GERBANG DASAR
LOGIKA
A
B F
dengan persamaan output logika fungsi AND adalah F = A.B (dibaca F = A AND B).
1
Rangkaian Logika
Tabel kebenaran:
input Output
A B F
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
1.2 OR Gate
Gerbang OR merupakan salah satu gerbang logika dasar yang memiliki 2 buah
saluran masukan (input) atau lebih dan sebuah saluran keluaran (output). Berapapun
jumlah saluran masukan yang dimiliki oleh sebuah gerbang OR, maka tetap memiliki
prinsip kerja yang sama dimana kondisi keluarannya akan berlogic 1 bila salah satu atau
semua saluran masukannya berlogic 1. Selain itu output berlogic 0.
Simbol gerbang logika OR 2 input :
A
F
Rangkaian Logika
1 1 1
A F
Dengan persamaan output logika adalah F = A (dibaca: F sama dengan A bar) atau
F = A' (dibaca: F sama dengan A aksen)
Tabel kebenaran:
Input Output
A F
0 1
1 0
Rangkaian Logika
Gerbang NAND merupakan kombinasi dari gerbang AND dengan gerbang NOT
dimana keluaran gerbang AND dihubungkan ke saluran masukan dari gerbang NOT.
Karena keluaran dari gerbang AND diNOTkan maka prinsip kerja dari gerbang NAND
merupakan kebalikan dari gerbang AND. Outputnya merupakan komplemen atau
kebalikan dari gerbang AND, yakni memberikan keadaan level logic 0 pada outputnya
jika dan hanya jika keadaan semua inputnya berlogika 1.
Simbol gerbang logika NAND 2 input :
A
F
Rangkaian Logika
kerja dari gerbang NOR merupakan kebalikan dari gerbang OR. Outputnya merupakan
komplemen atau kebalikan dari gerbang OR, yakni memberikan keadaan level logic 0
pada outputnya jika salah satu atau lebih inputnya berlogika 1.
A
F
B
A
F
Rangkaian Logika
Persamaan out put logikanya adalah F = A+ B
1.7 EX-NOR
EX-NOR gate adalah kebalikan dari EX-OR gate dimana jika input berlogic sama
maka output akan berlogic 1 dan sebaliknya jika input berlogic beda maka output akan
berlogic 0.
Simbol gerbang logika EX-NOR 2 input :
A
F
Rangkaian Logika
0 1 0
1 0 0
1 1 1
BAB II
SISTEM BILANGAN
Rangkaian Logika
Berikut tabel bilangan desimal dan bilangan biner :
Desimal Biner
0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
10 1010
11 1011
12 1100
13 1101
14 1110
15 1111
Rangkaian Logika
2.1.1 Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan biner
Berikut langkah-langkah untuk mengubah bentuk bilangan desimal menjadi
bilangan biner :
Contoh :
1. Ubahlah bilangan desimal 9 menjadi bilangan biner!
Bilangan dibagi 2, hingga didapat hasil
akhir 1.
Baca hasil pembagian dari bawah ke atas,
maka akan didapatkan hasil 9=1001
Contoh :
1 0 1 1
Rangkaian Logika
(1x2)+(0x2)+(1x2)+(1x2)
=8+0+2+1
= 11
Maka, 1011 = 11
10
Rangkaian Logika
Sandi XS-3 (yang berasal dari excess-3, artinya kelebihan 3) merupakan sandi
penting lainnya yang erat hubungannya dengan sandi BCD. Sesuai dengan namanya,
penetapannya diperoleh dari nilai binernya, sama seperti pada sandi BCD dan
menambahnya dengan 3. Sebagai contoh, untuk mengubah 23 menjadi sandi XS-3 adalah
sebagai berikut : 23 = 0101 0110 , dengan ditambah 3 untuk setiap angka decimal yang
diketahui dan hasilnya diubah menjadi bilangan biner setaranya akan menghasilkan sandi
XS-3 yang diminta. Seperti halnya pada BCD, sandi XS-3 hanya menggunakan 10 dari
16 kombinasi yang tersedia. 6 kelompok bit yang tidak digunakan adalah 0000, 0001,
0010, 1101, 1110, dan 1111. Sandi XS-3 adalah sandi tidak berbobot karena tidak seperti
halnya pada sandi BCD yang kedudukan bitnya mempunyai bobot tertentu. Sandi XS-3
merupakan sandi yang mengkomplemenkan dirinya sendiri. Hal itu terjadi karena setiap
komplemen-1 dari bilangan XS-3 adalah komplemen-9 dari bilangan desimalnya.
Misalnya, 0101 dalam sandi XS-3 mewakili angka decimal 2. Komplemen-1 0101 adalah
1010 yang merupakan angka decimal 7 dan 7 adalah komplemen-9 dari 2. Sandi XS-3
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sandi BCD karena semua operasi
penjumlahan untuk XS-3 berlangsung seperti penjumlahan biner biasa dan juga karena
XS-3 merupakan sandi yang mengkomplemenkan dirinya sendiri. Pengurangan dengan
komplemen-1 dan komplemen-2 dapat dilakukan untuk sandi XS-3.
11
Rangkaian Logika
Berikut tabel bilangan excess-3 :
Bilangan XS-3
Decimal
0 0011
1 0100
2 0101
3 0110
4 0111
5 1000
6 1001
7 1010
8 1011
9 1100
10 -
11 -
12 -
13 -
14 -
15 -
12
Rangkaian Logika
2.4 Sandi Gray
Sandi Gray merupakan suatu sandi 4 bit tanpa bobot dan tidak sesuai untuk
operasi aritmatika. Sandi Gray ini sangat berguna untuk peralatan masukan/keluaran
(input/output devices), pengubah analog ke digital dan peralatan tambahan lainnya. setiap
perubahan dari 1 bilangan decimal yang 1 dengan yang berikutnya hanya 1 bit dalam
sandi gray yang berubah. Itulah sebabnya sandi gray digolongkan ke kelompok sandi
perubahan-minimum (minimum-change code).
0 0000 0000
1 0001 0001
2 0011 0010
3 0010 0011
4 0110 0100
5 0111 0101
6 0101 0110
7 0100 0111
8 1100 1000
13
Rangkaian Logika
9 1101 1001
10 1111 1010
11 1110 1011
12 1010 1100
13 1011 1101
14 1001 1110
15 1000 1111
Contoh :
1100 biner
1 Gray
1100 biner
10 Gray
ket : 5 hal ini secara formal disebut penambahan mod-2, atau penambahan OR-eksklusif.
Keempat kaidah bagi penambahan jenis ini adalah : 0 + 0 = 0, 0 + 1 = 1, 1 + 0 =1, 1 + 1 =
0
14
Rangkaian Logika
Dengan perkataan lain, tambahkan 2 bit pertama pada bilangan biner untuk mendapatkan
1 + 1 = 0 dengan bawaan 1. Tuliskan angka 0, namun abaikan angka 1.
1100 biner
101 Gray
1100 biner
Contoh :
101110101 Gray
1 biner
LANGKAH 2 Tambahkan secara diagonal seperti terliha di bawah ini untuk
mendapatkan angka biner berikutnya.
101110101 Gray
11 biner ( 1 + 0 = 1)
101110101 Gray
15
Rangkaian Logika
110100110 biner
Dalam Sistem desimal terdapat sistem komplemen yang terbagi kedalam tiga
kelompok, yaitu :
Pada bilangan decimal yaitu komplemen 9 (komplemen ganjil) dan komplemen
10 (komplemen genap).
Pada bilangan biner yaitu komplemen 1 (komplemen ganjil) dan komplemen 2
(komplemen genap).
Biner K1
0 1
1 0
Dalam K1 juga dikenal adanya SIGN BIT (Bit tanda bilangan), yaitu :
16
Rangkaian Logika
Contoh:
Komplemen 1 dari -100 adalah 1011 (1 merupakan sign bit negatif)
Komplemen 1 dari +110 adalah 0011, bilangan tidak berubah karena k1
tidak berlaku untuk bilangan positif.
17
Rangkaian Logika
-5 4
-6 3
-7 2
-8 1
-9 0
Contoh :
Komplemen 9 dari -421 adalah 578
Komplemen 9 dari +43 adalah 43, (tidak berubah, karena k9 tidak
berlaku untuk bilangan positif)
Komplemen 9 dari -1768,59 adalah 8231,4
Desimal K10
-0 10
-1 9
-2 8
-3 7
-4 6
-5 5
-6 4
-7 3
-8 2
-9 1
18
Rangkaian Logika
Contoh :
Komplemen 10 dari -421 adalah 579
Komplemen 10 dari -12,7 adalah 87,3
Komplemen 10 dari -0,3456 adalah 9,6544
LATIHAN SOAL
8. Jumlahkan bilangan desimal berikut dengan sistem K9, K10, K1, dan K2 !
42
-17 +
19
Rangkaian Logika
Kunci Jawaban dan Pembahasan
20
Rangkaian Logika
Maka : 2006 = 11111010110
101100100
101000111
Rangkaian Logika
Maka, 101000111 = 327
3456
22
Rangkaian Logika
Maka, 1001111111 (gray) = 1110101010 (biner)
8. Jumlahkan bilangan desimal berikut dengan sistem K9, K10, K1, dan K2 !
42
-17 +
Secara K9 : 42 42
-17 + 82 +
124
1 +
25
EAC (End Around Carry)
23
Rangkaian Logika
Secara K10 : 42 42
-17 + 83 +
1 25
Diabaikan
42 0101010
-17 + 1101110 +
10011000
1+
0011001 -------- 25
Rangkaian Logika
Sehingga pengerjaannya sebagai berikut :
42 0101010
-17 + 1101111 +
1 0011001
Diabaikan
BAB III
TEKNIK MINIMISASI
Teknik minimisasi dalam ilmu digital adalah suatu teknik yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu persamaan logika. Mengapa suatu persamaan logika perlu
disederhanakan?
Suatu persamaan logika perlu disederhanakan agar jika persamaan logika itu kita
buat menjadi sebuah rangkaian logika kita bisa ;
Mengurangi jumlah komponen yang digunakan
Mengurangi jumlah biaya yang diperlukan
25
Rangkaian Logika
Mempersingkat waktu untuk merangkai
Menghasilkan respon rangkaian lebih cepat karena delay rangkaian
berkurang
Memperkecil dimensi fisik rangkaian
Menganalisa rangkaian dengan mudah
Berikut adalah contoh rangkaian yang belum diminimisasi dan rangkaian yang
sudah diminimisasi.
Rangkaian Logika
Berikut beberapa metoda untuk menyederhanakan persamaan suatu logika
diantaranya ;
Aljabar Boolean
Diagram Venn
Karnaugh Map
Quinne -Mc.Cluskey
Dalam matematika dan ilmu komputer, Aljabar Boolean adalah struktur aljabar
yang "mencakup intisari" operasi logika DAN, ATAU dan TIDAK dan juga teori
himpunan untuk operasi union, interseksi dan komplemen.
Aljabar Boolean dapat digunakan untuk menganalisa suatu rangkaian logika dan
mengekspresikan operasinya secara matematik. Suatu rangkaian dapat direduksi menjadi
bentuk yang lebih sederhana dengan menggunakan teorema Boolean tertentu. Ekspresi
Boolean yang lebih sederhana ini dapat menggantikan ekspresi aslinya, karena nilainya
yang ekivalen. Contohnya : rangkaian dengan persamaan logika
27
Rangkaian Logika
dapat disederhanakan menjadi , dengan menggunakan
teorema-teorema Boolean. Di dalam teorema tersebut, variabel dapat bernilai 0 atau
1.Dibawah ini akan dijelaskan teorema-teorema tersebut, yaitu :
Teorema 1
Setiap variabel apabila di AND kan dengan 0, hasilnya harus sama dengan 0. Hal
itu sesuai dengan table kebenaran dari gerbang AND, yaitu apabila salah satu
input bernilai 0, maka output akan menjadi 0.
X0=0
Teorema 2
Setiap variabel apabila di AND kan dengan 1,maka hasilnya adalah variabel
tersebut.
X1=X
Teorema 3
Dapat dibuktikan dengan mencoba tiap-tiap kasus.Apabila x = 0, maka 00 = 0;
apabila x = 1, maka 11 = 1
XX=X
Teorema 4
Apabila suatu variabel di AND kan dengan inverse variabel tersebut, maka
hasilnya 0
X X = 0
Teorema 5
Apabila 0 di OR kan dengan variabel dengan nilai apapun, maka hasilnya adalah
variabel tersebut.
X+0=X
Teorema 6
28
Rangkaian Logika
Apabila suatu variabel di OR kan dengan 1, maka hasilnya akan selalu 1. Kita
dapat mengingat bahwa output gerbang OR akan sama dengan 1 apabila salah
satu input bernilai 1, tanpa memandeng harga input yang lain.
X+1=1
Teorema 7
Dapat dibuktikan dengan memeriksa untuk kedua harga x. 0 + 0 = 0 dan 1 + 1 =
1.
X+X=X
Teorema 8
Apabila suatu variabel di OR kan dengan inverse variabel tersebut, maka nilainya
1
X + X = 1
Variabel X pada teorema 1 sampai dengan 8 dapat menyatakan suatu
ekspresi yang mengandung lebih dari satu variable.
Teorema Multivariabel
Teorema 9 : X + Y = Y + X
Teorema 10 : X Y = Y X
Teorema 9 dan 10 disebut hukum-hukum komutatif. Hukum ini menunjukkan
bahwa urutan dalam menjumlah atau mengalikan dua variable tidak penting,
karena hasilnya akan sama.
Teorema 11 : X + (Y + Z) = (X + Y) + Z = X + Y + Z
Teorema 12 : X (YZ) = (XY) Z = XYZ
Teorema 11 dan 12 disebut hukum-hukum asosiatif, yang menyatakan bahwa
kita dapat mengelompokkan term-term dari suatu penjumlahan atau suatu
perkalian secara bebas, karena hasilnya akan sama.
Teorema 13 : X(Y + Z) = XY + XZ
29
Rangkaian Logika
Teorema 14 : (W + X)(Y + Z) = WY + XY + WZ + XZ
Teorema 13 dan 14 disebut hukum distributif, yang menyatakan bahwa suatu
ekspresi dapat dijabarkan dengan mengalikan term demi term persis sama seperti
dalam aljabar biasa.
Jawaban
Jawaban
30
Rangkaian Logika
3.2. Diagram Venn
Salah satu cara untuk memudahkan untuk melukiskan hubungan antara variabel
dalam aljabar boolean adalah dengan menggunakan diagram venn. Diagram ini terdiri
dari sebuah segi empat yang didalamnya dilukis lingkaran-lingkaran yang mewakili
variabelnya, satu lingkaran untuk setiap variabelnya. Masing-masing lingkaran itu diberi
nama menurut variabel yang diwakilinya. Ditentukan bahwa semua titik diluar lingkaran
itu tidak dimiliki oleh variabel tersebut. Misalnya lingkaran dengan nama A, jika dalam
lingkaran itu dikatakan bernilai 1, maka diluar a dikatakan bernilai 0. untuk dua lingkaran
yang bertumpang tindih, terdapat empat daerah dalam segiempat tersebut.Diagram venn
hanya cocok apabila jumlah variabelnya tidak lebih dari 3, karena bila lebih dari 3
variabel akan sulit menghitungnya.
Contoh Soal
31
Rangkaian Logika
1. Sederhanakan dengan diagram venn:
Jawaban
Dalam lingkaran itu tampak tiga lingkaran yang bertumpang tindih, satu untuk
masing-masing variable A, B dan C. dengan demikian dimungkinkan untuk membedakan
delapan daerah yang terpisah dalam diagram venn dengan variable itu. Dalam hal ini
hukum distributif dibuktikan dengan menunjukan bahwa daerah yang memotong
32
Rangkaian Logika
lingkaran A dengan daerah yang meliputi B atau C adalah daerah yang sama yang
dimiliki oleh AB atau A.
Contoh Soal :
1. Sederhanakan soal berikut dengan diagram venn:
Jawaban
33
Rangkaian Logika
3.3. Metode Karnaugh Map
Selain menggunakan teorema aljabar Boolean, agar suatu persamaan logika
dengan cepat dapat diketahui sudah dalam bentuk minimum atau masih perlu
diminimumkan dapat digunakan metode Karnaugh Map. Keuntungan yang diperoleh dari
penyederhanaan persamaan logika dengan menggunakan K-map ditinjau dari persamaan
akhir yang dihasilkan selalu merupakan persamaan yang tersederhana.
Aturan penyederhanaan persamaan logika dengan K-map ;
a. Untuk persamaan logika yang terdiri dari n variable diperlukan K-map dengan 2n
kotak. Penomoran kotak berurutan berdasarkan kode gray.
34
Rangkaian Logika
b. Memasukan data dari truth table ke dalam K-map
35
Rangkaian Logika
c. Penyederhanaan dilakukan dengan menggabungkan kotak-kotak yang bersebelahan
dengan anggota sebanyak 2m kotak dan formasi kotak membentuk segi empat ( 0 m
n ).
d. Setiap kelompok dalam K-map akan membentuk satu suku dalam persamaan hasil
penyederhanaan, dan jumlah variabel yang terkandung dalam suatu suku tergantung
kepada jumlah kotak/daerah dalam suatu kelompok
e. Dalam K-map dengan n variabel, suatu kelompok yang memiliki 2 m kotak merupakan
suatu suku dengan (n-m) variabel.
f. Jumlah kelompok (group) dalam suatu K-map harus dibuat seminimal mungkin.
g. Jumlah anggota (kotak) dalam suatu kelompok harus dibuat semaksimal mungkin
36
Rangkaian Logika
h. Proses pengelompokan dilakukan sampai seluruh kotak yang berlogik 1 tergabung
dalam pengelompokan.
U T R S RS
U T (R S )
Contoh Soal :
1. Sederhanakan persamaan di bawah ini dengan menggunakan K-Map
37
Rangkaian Logika
Jawaban
38
Rangkaian Logika
b. Tentukan jumlah logik 1 dalam suatu angka biner sebagai indeks dari angka.
Kumpulkan semua angka biner yang berindeks sama menjadi satu kelompok pada
tabel 1
0 = 0000 jumlah logik 1 = 0
3 = 0011 jumlah logic 1 = 2
7 = 0111 jumlah logic 1 = 3
8 = 1000 jumlah logic 1 = 1
9 = 1001 jumlah logic 1 = 2
13 = 1011 jumlah logic 1 = 3
c. Bandingkan antara tiap unsur mulai dari indeks terkecil dengan tiap unsur dari indeks
sesudahnya. Nilai unsur dari indeks pertama harus lebih kecil dari nilai unsur indeks
sesudahnya. Apabila terdapat selisih 2 n maka boleh digabung. Langkah ini akan
menghasilkan kelompok baru.
d. Lakukan kembali langkah c sampai tidak ada lagi selisih 2n.
e. Tiap kelompok diberi nama.
f. Untuk penyelesaian, kita ambil satu nama yang mewakili tiap angka (a, b, c atau d).
Pengambilan nama harus seminimal mungkin.
Sehingga akan didapat
F=a+c+d
= 0000 + 0011 + 1001
= 1000 + 0111 + 1011
= -000 + 0-11 + 10-1
= BC D + ACD + ABD
39
Rangkaian Logika
Sebagai contoh sederhanakan persamaan logika pada tabel kebenaran dibawah ini.
40
Rangkaian Logika
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan beberapa metode yang telah
dijelaskan diatas.
o Dengan aljabar Boolean
o Dengan K-map
F AC
41
Rangkaian Logika
Dari gambar disamping kita bisa lihat
lingkaran A terisi oleh arsiran
sedangkan lingkaran C tidak terisi oleh
arsiran hanya sebagian yang terisi dan
itupun sudah terwakili oleh lingkaran
A. jadi F A C
42
Rangkaian Logika
F = a + b (0,2,4,6) + ( 4,5,6,7)
F AC
F AC
Contoh Soal :
1. Sederhanakan persamaan dibawah ini dengan Quine-Mc Cluskey
Jawaban
43
Rangkaian Logika
Desimal Biner Jumlah logic 1
0 0000 0
2 0010 1
5 0101 2
7 0111 3
6 0110 2
10 1010 2
14 1110 3
13 1101 3
15 1111 4
8 1000 1
9 1001 2
44
Rangkaian Logika
0 0000 13,15 (2)
2 0010
8 1000
5 0101
6 0110
10 1010
9 1001
7 0111
14 1110
13 1101
15 1111
Tabel 4
Prime Implicant 0 2 5 7 6 10 14 13 15 8 9
8,9 =a
9,13 =b
0,2,10,8 =c
6,2,14,10 = d
5,7,13,15 = e
6,7,14,15 = f
Covering PI c c or e e or d or c or d or b or e or a or a or
d f f d f e f c b
45
Rangkaian Logika
c = 0,2,10,8 b = 9,13
0 = 0000 9 = 1001
2 = 0010 13 = 1101
10 = 1010
8 = 1000
d = 6,2,14,10 e = 5,7,13,15
6 = 0110 5 = 0101
2 = 0010 7 = 0111 BD
14 = 1110 13 = 1101
10 = 1010 15 = 1111
Jadi, persamaannya :
LATIHAN SOAL
46
Rangkaian Logika
1. Sederhanakan persamaan dibawah dengan teorema Aljabar Boolean
Jawab :
Rangkaian Logika
Jawab :
Jawab :
Jawab :
48
Rangkaian Logika
Jawab :
Jawab :
49
Rangkaian Logika
BAB IV
Teknik Implementasi
Implementasi merupakan suatu teknik untuk merealisasikan suatu persamaan
logika ke dalam bentuk rangkaian logika. Teknik implementasi sangat penting
peranannya dalam perencanaan sistem-sistem digital.
Salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam teknik implementasi ini adalah
meralisasikan suatu persamaan logika dengan menggunakan jenis-jenis komponen yang
banyak terdapat di pasaran serta dengan memperhatikan segi ekonomis dan kecepatan
respon rangkaian.
Gerbang-gerbang Nand dan Nor mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
gerbang logika lainnya karena dengan menggunakan gerbang logika Nand dan Nor dapat
diperoleh fungsi-fungsi And, Or, Ex-Or, Ex-Nor maupun Not gate.
Penulisan persamaan logika bias dilakukan dengan 2 metoda yaitu metoda SOP
(Sum Of Product) yang mengacu pada logic 1 pada output dan metoda POS (Product Of
Sum) yang mengacu pada logic 0 pada output.
50
Rangkaian Logika
4.1 Representasi Numerik dari persamaan SOP
Penulisan persamaan logika dalam bentuk SOP untuk persamaan yang memilki
jumlah suku dan variable yang banyak biasanya relative panjang. Caranya adalah dengan
melakukan representasi numerik.
Contoh:
Input Output
A B C F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
51
Rangkaian Logika
4.2 Representasi Numerik dari persamaan POS
Penulisan persamaan logika output dalam bentuk product of sum juga dapat
disederhanakan menggunakan cara representasi numeric. Caranya dengan mencari
ekuivalen biner dari masing-masing sukunyakemudian merubah nilai biner dari masing-
masing sukunya, kemudian merubah nilai biner tersebut ke dalam bilangan decimal.
Contoh:
Input Output
A B C F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
52
Rangkaian Logika
membedakan suatu maxterm dari maxterm yang lain, masing-masing maxterm diberikan
symbol tersendiri, yaitu dengan menggunakan huruf besar M dengan subskrip sesuai
dengan nilai desimalnya. Misalnya maxterm (A+B+C) diberi symbol M 0; maxterm
(A+B+C) diberi symbol M1, dll.
Pada contoh diatas, persamaan SOP terdiri dari 3 variabel input yaitu A,B,C,
dengan demikian akan terdapat 23 = 8 kombinasi input (dalam angka decimal :
0,1,2,3,4,5,6,7). Dengan kata lain terdapat sebanyak 8 minterm. Dalam persamaan SOP di
atas hanya terdiri dari 4 buah minterm (m1 ; m2 ; m5 dan m7). Perhatikan bahwa nagka-
angka subskrip yang digunakan adalah 1; 2; 5 dan 7, sisanya yaitu angka-angka 0;3;4 dan
6 akan menjadi subskrip untuk maxterm persamaan dalam bentuk POS.
53
Rangkaian Logika
Jadi,
f(A,B,C) = (1,2,5,7) = (0,3,4,6)
atau,
f(A,B,C) = m1 + m2 + m5 + m7 = M0.M3.M4.M6
A AB
B
F = AB + AC + BC
AC
C
BC
Rangkaian diatas dapat diganti hanya dengan menggunaan gerbang NAND sbb:
F = AB + AC + BC
C
54
Rangkaian Logika
4.5 Implementasi persamaan POS dengan gerbang Nor
Setiap persamaan logika output yang berada dalam bentuk POS dapat langsung
diimplementasikan dengan menggunakan gerbang-gerbang NOR.
Sebagai contoh, dibawah ini deberikan suatu persamaan logika dalam bentuk POS:
F = (A+B).(A+C)
Persamaan diatas dapat diimplementasikan dengan menggunakan beberapa jenis gate
sbb:
A A+B
B
F = (A+B).(A+C)
C A+C
A
B
F = (A+B).(A+C)
55
Rangkaian Logika
BAB V
MULTIPLEKSER DAN
DEMULTIPLEKSER
5.1. Multiplekser
Multiplexer (MUX) atau selector data adalah suatu rangkaian logika yang
menerima beberapa input data, dan untuk suatu saat tertentu hanya mengizinkan satu data
input masuk ke output, yang diatur oleh input selektor. Oleh karena itu, MUX memiliki
fungsi sebagai pengontrol digital. MUX memiliki kanal input lebih besar dari 1 (minimal
2), dan hanya memiliki 1 kanal output. .Jumlah selektor adalah 2, dilihat dari banyaknya
kanal input (n).Diagram multiplekser secara umum ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.
I0
Multiplekser
I1
Input
Data Output
Z
IN-1
Selektor input 56
Rangkaian Logika
Multiplekser bekerja seperti sebuah switch multi posisi yang dikontrol secara digital,
dimana kode digital yang diberikan ke selector input mengontrol input-input mana yang
akan dipswitch ke output. Proses ini disebut multiplexing.
MUX
2 kanal 1 Y
bit
B
Tabel kebenaran
Selektor (S) Output (Y)
0 Y=A
1 Y =B
Persamaan Output :
57
Rangkaian Logika
Rangkaiannya :
MUX
B 4 kanal 1 Y
bit
C
D
So S1
58
Rangkaian Logika
Tabel Kebenaran
Selektor Output
So S Y
0 0 Y=A
0 1 Y=B
1 0 Y=C
1 1 Y=D
Persamaan Output :
Rangkaiannya :
59
Rangkaian Logika
5.1.3. MUX 4 kanal 2 bit
Input dan output pada MUX jenis ini merupakan grup data 2 bit.2 bit
output akan match dengan 2 bit input ke satu dan kedua, tergantung kepada
selector input (S). Gambar MUX diperlihatkan seperti gambar dibawah ini:
A1
A A0 MUX
2 kanal 2 bit
B1
B B0
Z1
Z0 Z
C1
C C0
D1
D D0
60
Rangkaian Logika
Tabel Kebenaran
61
Rangkaian Logika
5.2. DEMULTIPLEKSER
Demultiplekser (De-Mux) atau disebut juga distributor data. De-Mux memiliki
satu kanal input yang didistribusikan ke beberapa kanal output. Selektor input
menentukan ke output mana input data akan didistribusikan. Jumlah selector adalah 2,
dilihat dari banyaknya kanal output. Diagram umum dari demultiplekser ditunjukkan oleh
gambar dibawah ini
Y0
Demultiplekser Y1
YN-1
Selektor Input
62
Rangkaian Logika
5.2.1.De-Mux 2 kanal 1 bit
De-Mux jenis ini memiliki satu buah kanal input satu bit dan dua buah
kanal input satu bit.
Y0
De-Mux 2
kanal 1 bit
A
Y1
S
Persamaan Output :
Y0 = SA
Y1 = SA
Rangkaiannya :
63
Rangkaian Logika
5.2.2. De-Mux 4 kanal 1 bit
De-Mux jenis ini memiliki satu buah kanal input satu bit yang dapat
didistribusikan ke empat kanal output 1 bit.
Y0
De-Mux Y1
A 4 kanal 1 bit
Y2
Y3
S1 S0
Persamaan Output :
Y0 = S1S0A
Y1 = SIS0 A
Y2 = S1 S0A
Y3 = S1 S0 A
64
Rangkaian Logika
Rangkaiannya :
65
Rangkaian Logika
Contoh soal :
Realisasikan persamaan logika dibawah ini dengan: MUX 2 kanal 1 bit dan
MUX 4 kanal 1 bit.
Jawaban
Input Output
C B A X
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
66
Rangkaian Logika
Misal kita ambil input C sebagai selector, maka:
Rangkaiannya :
67
Rangkaian Logika
b. MUX 4 kanal 1 bit
Tabel Kebenarannya sama dengan MUX 2 kanal 1 bit
Rangkaiannya :
68
Rangkaian Logika
LATIHAN SOAL
2. Rancang rangkaian MUX 8 kanal 1 bit. Tulis persamaan logika, buat table
kebenaran, dan gambar rangkaian dalamnya
b. F(R,S,T,U) = M (0-2,3-6,8,13-15)
69
Rangkaian Logika
BAB VI
DECODER DAN
ENCODER
6.1 Decoder
Decoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk
mengkonversikan kode yang kurang dikenal manusia kedalam kode yang lebih dikenal
manusia.
Contoh :
Rangkaian Logika
masing keluarannya sama dengan 1 hanya bila variabel masukannya membentuk suatu
kondisi bit yang sesuai dengan angka desimal yang diwakili oleh sandi BCD itu. Tabel
D2 menunjukkan hubungan masukan dan keluaran dekoder tersebut. Hanya sepuluh
kombinasi masukan pertama yang berlaku untuk penentuan sandi itu, enam berikutnya
tidak digunakan dan menurut definisi, merupakan keadaan tak acuh. Jelas keadaan tak
acuh itu pada perencanaannya digunakan untuk menyederhanakan fungsi keluarannya,
jika tidak setiap gerbang akan memerlukan empat masukan. Untuk kelengkapan analisis
tabel A memberikan semua keluaran termasuk enam kombinasi yang tidak terpakai
dalam sandi BCD itu; tetapi jelas keenam kombinasi tersebut tidak mempunyai arti apa-
apa dalam rangkaian itu.
Dekoder dan enkoder itu banyak sekali dipakai dalam sistem digital. Dekoder
tersebut berguna untuk memperagakan unsur informasi diskret yang tersimpan dalam
register. Misalnya suatu angka desimal yang disandikan dalam BCD dan tersimpan dalam
register empat sel dapat diperagakan dengan pertolongan rangkaian dekoder BCD ke
desimal dimana keluaran keempat sel biner tersebut diubah sehingga menyalakan 10
lampu penunjuk. Lampu penunjuk itu dapat berupa angka peraga (display digit), sehingga
suatu angka desimal akan menyala bila keluaran dekoder yang sesuai adalah logika 1.
Rangkaian dekoder juga berguna untuk menentukan isi register dalam proses
pengambilan keputusan. Pemakaiannya yang lain adalah untuk membangkitkan sinyal
waktu dan sinyal urutan untuk keperluan pengaturan
71
Rangkaian Logika
Tabel A
Tabel kebenaran decoder BCD ke desimal
Masukan Keluaran
w x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
72
Rangkaian Logika
D0 =wxyz
D1 =wxyz
D2 =XYZ
W
D3 =XYZ
D4 =XYZ
X
D5 =XYZ
D6 =XYZ
Y
D7 =XYZ
D8 =WZ
D9 =WZ
Z
Gb.A
Dekoder BCD ke decimal
Decoder BCD ini ada 2 macam yaitu yang outputnya aktif level tinggi dan yang
outputnya aktif rendah sehingga membutuhkan 7 segmen yang berbeda. Untuk aktif level
tinggi menggunakan 7 segmen kommon katoda, sedangkan untuk aktif level rendah
menggunakan 7 segmen kommon anoda.
73
Rangkaian Logika
Contoh
rangkaian
Decoder
BCD to 7
segmen
kommon
anoda
74
Rangkaian Logika
Tabel Kebenaran Decoder common katoda
75
Rangkaian Logika
6.1.2 Decoder Biner ke Octal
Pada decoder dari biner ke oktal ini terdapat tiga input yaitu A, B dan C yang
mewakili suatu bilangan biner tiga bit dan delapan output yang yaitu D0 sampai dengan
D7 yang mewakili angka oktal dari 0 sampai dengan
Dalam hal ini unsur informasinya adalah delapan angka oktal. Sandi untuk
informasi diskrit ini terdiri dari bilangan biner yang diwakili oleh tiga bit. Kerja dekorder
ini dapat lebih jelas tampak dari hubungan input dan output yang ditunjukan pada tabel
kebenaran dibawah ini. Tampak bahwa variabel outputnya itu hanya dapat mempunyai
sebuah logika 1 untuk setiap kombinasi inputnya. Saluran output yang nilainya sama
dengan 1 mewakili angka oktal yang setara dengan bilangan biner pada saluran inputnya
76
Rangkaian Logika
.
a
/
f b
g
/
e c
Gb.B
Cara mengidentifikasi segmen-segmen dalam penampil 7-segmen
Segmen-segmen ditandai dengan huruf-huruf a, b, c, d, e, f dan g. setiap segmen
dapat diisi sebuah filamen yang akan berpijar apabila diaktifkan. Jenis penampil
semacam ini disebut penampil pijar (incandescent display). Cara memijarkan tidak beda
dengan lampu-lampu pijar biasa.
77
Rangkaian Logika
Jenis penampil lain adalah yang segmen-segmennya mengandung tabung gas (gas
discharge tube), yang beroperasi dengan tegangan tinggi. Penampil ini berpendar dengan
warna jingga. Ada pula penampil pendaran (fluorescent tube) yang mengeluarkan cahaya
kehijauan, dan beroperasi dengan tegangan rendah.
Penampil yang banyak dipakai adalah yang menerapkan LED (Light Emitting
Diode). Untuk menyalakan LED diterapkanlah sirkit seperti pada Gb.C. R=150
berfungsi untuk membatasi arus agar bertahan pada 20mA. Tanpa R, LED akan terbakar.
Pada LED akan terdapat tegangan kira-kira 1,7V.
R
5V 150
Gb.C. Sirkit untuk menyalakan LED
1,7V
I=20
mA
150 a
a
/
f
f g b
Katoda
Anoda
g
/
d
e c
c
d
5V
Gb.D
Asas menyalakan LED.
LED yang dibumikan (lewat R=150 ) akan menyala
78
Rangkaian Logika
Setiap segmen didalam penampil pada Gb.B berisi satu LED. Adapun asasnya
hubungan LED ditunjukkan dalam Gb.D, yaitu anoda-anoda disatukan dan diberi
potensial +Vcc (5V). katodalah yang diberi logik 0 atau 1 dari dekoder lewat R=150.
Apabila saklar ditutup, maka katoda yang bersangkutan memperoleh logik 0 dan LED
itupun menyala, sebab sirkit baterai tertutup. Pada Gb.E ditunjukkan angka-angka yang
akan dapat ditampilkan oleh tujuh segmen.
Gb.E
Angka-angka yang akan dapat ditampilkan oleh 7-segmen
79
Rangkaian Logika
6.2 Encoder
Encoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk mengkonversikan
kode yang lebih dikenal oleh manusia ke dalam kode yang kurang dikenal manusia.
Contoh :
Diandaikan hanya ada satu saluran input dengan logik 1 untuk setiap kalinya,
seelain dari itu input tersebut tidak mempunyai arti. Tampak bahwa rangkaian itu
80
Rangkaian Logika
mempunyai delapan input yang dapat memberikan 28 kemungkinan kombinasi, tetapi
hanya delapan kombinasi yang mempunyai arti.
81
Rangkaian Logika
LATIHAN SOAL
1. Rancang rangkaian untuk mengubah kode biner 2 bit menjadi desimal, jika
diinginkan output active low !
2. Rancang rangkaian untuk mengubah kode BCD menjadi desimal, jika
diinginkan output active high !
3. Rancang rangkaian untuk mengubah desimal menjadi 7 segment, jika
diinginkan output active low !
4. Rancang rangkaian untuk mengubah kode biner 2 bit menjadi oktal, jika
diinginkan output active high !
5. Rancang rangkaian untuk mengubah kode desimal menjadi BCD, jika
diinginkan output active high !
82
Rangkaian Logika
Pembahasan Soal
1. Rancang rangkaian untuk mengubah kode biner 2 bit menjadi desimal, jika
diinginkan output active low !
Input Output
B A Y3 Y2 Y1 Y0
0 0 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1
1 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1
83
Rangkaian Logika
Y3 = BA + BA + BA = B + A
Rancangan decoder :
84
Rangkaian Logika
BAB VII
RANGKAIAN
PENJUMLAH (ADDER)
7.1. Half Adder (setengah-penambah)
Operasi dari suatu rangkaian setengah-penambah adalah menambahkan dua bit.
Rangkaian setengah-penambah mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Dua masukan
tersebut adalah dua angka 1 bit A dan B, sedangkan dua keluaran adalah jumlah S dari
A dan B serta bit muatan (carry bit) yang dinyatakan dengan C. Jumlah S dari A dan B
dapat bernilai 0 atau 1, seperti diperlihatkan pada gambar 3(a). Tabel penambahan pada
gambar 3(a) dapat kita anggap sebagai tabel kebenaran. Angka yang ditambahkan ada
pada posisi masukan tabel. Pada gambar 3(a), masukan ini merupakan kolom masukan A
dan B. Tabel kebenaran membutuhkan dua kolom keluaran, satu kolom untuk jumlah dan
satu kolom untuk pindahan.
MASUKAN KELUARAN
B A Co
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
Penambahan digit biner Jumlah Disimpan
XOR AND
85
Rangkaian Logika
(a)
(Jumlah)
Co(Disimpan)
(b)
Gambar 3 Penambahan setengah. (a) Tabel kebenaran. (b) simbol blok.
Kolom jumlah diberi label dengan simbol . Kolom pindahan diberi label dengan
Co. Co singkatan untuk keluaran pindahan atau carry out. Simbol blok yang cocok untuk
penambahan yang memberikan fungsi tabel kebenaran tersebut diperlihatkan pada
gambar 3(b). Rangkaian ini disebut rangkaian penambah setengah. Rangkaian-
penambah-setengah mempunyai masukan (A,B) dan dua keluaran (,Co).
Lihat dengan teliti tabel kebenaran penambah-setengah pada gambar 3(a).
Bagaimana bentuk boolean yang diperlukan untuk keluaran Co ? Bentuk boolean itu ialah
A B Co kita membutuhkan dua gerbang AND dua masukan untuk membuat keluaran
Co.
Sekarang bagaimana bentuk boolean untuk jumlah keluaran () dari setengah
penambahan pada gambar 3(a)? Bentuk boolean tersebut ialah A B A B . Kita
dapat menggunakan dua gerbang AND dan satu gerbang OR untuk melakukan pekerjaan
ini. Bila dilihat lebih dekat, anda akan mendapatkan bahwa pola ini juga merupakan
gerbang XOR. Kemudian bentuk boolean yang disederhanakan menjadi
A B . Dengan kata lain kita hanya memerlukan satu gerbang XOR 1-masukan untuk
menghasilkan keluaran jumlah tersebut.
86
Rangkaian Logika
(Jumlah)
Co(keluaran pindahan)
Gambar 4 Diagram logika untuk penambah setengah
Dengan menggunakan gerbang AND dua masukan, suatu diagram simbol logika
untuk penambahan setengah kita nyatakan pada gambar 4. Rangkaian penambah setengah
hanya dapat ditempatkan untuk posisi LSB saja pada persoalan penambah biner karena
inputnya hanya dua buah. Untuk bagian 2-an, 4-an, 8-an, 16-an dan sebagainya, dalam
penambahan biner, harus kita gunakan rangkaian yang disebut penambah lengkap.
87
Rangkaian Logika
Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder
MASUKAN KELUARAN
C B A Co
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
Pindahan + B +A Jumlah Carry Out
(a)
Cin
(b)
88
Rangkaian Logika
Cin A
Penambah
A A B Setengah Co
Penambah Co
B B Setengah Co
(c)
Salah satu metode yang paling mudah untuk membentuk logika gabungan
penambahan lengkap digambarkan pada gambar 5(c). Digunakan rangkaian setengah-
penambah dan gerbang OR. Bentuk rangkaian ini adalah A B C . Ekspresi untuk
keluaran pindahan adalah A B Cin ( A B) Co . Rangkaian logika pada gambar 6(a)
merupakan suatu penambah lengkap, rangkaian ini berdasarkan diagram blok yang
menggunakan dua buah setengah-penambah seperti gambar 5(c). Dibawah diagram
logika ini, terdapat rangkaian logika yang lebih mudah dirangkai. Gambar 5(b) berisi dua
gerbang XOR dan tiga gerbang NAND, yang memungkinkan rangkaian sangat mudah
dirangkai.
Penambah setengah dan penambah lengkap kita gunakan bersama-sama. Untuk
persoalan pada gambar 2(a), kita membutuhkan penambah setengah dan penambah
lengkap yang merupakan rangkaian sederhana. Dengan demikian, banyak diantara
rangkaian ini dibutuhkan untuk menambah persoalan yang lebih panjang.
Rangkaian penambah setengah dan penambah lengkap banyak digunakan sebagai
bagian unit logika aritmatik (ALU, arithmatic logic unit) dari suatu mikroprosesor. ALU
dari mikroprosesor dapat juga mengurangi penggunaan rangkaian penambah setengah
89
Rangkaian Logika
dan penambah lengkap yang sama. Pada akhir bab ini, kita akan menggunakan penambah
untuk membentuk pengurangan biner.
Cin A
B
A
B Co
Co
Co
90
Rangkaian Logika
Tabel 8.1 Penjumlah biner parallel
MASUKAN KELUARAN
C B A Co
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
Pindahan + B +A Jumlah Carry Out
Dalam tabel 8.1 itu, bit dijumlahkan oleh penjumlah penuh, dengan dimulai dari
kedudukan berarti terendah (subskrip 1), untuk membentuk bit jumlah dan bit bawaan.
Masukan dan keluaran rangkaian penjumlahan penuh pada gambar 6.7 juga ditunjukkan
dalam tabel 8.1. Bawaanmasukan C1 pada kedudukan berarti terendah harus 0. Nilai
Ci+1 dalam suatu kedudukan berarti tertentu adalah bawaan keluaran penjumlahan penuh
itu. Nilai tersebut dipindahkan ke bawaan masukan penjumlahan penuh yang menjumlah
bit itu satu kedudukan berarti lebih tinggi ke kiri. Bit jumlah itu dibangkitkan berawal
dari kedudukan terkanan dan tersedia segera setelah bit bawaan sebelumnya didapatkan.
Jumlah dua bilangan biner n-bit, A dan B, dapat diperoleh dalam dua cara: secara
seri atau parallel. Cara seri hanya menggunakan satu rangkaian penjumlahan penuh dan
suatu peralatan penyimpan untuk menahan bawaan keluaran yang dihasilkan. Pasangan
bit dalam A dan B dipindahkan secara seri, satu demi satu, melalui penjumlahan penuh
tunggal untuk menghasilkan sederetan bit keluaran sebagai jumlahnya. Bawaan keluaran
yang tersimpan dari suatu pasangan bit itu digunakan sebagai bawaan masukan untuk
91
Rangkaian Logika
pasangan bit berikutnya. Cara seri ini akan ditinjau lebih lanjut dalam Bab Sembilan.
Cara parallel menggunakan n rangkaian penjumlahn penuh, dan semua bit pada A dan B
dikenakan secara serentak. Bawaan keluaran dari suatu penjumlah penuh dihubungkan ke
bawaan masukan penjumlah penuh satu kedudukan di kirinya. Segera setelah bawaan itu
dihasilkan, bit jumlah yang benar muncul dari keluaran jumlah semua penjumlah penuh
itu.
Suatu penjumlah paralel biner adalah suatu fungsi digital yang menghasilkan
jumlah aritmatika dua bilangan biner secara paralel. Fungsi itu terdiri dari sejumlah
penjumlahan penuh yang dihubungkan secara bertigkat, dengan bawaan keluaran dari
suatu penjumlah penuh yang dihubungkan ke bawaan masukan penjumlahan penuh
berikutnya.
B4 A4 B3 A3 B2 A2 B1 A1
C5 C4 C3 C2 C1
FA FA FA FA
S4 S3 S2 S1
92
Rangkaian Logika
kutub untuk it jumlah, dan dua kutub untuk bawaan masukan dan keluaran. Contoh
penjumlahan penuh 4 bit semacam itu adalah TTL jenis IC 74283.
Suatu penjumlahan biner n-bit memerlukan n penjumlah penuh. Rangkaian itu
dapat dibuat dari IC penjumlah penuh 4 bit, 2 bit, dan 1 bit dengan menghubungkan
beberapa kemasan secara bertingkat. Bawaan keluaran dari suatu kemasan harus
dihubungkan ke bawaan masukan yang lain dengan bit tingkat tinggi berikutnya.
Penjumlahan penuh 4 bit adalah suatu contoh khas fungsi MSI. Penjumlahan itu
dapat digunakan dalam berbagai pemakaian yang meliputi operasi aritmatika. Dapat
dibuktikan bahwa bila rancangan rangkaian itu dilakukan dengan cara klasik memerlukan
satu tabel kebenaran dengan 29=512 baris, karena terdapat sembilan masukan ke
rangkaian tersebut. Dengan cara iterasi pemakaian fungsi yang diketahui secara
bertingkat-tingkat, dapat diperoleh suatu implementasi sederhana dan teratur rapi.
Contoh lain penggunaan MSI penjumlah biner 4 bit itu untuk fungsi logika acak
diberikan dalam contoh 8.1.
Contoh 8.1
Rancangkan suatu pengubah sandi BCD ke XS-3.
Jawab:
Tidak dipakai
A1 C3
A2
Keluaran XS-3
A3 S1
A4 S2
1 B1 S3
B2 S4
B3
0 B4 C1
93
Rangkaian Logika
Rangkaian itu telah dirancang dalam pasal 6.4 dengan cara klasik. Rangkaian
yang diperoleh dari rancangan itu ditunjukkan dalam gambar 6.10 dan memerlukan 11
gerbang. Bila diimplementasikan dengan gerbang SSI, akan memerlukan 3 kemasan IC
dan 15 hubungan kawat dalam (tidak meliputi hubungan masukan dan keluaran).
Pengamatan pada tabel kebenaran menunjukkan bahwa sandi setara XS-3 dapat diperoleh
dari sandi BCD dengan menambahkan biner 0011. Penambahan tersebut dapat dengan
mudah diimplementasikan dengan pertolongan suatu rangkaian MSI penjumlah penuh 4
bit, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 8.3. Angka BCD diberikan ke masukan A.
Masukan B dibuat tetap sama dengan 0011. Hal itu dilakukan dengan menggunakan
logika-1 ke B1 dan B2 dan logika 0 ke B3,B4, dan C1. Logika 1 dan logika 0 itu adalah
sinyal fisik yang nilainya tergantung pada keluarga logika IC yang dipakai. Untuk
rangkaian TTL, logika 1 setara 3,5 volt, dan logika 0 setara dengan tanah. Keluaran S
pada rangkaian itu memberikan sandi XS-3 yang setara dengan angka BCD masukannya.
Implementasi tersebut memerlukan satu kemasan IC dan lima hubungan kawat,
tidak termasuk kawat masukan dan keluarannya.
94
Rangkaian Logika
Rancangan suatu rangkaian kombinasi sembilan masukan, lima keluaran menurut
metoda klasik akan memerlukan suatu tabel kebenaran dengan 2 9=512 isian. Banyak di
antara kombinasi masukan itu adalah keadaan tak acuh, karena masing-masing masukan
andi biner mempunyai enam kombinasi yang tidak terpakai. Fungsi Boole yang
disederhanakan untuk rangkaian itu dapat diperoleh dengan suatu cara tabel yang
dihasilkan oleh komputer, dan hasilnya mungkin akan merupakan suatu hubungan antar
gerbang dengan pola yang tidak teratur. Suatu prosedur lainnya adalah menjumlah
bilangan itu dengan rangkaian penjumlah penuh, dengan memperhitungkan kenyataan
bahwa enam kombinasi dalam masing-masing maukan 4 bit itu tidak terpakai.
Keluarannya harus disesuaikan sedemikian hingga hanya kombinasi biner yang
merupakan kombinasi untuk sandi decimal itu saja yang dihasilkan.
Dalam bagian ini akan ditinjau suatu penjumlahan aritmatika dua angka decimal
dalam BCD, bersama-sama dengan suatu bawaan yang mungkin dari suatu tingkat
sebelumnya. Karena masing-masing angka masukan itu tidak melebihi 9, jumlah
keluarannya tidak dapat lebih dari 9 + 9 +1 = 19, 1 dalam jumlah itu adalah bawaan
masukan. Penjumlah itu membentuk jumlah dalam bentuk biner dan menghasilkan suatu
hasil yang dapat berkisar dari 0 sampai dengan 19. Bilangan biner tersebut diberikan
dalam tabel 8.2 dan diberi tanda dengan lambang K, Z8, Z4, Z2, dan Z1. K adalah
bawaan, dan subskrip di bawah huruf Z mewakili bobot 8, 4, 2, dan 1 yang dapat
diberikan ke empat bit dalam sandi BCD. Kolom pertama dalam tabel itu memberikan
jumlah biner sebagaimana yang muncul pada keluaran suatu penjumlah biner 4 bit.
Jumlah keluaran dua angka desimal harus diwakili dalam BCD dan harus muncul dalam
bentuk yang diberikan dalam kolom kedua pada tebel itu. Masalahnya adalah mencari
suatu aturan sederhana sehingga bilangan biner dalam kolom pertama dapat diubah
menjadi perwakilan bilangan itu dalam angka BCD yang benar pada kolom kedua.
95
Rangkaian Logika
Tabel 8.2 Penurunan penjumlah BCD
Jumlah Biner Jumlah BCD Desimal
K Z8 Z4 Z2 Z1 C S8 S4 S2 S1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2
0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 3
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 4
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5
0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6
0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8
0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 9
0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 10
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 11
0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 12
0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 13
0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 14
0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15
1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 16
1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 17
1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 18
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 19
Dalam memeriksa isitabel itu, tampak bahwa bila jumlah biner itu sama dengan
atau kurang dari 1001, bilangan BCD yang bersesuaian identik, dan oleh karenanya tidak
diperlukan perubahan. Bila jumlah biner itu lebih besar dari 1001, didapatkan suatu
perwakilan BCD yang tidak sah. Penambahan biner 6 (0110) ke jumlah biner itu
96
Rangkaian Logika
mengubahnya menjadi perwakilan BCD yang benar dan juga menghasilkan bawaan
keluaran yang diperlukan.
Rangkaian logika yang menyidik pembetulan yang diperlukan itu dapat
diturunkan dari isian tabel tersebut. Jelas bahwa suatu pembetulan diperlukan bila jumlah
biner itu mempunyai suatun bawaan keluaran K = 1. Enam kombinasi yang lain dari 1010
ampai dengan 1111 yang memerlukan pembetulan , mempunyai suatu 1 dalam
kedudukan Z8. Untuk membedakan hal itu dari biner 1000 dan 1001 yang juga
mempunyai suatu 1 dalam kedudukan Z8, ditetapkan lebih lanjut bahwa Z4 atau Z2 harus
mempunyai suatu 1. Persyaratan untuk suatu pembetulan dan suatu bawaan keluaran
dapat dinyatakan oleh fungsi Boole:
C = K + Z8Z4 + Z8Z2
Bila C = 1, perlu ditambahkan 0110 ke jumlah biner itu dan menyediakan suatu
bawaan keluaran untuk tingkat berikutnya.
Untuk menambahkan 0110 ke jumlah biner itu, digunakan suatu penjumlah biner
4 bit kedua seperti yang ditunjukkan dalam gambar 8.4. Kedua angka decimal, bersama-
sama dengan bawaan masukannya, mula-mula ditambahkan ke penjumlah biner 4 bit
yang di kiri untuk menghasilkan jumlah biner itu. Bila bawaan keluaran itu sama dengan
0, tidak ada yang ditambahkan ke jumlah biner itu. Bila sama dengan 1, biner 0110
ditambahkan ke jumlah biner itu melalui penjumlah biner 4 bit yang di kanan. Bawaan
keluaran yang dihasilkan dari penjumlah biner bawah itu dapat diabaikan karena hal itu
mencatu informasi yang sudah tersedia di kutub bawaan keluaran.
Penjumlah BCD itu dapat dibentuk dengan tiga kemasan IC. Masing-masing dari
penjumlah 4 bit itu adalah suatu fungsi MSI dan ketiga gerbang untuk logika pembetulan
itu memerlukan satu kemasan SSI. Akan tetapi penjumlah BCD itu telah tersedia dalam
satu rangkaian MSI ( TTL IC jenis 82S83 adalah suatu penjumlah BCD).
Suatu penjumlah paralel desimal yang menjumlahkan n angka desimal
memerlukan n tingkat penjumlah BCD. Bawaan keluaran dari suatu tingkat harus
dihubungkan ke bawaan masukan tingkat lebih tinggi berikutnya.
97
Rangkaian Logika
Bawaan keluaran
K
Yang ditambah
Z8
S4
1001 1011
Bawaan masukan
98
Rangkaian Logika
angka komplemen 1, bit tanda nya ditambahkan bersama-sama dengan bit besaran.
Dengan kata lain, bit tanda ditambahkan sebagaiman bit besaran.
Kasus 1
N1 dan N2 adalah positif.
Aturan 1
Bila N1 dan N2 adalah positif, tambahkan angka bertanda (tanda dan besaran).
Bila bit tanda menunjukkan 1, berarti menyatakan suatu luapan (overflow).
Sebagai contoh, perhatikan penambahan 19 dan 10. Dalam bentuk komplemen-1,
19 adalah 010011 dan 10 adalah 001010, yang jumlahnya adalah :
010011 (+19)
+001010 (+10)
011101 (+29)
19 tambah 19 adalah
010011 (+19)
+010010 (+19)
100110 (+38)
karena bit-tanda adalah 1, berarti menyatakan suatu luapan (overflow)
Kasus 2
N1 dan N2 adalah negatif.
Aturan 2
Bila dua angka negatif ditambahkan, selalu terjadi muatan dekat-ujung, yang
dihasilkan oleh dua bit-tanda dari angka yang ditambahkan. Muatan ini ditambahkan
kepada posisi bit-tanda terkecil.
a) Bila bit-tanda dari angka yang dihasilkan adalah 1, berarti menyatakan bahwa
jawaban adalah benar.
99
Rangkaian Logika
b) Bila bit tanda dari angka yang dihasilkan adalah 0, berarti menyatakan suatu luapan
(overflow).
Sebagai contoh, jumlah -19 dan -10 :
101100 (-19)
+110101 (-10)
011101 (+29)
19 tambah 19 adalah
010011 (+19)
+010010 (+19)
100110 (+38)
Rangkaian Logika
Untuk membuat rangkaian adder dari bilangan komplemen 1, maka terlebih
dahulu dibutuhkan suatu rangkaian yang bisa mengkonversi bilangan dari SBN (Signed
Binary Number) ke komplemen1. Perhatikan tabel di bawah, tabel tersebut menunjukkan
perubahan bilangan dari SBN ke komplemen1.
SBN Komp1
1011 1100
1101 1010
0110 0110
0101 0101
Dari tabel di atas maka dapat dianalisa, pada digit pertama tidak mengalami
perubahan, pada digit selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan (Gerbang EX-
OR).
Tabel kebenaran untuk EX-Or gate :
A B F
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
101
Rangkaian Logika
KOMP1
SBN
SBN
KOMP1
CO3 S3 S2 S1 S0
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
KOMP1 KOMP1
SBN SBN
102
Rangkaian Logika
7.6. Komplemen 2 Adder
Dalam sistem ini suatu angka positif dinyatakan dalam bentuk yang sama seperti
dalam dua sistem lainnya. Sedangkan angka negatif adalah dalam bentuk komplemen 2.
Sebagai contoh, -10 dalam system digital 6 bit adalah 110110. ini diperoleh dari:
-10 = -32 + 22
110110
hanya terdapat nol plus, yaitu semua nol; sedangkan nol minus tidak berlaku.
Penambahan dua angka positif tidak akan dibahas karena penambahan ini adalah
sama seperti system komplemen 1.
Kasus 1
N1 dan N2 adalah negatif
Aturan 1
Bila N1 dan N2 adalah negatif, muatan harus diperhatikan. Muatan ini dihasilkan
dari jumlah dua bit tanda 1. selanjutnya, bit tanda dari jumlah harus 1, karena bernilai
negatif. Bila 0 menunjukkan positif dalam bit tanda, berarti menyatakan suatu luapan
(overflow).
Sebagai contoh
101101 (-19)
+110110 (-10)
1100011 (-29)
diabaikan
dan
101101 (-19)
+101101 (-19)
1011010
menyatakan luapan
103
Rangkaian Logika
Kasus 2
N1 dan N2 mempunyai tanda yang berbeda.
Aturan 2
Suatu muatan ditimbulkan bila jumlah adalah positif. Dalam kasus ini, muatan
diabaikan. Bila jumlah nya adalah negatif, maka tidak ditimbulkan muatan (carry).
Sebagai contoh, jumlah 19 dan -10 serta jumlah -19 dan 10 adalah :
010011 (+19) 101101 (-19)
+110110 (-10) dan +001010 (+10)
1001001 110111 (-9)
diabaikan
Untuk membuat rangkaian adder dari bilangan komplemen 2, maka terlebih
dahulu dibutuhkan suatu rangkaian yang bisa mengkonversi bilangan dari SBN (Signed
Binary Number) ke komplemen2.
A3 A2 A1 A0
KOMP2
CO3 S3 S2 S1 S0
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
KOMP1 KOMP1
SBN
104
Rangkaian Logika
Rangkaian penjumlah SBN 4 bit yang menerapkan sistem komplemen 2
SBN
CO3 S3 S2 S1 S0
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
KOMP2
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
KOMP2 KOMP2
CO3 S3 S2 S1 S0 CO3 S3 S2 S1 S0
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0 A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
KOMP1 KOMP1
SBN SBN
105
Rangkaian Logika
muatan keluaran Ci bebas terhadap Ci-1. Pada isian 1 dan 2, muatan keluaran selalu 0,
dan pada isian 7 dan 8 muatan keluaran selalu satu. Hal ini dikenal dengan kombinasi
pembangkitan muatan. Isian 3, 4, 5, 6 memperlihatkan kombinasi masukan di mana
muatan keluaran tergantung kepada muatan masukkan. Dengan kata lain, Ci adalah 1
hanya jika Ci-1 bernilai 1. hal ini disebut kombinasi perambatan muatan. Andaikan
bahwa G1 menyatakan kondisi pembangkitan muatan 1 dari tingkat I dari penambah jajar
dan pi menyatakan kondisi perambatan muatan dari tingkat yang sama.
Tanpa menyimpang dari kebiasaan, ambil penambahan dari dua angka biner 4 bit
A = A4A3A2A1
Dan,
B = B4B3B2B1
Dari tabel di atas, fungsi (penyambungan) perambatan muatan dan pembangkitan
muatan dalam unsur Ai dan Bi, i=1, 2, 3, dan 4, diperoleh
Gt = AtBt
Pt = At + Bt =At + Bt
Muatan keluaran kesatuan dari tingkat ke I dapat dinyatakan dalam unsure Gi, Pi,
dan Ci-1, yang merupakan muatan keluaran kesatuan dari tingkat ke (i-1), sebagai
Ci = Gt + Pi*Ci-1
106
Rangkaian Logika
Sebagai contoh, untuk i=1, 2, 3, dan 4, Ct menjadi
C1 = G1+P1C0
C2 = G2+P2C1 = G2 + P2G1 + P2P1C0
C3 = G3+P3C2 = G3 + P3G2 + P3P2G1 + P3P2P1C0
C4 = G4+P4C3 = G4 + P4G3 + P4P3G2 + P4P3P2G1 + P4P3P2P1C0
Jumlah dari A dan B: = C44321, dimana t = At + Bt + Ci-1
Co
1
A1
P1
G1 Pt C1
B1
P1 Gt 2
C0 P2
A2 P1
P2
G2
G1
B2
P2
P2 C2
G2
A3
C0 3
P1
P2
G3 P3
P3
G1
B3 C3
P2
P3 P3
4
G2
A4
P3 P4
G4 G3
C0
B4 P1
P2
P3
P4
P4
G1
P2
P3
P4
C4 C4
G2
P3
P4
G3
P4
G4
107
Rangkaian Logika
Contoh :
108
Rangkaian Logika
LATIHAN SOAL
1. Rancanglah suatu Full Adder (FA) yang dibentuk dari Half Adder (HA)!
2. Rancanglah suatu rangkaian penjumlah biner yang dapat menjumlahkan 2 data biner 3
bit
3. Rancang suatu rangkaian digital untuk menjumlahkan 2 bilangan biner A dan B
(masing-masing 5 bit), lalu uji hasil rancangan dengan data berikut :
a. 10111 b. 11111
11001 + 11111 +
109
Rangkaian Logika
BAB VIII
RANGKAIAN PENGURANG
8.1 Pengurangan
Dalam proses pengurangan biner, dapat ditemukan jenis pengurang paro (Half
Subtractor) dan pengurang penuh (Full Subtractor). Proses pengurangan dapat dilakukan
secara komplemen ataupun biner secara langsung. Ingatlah kaidah-kaidah bagi
pengurangan biner ;
0-0 = 0 dengan pinjaman 0
0-1 = 1 dengan pinjaman 1
1-0 = 0 dengan pinjaman 0
1-1 = 0 dengan pinjaman 0
Tabel 8.1
meringkaskan hasil-hasil ini dengan memberikan daftar kaidah pengurangan bagi A-B
Input Output
Ket : Bo = Borrow A B D Bo
D = Different
0 0 0 0
D =A-B
0 1 1 1
1 0 1 0
1 1 1 0
110
Rangkaian Logika
A D
HS
Simbol : B Bo
Ket : Bo = Borrow
D = Different
D =A-B
Rangkaian logika mana yang mempunyai tabel kebenaran seperti tabel 8.1?.
pertama, keluaran Different adalah 1 bila A dan B berbeda. Maka, kita dapat
menggunakan sebuah gerbang EX-OR untuk menghasilkan keluaran different ini.
Selanjutnya, keluaran borrow adalah 1 hanya bila A adalah 0 dan B adalah 1. kita dapat
memperoleh keluaran pinjaman ini dengan meng-AND-kan A dan B.
Gambar 8.2 memperlihatkan salah satu cara untuk membangun suatu rangkaian
half subtractor yang mengurangkan sebuah angka biner dari angka lainnya. Rangkaian
pada gambar 8.2 mempunyai tabel kebenaran identik dengan tabel 8.1. Dapat Anda lihat
bahwa pinjaman (borrow) hanya ada bila A= 0 dan B = 1. selanjutnya, keluaran pinjaman
(different) adalah sesuai bagi masing-masing di antara keempat kemungkinan kombinasi
A-B.
A
DIFFERENT
B
A BORROW
111
Rangkaian Logika
Persamaan output rangkaian Half Subtractor adalah
D = X+ Y Keterangan: D = Different
Bo = XY Bo = Borrow output
Half subtractor hanya menangani 2 bit pada suatu saat dan hanya dapat digunakan
bagi kolom paling ringan (least significant) pada suatu masalah pengurangan. Untuk
menangani kolom yang lebih tinggi, kita membutuhkan pengurang penuh (full
subtractor). Gambar 5.17 memperlihatkan sebuah full subtractor; rangkaian ini
menggunakan dua buah half adder dan sebuah OR gate.
Half dan full subtractor adalah analog dengan half dan full adder; dengan
menggandengkan half dan full subtractor seperti terlihat pada gambar 5.18, diperoleh
suatu sistem yang secara langsung mengurangkan B3B2B1B0 dari A3 A2A1 A0.
Penambah dan pengurang memberikan rangkaian rangkaian dasar yang
dibutuhkan bagi aritmatika biner; perkalian dan pembagian dapat dilakukan dengan
penambahan dan pengurang berulang (dibahas dalam bab-bab selanjutnya, setelah kita
membahas register).
Bo = X Y + X Bi + Y Bi Bo = Borrow Output
112
Rangkaian Logika
A
Borrow
Borrow
Borrow
HS
B Different
HS
Borrow input Different
A3 B3 A2 B2 A1 B1 A0 B0
Y3 Y2 Y1 Y0
Gambar 8.4 Pengurang Paralel Biner 4 bit
113
Rangkaian Logika
8.2 CONTOH SOAL :
1) Rancanglah suatu pengurang biner yang dapat mengurangkan 2 data biner 3 bit
Bo2 D2 D1 D0
X2 X1 X0 Y2 Y1 Y0
X Y Bi X Y Bi X Y Bi
GND
X2 X1 X0 Y2 Y1 Y0
S3
S2
S1
S0
Cin
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
MODE
0 PENJUMLAH
1 PENGURANG
114
Rangkaian Logika
BAB IX
FLIP-FLOP
Flip Flop adalah suatu rangkaian digital yang sangat sederhana yang berfungsi
sebagai memory untuk 1 bit. Oleh karena itu, flip flop digunakan sebagai elemen memory
pada feedback dari rangkaian sekwensial. Flip-flop biasa disingkat dengan FF.Rangkaian
flip-flop dapat mempertahankan suatu keadaan biner dalam waktu yang tak terbatas
sampai suatu sinyal masukan baru datang untuk mengubah keadaan itu. Perbedaan utama
diantara berbagai jenis flip-flop itu adalah banyaknya masukan yang dimiliki dan
perilaku bagaimana masukan itu mempengaruhi keadaan biner dalam flip-flop tersebut.
S-R FF
S Q
R Q
115
Rangkaian Logika
Tabel Operasi :
Tergantung dari pintu yang digunakan dalam disain rangkaian digitalnya, fungsi
memory dan tidal didefinisikan serta fungsi set dan reset FF ini dapat saling
bergantian.
116
Rangkaian Logika
9.2 S-R Flip-Flop Dengan Pintu NOR
Disain S-R FF dengan pintu NOR dan table operasinya ditunjukkan oleh gambar
dibawah ini.
Satu alat yang sangat ampuh untuk menggambarkan operasi dari suatu rangkaian
sekwensial ialah diagram timing. Diagram timing akan digunakan untuk menerangkan
operasi dari setiap rangkaian sekwensial.Diagram itu ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini :
117
Rangkaian Logika
Diagram timing untuk S-R FF dengan pintu NOR
Agar kita dapat mengerti apa yang akan dijelaskan pada diagram tersebut, kita
perhatikan sinyal-masing-masing variable dari kiri ke kanan.Hubungan antarsinyal
tersebut dapat dilihat secara vertical dengan menarik garis tegak lurus pada setiap
perubahan yang terjadi.Sumbu X berhubungan dengan waktu, yang satuannya
(propagation dari 1 pintu). Pada diagram dapat dilihat dari paling kiri bahwa S=0, R=0,
Q=0,dan Q=1.Dengan mengikuti pergerakan sinyal kekanan, dilihat input S berubah ke
logika 1, tetapi R tetap berlogika 0, maka output Q akan berubah ke 0 setelah 1 yang
diikuti oleh perubahan Q setelah 1 lagi.Diagram ini menunjukkan semua delay (waktu)
dan perincian lain yang harus diikuti agar FF beroperasi dengan benar.
Rangkaian Logika
Rangkaian dan tabel operasinya adalah :
FF ini hampir sama dengan S-R FF NOR, hanya fungsi tidak didefinisikan dan
memory seta fungsi set dan reset terbalik.Perbedaan lainnya adalah total delay yang
dialami output Q dan Q untuk operasi set dan reset, yang merupakan kebalikan dari S-R
FF NOR, yaitu set dengan 1 untuk Q dan 2 untuk Q, dan reset dengan 2 untuk Q dan
1 untuk Q. Gambar diagram timingnya :
119
Rangkaian Logika
Diagram timing untuk S-R FF NA
Rangkaian Logika
clock ini. Waktu selama clock bernilai 1 diwakili oleh Tt, dan saat bernilai 0 diwakili
oleh Tr. Clock yang memiliki Tt = Tr disebut square wave. Ada system digital yang
menggunakan transisi 0 ke 1 dari clock ini, biasa disebut Positive clock edge(PCE),
dan ada juga yang memakai transisi 1 ke o, biasa disebut Negative clock edge(NCE).
Gambar penggunaan system digital itu adalah :
121
Rangkaian Logika
CK=clock diantara input S dan R. Tanda segitiga pada input CK menandakan
input yang bersifat dinamis, dan apabila ada tanda lingkaran kecil pada input CK, tanda
itu menunjukkan NCE.
S R Q ( t+1 )
0 0 Q(t)
0 1 0
1 0 1
1 1 -
Tabel operasi diatas agak berbeda dengan tabel-tabel sebelumnya. Tabel ini
disebut Excitation table.Q(t+1) mewakili output baru dan Q(t) mewakili output
sebelumnya.
122
Rangkaian Logika
Operasi keseluruhan dari FF ini dapat dilihat pada diagram timing di bawah ini.
Satu hal penting yang ditunjukkan diagram timing itu ialah bahwa kedua input dari pintu
NOR yang dihubungkan ke output AND akan sama-sama berlogika 0 setiap sinyal itu
tidak aktif (kondisi rest).
123
Rangkaian Logika
dipertahankan aktif sekurang-kurangnya selama 3. Hal ini disebabkan oleh waktu
selama 3 yang dibutuhkan FF tersebut untuk mencapai kestabilan (steady), yaitu untuk
menghasilkan output Q dan Q yang benar.
Tabel operasi :
Q ( t ) D Q ( t+1 )
0 0 0
0 1 1
1 0 0
1 1 1
Rangkaian digital :
124
Rangkaian Logika
Pada rangkaian diatas dilihat bahwa S selalu berlawanan dengan R. Gambar
dibawah ini menunjukkan buktinya.
Rangkaian Logika
Operasi menyeluruh dari D FF dapat dilihat pada diagram timing yang
ditunjukkan gambar dibawah ini. Dari diagram dilihat bahwa input D dibuat konstan
sekurang-kurangnya selama 1 sebelum clock diaktifkan. Hal ini disebabkan oleh delay
1 dari pintu NOT. Persyaratan lain sama dengan Clocked S-R FF NOR.
126
Rangkaian Logika
J-K FF ini memiliki dua input, yaitu J dan K. J-K FF ini sebenarnya adalah S-R
FF NOR yang disempurnakan sehingga kombinasi input S=R=1 yang tidak didefinisikan
akan digunakan untuk fungsi komplemen, yaitu untuk mengkomplemen
outputnya.Simbol umum dan table eksitasinya adalah :
Rangkaian digital J-K FF ini didisain dengan menggunakan Clocked S-R FF yang
ditambahkan feedback dari Q dan Q-nya.Gambarnya adalah :
127
Rangkaian Logika
Operasi J-K FF ini dapat dilihat pada diagram timingnya yang ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.Hal penting yang harus diperhatikan adalah lamanya Tt dari clock
yang digunakan.
128
Rangkaian Logika
BAB X
IC TTL (Transistor
Transistor Logic)
129
Rangkaian Logika
Perhatikanlah multiple-emitter input transistor Q1 dan susunan totem-pole
dari transistor-transistor output Q3 dan Q4. Keluarga TTL menggunakan
transistor bipolar sehingga termasuk dalam kategori keluarga-keluarga
logika bipolar.
Bekerjanya Rangkaian
Apabila input-input A dan B dua-duanya berada pada tegangan tinggi,
maka kedua junction emitor-basis dari Q1 akan reverse-bias. Tetapi junction
kolektor-basis dari Q1 akan forward-bias karena kolektor Q1 hanya akan
berada pada sekitar 1,4 volt (sebagai hasil dari turun-tegangan 0,7 volt pada
basis-emitor dari Q1 dan Q4). Jadi, arus akan mengalir dari sumber +5V
melalui R1 dan junction kolektor-basis Q1 masuk ke basis Q2, menjadikan Q2
ON. Arus emitor dari Q2 membuat Q4 ON sedangkan tegangan keadaan ON
yang rendah pada kolektor Q2 menjaga Q3 OFF (ini dijamin oleh adanya D1
pada emitor Q3). Dengan Q4 dalam keadaan ON jenuh (saturated ON state),
tegangan pada input X akan sangat rendah (lebih kecil dari 0,4V). Jadi,
dengan input dua-duanya tinggi, outputnya akan rendah.
130
Rangkaian Logika
10.2 Keluarga IC TTL dan Sifat-Sifatnya
Keluarga TTL 74LS dari IC digital memproduksi dua level tegangan:
131
Rangkaian Logika
2. IC TTL 74LS08 (AND Gate)
Tabel Kebenaran
A B AB
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
132
Rangkaian Logika
3. IC TTL 74LS32 (OR Gate)
Tabel kebenaran :
A B A+B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
133
Rangkaian Logika
5. IC TTL 74LS00 (NAND Gate)
134
Rangkaian Logika
Tabel Kebenaran :
A B (A+B)'
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
135
Rangkaian Logika
6. IC TTL 74LS02 (NOR Gate)
136
Rangkaian Logika
7. IC TTL 74LS86 (XOR Gate)
Tabel kebenaran :
Input Output
A B A B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
137
Rangkaian Logika
PRAKTIKUM
GERBANG-GERBANG DASAR LOGIKA
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari sifat-sifat dari gerbang-gerbang logika dasar
Dapat merangkai dan menerangkan cara kerja gerbang-gerbang logika dasar
A
B F
138
Rangkaian Logika
2) Yakinkan rangkaiannya kemudian On kan power supply dan berilah input-input A
dan B sesuai dengan table 1 dan catat hasil outputnya padatabel tersebut.
3) Matian power supply dan rangkailah gambar dibawah ini (gunakan IC 7432)
A
F
A F
6) Lakukanlah langkah 2 pada table 3
7) Matikan power supply dan rangkailah gambar dibawah ini (gunakan IC 7400)
A
F
B
F
A A
A
F
139
Rangkaian Logika
14) Lakukanlah langkah 2 pada table 7
15) Matikan power supply
Tabel 2
Input Output
A B Level Volt
0 0 0 0.145
0 1 1 4.43
1 0 1 4.43
1 1 1 4.43
Tabel 3
Input Output
Level Volt
0 1 4.45
1 0 0.102
140
Rangkaian Logika
Tabel 4
Input Output
A B Level Volt
0 0 1 4.62
0 1 1 4.62
1 0 1 4.62
1 1 0 0.263
Tabel 5
Input Output
A B Level Volt
0 0 1 4.69
0 1 0 0.169
1 0 0 0.169
1 1 0 0.169
Tabel6
Input Output
A B Level Volt
0 0 0 0.67
0 1 1 4.52
1 0 1 4.36
1 1 0 0.14
141
Rangkaian Logika
Tabel 7
Input Output
A B Level Volt
0 0 1 4.58
0 1 0 0.102
1 0 0 0.102
1 1 1 4.25
142
Rangkaian Logika
PRAKTIKUM
TEKNIK MINIMASI
1. Susun rangkaian sebagai berikut:
(gunakan IC 7408)
1
3
143
Rangkaian Logika
6. Isilah tabel berikut berdasarkan hasil percobaan:
A X
0
1
Rangkaian Logika
11. Ubah rangkaian menjadi :
145
Rangkaian Logika
(gunakan IC 7408 dan 7432)
A B C F
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
146
Rangkaian Logika
Kemudian isi tabel kebenaran berikut untuk rangkaian yang dibuat (berdasarkan hasil
percobaan).
A B C F
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
21. Bandingkan rangkaian dan tabel kebenaran pada langkah 19 dan 20, kemudian tulis
kesimpulan saudara.
24. Dari hasil penyederhanaan pada langkah 30, gambarkan rangkaiannya; kemudian buat
tabel kebenaran untuk rangkaian tersebut berdasarkan hasil percobaan!
147
Rangkaian Logika
PRAKTIKUM
TEKNIK IMPLEMENTASI
1.
Input Output
A B C F F (V)
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 0
Dari table kebenaran di samping ini, turunkan persamaan logika output F dalam
bentuk SOP.
F = ABC + ABC + ABC
Kemudian gambarkan rangkaiannya dengan menggunakan AND ; OR dan NOT gate.
Rangkailah rangkaian di atas pada proto board dan isilah kolom F1(keadaan output)
sesuai dengan hasil percobaa
148
Rangkaian Logika
2. Gambarlah rangkaian pada langkah 1 hanya dengan menggunakan gerbang-
gerbang NAND, kemudian isilah table berdasarkan hasil percobaan.
A B C F
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
149
Rangkaian Logika
A B C F
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
A B C F
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
150
Rangkaian Logika
6. Bandingkan hasil percobaan pada langkah 4 dan 5, kemudian tuliskan kesimpulan
saudara.
Pada percobaan 4 dan 5 menunjukkan hasil yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa gerbang NOR dapat menggantikansemua fungsi komponen gebang dasar
lainnya pada suatu rangkaian
7. Berdasarkan hasil percobaan pada langkah 7, jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut :
a. Dari ketiga rangkaian pada langkah 7, rangkaian mana yang paling
sederhana? Jelaskan jawaban saudara.
b. Rangkaian mana yang paling ekonomis? Jelaskan jawaban saudara.
c. Ditinjau dari jumlah IC yang dipergunakan, rangkaian mana yang paling
ekonomis? Jelaskan jawaban saudara.
Jawaban
a. Rangkaian yang pertama, karena pada rangkaian tersebut hanya terdapat 3
gerbang dasar logika AND, OR dan NOT.
b. Rangkaian yang ketiga, karena pada rangkaian tersebut hanya
menggunakan satu gerbang dasar logika saja.
c. Rangkaian yang ketiga, karena pada rangkaian tersebut hanya
menggunakan satu gerbang dasar logika saja.
8. Rangkailah rangkaian di atas, berikan input-input pada A,B, dan C sesuai
dengan table kebenaran di atas, amati outputnya dan catat hasilnya pada
kolom R.
a. Rangkailah rangkaian di atas, berikan input-input pada A,B, dan C sesuai
dengan table kebenaran di atas, amati outputnya dan catat hasilnya pada
kolom S.
b. Rangkailah rangkaian di atas, berikan input-input pada A,B, dan C sesuai
dengan table kebenaran di atas, amati outputnya dan catat hasilnya pada
kolom T.
c. Rangkailah rangkaian di atas, berikan input-input pada A,B, dan C sesuai
dengan table kebenaran di atas, amati outputnya dan catat hasilnya pada
kolom U.
151
Rangkaian Logika
Input Output
A B C X Y Z
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
152
Rangkaian Logika
Jawaban:
a. Rangkaian keempat, karena terdiri dari 2 gate dengan pemaasangan
imput output yang paling sederhana.
b. Rangkaian kedua, karena hanya dibuat dari 2 gate saja
c. Rangkaian kedua, karena hanya dirangkaikan pada gerbang NAND
saja dan rangkaian ini hanya menggunakan satu IC saja.
d. Rangkaian keempat, karena pemasangan rangkaiannyasederhana
walaupun terdiri atas 2 gate yang berbeda
11.
A B C F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1
153
Rangkaian Logika
13.
A B C F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1
14. Pada suatu table kebenaran yang persamaannya ditulis kedalam bentuk SOP,
rangkaiannya dapat digantidengan hanya menggunakan NAND Gate sedangkan
apabila hasil persamaannya ditulis kedalam bentuk POS, rangkaiannya dapat
diganti dengan hanya mengunakan NOR Gate saja. Kesemua jenis rangkaian
tersebut akan memberikan nilai / tujuan yang sama.
154
Rangkaian Logika
PRAKTIKUM
DEKODER
+
+5 330 Ke kiri kommon
Isilah gambar kaki-kaki di bawah ini sesuai dengan hasil pengukuran dimana
a,b,c,d,e,f,g serta dot (.) nya.
b a f g
c de
common
155
Rangkaian Logika
Ambillah 7 segmen kommon katoda dan lakukan langkah 1 dengan
menggunakan rangkai berikut:
+5
Untuk menentukan kaki-kaki
lainnya
330
Ground Ke kaki kommon
f
a
g
b
e
d
common
MSB a
b
D
c
C
INPUT d OUTPUT
B
A e
LSB f
g
156
Rangkaian Logika
Berilah input sesuai dengan tabel pada halaman berikut dan catat hasilnya
D C B A a b c d f g
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1
D C B A Output 7 segments
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
157
Rangkaian Logika
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1
LSB
f
A g a f a b
B a
b
C c
d
D e
158
Rangkaian Logika
D C B A Output 7 segements
0 0 0 0
0 0 0 1
0 0 1 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 0 1
0 1 1 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1 1 1 1
159
Rangkaian Logika
11. Gambarkan rangkaian logika untuk segmen sesederhana mungkin.
PRAKTIKUM
ENKODER
1 2 3 4 5 6 7 8 9
7400
7420
7420
7430
160
Rangkaian Logika
input output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 des X3 X2 X1 X0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 1
0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 1 0 1
0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 8 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 1 0 0 1
(11)
(12)
(13)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(10)
NC Vcc
161
Rangkaian Logika
input output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 des X3 X2 X1 X0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 1 0 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 6 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 8 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 1 1 0
162
Rangkaian Logika
PRAKTIKUM
RANGKAIAN PENJUMLAH
A carry
B
Sum
Input Output
A B S Co
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
Persamaan logika
S=A+B
163
Rangkaian Logika
Co = A.B
Rangkaian tersebut adalah rangkaian penjumlah Half Adder.
3. Buatlah rangkaian di atas dengan menggunakan Exor gate dan AND gate.
Kemudian cobalah. Tentukan mana output sum dan carry-nya.
A
B S
D AB AB
B A.B
A D
B
164
Rangkaian Logika
input output
A B D B
0 0 0 0
0 1 1 1
1 0 1 0
1 1 0 0
6. Rangkaian arti hasil output diff dan borrow dari percobaan di atas sebagai
rangkaian apakah itu?
Rangkaian di atas adalah rangkaian pengurang
A
B sum
carry/borrow
control add/
sub
165
Rangkaian Logika
8. isilah tabel di bawah ini sesuai dengan hasil percobaan
166
Rangkaian Logika
11. Susunlah rangkaian seperti di bawah ini dengan menggunakan IC TTL
S1 S2 S3
A1 B1 C0
8 12 3
Vcc 14 GND
4 5 6
L1 L2 L3
Input Output
Cn B A Cn+1
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
13. Tentukan bagian output mana yang merupakan sum dan inverse carry serta
apa kegunaan dari input Cn, terangkan jawabanmu !
167
Rangkaian Logika
14. Susunlah gambar rangkaian di bawah ini dengan IC TTL 7483
S4 s3 s2 s1
10 8 3 1
14
A1 A2 A3 A4
5V Vcc C4
1 9
2 6
3
GND 4 2
C0 B1 B2 B3 B4 15
13 11 7 4 16
S11 S9 S8 S7 S6
Input output
S S S S S S S S L L L L L
S
1 2 3 4 6 7 8 9 1 2 3 4 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 1
0 1 0 1 0 0 1 1 0
0 1 0 1 0 0 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 1 1
1 1 0 0 1 0 1 1 0
1 1 0 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0
168
Rangkaian Logika
1 1 1 1 1 1 1 1 1
16. Terangkan secara singkat terjadinya proses penjumlahanj di atas. Dan apa
fungsi kaki 13 (S11) serta kaki 14 (L6).
18. Setelah input pada ABCD S4 S10 S11 S12 = 0110. kemudian rubah posisi S1
(sebagai mode control) pada logika 1 dan beri sebuah pulsa pada clock L-
shift dengan cara merubah posisi s2 dari 1 ke 0 ke 1 lagi. Ubah kembali S1
logika 0 dan beri preset pada IC 7474 dengan merubah S3 dari 1 ke 0 ke 1
lagi.
19. QA1 Qb1 QC1 QD1 =
169
Rangkaian Logika
QA2 Qb2 QC2 QD1 =
QA2 Qb2 QC2 QD2 =
20. Berilah input clock pulsa demi pulsa (gunakan debounce switch toggle aktif
low) pada clock l-shift dan catatlah hasilnya pada tabel di bawah ini.
Q QB QC QD QA QB QC QD Cn
A1 1 1 1 2 2 2 2
Sebelum
pulsa
clock 1
(langkah
19)
zSetelah
pulsa
clock 2
Setelah
pulsa
clock 3
Setelah
pulsa
170
Rangkaian Logika
clock 4
21. Terangkan tabel di atas. Terangkan mengapa hasil akhir dari Q A1 QB1 QC1 QD1
demikian?
171
Rangkaian Logika
DAFTAR PUSTAKA
Lee, Samuel C. 1991. Rangkaian Digital dan Rancangan Logika, terj. Sutisno,
Jakarta : Erlangga.
Tocci, Ronald J. 1991. Digital Systems Principles and Applications, 3rd edition.
USA : Prentice-hall,Inc.
Millman, Jacob dan Halkias. 1972. Integrated Electronics : Analog and Digital
Circuits and Systems. Tokyo : McGraw-hill Kogakusha, ltd.
Catatan kuliah Digital. 2006.
Jobsheet Digital.2006.
172
Rangkaian Logika