PERILAKU KEORGANISASIAAN
NIM : 203020302066
KELAS :E
JURUSAN MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah- Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individu. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Chairul Saleh S.E., M.Si selaku dosen mata kuliah
Perilaku Organisasi serta teman-teman yang membantu terselesainya makalah ini.
Makalah tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu ini penyusun
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi. Penyusun
berharap makalah ini dapat mempermudah pemahaman pembaca tentang materi
mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individu.
Makalah ini telah kami buat sebaik-baiknya, apabila ada kritik dan saran kami
akan terima. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Persepsi................................................................................ 3
2.2 Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain....................... 3
2.3 Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individual.......................................................................................... 6
2.4 Pengambilan keputusan dalam Organisasi........................................ 7
2.4 Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan
Batasan Organisasi........................................................................... 10
2.5 Etika dalam Pengambilan Keputusan................................................ 13
2.6 Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam
Organisasi........................................................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari persepsi?
2. Bagaimana persepsi orang untuk membuat penilaian atas orang lain?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual?
4. Bagaimana pengambilan keputusan dalam organisasi?
5. Apa pengaruh perbedaan individu dan batasan organisasi dalam pengambilan
keputusan?
6. Bagaimana etika dalam pengambilan keputusan?
7. Bagaimana kreativitas, pengambilan keputusan kreatif dan inovasi dalam
organisasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari persepsi
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi orang untuk membuat penilaian atas
orang lain
3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan
individual
4. Untuk mengetahui pengambilan keputusan dalam organisasi
5. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan individu dan batasan organisasi dalam
pengambilan keputusan
6. Untuk mengetahui etika dalam pengambilan keputusan
7. Untuk mengetahui kreativitas, pengambilan keputusan kreatif dan inovasi
dalam organisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Atribusi
Teori Atribusi (Atribution Theory) adalah sebuah percobaan untuk menentukan
apakah perilaku individu disebabkan dari internal atau eksternal. Teori atribusi
menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung pada pengertian
yang kita atribusikan pada sebuah perilaku.
Perilaku yang disebabkan internal adalah yang dipercaya pengamat berada
dalam kendali perilaku pribadi dari individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan
3
eksternal adalah perilaku individu dipengaruhi oleh situasi yang memaksa individu
untuk melakukannya.
Ada tiga faktor penentu atribusi, yaitu:
1. Perbedaan
Perbedaan merujuk pada apakah seorang individu menampilkan perilaku yang
berbedadalam situasi yang berbeda. Jika perbedaannya rendah, maka perilaku
tersebut disebabkan oleh internal. Namun, jika perbedaannya tinggi maka individu
tersebut dipengaruhi oleh eksternal.
2. Konsensus
Konsensus merujuk pada apakah seorang individu jika menghadapi situasi yang
sama akan memberikan respon yang sama. Jika konsensusnya tinggi, maka
atribusinya adalah eksternal. Namun, jika konsensusnya rendah, maka penyebab
atribusinya internal.
3. Konsistensi
Konsistensi merujuk apakah individu akan merespon dengan cara yang sama
sepanjang waktu. Jika konsistensi tinggi, maka disebabkan oleh internal.
Sebaliknya, jika konsistensi rendah maka disebabkan oleh eksternal.
Salah satu riset teori atribusi, menemukan bahwa kesalahan atau bias dapat
mengganggu atribusi. Ketika kita membuat penilaian mengenai perilaku orang lain, kita
cenderung meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh
faktor-faktor internal atau pribadi (kesalahan atribusi fundamental). Selain itu, bias
pelayanan diri juga mengganggu atribusi. Bias pelayanan diri (self-serving bias) adalah
kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor
internal, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.
4
pengalaman, dan sikap seseorang. Kita menemukan contoh presepsi selektif dalam
analisis keuangan. Dari tahun2007 sampai 2009 pasar saham AS kehilangan hampir
separuh nilainya. Tetapi selama waktu itu, peringkat jual analisis (umumnya analisi
menilai saham sebuah perusahaan dengan tiga rekomendasi : beli, jual, pegang0. Ada
beberapa alasan analis enggan unt menempatkan eringkat jual dalam saham, salah
satunya adalah persepsi selekktif. Ketika harga urun analis sering melihat masalalu,
dibanding masa depan. hal ini adalah menunjukan bahaya dari presepsi selektif. Dengan
melihat hanya pada harga masalalu analis mengandalkan poin rujukan yang salah dan
gagal mengenali bahwa apa yang yang telah jatuh masih dapat jatuh lebih dalam lagi.
5
Salah satu masalah adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun
mungkin tidak mengandung kebenara ketika diaplikasikan pada orang atau situasi
tertentu. Kita harus memonitori diri ita sendiri untuk menyakinkan jangan sampai kita
tidak adil dalam menerapkan steeotip dalam evaluasi dan keputusan kia. Stereotip
adalah sebuah contoh peringatan ‘semakin berguna semakin disalah gunakan”.
Evaluasi kinerja hal ini tergantung pada proses perseptual. Masa depan pekerja
sangat terikat denganpenilaian , promosi, kenaikan gaji, kelanjutannya adalah berapa
hasilnya. Evaluasi subjektiv meskipun kadang kala perlu adalah problematik karena
kesalahan yang kita diskusikan presepsi selektif efek kontras, efek halo, dan seterusnya.
6
keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Lazimnya data
diterima dari berbagai sumber dan data itu perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan.
Bagaimana Keputusan Hendaknya Diambil?
Individu hendaknya berperilaku dalam rangka memaksimalkan atau
mengoptimalisasikan hasil tertentu. Inilah yang disebut sebagai pengambilan keputusan
rasional.
7
sampai level yang mereka siap mengerti. Banyak masalah yang tidak memiliki
solusi yang optimal karena mereka terlalu rumit untuk cocok dengan model
pengambilan keputusan rasional, sehingga orang-orang memutuskan dan mengejar
tindakan yang memenuhi persyaratan minimum untuk mencapai tujuan: merka
mencari solusi yang memuaskan atau cukup.
2. Intuisi
Mungkin cara paling tidak rasional dalam pengambilan keputusan adalah
pengambilan keputusan intuitif, sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari
pengalaman yang diperoleh. Pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran
sadar: berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan
informasi yang tidak sama; cepat dan secara afektif dibebankan, berarti masalah
emosi.
8
3. Bias Konfirmasi (confirmation bias)
Kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan
masa lampau dan untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa lampau.
Kita cenderung menerima nilai nominal informasi yang membenarkan pandangan
semula kita, tetapi kita skeptic terhadap informasi yang menantangnya.
4. Bias Ketersediaan (availability bias)
Merupakan kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi
yang siap tersedia bagi mereka. Riset terbaru mengidikasikan bahwa sebuah kombinasi
atas informasi yang siap sedia dan pengalaman langsung kita dengan informasi yang
sama khususnya sangat berdampak pada pengambilan keputusan kita.
5. Eskalasi Komitmen
Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun
ada bukti yang jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat pada sebuah keputusan
meskipun terdapat informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah berpacaran dengan
seorang wanitanya kurang lebih 4 tahun.Meskipun pria ini mengatakan bahwa banyak
masalah dalam hubungan mereka, namun pria ini mengatakan bahwa tetap akan
menikahi wanita tersebut.
6. Kesalahan Acak (Randomness Error )
Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka dapat memprediksi hasil
dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Contoh : Ketika sekelompok individu
diberi informasi harga saham,individu-individu ini kurang lebih 65 persen yakin bahwa
mereka bisa memprediksi arah perubahan saham. Pada keadaan yang sebenarnya,
individu-individu ini hanya benar 49 persen pada saat itu.
7. Aversi Resiko (Risk Aversion)
Kecenderungan individu untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada
faktor resiko, meskipun jika resiko diambil dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
besar. Aversi risiko juga merupakan kecenderungan untuk lebih memilih hasil yang
pasti dari jumlah yang menengah daripada hasil yang lebih berisiko, bahkan sekalipun
hasil yang lebih berisiko itu memiliki ekspektasi payoff lebih tinggi. Contoh : Para
investor menghindari pembelian instrumen beresiko tinggi dan beralih ke instrumen
yang beresiko rendah, (Emas guna menyelamatkan asset mereka ditengah
ketidakpastian pasar).
9
8. Bias Retrospeksi
Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil
dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui.
Contoh: semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang
memenangkan Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan dengan
individu yang yakin pada hal itu sebelum pertandingan.
10
mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang lain atas kegagalannya, tetapi
mengambil kredit atas kesuksesannya.
b. Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis
kelamin dalam pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam
waktu yang lama. Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan
masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu
dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, masa depan. Mereka
lebih mungkin terlalu menganalisis masalah sebelum mangambil keputusan dan
menyesali keputusan ketika telah dibuat. Ini dapat mengarah pada pertimbangan hati-
hati atas masalah dan pilihan. Meskipun demikian, itu dapat membuat masalah lebih
sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau, dan
meningkatkan depresi. Wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam
mengembangkan depresi.
c. Kemampuan Mental
Orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu
memproses informal lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar
lebih cepat, sehingga seringnya orang-orang mungkin mengekspetasikan mereka juga
lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan umum. Mesipun demikian,
kemampuan mental tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari beberapa
masalah tersebut. Orang-orang yang cerdas sama mungkinnya untuk jatuh dalam
jebakan penjagkaran, terlalu percaya diri, dan eskalasi komitmen, mungki karena
cerdas saja tidak akan mengingatkan akan kemungkinan percaya diri atau secara
emosional defensif. Bukan berarti bahwa kecerdasan tidak pernah berarti. Begitu
diingatkan akan kesalahan pengmabilan keputusan, orang-orang yang lebih cerdas
belajar lebih cepat untk menghindarinya. Mereka juga lebih baik dalam menghidari
kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.
d. Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya, demikian pula
dengan banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang pengambilan keputusan.
Tetapi orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan dengan cara
yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa latar
11
belakang budaya dari pembuat keputusan dapat memngaruhi dengan signifikan
pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dana apakah
keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat oleh seorang manajer satau
secara koletif dalam kelompok.
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentignnya rasionalitas, kepercayaan
dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan preferensi pengambilan
keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan
yang laiinya fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya.
2. Batasan Organisasi
Organisasi dapat membatasi pengambil keputusan, menciptakan deviasi dari
model rasional. Misalnya, manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan
evaluasi kinerja dan sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan
untuk memenuhi batasan-batasan waktu organisasi. Contoh juga dapat membatasi
keputusan.
a. Evaluasi Kinerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika
seoranf manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung
jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan
mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk
memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
b. Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi memegaruhi pengambil keputusan dengan
menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika
organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk
mengambil keputusan konservatif.
c. Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untk memprogram keputusan dan
mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukakn hak
demikian, mereka membatai pilihan-pilihan keputusan.
d. Batasan Waktu Akibat Sistem
12
Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit.
Sebuat laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap untuk
ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-konsisi demikian sering
membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi
sebelum mengambil keputusan.
e. Contoh Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks.
Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan; yang dibuat
di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan
sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari
anggarana tahun ini adalah anggaran tahun lalu.pilihan-pilihan yang dibuat hari ini
sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.
13
Kriteria yag ketiga adalah untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan
dengan adil dan nentral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang memrata atas
manfaat dan biaya. Anggota serikat umumnya memihak pandangan ini. Adil membayar
orang dengan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama tanpa memandang perbedaan
kinerja dan menggunakan senioritas sebagai penentu utama dalam keputusan PHK.
Meskipun semua aspek dari perilaku organisasi memiliki kompleksita , hal itu sangat
benar adanya untuk kreativitas.Untuk simplifikasi, gambar dibawah memberikan sebuah
model 3 tahap dari kreativitas dalam organisasi.Inti model itu adalah perilaku kreatif ,
yang memiliki sebab (predicator dari perilaku kreatif) .Dalam bagian ini , kita
membahas tiga tahap krativitas, dimulai dengan pusatnya yaitu perilaku kreatif.
Perilaku Kreatif
Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah,yang masing masing mengarah pada yang
berikutnya :
1. Formulasi masalah . Setiap tindakan kreativitas dimulai dengan masalah yang
memnclkan perilaku dirancang untuk memecahkannya.Oleh karena itu ,
formulasi masalah didefinisikan sebagai tahapan perilaku kreatif dimana kita
mengindentifikasi sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah
solusi yang belum diketahui.Misalnya artis/wirausaha Marshall Carbee dan
pebisnis John Bannet mendirikan Eco Safety sesudah menemukakn bahwa
14
bahkan cat yang dinyatakan aman oleh Agen Perlindungan LIngkungan (EPA)
mengeluarkan zat kimia berbahaya.Oleh karena itu ,pengembangan Bennet atas
cat seni-aman berbahan dasar kedelai dimulai dengan cat yang saat ini
dipasarkan.
2. Pengumpulan informasi.Dengan adanya masalah,solusi jarang sekali ada di
tangan.Kita membutuhkan waktu untuk belajar lebih dan memproses
pembelajaran itu.Oleh karena itu , pengumpulan informasi adalah tahapan
perilaku kreatif ketila solusi-solusi yang mungkin atas masalah diinkubasikan
dalam pikiran individu.Niklas Laninge dari Hoa’s Tool Shop,sebuah perusahaan
berbasis di Stockholm yang memantu organisasi menjadi lebih inovatif ,
berpendapat bahwa pengumpulan informasi kreatif berarti berpikir di luar
rutinitas biasa dan zona nyaman.Misalnya makan siang dengan seseorang di luar
bidang Anda untuk membahas masalah.Laninge mengatakan, “itu sangat
mudah , dan anda dipaksa untuk berbicara mengenai bisnis anda dan hal-hal
yang anda ingin capai dari sisi yang baru.Anda tidak dapat menggunakan istilah-
istilah khusus karena orang-ornag tidak mengerti maksud anda.”
3. Pemunculan ide.Jika kita telah mengumpulkan informasi yang relevan , saatnya
untuk mentranslasikan pengetahuan menjadi ide-ide.Oleh karena itu
pemunculan ide adalah proses perilaku kreatif dimana kita mengembangkan
solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan
yang relevan .Semakin meningkat ,pemunculan ide bersifat
kolaboratif.Misalnya,ketika insinyur NASA mengembangkan ide untuk
mendaratkan pesawat luar angkasa di Mars mereka melakukannya dengan
kolaboratif.Sebelum muncul dengan dengan rasa ingin tahu-sebuah pesawat
bajak SUV yang mendarat di Mars-tim itu menghabiskan tiga hari menggali ide-
ide potensial di papan tulis.
4. Evaluasi ide.Terakhir saatnya memilih ide-ide yang dimunculkan.Oleh karena
itu, Evaluasi ide adalah proses perilaku kreatif dimana kita mengevaluasi solusi-
solusi potensial untuk mengidentifikasi yang terbaik.Kadang-kadang metode
memilih bisa jadi inovatif.Ketika pemilik Dallas Mavericks Mark Cuban tidak
senang dengan seragam tim,ia meminta fans untuk membantu merancang dan
memilih seragam terbaik.Umumnya ,untuk mengeliminasi bias nyata anda ingin
15
agar orang-orang yang melakukan evaluasi ide dalah orang yang berbeda yang
memunculkan ide.
Keahlan adalah fondasi dari semua pekerjaan kreatif dan oleh karena itu
merupakan alat prediksi tunggal paling penting dari potensi kreatif.Penulis, prodser, dan
direktur film Quentin Tarantino menghabiskan masa mudanya bekerja di sebuah took
penyewaan video , dimana ia membangun sebuah ensiklopediapengetahuan film.Potensi
bagi krativitasditingkatkan ketika individu memiliki kemampuan ,pengtahuan ,
kecakapan , dan keahlian yang sama dengan bidang yang dijalaninya.Anda tidak akan
mengharapkan seseorang dengan pengetahuan minimal tentang pemerogaman untuk
sangat kreatif sebagai insinyur peranglkat lunak.
16
Lingkungan Kreatif. Kebanyakan dari kita memiliki potensi kreatif yang dapat kita
pelajari untuk diterapkan , tetapi sepenting apapun potensi kreatif, tidaklah cukup jika
hanya sendirian saja.Kita perlu berada dalam lingkungan dimana potensi kreatif dapat
direalisasikan.Apa factor-faktor lingkungan yang memengaruhi potensi kreatif agar
ditranslasikan dalam perilaku kreatif?
Pertama dan yang paling penting adalah motivasi.Jika anda tidak termotivasi
untuk menjadi keatif, tidak mungkin anda akan menjadi kreatif.Sebuah tinjaun atas 26
studi mengungkapkan bahwa motivasi intrinsic, atau keinginan untuk mengerjakan
sesuatu karena lebih menarik , menyenangkan , memuaskan , dan menantang ( dibahas
lebih detail di bab selanjutnya), berkorelasi cukup kuat dengan hasil kreatif.Hubungan
ini benar tanpa memandang apakah kita sedang berbicara mengenaikreativitas pelajar
atau kreativitas pekerja.
Apakah peran dari budaya? Sebuah studi level nasional terbaru menyatakan
bahwa Negara-negara dengan skor tinggi pada dimensi budaya individualistis Hoftsede
lebih kreatif.Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Italia, dan Belgia seperti Cina
, Kulombia, dan Pakistan memiliki sekor rendah ; apakah ini berarti budaya Barat lebih
kreatif? Beberapa bukti menyatakan hal ini benar.Satu studi membandingkan proyek-
proyek kreatif dari mahasiswa Jerman dan Cina , beberapa dari mereka sedang belajar di
Negara salnya , dan beberapa dari mereka sedang belajar di luar negeri.Sebuah panel
independen dari juri-juri jerman dan Cina menentukan bahwa mahasiswa-mahasiswa
Jerman lebih kreatif daripada mahasiswa local Cina.Ini menyatakan budaya Jerman
lebih kreatif.Meskipun demikian, bahwa sekalipun beberapa budaya lebih kreatif secara
17
rata-rata,selalu ada variasi kuat dalam budaya.Dengan kata lain , ada jutaan orang Cina
yang lebih kreatif daripada rekannya di AS.
18
Kita dapat mendefinisikan keluaran dari kreatif (creative outcome) sebagai ide-
ide atau solusi-solusi yang dinilai baru dan berguna oleh pemangku kepentingan yang
relevan.Pembaruan itu sendiri tidak menghasilkan sebuah kreatif jika tidak
berguna.Oleh karena itu , solusi yang aneh hanya kreatif ketika ia membantu
memcahkan masalah.Kegunaan dari solusi mungkin dibuktikan sendiri (iPad) atau
mungkin dianggap sukses oleh pemangku kepentingan sebelum kesuksesan nyata
diketahui.
Sebuah organisasi bisa menuai banyak ide kreatif daripada pekerjanya dan
menyebut dirinya inovatif.meskipun demikian, seperti yang barubaru ini dinyatakan
seorang ahli, “ide-ide tidak berguna jika tidak digunakan.” Soft skill membantu
mentranslasikan ide menjadi hasil.Seorang peneliti mendapati bahwa diantara para
pekerja sebuah perusahaan agrobisnis besar, ide-ide kreatif paling mungkin
diimplementasikan ketika individu dimotivasi untuk mentranslasika id eke praktik- dan
ketika ia memiliki kemampuan jaringan yang kuat.Faktor penting lainnya adalah iklim
organisasi : sebuah studi atas tim perawatan kesehatan mendapati bahwa kreativitas tim
itu di translasikan menjadi inovasi hanya ketika iklim secara aktif mendukung
inovasi.Studi-studi ini sendiri , mentranslasikaanya menjadi hasil-hasil kreatif adalah
sebuah proses social yang membutuhkan utilisasi konsep-konsep lain yang dibahas
dalam buku ini, termasuk kekuasaan dan politik, kepemimpinan, dan inovasi.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasiakan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.
Persepsi dipengaruhi oleh individu sebagai penilai, target atau objek yang dinilai, dan
situasi saat kita melakukan pengamatan. Cara-cara kita menilai orang secara berbeda
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah perilaku atau disebut
teori atribusi. Teori atribusi menyangkut tentang apakah perilaku yang dilakukan
individu disebabkan dari internal atau eksternal. Ada beberapa jalan pintas dalam
menilai orang lain secara umum, yaitu persepsi selektif, efek halo,efek kontras, dan
stereotip.
20
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi Edisi 16.
Jakarta: Salemba Empat
21