Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“TAHAPAN DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN”

Dosen Pengampu : Ibu Susy Alestriani Sibagariang, S.Pd., MM

Disusun oleh :

Kelompok 7 :

1. Divya Cahyani Saragih (2301030060)

2. Devi Triana (2301030061)

3. Femy Chandra Winata (2301030072)

4. Brian Carson Sinaga (2301080005)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

PEMATANG SIANTAR

2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Tahapan dan Tugas-tugas Perkembangan
ini dalam tepat waktu.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susy Alestriani Sibagariang,
S.Pd., MM. Selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing
kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dalam membaca, menelaah, dan memberi masukan untuk
makalah ini.

Kami menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah kami. Kami juga berharap semoga
makalah ini mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai Tahapan
dan Tugas-tugas Perkembangan.

Pematangsiantar, 8 April 2024

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................4

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................4

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................4

1.3. Tujuan Masalah ....................................................................................5

1.4. Manfaat..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................6

2.1. Definisi Tahap-tahap Perkembangan serta Tahapan-tahapan

Perkembangan..............................................................................................6

2.2. Definisi Tugas-tugas Perkembangan dan Guna Pemahaman

Tugas-tugas Individu Membantu Individu Mencapai Kemandirian............12

2.3. Tugas-tugas Perkembangan...................................................................13

BAB III PENUTUP ...................................................................................17

3.1. Kesimpulan ...........................................................................................17

3.2. Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu dalam perjalanan hidupnya akan mengalami berbagai tahap


perkembangan yang berbeda. Tahap-tahap ini meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, masa
remaja, masa dewasa muda, masa dewasa tengah, dan masa dewasa akhir. Dalam setiap tahap
perkembangan tersebut, terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan untuk
mencapai otonomi atau kemandirian.

Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai tahap-tahap perkembangan dan
tugas-tugas perkembangan pada setiap tahap tersebut. Kami akan menjelaskan pengertian
tahapan perkembanngan, pengertian tugas dan sumber perkembangan serta tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap tahap. Tujuan dari makalah ini adalah
untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tugas-tugas perkembangan dan
bagaimana mereka berubah dan berkembang seiring dengan pertumbuhan individu.

Pentingnya pemahaman mengenai tugas-tugas perkembangan ini tidak hanya berlaku


secara lokal, tetapi juga secara global. Perkembangan individu tidak terbatas pada satu
lingkungan atau budaya tertentu, melainkan berlaku secara universal. Oleh karena itu,
pemahaman ini sangat penting bagi mahasiswa sebagai generasi penerus yang akan
mempengaruhi perkembangan masyarakat di masa depan. Dengan memahami tugas-tugas
perkembangan pada setiap tahap, diharapkan mahasiswa dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik dalam pembentukan karakter dan perkembangan individu di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tahap-tahap perkembangan dan apa saja tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh individu sepanjang rentang kehidupannya?

4
2. Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan dan bagaimana pemahaman
tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu individu mencapai otonomi atau
kemandirian?
3. Apa saja tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase
perkembangan individu?

1.3 Tujuan Penulisan :

1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep tahap-tahap


perkembangan individu.
2. Menjelaskan konsep tugas-tugas perkembangan dan pentingnya penyelesaian tugas-
tugas tersebut bagi perkembangan individu.
3. Mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase
perkembangan individu.

1.4 Manfaat Penulisan :

1. Memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik bagi pembaca, terutama
mahasiswa, tentang tahap-tahap perkembangan individu.
2. Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi pembaca tentang tugas-tugas
perkembangan dan pentingnya pemahaman ini dalam pembentukan karakter dan
perkembangan individu di masyarakat.
3. Memberikan informasi dan referensi bagi pendidik dan pihak terkait dalam
memahami dan memenuhi kebutuhan perkembangan peserta didik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tahap-tahap Perkembangan serta Tahapan- tahapan Perkembangan

Tahap perkembangan (developmental stages) adalah periode-periode penting dalam


rentang kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik,
kognitif, sosial, dan emosional yang khas. Setiap tahap perkembangan memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh individu agar dapat menyesuaikan diri dengan
baik dan berhasil dalam kehidupan.

Menurut Erik Erikson, seorang psikolog dan psikoanalisis Jerman-Amerika yang


terkenal dengan teori perkembangan psikososialnya, mengembangkan teori perkembangan
psikososial yang terdiri dari 8 tahapan perkembangan sepanjang rentang kehidupan. Proses
perkembangan menurut Erik Erikson dikuasai oleh prinsip kematangan epigenetic
(Epigenetic Principle of Maturation) yaitu bahwa tahapan-tahapan perkembangan ditentukan
oleh faktor-faktor keturunan. Awalan Epi berarti “berdasarkan atas atau bergantung pada”
jadi perkembangan bergantung pada faktor-faktor genetik. Kekuatan-kekuatan lingkungan
dan sosial yang kita hadapi mempengaruhi cara berlangsungnya tahapan-tahapan
perkembangan yang telah ditentukan secara genetik.. Adapun delapan tahap perkembangan
psikologisosial yang dikemukakan Erikson, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tahap Usia Penyesuaian X Penyesuaian Dasar Kekuatan


yang salah
Oral Sensori 0-1 Kepercayaan x Harapan
Ketidakpercayaan
Otot-otot Anal 1-3 Otonomi x Ragu-ragu Kemauan
Locomotor Genital 3-5 Inisiatif x Kesalahan Tujuan
Laten 6-11 Ketekunan x Rendah Diri Kemampuan
Remaja 12-18 Identitas Terpadu x Peran yang Kesetiaan

6
Kacau
Pemuda 18-35 Keakraban x Isolasi Cinta
Dewasa 35-55 Generatif x Stagnansi Perawatan
Usia Tua 55+ Integritas Ego x Putus Asa Kebijakan

Tahapan Perkembangan Menurut Erik Erikson, yaitu :

1. Kepercayaan Lawan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust/Harapan) (0-1 tahun)

Tahap oral pada perkembangan psikososial yang dikemukakan Erikson mirip dengan
tahap oral pada perkembangan psikoseksual yang dikemukakan Freud. Tahap ini terjadi
selama tahun pertama dari kehidupan, yaitu dari usia 0 sampai 1 tahun. Pada tahap ini, bayi
sangat tergantung sepenuhnya pada orang lain, terutama ibu, untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makan, rasa aman, dan kasih sayang. Interaksi antara bayi dan ibu menjadi
sangat penting, karena akan menentukan apakah bayi akan melihat dunia dengan sikap
percaya atau tidak percaya. Contohnya, Jika ibu memberikan kasih sayang, perhatian, dan
pemenuhan kebutuhan bayi secara konsisten, maka bayi akan mengembangkan rasa percaya
terhadap lingkungannya. Bayi akan merasa aman dan nyaman, serta memiliki harapan bahwa
kebutuhannya akan terpenuhi. Sebaliknya, jika ibu tidak responsif atau tidak dapat memenuhi
kebutuhan bayi secara konsisten, maka bayi akan mengembangkan rasa ketidakpercayaan
terhadap lingkungannya. Bayi akan merasa tidak aman dan cemas, serta memiliki harapan
yang negatif terhadap orang-orang di sekitarnya.

2. Otonomi Lawan Keraguan (Autonomy vs Shame and Doubt) (1-3 tahun)

Setelah tahun pertama, memasuki tahun kedua dan ketiga dari kehidupan, anak-anak
mulai mengembangkan kemampuan mental dan fisik yang lebih baik. Mereka dapat
melakukan banyak hal untuk diri mereka sendiri, seperti berjalan, memanjat, mendorong,
menarik, dan memegang atau melepaskan benda-benda. Pada tahap ini, anak-anak
menunjukkan kecongkakan dalam perkembangan keterampilan dan keinginan untuk
melakukan sesuatu sebanyak mungkin dari dirinya sendiri. Erikson menyebut ini sebagai
tahap "otonomi" dimana anak-anak berlatih memilih pengalaman dari kekuatan otonominya,
walaupun masih tergantung pada orang tua. Contohnya, Jika orang tua mendukung dan
mengizinkan anak-anak untuk mengekspresikan kemampuan mereka, maka anak-anak akan

7
mengembangkan rasa otonomi dan percaya diri. Mereka akan merasa bahwa mereka
memiliki kendali atas diri mereka sendiri dan lingkungannya. Namun, jika orang tua
merintangi atau membatasi anak-anak dalam mengekspresikan kemampuan mereka, maka
anak-anak akan mengembangkan perasaan ragu-ragu dan malu terhadap diri sendiri. Mereka
akan merasa tidak yakin dengan kemampuan mereka dan takut untuk mencoba hal-hal baru.

3. Inisiatif Lawan Kesalahan (Initiative vs Guilt) (3-5 tahun)

Pada tahap ketiga perkembangan psikososial, yang terjadi pada usia 3 hingga 5 tahun,
anak-anak menunjukkan keinginan untuk mengambil inisiatif dalam berbagai aktivitas.
Mereka mulai mengembangkan fantasi dan keinginan untuk menjadi orang tua dengan jenis
kelamin yang berlawanan, serta menganggap orang tua yang sama jenis kelaminnya sebagai
saingan. Misalnya, Seorang anak perempuan mungkin akan memiliki fantasi untuk menjadi
seorang ibu dan menikah dengan ayahnya, sementara menganggap ibunya sebagai saingan.
Dan, seorang anak laki-laki mungkin akan memiliki fantasi untuk menjadi seorang ayah dan
menikah dengan ibunya, sementara menganggap ayahnya sebagai saingan.

Pertanyaan kuncinya adalah bagaimana orang tua merespon aktivitas inisiatif dan
fantasi anak-anak ini? Jika orang tua menghukum atau mengabaikan perilaku tersebut, maka
anak-anak akan mengembangkan perasaan bersalah dan mempertahankan kesalahan, yang
dapat mempengaruhi semua aktivitas mereka. Namun, jika orang tua membimbing anak-anak
dengan kasih sayang dan pemahaman, maka anak-anak akan menjadi lebih realistis dan
bertanggung jawab. Hal ini akan mempersiapkan mereka untuk perkembangan selanjutnya,
termasuk pembentukan superego (hati nurani) yang sehat. Seandainya, Jika orang tua
menghukum anak perempuan karena fantasi ingin menjadi ibu dan menikah dengan ayahnya,
maka anak akan merasa bersalah dan takut untuk mengekspresikan keinginan-keinginannya.
Sebaliknya, jika orang tua memahami dan membimbing anak perempuan tersebut dengan
kasih sayang, maka anak akan belajar untuk mengelola fantasi-fantasi tersebut secara sehat
dan bertanggung jawab.

8
4. Ketekunan Lawan Kelemahan (Industry vs Inferiority) (6-11 tahun)

Pada tahap keempat perkembangan psikososial, yang terjadi pada usia 6 hingga 11
tahun, anak-anak mulai memasuki dunia sekolah dan dihadapkan pada pengaruh-pengaruh
sosial yang baru. Baik di sekolah maupun di rumah, anak-anak belajar tentang kerajinan dan
ketekunan, yaitu kebiasaan bekerja dan belajar dengan baik, sebagai cara untuk memperoleh
penghargaan atau pujian dan mendapatkan kepuasan dari keberhasilan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Contoh, seorang anak laki-laki mungkin akan membuat model pesawat terbang
atau mainan lainnya, menunjukkan ketekunan dan keterampilan dalam membuat benda-
benda. Dan, seorang anak perempuan mungkin akan belajar memasak, menjahit, atau
melakukan aktivitas lain yang dianggap sesuai dengan peran gender tradisional. Anak-anak
juga mengembangkan kemampuan penalaran deduktif dan kemampuan untuk bermain
dengan aturan-aturan, yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk kreativitas.

Bagaimana anak-anak merasa diri mereka berkembang dalam keterampilan ini, sangat
ditentukan oleh sikap dan perilaku orang tua dan guru. Jika anak-anak dicaci maki atau
ditolak, maka mereka akan mengembangkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, jika mereka
diberi penguatan (reinforcement) dan dukungan, maka anak-anak akan menjadi lebih
kompeten dan berani bekerja keras. Seandainya, jika orang tua atau guru memuji dan
memberikan penghargaan atas usaha dan keterampilan anak dalam membuat model pesawat,
maka anak akan merasa percaya diri dan termotivasi untuk terus belajar dan berkreasi.
Namun, jika orang tua atau guru mengkritik dan meremehkan hasil karya anak, maka anak
dapat mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak yakin akan kemampuannya.

5. Kohesi Identitas Lawan Kebimbangan Peran (Identity vs Role Confusion) (12-18


tahun)

Pada tahap perkembangan psikososial yang terjadi pada usia 12-18 tahun, remaja
menghadapi krisis identitas ego dasar mereka. Identitas ego adalah citra diri yang terbentuk
selama masa remaja, yang memadukan ide-ide tentang siapa diri mereka dan apa yang akan
mereka menjadi. Penerimaan identitas diri pada masa remaja tidaklah mudah. Remaja harus
membedakan peran dan ideologi yang akan menentukan arah hidup mereka. Erikson
berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan dewasa,
yang membutuhkan penundaan psikologis dan energi untuk menjalankan peran-peran baru.

9
Pada tahap ini, remaja mengalami perasaan yang kuat tentang identitas diri mereka,
yang akan menjadi dasar kepercayaan diri di masa dewasa. Namun, jika remaja gagal
mencapai identitas yang terpadu, mereka akan mengalami kebimbangan peran (role
confusion). Mereka tidak tahu siapa diri mereka, apa yang mereka inginkan, dan ke mana
mereka akan pergi. Akibatnya, mereka mungkin menunjukkan identitas negatif, seperti
menjadi nakal atau menyalahgunakan obat-obatan.

6. Keakraban Lawan Isolasi (Intimacy vs Isolation) (18-35 tahun)

Masa dewasa muda, yang berlangsung dari akhir remaja hingga sekitar usia 35 tahun,
merupakan tahap perkembangan yang lebih panjang dibandingkan tahap-tahap sebelumnya.
Pada masa ini, individu menciptakan kebebasan dari orang tua dan mulai berfungsi sebagai
orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Salah satu tugas perkembangan utama
pada masa ini adalah menciptakan keakraban dengan orang lain. Erikson menekankan
pentingnya kemampuan untuk membentuk hubungan akrab dan produktif, baik dalam
persahabatan maupun hubungan romantis. Contohnya, seorang individu yang baru lulus
kuliah dapat membentuk persahabatan yang erat dengan teman-teman kuliahnya, atau
menjalin hubungan romantis yang serius dengan pasangannya.

Dalam hubungan akrab, individu diharapkan dapat merasakan perasaan komitmen,


keterbukaan diri, dan kesediaan untuk melebur identitas diri dengan orang lain tanpa rasa
takut kehilangan diri. Misalnya, dua sahabat yang saling berbagi rahasia dan perasaan
terdalam mereka, atau pasangan yang saling mendukung dan memahami satu sama lain.

7. Generativitas lawan stagnansi (Generativity vs Stagnation ) (35-55 tahun)

Masa dewasa pertengahan (usia 35-55 tahun) adalah tahap di mana individu perlu
terlibat aktif dalam membimbing dan mengajarkan generasi berikutnya. Ini tidak hanya dalam
lingkup keluarga, tapi juga di masyarakat luas. Contohnya, seorang ibu yang tidak hanya
mendidik anak-anaknya, tapi juga aktif membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu di
lingkungannya. Atau seorang ayah yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai pada anak-
anaknya, tapi juga menjadi mentor bagi karyawan muda di tempat kerjanya. Jika individu

10
tidak dapat menemukan cara untuk mengekspresikan generativitas (membimbing generasi
berikutnya), mereka cenderung mengalami stagnasi, kebosanan, dan kurang makna dalam
hidup.

Erikson menekankan bahwa semua lembaga, baik bisnis, pemerintah, maupun


akademik, membutuhkan ekspresi generativitas ini. Dengan terlibat dalam organisasi,
individu dapat menjadi mentor atau guru bagi orang yang lebih muda, atau berkontribusi pada
kemajuan masyarakat.

8. Integritas Ego Lawan Putus Asa (Ego Integrity vs Despair) (55 tahun hingga lanjut
usia)

Pada tahap akhir perkembangan psikososial, yaitu masa kematangan dan usia lanjut,
individu dihadapkan pada pilihan antara integritas ego atau putus asa. Sikap-sikap ini akan
menguasai cara individu menilai seluruh kehidupannya. Contoh integritas ego, misalnya
seorang lansia yang telah menjalani kehidupan dengan berbagai pengalaman, baik suka
maupun duka. Meskipun ada kegagalan dan penyesalan, ia dapat menerima dan memaknai
seluruh perjalanan hidupnya dengan rasa syukur. Ia merasa puas dan damai dengan apa yang
telah dicapainya, serta siap menghadapi akhir hidupnya dengan tenang. Sedangkan putus asa
ketika seorang lansia yang merasa frustrasi dan marah karena merasa hidupnya tidak
seimbang. Ia menyesali kesalahan-kesalahan di masa lalu yang tidak dapat dimaafkan. Ia
merasa kecewa dan putus asa karena merasa tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya
dalam hidup.

Masa akhir kehidupan ini merupakan masa refleksi, di mana individu menakar seluruh
perjalanan hidupnya. Jika individu dapat menerima dan memaknai hidup dengan segala
kemenangan dan kegagalannya, maka ia dikatakan memiliki integritas ego. Sebaliknya, jika
individu mengkaji hidupnya dengan perasaan frustasi, kemarahan, dan penyesalan yang
mendalam, maka ia akan merasakan putus asa. Hal ini dapat menyebabkan individu merasa
tidak puas dan tidak damai dalam menghadapi akhir hidupnya.

11
2.2 Definisi Tugas-tugas Perkembangan dan Guna Pemahaman Tugas-tugas Individu
Membantu Individu Mencapai Kemandirian

Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada periode tertentu


dalam rentang kehidupan individu, yang apabila berhasil diselesaikan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya, sedangkan apabila
gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menolak
masyarakat, dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya" (Havighurst, 1972)
Tugas-tugas perkembangan merupakan serangkaian tuntutan atau harapan yang muncul pada
tahap-tahap tertentu dalam rentang kehidupan individu. Setiap fase perkembangan, mulai dari
masa bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa, memiliki tugas-tugas perkembangan yang khas
dan harus diselesaikan oleh individu. Contohnya, pada masa remaja, tugas perkembangan
yang harus diselesaikan adalah mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya..

Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu individu mencapai otonomi


atau kemandirian dengan beberapa cara, antara lain:

1. Memberikan arah dan fokus bagi individu dalam mencapai perkembangan yang
optimal pada setiap fase kehidupan. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
yang harus diselesaikan pada setiap fase, individu dapat lebih terarah dalam
mengembangkan kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan perkembangannya.
2. Membantu individu memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan
sosial yang sesuai dengan usianya. Hal ini penting agar individu dapat diterima dan
berperan dengan baik di lingkungannya.
3. Mendorong individu untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan baik.Hal ini
menunjukkan kemampuan individu dalam mencapai kemandirian.
4. Memfasilitasi pencapaian otonomi. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan pada setiap fase akan membantunya mencapai otonomi
atau kemandirian yang semakin tinggi. Individu yang berhasil menyelesaikan tugas-
tugas perkembangannya cenderung memiliki rasa percaya diri, tanggung jawab, dan
kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri.

12
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan
aspirasi individu.

2.3. Tugas-tugas Perkembangan

Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi
sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:

A. Masa Bayi dan Kanak-kanak (0-2 Tahun)

1. Belajar Berjalan : Pada masa ini, bayi mulai belajar mengembangkan keterampilan
motorik dan koordinasi tubuh untuk dapat berjalan secara mandiri. Mereka biasanya
mulai belajar berdiri dengan berpegangan pada benda-benda di sekitarnya, seperti
meja atau kursi, sebelum akhirnya mulai mengambil langkah-langkah kecil untuk
berjalan. Proses ini membutuhkan latihan dan dukungan dari orang dewasa di sekitar
mereka.
2. Belajar Makan Makanan Padat : Seiring dengan pertumbuhan, bayi mulai beralih dari
makanan cair atau halus ke makanan padat yang membutuhkan kemampuan
mengunyah dan menelan. Mereka akan mulai mencoba menggigit dan mengunyah
makanan yang lebih keras, seperti potongan buah atau sayuran
3. Belajar Berbicara : Pada masa ini, bayi dan anak-anak mulai mengembangkan
kemampuan berkomunikasi melalui bahasa. Mereka belajar mengucapkan kata-kata
sederhana, memahami arti kata, dan memahami struktur bahasa. Proses ini dimulai
dengan bayi mengeluarkan suara-suara seperti "mama" atau "papa", yang kemudian
berkembang menjadi pengucapan kata-kata dan kalimat yang lebih kompleks.
4. Belajar Mengendalikan Pembuangan Kotoran Tubuh : Anak-anak pada masa ini
belajar menggunakan toilet dan mengenali tanda-tanda ketika mereka perlu buang air
kecil atau besar. Mereka belajar untuk memberitahu orang tua atau pengasuh ketika
mereka membutuhkan bantuan untuk menggunakan toilet.
5. Mencapai Stabilitas Fisiologis : Bayi dan anak-anak pada masa ini belajar menjaga
keseimbangan tubuh, mengatur suhu tubuh, dan mengatur pola tidur. Mereka belajar

13
untuk duduk dengan stabil tanpa terjatuh dan mengembangkan kemampuan untuk
menjaga kestabilan tubuh.
6. Membentuk Pengertian Sederhana tentang Realitas Fisik dan Sosial : Pada masa ini,
anak-anak belajar memahami objek, ruang, waktu, dan hubungan sosial di sekitar
mereka. Mereka mulai mengenali benda-benda di lingkungan sekitar, seperti meja,
kursi, atau mainan).
7. Belajar Membangun Hubungan Emosional dengan Orang Tua, Keluarga, dan Orang
Lain : Bayi dan anak-anak pada masa ini belajar mengenali dan merespons emosi
orang lain, serta mengembangkan rasa empati. Mereka belajar membentuk ikatan
emosional dengan orang-orang di sekitar mereka, seperti tersenyum atau
menggenggam tangan orang tua sebagai respons terhadap kontak emosional
8. Belajar Memahami Perbedaan antara yang Benar dan yang Salah serta
Mengembangkan Nilai-nilai Moral : Pada masa ini, anak-anak belajar memahami
perilaku yang benar dan yang salah, serta mengembangkan nilai-nilai moral dan
empati terhadap orang lain. Mereka belajar bahwa membagikan mainan dengan teman
adalah perilaku yang baik, sementara merampas mainan dari teman adalah perilaku
yang salah. Anak-anak mulai mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep
moral dasar, seperti berbagi, membantu orang lain, dan memperlakukan orang lain
dengan baik. Mereka belajar untuk mempertimbangkan perspektif dan perasaan orang
lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin diri.

B. Masa prasekolah (2-5 tahun)

1. Mengembangkan keterampilan motorik halus seperti menggambar dan menulis.


2. Mengembangkan keterampilan sosial dan berinteraksi dengan teman sebaya.
3. Mengembangkan kemandirian dalam kegiatan sehari-hari seperti makan dan
berpakaian.
4. Mengembangkan bahasa dan kemampuan berbicara yang lebih kompleks.
5. Membentuk pengertian tentang peran gender dan perbedaan sosial.

C. Masa sekolah (6-12 tahun)

1. Mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

14
2. Mengembangkan keterampilan sosial dan berinteraksi dengan kelompok sebaya.
3. Memahami peran dan tanggung jawab dalam keluarga dan masyarakat.
4. Mengembangkan minat dan bakat dalam bidang-bidang tertentu.
5. Membentuk nilai-nilai moral dan etika.

D. Remaja awal (13-18 tahun)

1. Mengembangkan identitas diri dan eksplorasi identitas.


2. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan kritis.
3. Mengembangkan hubungan sosial dan persahabatan yang lebih kompleks.
4. Menjelajahi minat dan karier masa depan.
5. Mengembangkan kemandirian dalam pengambilan keputusan.

E. Dewasa awal (19-30 tahun)

1. Menjelajahi peran sosial dan tanggung jawab dewasa.


2. Mengembangkan hubungan romantis dan membangun keluarga.
3. Menetapkan tujuan karier dan mencapai kemandirian finansial.
4. Mengembangkan identitas diri yang stabil.
5. Mengembangkan keterampilan dalam mengelola emosi dan stres.

F. Dewasa pertengahan (31-60 tahun)

1. Menjaga hubungan dan keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan kehidupan


pribadi.
2. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan manajemen.
3. Menjaga kesehatan fisik dan mental.
4. Menjelajahi pencapaian pribadi dan pemenuhan diri.
5. Mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dan mengambil
keputusan.

15
G. Usia lanjut (di atas 60 tahun)

1. Menjaga kesehatan fisik dan mental.


2. Menjaga kualitas hidup dan mempertahankan kemandirian.
3. Mengembangkan hubungan sosial dan dukungan sosial.
4. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan peran sosial yang terkait dengan usia.
5. Mencari makna dan tujuan hidup yang baru.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Menurut Erik Erikson, proses perkembangan dikuasai oleh prinsip kematangan


epigenetik (Epigenetic Principle of Maturation), di mana tahapan-tahapan
perkembangan ditentukan oleh faktor-faktor keturunan.
2. Erikson membagi perkembangan menjadi 8 tahapan selama rentang kehidupan, yaitu
Kepercayaan Lawan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust/Harapan) (0-1 tahun),
Otonomi Lawan Keraguan (Autonomy vs Shame and Doubt) (1-3 tahun), Inisiatif
Lawan Kesalahan (Initiative vs Guilt) (3-5 tahun), Ketekunan Lawan Kelemahan
(Industry vs Inferiority) (6-11 tahun), Kohesi Identitas Lawan Kebimbangan Peran
(Identity vs Role Confusion) (12-18 tahun). Keakraban Lawan Isolasi (Intimacy vs
Isolation) (18-35 tahun), Generativitas lawan stagnansi (Generativity vs Stagnation)
(35-55 tahun), Integritas Ego Lawan Putus Asa (Ego Integrity vs Despair) (55 tahun
hingga lanjut usia).
3. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila berhasil diselesaikan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya, sedangkan
apabila gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menolak masyarakat, dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas
berikutnya (Havighurst, 1972).
4. Adapun tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst dibagi menjadi tugas-tugas
pada masa bayi dan kanak-kanak (0-2 tahun), Masa prasekolah (2-5 tahun), Masa
sekolah (6-12 tahun), Remaja awal (13-18 tahun), Dewasa awal (19-30 tahun).
Dewasa pertengahan (31-60 tahun) dan Usia lanjut (di atas 60 tahun).

17
3.2 Saran

1. Memahami dan menerapkan konsep perkembangan epigenetik Erikson dalam


memahami dan mendukung perkembangan individu pada setiap tahapan.
2. Membantu individu untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada
setiap tahapan, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
3. Mengembangkan program-program yang dapat memfasilitasi individu dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan.
4. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji efektivitas penerapan konsep
perkembangan epigenetik Erikson dan tugas-tugas perkembangan Havighurst dalam
praktik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Erikson, E. H. (1963). Childhood and society (2nd ed.). New York: Norton.

Havighurst, R. J. (1972). Developmental tasks and education. New York: David McKay
Company.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development (11th ed.). New
York: McGraw-Hill.

Ratnawulan, T. (2018). Perkembangan dan Tahapan Penting dalam Perkembangan. Jurnal


Psikologi Universitas Islam Nusantara, 10(2), 45-58.

Santrock, J. W. (2011). Life-span development (13th ed.). New York: McGraw-Hill.

Sobur, Alex, Drs., M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali
Pers

Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai