
cerdas saja tidak akan mengingatkan akan kemungkinan percaya diri atau secara
emosional defensif. Bukan berarti bahwa kecerdasan tidak pernah berarti. Begitu
diingatkan akan kesalahan pengmabilan keputusan, orang-orang yang lebih cerdas
belajar lebih cepat untk menghindarinya. Mereka juga lebih baik dalam menghidari
kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.
d. Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya, demikian pula
dengan banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang pengambilan keputusan.
Tetapi orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan dengan cara
yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa latar

11
belakang budaya dari pembuat keputusan dapat memngaruhi dengan signifikan
pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dana apakah
keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat oleh seorang manajer satau
secara koletif dalam kelompok.
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentignnya rasionalitas, kepercayaan
dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan preferensi pengambilan
keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan
yang laiinya fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya.

2. Batasan Organisasi
Organisasi dapat membatasi pengambil keputusan, menciptakan deviasi dari
model rasional. Misalnya, manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan
evaluasi kinerja dan sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan
untuk memenuhi batasan-batasan waktu organisasi. Contoh juga dapat membatasi
keputusan.
a. Evaluasi Kinerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika
seoranf manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung
jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan
mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk
memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
b. Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi memegaruhi pengambil keputusan dengan
menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika
organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk
mengambil keputusan konservatif.
c. Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untk memprogram keputusan dan
mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukakn hak
demikian, mereka membatai pilihan-pilihan keputusan.
d. Batasan Waktu Akibat Sistem

12
Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit.
Sebuat laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap untuk
ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-konsisi demikian sering
membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi
sebelum mengambil keputusan.
e. Contoh Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks.
Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan; yang dibuat
di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan
sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari
anggarana tahun ini adalah anggaran tahun lalu.pilihan-pilihan yang dibuat hari ini
sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

2.6 Etika dalam Pengambilan Keputusan


Pertimbangan etis seharusnya menjadi sebuah kriterai penting dalam semua
pengambilan keputusan organisasi. Ada tiga cara untuk membingkai keputusan secara
etis. Para manajer juga memahmi pentingnya peran yang seharusnya dimainkan
kreativitass dalam proses keputusan, manajer-manajer terbaik menggunakan strategi
untuk meningkatkan potensi kreatif pekerjanya dan menuai ide-ide untuk aplikasi
organisasional.
Tiga Kriteria Keputusan Etis
Ukuran etis pertama adalah utilitarianisme, yang mengusulkan pengambilan
keputusan hanya berdasarkan outcome/keluaran, idealnya untuk memberikan yang
paling baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini mendominasi pengambilan
keputusan bisnis. ia konsiste dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba
tinggi.
Kriteria etis lainnya adalah untuk membuat keputusan konsisten dengan
kebebasan dan hak-hak fundamental, seperti yang tercantum dalam Piagam Hak Asasi.
Sebuah penekana pada hak-hak asasi individu, seperti hak atas privasi, kebebasan
berbicara, dan proses yang pantas. Kriteria ini melindungi whistle-blower ketika mereka
menggunakan hak kebebasan berbicara.

13
Kriteria yag ketiga adalah untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan
dengan adil dan nentral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang memrata atas
manfaat dan biaya. Anggota serikat umumnya memihak pandangan ini. Adil membayar
orang dengan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama tanpa memandang perbedaan
kinerja dan menggunakan senioritas sebagai penentu utama dalam keputusan PHK.

2.7 Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi


Meskipun model pegambilan keputusan rasional akan sering
memperbaikikeputusan , seorang pegambil keputusan juga membutuhkan kreativitas,
kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang inovatif dan berguna,Ide-ide ini berbeda
dari apa yang telah dilakukan sebelumnya tetapi pantas untuk masalahnya.

Kreativitas membuat pengambilan keputusan untuk secara penuh menilai dan


memahami masalah , termasuk melihat masalah yang tidak dapat dilihat orang
lain.Untuk alasan ini , perusahaan kosmetik Prancis L’Oreal menempatkan para
manajernya dalam latihan-latihan keatif sepeti memasak atau membuat music, dan
Universitas Chicago mensyaratkan mahasiswa MBA ntuk membuat film pendek
mengenai pengalaman mereka.

Meskipun semua aspek dari perilaku organisasi memiliki kompleksita , hal itu sangat
benar adanya untuk kreativitas.Untuk simplifikasi, gambar dibawah memberikan sebuah
model 3 tahap dari kreativitas dalam organisasi.Inti model itu adalah perilaku kreatif ,
yang memiliki sebab (predicator dari perilaku kreatif) .Dalam bagian ini , kita
membahas tiga tahap krativitas, dimulai dengan pusatnya yaitu perilaku kreatif.

Perilaku Kreatif
Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah,yang masing masing mengarah pada yang
berikutnya :
1. Formulasi masalah . Setiap tindakan kreativitas dimulai dengan masalah yang
memnclkan perilaku dirancang untuk memecahkannya.Oleh karena itu ,
formulasi masalah didefinisikan sebagai tahapan perilaku kreatif dimana kita
mengindentifikasi sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah
solusi yang belum diketahui.Misalnya artis/wirausaha Marshall Carbee dan
pebisnis John Bannet mendirikan Eco Safety sesudah menemukakn bahwa

14
bahkan cat yang dinyatakan aman oleh Agen Perlindungan LIngkungan (EPA)
mengeluarkan zat kimia berbahaya.Oleh karena itu ,pengembangan Bennet atas
cat seni-aman berbahan dasar kedelai dimulai dengan cat yang saat ini
dipasarkan.
2. Pengumpulan informasi.Dengan adanya masalah,solusi jarang sekali ada di
tangan.Kita membutuhkan waktu untuk belajar lebih dan memproses
pembelajaran itu.Oleh karena itu , pengumpulan informasi adalah tahapan
perilaku kreatif ketila solusi-solusi yang mungkin atas masalah diinkubasikan
dalam pikiran individu.Niklas Laninge dari Hoa’s Tool Shop,sebuah perusahaan
berbasis di Stockholm yang memantu organisasi menjadi lebih inovatif ,
berpendapat bahwa pengumpulan informasi kreatif berarti berpikir di luar
rutinitas biasa dan zona nyaman.Misalnya makan siang dengan seseorang di luar
bidang Anda untuk membahas masalah.Laninge mengatakan, “itu sangat
mudah , dan anda dipaksa untuk berbicara mengenai bisnis anda dan hal-hal
yang anda ingin capai dari sisi yang baru.Anda tidak dapat menggunakan istilah-
istilah khusus karena orang-ornag tidak mengerti maksud anda.”
3. Pemunculan ide.Jika kita telah mengumpulkan informasi yang relevan , saatnya
untuk mentranslasikan pengetahuan menjadi ide-ide.Oleh karena itu
pemunculan ide adalah proses perilaku kreatif dimana kita mengembangkan
solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan
yang relevan .Semakin meningkat ,pemunculan ide bersifat
kolaboratif.Misalnya,ketika insinyur NASA mengembangkan ide untuk
mendaratkan pesawat luar angkasa di Mars mereka melakukannya dengan
kolaboratif.Sebelum muncul dengan dengan rasa ingin tahu-sebuah pesawat
bajak SUV yang mendarat di Mars-tim itu menghabiskan tiga hari menggali ide-
ide potensial di papan tulis.
4. Evaluasi ide.Terakhir saatnya memilih ide-ide yang dimunculkan.Oleh karena
itu, Evaluasi ide adalah proses perilaku kreatif dimana kita mengevaluasi solusi-
solusi potensial untuk mengidentifikasi yang terbaik.Kadang-kadang metode
memilih bisa jadi inovatif.Ketika pemilik Dallas Mavericks Mark Cuban tidak
senang dengan seragam tim,ia meminta fans untuk membantu merancang dan
memilih seragam terbaik.Umumnya ,untuk mengeliminasi bias nyata anda ingin

15
agar orang-orang yang melakukan evaluasi ide dalah orang yang berbeda yang
memunculkan ide.

Penyebab Perilaku Kreatif


Sesudah mendefinisikan perilaku kreatif , tahapan utama dalam model tiga
tahap, kita sekarang melihat kembali pada penyebab kreativitas potensi kreatif dan
lingkungan kraetif.
Potensi kreatif.Apakah ada hal yang disebut kepribadian kratif? Tentu saja.Ketika
jenius kreatif-baik dalam ilmu pengetahuan (Albert Einstein) ,seni (Poblo Picaso) ,
maupun bisnis (Steve Jobs)-langka, kebanyakan orang memiliki beberapa karakteristik
yang merupakan bagian dari orang-orang yang luar biasa kreatif.Semakin bnayak
karakteristik ini kita miliki , semakin tinggi potensi kreatif kita.

Kecerdasan berhubungan dengan kreativitas.Orang-orang cerdas lebih kreatif


karena mereka lebih baik dalam memecahkan masalah yang kompleks.Meskipun
demikian , individu-individu crdas bisa juga lebih kreatif karena memiliki memori kerja
yang lebih besar.Yaitu merka dapat mengingat lebih banyak informasi yang berhbungan
dengan tugas di tangan.

Sifat kepribadian lima besar keterbukaan pada pengalaman berkorelasi dengan


kreativitas, mungkin karena individu-individu yang terbuka kurang seragam dalam
tindakan dan lebih menyebar dalam pemikiran.Sifat lainnya dari orang-orang kreatif
termasuk kepribadian proaktif ,kepercayan diri , mengambil resiko, toleransi pada
ambiguitas, dan daya tahan.

Keahlan adalah fondasi dari semua pekerjaan kreatif dan oleh karena itu
merupakan alat prediksi tunggal paling penting dari potensi kreatif.Penulis, prodser, dan
direktur film Quentin Tarantino menghabiskan masa mudanya bekerja di sebuah took
penyewaan video , dimana ia membangun sebuah ensiklopediapengetahuan film.Potensi
bagi krativitasditingkatkan ketika individu memiliki kemampuan ,pengtahuan ,
kecakapan , dan keahlian yang sama dengan bidang yang dijalaninya.Anda tidak akan
mengharapkan seseorang dengan pengetahuan minimal tentang pemerogaman untuk
sangat kreatif sebagai insinyur peranglkat lunak.

16
Lingkungan Kreatif. Kebanyakan dari kita memiliki potensi kreatif yang dapat kita
pelajari untuk diterapkan , tetapi sepenting apapun potensi kreatif, tidaklah cukup jika
hanya sendirian saja.Kita perlu berada dalam lingkungan dimana potensi kreatif dapat
direalisasikan.Apa factor-faktor lingkungan yang memengaruhi potensi kreatif agar
ditranslasikan dalam perilaku kreatif?

Pertama dan yang paling penting adalah motivasi.Jika anda tidak termotivasi
untuk menjadi keatif, tidak mungkin anda akan menjadi kreatif.Sebuah tinjaun atas 26
studi mengungkapkan bahwa motivasi intrinsic, atau keinginan untuk mengerjakan
sesuatu karena lebih menarik , menyenangkan , memuaskan , dan menantang ( dibahas
lebih detail di bab selanjutnya), berkorelasi cukup kuat dengan hasil kreatif.Hubungan
ini benar tanpa memandang apakah kita sedang berbicara mengenaikreativitas pelajar
atau kreativitas pekerja.

Juga bernilai untuk bekerja di sebuah lingkungan yang menghargai dan


mengakui pekerjaan kreatif.Organisasi harus mendorong arus bebas ide, termasuk
memberikan penilaian yang adil dan konstruktif.Kebebasan dari aturan-aturan
berlebihan mendorong kreativitas ; pekerja seharusnya memiliki kebebasan untuk
memutuskan pekerjaan apa yang akan dilakukan dan cara mengerjakannya.Satu studi
kasus atas 385 pekerja yang bekerja di perusahaan obat di Cina mengungkapkan bahwa
baik pemberdayaan structural (dimana struktur unit kerja memungkinkan kebebasan
pekerja yang cukup) dan pemberdayaan psikologis ( yang membiarkan individu merasa
diberdayakan secara pribadi) berhubungan dengan kreativitas pekerja.

Apakah peran dari budaya? Sebuah studi level nasional terbaru menyatakan
bahwa Negara-negara dengan skor tinggi pada dimensi budaya individualistis Hoftsede
lebih kreatif.Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Italia, dan Belgia seperti Cina
, Kulombia, dan Pakistan memiliki sekor rendah ; apakah ini berarti budaya Barat lebih
kreatif? Beberapa bukti menyatakan hal ini benar.Satu studi membandingkan proyek-
proyek kreatif dari mahasiswa Jerman dan Cina , beberapa dari mereka sedang belajar di
Negara salnya , dan beberapa dari mereka sedang belajar di luar negeri.Sebuah panel
independen dari juri-juri jerman dan Cina menentukan bahwa mahasiswa-mahasiswa
Jerman lebih kreatif daripada mahasiswa local Cina.Ini menyatakan budaya Jerman
lebih kreatif.Meskipun demikian, bahwa sekalipun beberapa budaya lebih kreatif secara

17
rata-rata,selalu ada variasi kuat dalam budaya.Dengan kata lain , ada jutaan orang Cina
yang lebih kreatif daripada rekannya di AS.

Kepemimpinan yang baik juga berpengaruh pada kreativitas.Sebuah studi


terbaru pada lebih dari 100 tim yang bekerja di sebuah bank besar mengungkapkan
bahwa ketika pemimpin berperilaku menghukum dan tidak mendukung , tim itu kurang
kreatif.Di sisi lain, ketika pemimpin mendorong , menjalankan unitnya secara
transparan , dan memacu pengembangan pekerjaanya, individu yang diawasinya akan
lebih kreatif.
Lebih banyak pekerjaan dewasa ini dilakukan dengan tim, dan banyak orang
percaya keragaman akan meningkatkan kreativitas tim.Riset masa lalu, sayangnya ,
menyatakan bahwa tim yang beragam tidak lebih kreatif.Meskipun demikian , yang
lebih baru , satu studi tim Belanda mengungkapkan bahwa ketika anggota-anggota tim
secara eksplisit diminta untuk memahami dan mempertimbangkan sudut pandang
anggota-anggota tim lainnya ( sebuah latihan yang disebut pengambilan perspektif),
tim-tim yang beragam lebih kreatif daripada mereka dengan keragaman lebih
sedikit.Sebuah studi atas 68 tim Cina melaporkan bahwa keragaman berhubungan
positif dengan kreativitas tim hanya ketika pemimpin tim itu inspirasional dan tampil
percaya diri pada anggota tim.Studi lainnya di perusahaan obat multinasional mendapati
bahwa tim-tim dari fungsi bisnis beragam lebih kreatif ketika mereka berbagi
pengetahuan mengenai area keahlian satu sama lain.secara kolektif , studi-studi ini
menunjukkan bahwa tim yang beragam bisa menjadi lebih kreatif, tetapi hanya pada
kondisi-kondisi tertentu.

Keluaran dari kreatif ( Inovasi )


Tahapan akhir dari model kreativitas kita adalah hasil.Perilaku kreatif tidak selalu
menghasilkan hasil kreatif atau inovatif.Seorang pekerja mungkin menghasilkan sebuah
ide kratif dan tidak pernah membagikannya.Manajemen mungkin menolak sebuah
solusi kreatif.Tim mungkin membatasi perilaku kreatif dengan mengisolasikan merekan
yang mengusulkan ide-ide berbeda.Satu studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang
memiliki bias terhadap menerima ide-ide kreatif karena ide-ide menciptakan
ketidakpastian.Ketika orang-orang merasa tidak pasti, kemampuannya untuk melihat
suatu ide sebagai sesuatu yang kreatif di blok.

18
Kita dapat mendefinisikan keluaran dari kreatif (creative outcome) sebagai ide-
ide atau solusi-solusi yang dinilai baru dan berguna oleh pemangku kepentingan yang
relevan.Pembaruan itu sendiri tidak menghasilkan sebuah kreatif jika tidak
berguna.Oleh karena itu , solusi yang aneh hanya kreatif ketika ia membantu
memcahkan masalah.Kegunaan dari solusi mungkin dibuktikan sendiri (iPad) atau
mungkin dianggap sukses oleh pemangku kepentingan sebelum kesuksesan nyata
diketahui.

Sebuah organisasi bisa menuai banyak ide kreatif daripada pekerjanya dan
menyebut dirinya inovatif.meskipun demikian, seperti yang barubaru ini dinyatakan
seorang ahli, “ide-ide tidak berguna jika tidak digunakan.” Soft skill membantu
mentranslasikan ide menjadi hasil.Seorang peneliti mendapati bahwa diantara para
pekerja sebuah perusahaan agrobisnis besar, ide-ide kreatif paling mungkin
diimplementasikan ketika individu dimotivasi untuk mentranslasika id eke praktik- dan
ketika ia memiliki kemampuan jaringan yang kuat.Faktor penting lainnya adalah iklim
organisasi : sebuah studi atas tim perawatan kesehatan mendapati bahwa kreativitas tim
itu di translasikan menjadi inovasi hanya ketika iklim secara aktif mendukung
inovasi.Studi-studi ini sendiri , mentranslasikaanya menjadi hasil-hasil kreatif adalah
sebuah proses social yang membutuhkan utilisasi konsep-konsep lain yang dibahas
dalam buku ini, termasuk kekuasaan dan politik, kepemimpinan, dan inovasi.

19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasiakan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.
Persepsi dipengaruhi oleh individu sebagai penilai, target atau objek yang dinilai, dan
situasi saat kita melakukan pengamatan. Cara-cara kita menilai orang secara berbeda
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah perilaku atau disebut
teori atribusi. Teori atribusi menyangkut tentang apakah perilaku yang dilakukan
individu disebabkan dari internal atau eksternal. Ada beberapa jalan pintas dalam
menilai orang lain secara umum, yaitu persepsi selektif, efek halo,efek kontras, dan
stereotip.

Individu-individu dalam suatu organisasi mengambil keputusan dari dua


alternatif atau lebih dimana pengambilan keputusan tersebut terjadi sebagai suatu reaksi
terhadap suatu masalah. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada penafsiran dan
evaluasi terhadap informasi yang diterima/ didasarkan pada persepsi.

Ada beberapa konsep pengambilan keputusan yang umumnya diterima oleh


masing-masing individu untuk membuat determinasi, yaitu pengambilan keputusan
rasional, rasionalitas terbatas, dan intuisi. Selain itu perbedaan individu juga akan
menciptakan deviasi dari model rasional. Namun, dalam pengambilan keputusan sering
terjadi kesalahan, antara lain: bias terlalu percaya diri, bias konfirmasi, bias
ketersediaan, kesalahan acak, dan sebagainya.

Kriteria keputusan etis adalah utilitarianisme, membuat keputusan konsisten


dengan kebebasan dan hak-hak fundamental, menanamkan dan mendorong aturan
dengan adil dan netral.

20
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi Edisi 16.
Jakarta: Salemba Empat

21

Anda mungkin juga menyukai