Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Perspektif dan Pengambilan Keputusan
Individu” ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Persepsi......................................................................................3
2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...............................3
2.2 Persepsi Seseorang: Membuat Penilaian atas Orang Lain.................3
2.2.1 Teori Atribusi..................................................................................3
2.2.2 Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum.............5
2.3 Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individual...............................................................................................7
2.4 Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi........................................8
2.4.1 Model Rasional, Rasionalitas Terbatas, dan Intuisi....................8
2.4.2 Bias dan Kesalahan Umum Dalam Pengambilan Keputusan. .10
2.5 Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu
dan Batasan Organisasi......................................................................13
2.5.1 Perbedaan Individu......................................................................13
2.5.2 Batasan Organisasi.......................................................................15
2.6 Etika Dalam Pengambilan Keputusan...............................................16
2.6.1 Tiga Kriteria Keputusan Etis......................................................16
2.7 Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam
Organisasi.............................................................................................18
2.7.1 Perilaku Kreatif............................................................................19
2.7.2 Penyebab Perilaku Kreatif...........................................................19
2.7.3 Keluaran dari Kreatif (Inovasi)...................................................21
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana kreativitas pengambilan keputusan kreatif dan inovasi dalam
organisasi?
1.2 Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul “Persepsi dan
Pengambilan Keputusan Individu” adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penentuan itu terutama tergantung pada tiga faktor yaitu:
(1) Perbedaan,
(3) Konsistensi.
Contoh, jika salah satu pekerja anda dating terlambat, anda akan
mengatribusikannya pada bangun tidur kesiangan akibat pesta semalam
yang ia adakan (ini atribusi internal). Tetapi jika anda
mengatribusikannya pada kecelakaan mobil yang membuat macet (ini
atribusi eksternal).
4
Terakhir, seorang pengamat mencari konsistensi dalam tindakan
seseorang. Apakah orang itu merespons dengan cara yang sama
sepanjang waktu? Dating terlambat 10 menit tidak dinilai dengan cara
yang sama bagi pekerja yang belum pernah terlambat dalam beberapa
bulan dibandingkan pekerja yang terlambat tiga kali seminggu.
Semakin konsisten perilakunya semakin mungkin kita
mengatribusikannya pada penyebab internal.
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan
atau bias mengganggu atribusi. Ketika kita membuat penilaian
mengenai perilaku orang lain, kita cenderung meremehkan pengaruh
faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal
atau pribadi atau bisa juga disebut dengan kesalahan hubungan
fundamental (fundamental attribution error). Orang-orang juga
cenderung mengatribusikan informasi-informasi ambigu seperti ujian
bagus, menerima umpan balik positif dan menolak umpan balik negatif.
Hal ini merupakan bias pemikiran diri sendiri (self-serving bias).
5
Persepsi Selektif (selective perception) merupakan kecenderungan
untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang lihat
dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
Oleh karena kita tidak dapat mengamati semua hal yang terjadi, kita
menggunakan persepsi selektif. Persepsi selektif membuat kita
membaca orang lain dengan cepat, tetapi berisiko menggambarkan
gambaran yang tidak akurat. Melihat apa yang ingin kita lihat, kita
dapaat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari
sebuah situasi yang ambigu.
6
baru muncul yang berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam
karakteristik yang sama. Contoh mengenai bagaimanabekerja adalah
situasi wawancara di mana seorang pewawancara melihat serombongan
pelamar kerja. Penyimpangan dalam evaluasi kandidat mana pun bisa
muncul sebagai akibat dari bagian kandidat tersebut dalam jadwal
wawancara. Seorang kandidat cenderung menerima evaluasi yang lebih
baik bila didahului oleh para pelamar dengan kemampuan menengah
dan evaluasi yang kurang baik bila didahului oleh pelamar-pelamar
yang unggul.
Keputusan (decision) adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih
alternatif. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah
(problem) yang merupakan sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan
yang diinginkan, yang mengharuskan kita mempertimbangkan alternatif-
alternatif tindakan. Masalah bagi seseorang bisa jadi merupakan kondisi yang
menyenangkan bagi orang lain. Jadi kesadaran bahwa suatu masalah ada dan
bahwa sebuah keputusan mungkin atau mungkin tidak diperlukan adalah isu
perseptual.
7
Setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan
mengevaluasi informasi. Kita umumnya menerima data dari banyak sumber
yang perlu kita saring, proses, dan interpretasi. Kita juga perlu
mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahannya. Sekali lagi, proses perseptual kita akan memengaruhi hasil
akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan perseptual sering kali
muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
8
Model pengambilan keputusan rasional (rational decision-making
model) merupakan sebuah model pengambilan keputusan yang
menjelaskan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk
memaksimalkan hasil. Rasional (rational) dikarakterisasikan dengan
mengambil pilihan yang konsisten, memaksimalkan nilai dalam
batasan-batasan spesifik.
Salah satu aspek yang lebih menarik dari rasional yang dibatasi
adalah susunan dari alternatif-alternatif yang dianggap penting dalam
menentukan alternatif-alternatif yang dipilih. Ingat, dalam model
pembuatan keputusan yang sepenuhnya rasional, semua alternatif pada
akhirnya disebutkan dalam hierarki susunan yang disukai. Karena
semua alternatif dipertimbangkan, susunan awal di mana mereka
dievaluasi tidaklah relevan. Setiap solusi yang potensial akan
mendapatkan sebuah evaluasi yang lengkap dan menyeluruh. Tetapi,
bukan ini permasalahan dari rasional yang dibatasi. Dengan berasumsi
bahwa sebuah masalah memiliki lebih dari satu solusi potensial, pilihan
yang minimum adalah pertama yang dapat diterima yang pertama kali
ditemui oleh si pembuat keputusan. Karena pembuat keputusan
menggunakan model-model yang sederhana dan terbatas, mereka
biasanya memulai dengan mengidentifikasikan alternatif-alternatif yang
nyata, alternatif-alternatif yang lazim menurut mereka, dan alternatif-
alternatif yang tidak terlalu jauh dari status quo. Solusi yang paling
sedikit menyimpang dari status quo dan memenuhi kriteria-kriteria
keputusan adalah solusi yang kemungkinan besar dipilih. Alternatif
yang unik dan kreatif mungkin mewakili sebuah solusi optimal untuk
sebuah masalah; namun, kemungkinan besar tidak dipilih karena solusi
9
yang dapat diterima akan diidentifikasi dengan baik sebelum pembuat
keputusan diharuskan mencari terlalu jauh di luar status quo.
10
Bias Jangkar (anchoring bias) merupakan kecenderungan untuk
bertahan pada informasi awal dan gagal menyesuaikan dengan
informasi selanjutnya secara adekuat. Bias jangkar terjadi karena
pikiran kita muncul untuk memberikan sejumlah penekanan yang tidak
seimbang terhadap informasi awal yang diterima. Bias jangkar biasanya
digunakan oleh individu yang berkecimpung dalam pekerjaan-pekerjaan
⸺seperti periklanan, manajemen, politik, real estat, dan hukum⸺di
mana keterampilan persuasi adalah penting. Pertimbangkan peran bias
jangkar dalam negosiasi dan wawancara. Bias jangkar terjadi setiap kali
terdapat negosiasi.
11
karyawan daripada perilaku-perilaku enam atau sembilan bulan yang
lalu.
12
memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil itu
benar-benar diketahui. Bias peninjauan kembali mengurangi
kemampuan kita untuk belajar dari masa lalu. Hal ini memungkinkan
kita untuk berpikir bahwa kita lebih baik dalam membuat prediksi
daripada yang sebenarnya dan bisa menjadikan kita lebih yakin akan
akurasi keputusan di masa mendatang.
13
anak perempuan daripada anak laki-laki. Teori lainnya adalah bahwa
wanita, lebih banyak daripada pria, mendasarkan harga diri dan nilai
positifnya pada apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Pendapat
ketiga adalah bahwa wanita lebih berempati dan lebih dipengaruhi oleh
peristiwa dalam kehidupan orang lain, sehingga mereka lebih banyak
hal untuk dikontemplasikan.
14
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas,
kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan
preferensi pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya
menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya fokus pada
menerima situasi sebagaimana adanya. Mungkin ada perbedaan-
perbedaan budaya penting dalam pengambilan keputusan, tetapi
sayangnya belum banyak riset yang mengidentifikasinya.
15
keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan.
Dalam melakukan hal demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan
keputusan.
16
Kriteria etis lainnya adalah untuk membuat keputusan konsisten
dengan kebebasan dan hak-hak fundamental. Sebuah penekanan hak
dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi
hak-hak asasi individu. Kriteria ini melindungi whistle-blower ketika
mereka mengungkapkan praktik tidak etis organisasi pada pers atau
agen pemerintah, menggunakan hak kebebasan berbicara.
17
perbedaan budaya dalam mendefinisikan aturan-aturan etika, organisasi
bisa saja mendorong perilaku tidak etis bahkan tanpa mengetahuinya.
18
2.7 Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam
Organisasi
Meskipun model pengambilan keputusan rasional akan sering
memperbaiki keputusan, seorang pengambil keputusan juga membutuhkan
kreativitas (creativity) yakni kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
inovatif dan berguna. Ide-ide ini berbeda dari apa yang telah dilakukan
sebelumnya tetapi pantas untuk masalahnya.
19
2.7.1 Perilaku Kreatif
Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah, yang masing-
masing mengarah pada yang berikutnya:
20
Kecerdasan berhubungan dengan kreativitas. Orang-orang
cerdas lebih kreatif karena mereka lebih baik dalam memecahkan
masalah yang kompleks. Meskipun demikian, individu-individu
cerdas bisa juga lebih kreatif karena mereka memiliki memori kerja
yang lebih besar, yaitu mereka dapat mengingat lebih banyak
informasi yang berhubungan dengan tugas di tangan.
21
Juga bernilai untuk bekerja di sebuah lingkungan yang
menghargai dan mengakui pekerjaan kreatif. Organisasi harus
mendorong arus bebas ide, termasuk memberikan penilaian yang adil
dan konstruktif. Kebebasan dari aturan-aturan berlebihan mendorong
kreativitas; pekerja seharusnya memiliki kebebasan untuk
memutuskan pekerjaan apa yang akan dilakukan dan cara
mengerjakannya.
22
sendiri tidak menghasilkan sebuah hasil kreatif jika tidak berguna.
Oleh karena itu, solusi yang aneh hanya kreatif ketika ia membantu
memecahkan masalah. Kegunaan dari solusi mungkin dibuktikan
sendiri (iPad) atau mungkin dianggap sukses oleh pemangku
kepentingan sebelum kesuksesan nyata diketahui.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
sebuah proses individu yang mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kesan sensoris untuk memberikan pengertian kepada lingkungannya. Persepsi
memiliki faktor-faktor yang memengaruhinya yang berada pada penilai,
situasi, dan objek atau target yang dinilai. Dalam persepsi seseorang untuk
membuat penilaian terhadap orang lain, terdapat cara-cara yang berbeda
untuk menentukan sebuah perilaku individu yang disebabkan dari internal
atau eksternal. Persepsi juga memiliki kaitan erat dengan pengambilan sebuah
keputusan. Pengambilan keputusan terutama dalam lingkup organisasi,
memiliki metode yang beragam yakni metode rasional, metode rasional
terbatas, dan metode yang menggunakan intuisi. Metode yang digunakan
dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kecenderungan atau
prasangka individu atau yang biasa disebut bias.
3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk kedepannya penulis
akan menjelaskan secara lebih fokus dan mendetail dengan sumber atau
24
referensi yang lebih banyak. Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan oleh penulis.
25
DAFTAR PUSTAKA
26