Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN MENTAL

Konsep Diri

Kelompok 2
Nama Anggota :
Mifthahul Azzuhra (2010322041)
Julio Ivanes Whandifidya (2010322049)
Zakia Salsabila (2010322044)
Dinda Novira Yulianda (2010323032)

Dosen Pengampu :
Siska Oktari, M. Psi, Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat d
an karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah tentang
Konsep Diri dengan tepat waktu. Adapun tujuan penyusun menulis makalah ini untuk meme
nuhi tugas Kesehatan Mental. Selain itu juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
topik rencana belajar bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siska Oktari, M. Psi, Psikolog selaku do
sen Kesehatan Mental yang telah membimbing dan memberikan tugas ini sehingga dapat men
ambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan matakuliah yang dijalani.
Dalam proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun b
erkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi p
erbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Padang, 12 Oktober 2021

Ke
lompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Konsep Diri................................................................................................ 4
2.2 Perkembangan Konsep Diri........................................................................................ 4
2.3 Bentuk Konsep Diri..................................................................................................... 5
2.4 Faktor Konsep Diri...................................................................................................... 6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 10
LAMPIRAN POSTER.................................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep diri adalah bagian penting dari kepribadian individu dalam bersikap. Konsep
diri merupakan ciri khas manusia dan dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Konsep seseorang tentang dirinya diungkapkan melalui sikapnya, ya
ng merupakan aktualisasi dari orang tersebut. Manusia sebagai organisme memiliki dorongan
untuk berkembang. Perkembangan yang terjadi kemudian membantu pembentukan konsep di
ri individu.
Konsep diri muncul dari interaksi sosial dalam lingkungan yang mempengaruhi kehid
upan individu. Konsep diri belum ada sejak lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik mela
lui eksplorasi diri tentang hubungan dengan orang-orang yang dekat dan signifikan. Dipelajar
i melalui kontak sosial dan pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Pandangan ya
ng dimiliki individu terhadap dirinya sendiri dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep diri?
2. Bagaimana perkembangan konsep diri?
3. Jelaskan bentuk-bentuk konsep diri?
4. Bagaimana faktor-faktor dari konsep diri?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian konsep diri.
2. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
3. Menjelaskan bentuk-bentuk konsep diri.
4. Menjelaskan faktor-faktor dari konsep diri.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat
interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan (determinan)
dalam komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, 2013: 64). Konsep diri adalah pandangan
dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis,
menurut William D Brooks dalam Jalaludin Rakhmat (2015: 98).
Konsep diri terdiri dari pola-pola terorganisir yang konsisten dari konstruksi mental un
tuk menjelaskan bagaimana persepsi diri bekerja dalam pengalaman individu. Menurut Atwate
r dan Duffy (2005), konsep diri adalah kesan dan kesadaran umum yang dimiliki seseorang te
ntang diri sendiri, termasuk semua persepsi tentang pribadi dan tentang kepemilikan di luar dir
i sendiri, dan termasuk juga dengan perasaan, kepercayaan, dan nilai mereka punya. Konsep di
ri mempengaruhi cara seseorang memandang, mengevaluasi, dan berperilaku. Menurut Rathus
dan Nevid (2002), konsep diri lebih tentang persepsi kita tentang diri kita sendiri, di mana ada
sifat-sifat yang kita yakini mewakili kita, dan evaluasi kita terhadap sifat-sifat itu.
2.2 Perkembangan Konsep Diri
Menurut Erikson (Djaali, 2011:130-132), konsep diri berkembang melalui lima tahap,
yaitu sebagai berikut :
(1) Perkembangan dari sense of trust vs sense of mistrust, pada anak usia 1,5-2 tahun.
Pada tahap ini akan menciptakan konsep diri yang didasarkan dari hubungan antara
orang tua dengan anaknya. Jika seorang anak yakin bahwa orang tuanya dapat memberi
perlindungan dan rasa aman bagi dirinya, pada diri anak akan timbul rasa percaya terhadap
orang dewasa yang nantinya akan berkembang menjadi berbagai perasaan yang sifatnya
positif.
(2) Perkembangan dari sense of anatomy vs shame and doubt, pada anak usia 2-4 tahun.
Pada tahap ini dapat mengembangkan sikap mandiri pada anak, jika anak diberi
kesempatan untuk melakukan segala sesuatu menurut kemampuannya, sekalipun kemampuan
yang terbatas, tanpa terlalu banyak ditolong ataupun dicela. Sebaliknya, anak akan merasa
malu dan ragu-ragu, jika tidak diberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.
(3) Perkembangan dari sense of imitative vs sense of guilt, pada anak usia 4-7 tahun.

4
Pada tahap ini seorang anak mulai menunjukkan rasa ingin tahunya, jika pada tahap
ini anak mendapatkan hukuman dari perilaku yang menunjukkan rasa ingin tahunya, kelak
akan membuat anak tersebut merasa bersalah dan takut-takut.
(4) Perkembangan dari sense of industry vs inferiority, pada usia 7-12 tahun.
Pada tahap ini anak mulai memasuki remaja awal, ia mulai berkompetisi dan berusaha
menunjukkan prestasi. Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan negatif diri jika tidak ada
yang memberikan motivasi dan penguatan.
(5) Perkembangan dari sense of identity diffusion.
Remaja mulai mencari tahu siapa dirinya, menentukan jati diri dengan mengumpulkan
informasi dari konsep diri masa lalunya. Jika informasi kenyataan, perasaan, pengalaman yang
dimiliki tidak dapat terintegrasi hingga membentuk konsep diri yang utuh, maka remaja akan
mengalami kebingungan akan identitas atau konsep dirinya.
2.3 Bentuk Konsep Diri
1. Self Image
Self Image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini meliputi persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan
potensi tubuh. Self Image berhubungan dengan kepribadian. Pandangan dunia individu
terhadap dirinya sendiri memiliki dampak penting pada aspek psikologis individu. Pandangan
diri yang realistis dengan menerima dan mengukur bagian tubuh itu sendiri dapat
menimbulkan rasa aman, menghilangkan kecemasan, dan juga dapat meningkatkan harga diri.
2. Self Ideal
Self Ideal adalah persepsi individu tentang bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau penilaian pribadi tertentu. Self Ideal yang mulai
tumbuh pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang-orang yang penting baginya yang
memberikan manfaat dan harapan pada masa remaja, sedangkan Self Ideal ini terbentuk
melalui proses identifikasi dari orang tua, guru, dan orang lain yang dekat.
3. Social Self
Social Self merujuk pada bagaimana kita memandang diri kita dalam hubungan
dengan orang lain. Ini mencakup membangun hubungan, berempati, dan berkomunikasi.
Sehat atau tidak begitu sehat, social self juga akan memengaruhi kesejahteraan mental dan
kemampuan kita secara keseluruhan untuk memenuhi tujuan hidup. Itu karena sebagian besar
dunia kita adalah sosial dan melibatkan interaksi dengan orang lain.

5
Social Self adalah salah satu dari subkategori diukur dalam Mental Health Million
MHQ (Mental Health Quotient). Berikut beberapa hal yang mungkin dialami seseorang
dengan sisi sosial positif:
1. Sebuah rasa harga diri yang sehat termasuk citra tubuh.
2. Hubungan yang kuat dan ikatan emosional dengan teman dan keluarga.
3. Kepuasan dan kenikmatan dengan keintiman fisik dalam hubungan.
4. Kemampuan untuk secara efektif dan tepat berkomunikasi dengan orang secara lisan dan
nonverbal.
5. Empati dan pemahaman sudut pandang orang lain.
4. Multiple-Self
Multiple self merupakan salah satu ekstrem berkepribadian ganda (secara resmi
dikenal sebagai disosiatif gangguan identitas/Identity Disorders) di mana individu memiliki
dua atau lebih kepribadian (sub atau alternatif kepribadian), yang masing-masing memiliki
set memori, pikiran, emosi, dan perilaku sendiri. Dalam kasus dramatis, berbeda
Subpersonalia tidak menyadari adanya kepribadian yang berbeda terhadap satu sama lain
(mutually amnesic). Dalam beberapa kasus lain, subpersonaliti mungkin menyadari yang lain
tapi kesadaran tidak saling (satu arah amnesia). Sementara dalam kasus lain mereka mungkin
menyadari satu sama lain dan bahkan berkomunikasi (saling mengenali).
Perbedaan subpersonality dari seseorang yang mengalami multiple personality, dapat
dikonsepkan dalam teori subselves saat ini dan tujuan dari psikoterapi biasanya adalah untuk
menggabungkan pribadi berubah menjadi diri sendiri.
2.4 Faktor Konsep Diri
Dalam bukunya Hurlock mengungkapkan kondisi yang mempengaruhi konsep diri
remaja meliputi:
a) Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa,
mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
baik.
b) Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber memalukan
yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan
penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
c) Kepatutan Seks

6
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan prilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik.
d) Nama dan julukan
Remaja peka dan malu bila teman – teman sekelompok menilai namanya buruk atau
bila mereka memberi julukan yang bernada cemooh.
e) Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seseorang anggota keluarga
akan mengidentifikasikan ciri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Apabila tokoh tersebut sesama jenis, maka remaja akan tertolong
untuk mengembankan konsep diri yang layak untuk seksnya.
f) Teman – teman Sebaya
Teman – teman sebaya memengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara yakni
pertama konsep diri remaja merupakan cerminan dan anggapan tentang konsep teman dan
dirinya. Kedua berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri- ciri kepribadian diakui
oleh kelompok.
g) Kreativitas
Remaja yang semasa kanak kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam
tugas akademis, mengembangkan peran individualitas dan identitas yang memberi pengaruh
yang baik pada konsep dirinya.
h) Cita –cita
Bila remaja mempunyai cita- cita yang tidak realistis, ia akan mengalami kegagalan
yang menimbulkan ketidakpercayaan dirinya dan timbul perasaan tidak mampu serta reaksi
yang bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Sebaliknya, remaja yang
realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan.
Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang
memberikan konsep diri yang baik.
Menurut Jalaluddin Rahmat ada dua faktor konsep diri adalah sebagai berikut:
a. Orang lain
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima, dihormati dan
disenangi orang lain karena keadaan diri, maka diri akan cenderung bersikap menghormati
menerima diri sendiri. Sebaliknya, jika orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan
menolak kita, maka kita akan cenderung menolak diri kita.
b. Kelompok Rujukan ( reference group)

7
Setiap kelompok mempunyai norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional
mengikat dan berpengaruh tehadap pembentukan konsep diri, hal ini disebut kelompok
rujukan. Dengan melihat kelompok ini orang akan mengarahkan perilakunya dan
penyesuaikan dirinya dengan ciri- ciri kelompoknya.
Gunarsa menyebutkan bahwa selain faktor lingkungan, faktor spesifik lain yang
mempengaruhi konsep diri adalah:
a) Jenis Kelamin
Kelompok lingkungan masyarakat yang lebih luas akan menuntut adanya
perkembangan berbagai macam peran yang berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
b) Harapan – harapan
Harapan – harapan orang lain terhadap orang lain sangat penting bagi orang tersebut.
Misalnya seseorang yang diharapkan untuk selalu tampil dengan kelemah lembutannya, maka
orang tersebut akan menjadikan dirinya dengan konsep diri sebagai seseorang yang selalu
tampil dengan lemah lembut.
c) Suku Bangsa
Dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu yang terdapat sekelompok
minoritas, maka kelompok tersebut akan cenderung untuk mempunyai konsep diri yang
negatif
d) Nama dan Pakaian
Nama – nama tertentu atau julukan akan membawa pengaruh pada seseorang individu
untuk pembentukan konsep dirinya. Seseorang akan mempunyai julukan yang baik, tentunya
akan termotivasi untuk memiliki konsep diri yang baik pula, begitu sebaliknya. Demikian
halnya dengan berpakaian, mereka dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai
dirinya sendiri.

8
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah pemahaman, pandangan, perasaan tentang diri sendiri yang
muncul dari adanya interaksi, dan memiliki persepsi yang bersifat psikologis, sosial, dan fisis.
Untuk membangun konsep diri, kita perlu belajar mencintai diri sendiri, mengembangkan pik
iran positif, meningkatkan hubungan interpersonal, memiliki sikap aktif yang positif, dan me
njaga keseimbangan dalam hidup. Perkembangan konsep diri menurut Erikson, terdapat lima
tahap yaitu tahap sense of trust vs sense of mistrust, sense of anatomy vs shame and doubt,
sense of imitative vs sense of guilt, sense of industry vs inferiority, dan sense of identity
diffusion.

Konsep diri memiliki bentuk yaitu self image, self ideal, social self, dan multiple self.
Keempat bentuk itu masing-masing memiliki perbedaannya masing-masing. Selain memiliki
bentuk, konsep diri memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri individu dalam
bentuk faktor internal dan eksternal. Ketika kita memahami konsep diri kita, kita merasa bang
ga dengan diri kita sendiri, penuh percaya diri, kita dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
mencapai kebahagiaan dalam hidup.

9
DAFTAR PUSTAKA

Widiarti, P.W. (2017). Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam
Pendampingan. Jurnal informasi kajian ilmu komunikasi, 47 (1).

Lester, David (2010). A Multiple Self Theory of Personality. Nova Science Publishers, Inc. :
Newyork.

Agus Priyanto (2009). Komunikasi dan Konseling : Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Salemba Medika, Jakarta.

Rahmat, J (2007). Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung.

10
LAMPIRAN POSTER

11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai