Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN LINGUISTIK PESERTA DIDIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Dr. Agus Wedi, M. Pd

Oleh :
Kelompok 3/Offering B
Muhammad Naufal Igall 230121607897
Fitria Syahra 230121606584
Fajar Dini Wulandari 230121605951
Zahra Aniqotul Maziyah 230121602056

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Departemen Teknologi Pendidikan
2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana guna memenuhi tugas kelompok
untuj mata kuliah Psikologi Pendidikan, dengan judul: “Teori Perkembangan
Kognitif Dan Linguistik Peserta Didik”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB 1........................................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................

BAB 2........................................................................................................................

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan...................................................

2.2 Pengertian Perkembangan Kognitif peserta didik............................................

2.3 Teori- Teori Perkembangan Kognitif...............................................................

2.5 Pengertian Perkembangan Linguistik.............................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu cara memahami keadaan peserta didik yaitu dengan memahami
teori perkembangan peserta didik. Dalam perkembangannya seorang peserta didik
melalui bermacam macam tahapan perkembangan, termasuk perkembangan kognitif
dan perkembangan linguistik. Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar baik di
sekolah maupun lingkungan keluarga. Perkembangan kognitif dan linguistik
merupakan komponen penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui
bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif dan linguitik sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Perkembangan Kognitif merupakan perkembangan kemampuan berpikir dan


penalaran yang semakin canggih seiring bertambahnya usia. Sedangkan
perkembangan linguistik merupakan perkembangan pemahaman dan pengembangan
bahasa yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

Tidak semua anak mencapai tonggak perkembangan pada usia yang sama.
Beberapa anak mencapainya lebih dini, beberapa anak yang lain mencapainya lebih
lambat. Proses tersebut terjadi dalam situsai yang menyangkut banyak hal, seperti
pergaulan antar anak, lingkungan yang menjadi ajang proses, dan lain sebagainya.1

1
Vebhi Valen, Makalah Perkembangan Kognitif dan Linguistik Ormord,
https://www.scribd.com/document/347185123/Makalah-Perkembangan-Kognitif-Dan-Linguistik-
Ormord, 05 Sep ‘23
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan ?


1.2.2 Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan perkembangan linguistik ?
1.2.4 Apa saja yang termasuk dalam teori perkembangan kognitif ?
1.2.5 Apa saja yang termasuk dalam teori perkembangan linguistik ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Menjelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan


1.3.2 Menjelaskan pengertian perkembangan kognitif
1.3.3 Menjelaskan pengertian perkembangan linguistik
1.3.4 Menjelaskan teori perkembangan kognitif
1.3.5 Menjelaskan teori perkembangan linguistik

1.4 Manfaat Penulisan

1.3.6 Mengetahui pengertian dan perkembangan


1.3.7 Mengetahui pengertian perkembangan kognitif
1.3.8 Mengetahui pengertian perkembangan linguistik
1.3.9 Mengetahui teori perkembangan kognitif
1.3.10 Mengetahui teori perkembangan linguistic
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan jumlah sel serta jaringan


intraseluler, artinya pertambahan ukuran fisik dan struktur suatu bagian atau seluruh
tubuh sehingga dapat diukur dalam satuan panjang dan berat. (Departemen Kesehatan
Pulau Rhode, 2012)

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu peningkatan skala, perubahan


proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan munculnya ciri-ciri baru. Pertumbuhan bersifat
unik karena setiap kelompok umur tumbuh pada tingkat yang berbeda dan setiap
organ tumbuh dalam pola yang berbeda.

Proses belajar seseorang dalam hidup dan lingkungannya merupakan salah


satu faktor yang sangat penting dalam perkembangannya, karena dalam belajar atau
beraktivitas dalam hidup pasti akan ditemukan permasalahan-permasalahan yang
perlu dipecahkan sehingga menimbulkan pengalaman-pengalaman baru yang
kemudian dapat dijadikan sebagai acuan. Seorang "guru" kedewasaan seseorang,
menuju kemajuan atau kesempurnaan. Pengalaman itu sendiri terdiri dari
pengetahuan, kemampuan atau keterampilan pemecahan masalah, dan sikap.

Pertumbuhan berasal dari kata “pertumbuhan”. Dalam KBBI sendiri


pertumbuhan mempunyai arti muncul (hidup), menjadi lebih besar atau
menyempurnakan. Oleh karena itu, pertumbuhan merujuk pada perubahan jumlah
konstitusi tubuh manusia yang disebabkan oleh berbagai faktor (faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik). Perubahan kuantitatif sendiri dapat diukur atau dinyatakan dalam
satuan dan dapat diamati dengan jelas. Misalnya berupa pertambahan, pembesaran,
perubahan ukuran dan bentuk, yang tidak ada menjadi ada, yang kecil menjadi besar,
sedikit menjadi banyak, yang pendek menjadi tinggi, dan yang kurus menjadi gemuk.

Ciri-ciri pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yang meliputi jumlah,


ukuran, bentuk, luas, tinggi badan, dan berat badan seorang anak. Selain itu, setiap
anak akan mengalami pertumbuhan secara bertahap sejak bertemunya sel telur di
dalam rahim ibu hingga usia tertentu. Setiap anak melewati tahapan perkembangan
yang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut tidak terlalu terasa ketika anak berada
dalam kategori “normal” atau tidak memiliki kebutuhan khusus terhadap gen atau sel.

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, ukuran, jumlah,


atau dimensi pada tingkat sel, organ, atau individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dalam satuan berat (gram, kilogram), panjang (cm, meter),
umur tulang, dan keseimbangan metabolisme (retensi kalsium dan nitrogen dalam
tubuh) (Soetjiningsih, 2017). Keterampilan motorik kasar yang kompleks,
keterampilan motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialitas dan kemandirian.
(Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Perkembangan mengacu pada peningkatan kemampuan struktural dan


fungsional tubuh, dan lebih kompleks. Perkembangan meliputi proses diferensiasi sel,
jaringan, organ dan sistem organ sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
menjalankan fungsinya.

Pertumbuhan dan perkembangan dengan demikian merupakan manifestasi


kompleks dari perubahan morfologi, biokimia dan fisiologis yang terjadi sejak
konsepsi hingga kedewasaan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara mandiri atau bahkan bergantian. Istilah pertumbuhan dan
perkembangan sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda namun
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan

Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses


yang serba simultan, karena apabila seorang anak hanya bertambah besar tanpa
adanya peningkatan kecerdasan dan keterampilan maka mustahil tumbuh dan
berkembang secara sempurna; sebaliknya tanpa peningkatan kecerdasan dan
keterampilan maka pertumbuhan dan perkembangan anak tidak akan sempurna.
kecerdasan Pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna tidak mungkin terjadi
tanpa keterampilan dan keterampilan. Memperbesar ukuran organ atau organ hingga
optimal.2

2.2 Pengertian Perkembangan Kognitif peserta didik

Kognitif merupakan salah satu aspek penting perkembangan peserta didik


yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan
keberhasilan mereka di sekolah. kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Muhibin Syah (2010) menyatakan bahwa
perkembangan berarti serangkaian tahapan perubahan progresif yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu dalam kehidupan manusia tanpa membedakan berbagai aspek
yang dimiliki suatu organisme 3. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga
anak mampu menjelaskan fungsi dengan wajar dalam interaksinya dengan
masyarakat dan lingkungan (Desmita, 2009). Oleh karena itu dapat dipahami bahwa
perkembangan kognitif adalah aspek perkembangan siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan, yaitu semua proses mental yang berkaitan dengan bagaimana seseorang
belajar dan berpikir tentang lingkungannya (Desmita, 2009). Sejumlah ahli psikologi
juga menggunakan istilah thinking atau pikiran ini untuk menunjukkan pengertian
yang sama dengan kognisi, yang mencakup berbagai aktivitas mental, seperti:

2
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.1-4
3
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.36
penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga
dalam hal ini, Myers (1996) menjelaskan bahwa “kemampuan membayangkan dan
menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan
penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan
pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata”.

Dari beberapa pengertian di atas bahwa kognisi atau berpikir adalah istilah
yang digunakan oleh para psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berkaitan dengan persepsi, berpikir, memori dan pemrosesan informasi yang
memungkinkan orang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan
merencanakan masa depan. atau semua proses mental yang berhubungan dengan
bagaimana individu belajar, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memprediksi, mengevaluasi, dan berpikir tentang lingkungannya. (Desmita, 2009).4

Perkembangan kognitif menurut Piaget

Jean Piaget adalah seorang psikolog kelahiran Swiss yang terkenal karena
menemukan model yang menggambarkan bagaimana manusia memahami dunia
dengan mengumpulkan informasi. Gagasan Piaget tentang perkembangan mental
mempengaruhi banyak teori perkembangan kontemporer.5

Beberapa teori- teori dan tahapan- tahapan perkembangan kognitif menurut


Pieget, antara lain :

a. Teori perkembangan Kognitif Piaget

Piaget menyatakan bahwa sejak usia balita, seseorang sudah mempunyai


kemampuan tertentu dalam mengolah benda-benda di sekitarnya. Kemampuan

4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.96- 97
5
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Banduang: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.98
tersebut masih sangat sederhana, berupa kemampuan sensor gerak. Dalam secara
aktif memahami dunianya, anak menggunakan perencanaan, asimilasi, adaptasi,
pengorganisasian, dan keseimbangan (John Santok: 2008: 46). Dengan kemampuan
ini, anak kecil akan mengeksplorasi lingkungannya dan menggunakannya sebagai
dasar pengetahuan yang nantinya mereka peroleh tentang dunia, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam kemampuan yang lebih maju dan kompleks.6

b. Tahap- tahapan perkembangan kognitif

Piaget meyakini perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-


masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang
berbeda beda. Dalam hal ini Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia
menjadi 4 tahap, yaitu: sensori- motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-
operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkrit- operasional (usia 7 sampai 11
tahun), dan tahap oprerasional formal (usia 11 tahun ke atas). Berikut empat tahapan
perkembangan kognitif menurut Pieget :

1) Tahap sensori motoric (usia 0 sampai 2 tahun)

Desmita (2009:101) mengatakan bahwa bayi bergerak dari perilaku refleksif


naluriah saat lahir ke awal pemikiran simbolik. Bayi mengembangkan pemahaman
tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensorik dan gerakan fisik.

2) Tahap pra- opersional (usia 2 sampai 7 tahun)

Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik
(Desmita, 2009).
6
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung, CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.50
3) Tahap opersional konkrit (usia 7 sampai 11 tahun)

Pada tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda (Desmita, 2009). Operasional konkret adalah tindakan mental yang bisa
dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat
anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu
kualitas objek. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional konkret adalah
pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda dan dapat
memahami hubungnnya.7

4) Tahap opersional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja)
sudah dapat berhubungan dengan peristiwa- peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak
hanya dengan objek- objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan
memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.8

Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik

7
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung, CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.50-62
8
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2014),
hal.101
Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP
dan SMA).9

a. Usia Sekolah (Sekolah Dasar)

Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah


dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana
aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai
kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi adalah hubungan-
hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan opersi
kongkret adalah aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-
peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita (2009:104).

Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karangan Desmita


(2009:104) menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah
SD) ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk
berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson &
Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan
tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan
identitas.

b. Negasi (negation)

Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir
dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan
akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret

9
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.104
opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan
memahami hubungan-hubungan antara keduanya.

c. Hubungan timbal balik (resiprokasi)

Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak
mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi
dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik
antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat,
maka anak tahu bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anak mulai mengetahui tentang
hubungan timbal balik.

d. Identitas

Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada
dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di
pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam
(Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat
mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan
tertentu.

e. Remaja (SMP dan SMA)

Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga


memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan
kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai
usia remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita, 2009).
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis,
dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.10

2.4 Pengertian Perkembangan Linguistik

Linguistik atau bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan


sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk
berinteriksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan.

Adapun kecerdasan verbal-linguistik merupakan salah satu dari multiple


intelligence yang diungkapkan oleh Howar Gardner. Kecedasan verbal-linguistik atau
biasa disebut dengan cerdaas berbahasa merupakan salah satu unsur dari kecerdasan
majemuk. Dalam kegiatan sehari-hari kecerdasan bahasa merupakan salah satu
kecerdasan yang penting, karena kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan
berbicara.

Pengembangan kecerdasan verbal-linguistik anak usia dini melalui berbagai


strategi dan kegiatan mendidik yang dapat membantu mengoptimalkan kemampuan
bahasa anak usia dini. Kemampuan bahasa yang dimaksud mencakup kemampuan
brerbicara, membaca, menyimak, atau mendengarkan dan menulis.

Seseorang dengan kecerdasan verbal linguistik yang tinggi dapat


memperhatikan suatu penguasaan bahasa yang sesuai. Orang-orang tersebut dapat
memceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan
melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis serta
dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain melalui kata-katanya.

Menurut Amstrong dalam Sujiono mengemukakan bahwa kecerdasan


linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan
10
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.105-108
kata secara efektif baik secara lisan maupun secara tertulis. Seseorang dikatakan
cerdas bahasa apabila dia dapat berargumentasi, menyakinkan orang lain, menghibur
atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diutarakannya.11

Kecerdasan linguistik-verbal atau dikenal dengan istilah pintar kata adalah


kemampuan untuk menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan secara tepat dan
akurat. Menggunakan kata merupakan cara utama untuk berpikir dan menyelesaikan
masalah bagi orang yang memiliki kecerdasan ini. Mereka cenderung mempunyai
keterampilan reseptif (input) auditori dan produktif(output) verbal yang sangat baik.
Mereka menggunakan kata untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau
membelajarkan orang lain.12

Isu-isu Teoritis Tentang Perkembangan Linguistik

Tak diragukan jika lingkungan seseorang akan memainkan peran penting


dalam perkembangan linguistik. Anak bisa mempelajari sebuah bahasa hanya bila
orang-orang di sekelilingnya menggunakan bahasa tersebut dalam percakapannya
sehari-hari. Semakin kaya bahasa yang didengarkan oleh anak artinya, semakin besar
ragam kata dan semakin rumit struktur sintaksis yang digunakan orang-orang di
sekeliling anak – semakin cepat kosakata anak berkembang.

Bukti-bukti penelitian memang menunjukan kaberadaan suatu mekanisme


perkembangan yang berbasis bahasa, yang berperan setidaknya dalam beberapa aspek
pembelajaran bahasa. Anak-anak dari seluruh budaya mempelajari bahasa yang
sangat cepat dan menguasai struktur-struktur sintasis yang rumit sekalipun saat
struktur-struktur tersebut tidak terlalu penting dalam komunikassi yang efektif.
Sumber dan bukti lainnya yang mendukung kemungkinan peran hereditas dalam
perkembangan bahasa adalah adanya periode-periode sensitif – suatu periode dimana
11
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak (Jakarta: Indeks, 2010), hlm. 55-57.
12
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak
(Multiple Intelligences): Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak (Jakarta: Kencana,
2013), hlm. 45
anak mendapatkan manfaat besar dari perkenalannya dengan bahasa pertamanya
mereka.

Tren dalam Perkembangan Linguistik

 Perkembangan kosakata.

Satu perubahan yang nyata dalam bahasa anak-anak semasa tahun-tahun


sekolah adalah peningkatan kosakata. Anak-anak mempelajari lebih banyak lagi
dengan menyimpulkan makna dari konteks tempat mereka mendengar dan membaca
kata-kata tersebut. Pengetahuan siswa mengenai makna-makna kata dan kombinasi-
kombinasinya– disebut semantika (semantics) – tidaklah bersifat lebih mutlak.
Terkadang pemahaman awal anak-anak bersifat samar-samar dan tidak akuarat. Satu
kesalahan yang kerap terjadi adalah undergeneralization ( generalisasi yang terlalu
menyederhanakan ), yang terjadi saat makna yang dilekatkan pada suatu kata terlalu
terbatas/sempit.

Dalam batas-batas tertentu, kita tentunya harus menyesuaikan materi pelajaran


dan bahan bacaan dengan kosakata siswa. Meski demikian, kita seharusnya tidak
membatasi pengajaran hanya pada kata-kata yang telah diketahui siswa. Salah satu
cara mendorong perkembangan semantika siswa adalah dengan mengajarkan
kosakata-kosakata baru beserta definisinya secara langsung.

 Perkembangan Sintaksis.

Aturan-aturan sintaksis (syntax) memungkinkan kita meletakkan berbagai kat


sekaligus sebagai kalimat-kalimat yang memilikitata bahasa yang tepat. Aturan-aturan
sintaksis sangatlah rumit, namun dalam sebagaian besar kasus kita tidak menyadari
jika adanya aturan-aturan tersebut.

 Perkembangan kemampuan mendengarkan.


Kemampuan siswa memahami apa yang didengar dipengaruhi oleh
pengetahuan mereka mengenai kosakata dan sintaksis; namun faktor-faktor lain juga
berpengaruh. Anak-anak pada masa awalSD menganggap dirisebagai pendengar yang
baik jika mereka telah duduk diam tanpa mingintrupsi guru. Baru pada usia 11 tahun
anak memahami bahwa “mendengarkan dengan baik ” melibatkan pemahaman yang
dikatakan.

 Perkembangan keterampilan komunikasi lisan.

Selama taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar, banyak anak mengalami
kesulitan dalam melafalkan bunyi sepertir dan ny. Saat berusia 8 atau 9 tahun,
sebagian besar siswa telah menguasai bunyi-bunyi bahasa ibu. Jika kesulitan
pelafalan terus berlanjut setelah masa-masa itu, perlu dilakukan konsultasi dengan
dokter ahli patologi bicara mengenai strategi-strategi perbaikan atau
penyembuhan.Sebuah komponen komunikasi lisan yang efektif adalah pragmatika
(pragmatics), yakni konveksi-konveksi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang
tepat terhadap orang lain. Pragmatika mencakup tidak hanya peraturan-peraturan
mengenai etiket – bergantian berbicara dalam suatu percakapan, berpamitan bila
hendak pergi, dan sebagainya – dan juga mencakup tentang strategi-strategi tentang
mengawali dan mengakhiri suatu percakapan, mengubah subjek pembicaraan,
menceritakan kisah, serta debat secara efektif.

 Pengembangan Kesadaran Metalinguistik.

Sepanjang masa-masa sekolah, para siswa terkadang bermain dengan bahasa,


misalnya saat mereka mendeklamasikan sajak, menyanyikan lagu, dan sebagainya.
Permainan bahasa semacam itu hampir selalu bermanfaat. Misalnya, sejak membantu
siswa menemukan hubungan antara bunyi dan huruf, dan leluson serta permainan
kata membantu siswa memahami kata-kata dan frase-frase yang sering kali memiliki
lebih dsari satu makna. Dalam kasus yang disebutkan terakhir, para siswa
mengembangkan kesadaran metalinguistik (metalinguistik awareness) kemampuan
memikirkan hakikat bahasa itu sendiri

2.5 Teori Linguistik

Dalam Kamus Linguistik, Kridalaksana seorang pakar sastra berkebangsaan


Indonesia mendefinisikan bahwa teori linguistik dengan seperangkat hipotesis yang
digunakan untuk menjelaskan data bahasa, baik bersifat lahir seperti fonem, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, wacana, maupun yang bersifat batin, seperti makna.
Adapun menurut ahli terkait teori linguistik adalah subdisiplin linguistik yang
membahas bahasa dari sudut pandang teori tertentu.

Jadi, jika melihat definisi di atas, serta melihat bagaimana operasional


terbentuknya sebuah teori, bisa dijelaskan bahwa teori linguistik merupakan hasil
generalisir seorang linguis terhadap bahasa, lalu digunakan untuk meneliti data
bahasa yang belum pernah diteliti sebelumnya. Maka secara sederhana Teori
linguistik merupakan suatu bidang dan subdisiplin yang mengulas tentang bahasa dari
perspektif teori tertentu.

Jika melihat dari terbentuknya sebuah teori, yakni hasil penelitian sebuah
hipotesis yang ternyata memang benar adanya, maka teori linguistik pada dasarnya
bertujuan untuk mengeneralisir semua bahasa dengan teori tertentu.

Teori linguistik diharapkan mampu menyusun deskripsi dan prediksi bukan hanya
dari satu data bahasa, tetapi seluruh bahasa yang ada di dunia. Bahkan, teori linguistik
juga diharapkan mampu mendeskripsikan dan memprediksi bentuk-bentuk bahasa
yang akan muncul kelak (the future creol). Memang, para linguis tidak mungkin
menyelidiki semua bahasa yang ada, tetapi dengan teori yang ia hasilkan dari
penyelidikan sebuah bahasa, ia dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
terdapat pada bahasa apapun.13

13
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.1
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran/teori
linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang bahasa, tetapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari
aliran-aliran sebelumnya. Meskipun ada aliran yang dating kemudian mengkritisi
aliran yang datangnya terlebih dahulu, tentu pembicaraannya masih terlihat dalam hal
yang sama dengan pendahulunya.

1. Teori dari Kenneth L. Pike


Kenneth L.Pike merupakan penggagas dari teori perkembangan
linguistik yaitu diberi nama teori tagmemik. Ia menerbitkan buku yang sangat
dihormati berjudul Bahasa dalam Hubungan dengan Satu Teori Struktur
Perilaku Manusia pada tahun 1954. Menurut teori tagmemik, komponen
utama sintaksis adalah tagmem, yang berasal dari bahasa Yunani dan
bermakna susunan. Tagmem adalah hubungan antara manfaat gramatikal
dengan aliran kata tertentu. Aliran kata ini dapat meletakkan manfaat
gramatikal satu sama lain.
Teori ini memang relatif baru. Dengan terbitnya buku "Grammatikal
Analysis" oleh Keneth L. Pike dan Evelyn G. Pike pada tahun 1977, kebulatan
dan kelengkapannya baru terbukti. Keduanya adalah direktur SIL (Summer
Institute of Linguistics) dan berasal dari University of Texas at Arlington.
Teori ini sebenarnya terdiri dari dua generasi. Generasi pertama terdiri dari
generasi GA (Grammatical Analysis, 1977), dan generasi kedua terdiri dari
generasi GA itu sendiri.
Aliran tagmemik memiliki ciri yaitu setiap struktur terdiri atas
tagmem-tagmem (bagian) dari kontruksi gramatikal yang memiliki empat
kelengkapan, yakni slot, class, role, dan kohesi.14

2. Teori dari Noam Chomsky


14
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.86
Berasal dari karya buku Syntactic Structure (1957), Noam Chomsky
menjadi tokoh terkenal teori transformasi. Kemudian, Chomsky memperbaiki
bukunya dan menulis karya baru berjudul Aspect of the Theory of Sintax.
Dalam buku ini, dia berpendapat bahwa ilmu bahasa adalah ilmu yang berasal
dari bahasa. Aliran ini dimunculkan oleh Avram Noam Chomsky (1928-
sekarang) sebagai reaksi terhadap strukturalisme yang mendeskripsikan
bahasa dimulai dari teks atau contoh, lalu memberikan kategori-kategori dan
menganalisisnya.
Adapun menurut Chomsky, dalam mendeskripsikan bahasa, seseorang
menekuni terlebih dahulu, secara alamiah, lalu mampu memberikan kategori-
kategori dan menampilkan seperangkat aturan untuk menghasilkan kalimat.
Dari sini dapat dipahami bahwa yang dimaksud Tata Bahasa Transformasi
Generatif (Generative Transformational Grammar) adalah tatabahasa yang
dimunculkan dari kemampuan yang ada dalam diri seseorang yang
ditransformasikan melalui kalimat yang teratur. Dalam teori ini, tata bahasa
memberikan mekanisme dalam otak yang mampu membangkitkan kalimat-
kalimat. Dengan satu kaidah, kita dapat menghasilkan (to generate) kalimat
yang tidak terhingga banyaknya.15

3. Teori dari Ferdinand De Saussure


Ferdinand De Saussure dilahirkan di Jenewa, Swiss 26 November
1857 dan meninggal di Vufflens-le-Château, Swiss pada 22 Februari 1913.
Pada usia 15 tahun ia sudah mempelajari bahasa Yunani, Sansekerta, Perancis,
Jerman, Inggris, dan Latin. Pada usia yang muda ini dia menemukan suatu
sistem bahasa yang umum: semua bahasa berakar pada 2 atau 3 konsonan

15
Ibid. hal.68
dasar. Ia mempelajari penelitian bahasa ini mula-mula kpd Adolf Pictet,
seorang Filolog teman keluarganya.
Keluarganya adalah ilmuwan natural (saintis), sehingga ia diminta
untuk kuliah di Jurusan Fisika dan Kimia tahun 1875 di Universitas Jenewa.
Setahun kemudian ia memaksa pindah ke Universitas Leipzig, Berlin untuk
mempelajari bahasa Indo-Eropa selama 4 tahun.
Ferdinand De Saussure merupakan bapak linguistik modern yang
menguraikan sebuah teori dengan analisis sinkronik-diakronik, langue-parole,
significant-signifie, dan sintagmatik-paradigmatik. Teori ini diberi nama teori
struktural dimana para ahli berpandangan bahwa hubungan antara unsur-unsur
bahasa lebih penting daripada unsur-unsur bahasa itu sendiri. Teori ini berisi
aliran praha, aliran glosematik, aliran firthian, dan aliran sistemik.
Teori struktural merupakan suatu teori yang sangat menonjol selama
20 tahun yaitu dari tahun 1930-an sampai dengan 1950-an. Aliran struktural
(Strukturalisme) bahasa lahir pada abad XX (1916), ditandai terbitnya buku
Course de Linguistiqué Genéralé, karya de Saussure. Buku ini diterbitkan oleh
koleganya, Charles Bally dan Albert Sechehaye secara anumerta, 3 tahun
setelah wafatnya de Saussure.16

4. Teori dari Plato dan Aristoteles


Dikenal sebagai filosof-filosof besar Yunani, Plato dan muridnya
Aristoteles membawa sebuah teori meskipun tradisi tradisional baru muncul
setelah zaman Yunani. Teori-teori bahasa pada aliran linguistik tradisional
berpijak pada tata bahasa Yunani (Latin). Para linguis beranggapan bahwa tata
bahasa Yunani (Latin) berlaku pada semua bahasa di dunia. Oleh karena itu,
jika ingin menjadi linguis harus mempelajari bahasa Latin. Diberi nama teori

16
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.8
tradisional karena teori ini berisi perdebatan tentang sifat suatu bahasa alami,
sifat konvensi, dan sifat teratur serta tidak teraturnya bahasa. Salah satu
kelemahan teori ini adalah ketidakmampuan untuk membedakan bahasa lisan
dari tulisan. Menjaga temuan awal juga merupakan ciri teori tradisional.
Pembahasan tentang teori linguistik tradisional ini terbagi menjadi 2
(dua) pokok bahasan jika ditilik dari sisi geografis, yakni teori linguistik
tradisional di Barat dan Timur. Dalam uraian tentang teori linguistik
tradisional di Barat, perkembangan linguistik pada zaman Yunani dan Romawi
lah yang menjadi sorotan, mengingat kedua daerah ini dianggap sebagai
tempat lahirnya peraadaban dunia.
Adapun yang dikaji pada teori linguistik di Timur, hanya difokuskan
pada wilayah India, yang dianggap sebagai awal mula kelahiran linguistik di
Timur, dan wilayah Arab yang hingga kini bahasanya menjadi salah satu
bahasa internasional, serta bahasa kitab suci agama bagi umat terbesar di
dunia.

5. Teori dari Edward Sapir (1884-1939)

Tokoh ini dilahirkan di Lauenberg, Jerman. Ia seorang tokoh linguistik


antropologis di Amerika yang merupakan murid Franz Boas. Sapir pernah
mempelajari bahasa pendudduk pantai lautan Pasifik di Amerika Utara. Ia
memulai karirnya sebagai peneliti Antropologi di Musem Nasional Kanada. Lalu,
berpindah ke Universitas Chicago (1925), kemudian ke Universitas Yale (1931).

Sapir sudah memiliki pemikiran struktural dalam bahasa sebelum adanya


strukturalisme Saussure di Swiss. Sapir telah lebih dahulu mengkaji bahasa secara
struktural pada tatabahasa Takelma tahun 1911, sedangkan Cours de Linguistique
Generale oleh de Saussure baru terbit pada tahun 1916. Sapir menyatakan bahwa
struktur bahasa adalah suatu yang digunakan secara terus menerus,
mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku. Bahasa dapat dikatakan
sebagai bagian integral dari manusia – bahasa menyerap setiap pikiran dan cara
penuturnya memandang dunianya. Linguistik Sapir tidak terhenti pada struktur
bahasa, tetapi juga merambah kawasan budaya, sastra, mitologi, dan agama.17

BAB 3

PENUTUP

17
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.61
3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan jumlah sel serta jaringan


intraseluler. ciri-ciri khusus, yaitu peningkatan skala, perubahan proporsi, hilangnya
ciri-ciri lama, dan munculnya ciri-ciri baru. pertumbuhan dan perkembangan
merupakan suatu proses yang serba simultan, karena apabila seorang anak hanya
bertambah besar tanpa adanya peningkatan kecerdasan dan keterampilan maka
mustahil tumbuh dan berkembang secara sempurna.

Kognitif merupakan salah satu aspek penting perkembangan peserta didik


yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan
keberhasilan mereka di sekolah. kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah.

Dalam terori perkembagan kognitif banyak sekali tokoh yang


mengembangkan teori perkembangan kognitif, diantaranya Jean Peaget dan Lev
Vygotsky. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat
tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan
pikiran yang berbeda-beda. . Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah
tahap sensori motorik, tahap pra-opersional, tahap opersional konkrit dan tahap
opersional formal. Sedangkan Vygotsky beranggapan bahwa anak mengkonstruk
pengetahuannya dalam sebuah kontek social. Anak mengkonstruk secara aktif
pengetahuanya secara mandiri dalam konteks interaksi dengan pengasuh, keluarga
atau komunitas dan Masyarakat.

Linguistik atau bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan


sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk
berinteriksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. dalam kehidupan sehari-hari anak bisa
mempelajari sebuah bahasa hanya bila orang-orang di sekelilingnya menggunakan
bahasa tersebut dalam setiap percakapannya. Dalam perkembangan linguistik terdapat
beberapa tren dalam pengaplikasiannya yaitu diantaranya; Perkembangan kosakata,
perkembangan sintaksis, perkembangan kemampuan mendengarkan, perkembangan
keterampilan komunikasi lisan, dan pengembangan kesadaran metalinguistik.

Menurut ahli teori linguistik adalah subdisiplin linguistik yang membahas


bahasa dari sudut pandang teori tertentu. Banyak ahli dan tokoh terkait yang memiliki
teori dan pemikirannya sendiri mengenai linguistic atau kebahasaan diantaranya
Kenneth L. Pike merupakan penggagas dari teori perkembangan linguistik yaitu
diberi nama teori tagmemic, Noam Chomsky penggagas teori transformasi, Ferdinand
De Saussure penggagas teori struktural, Plato dan Aristoteles penggagas teori
tradisional, Edward Sapir yang memiliki pemikiran tentang struktur bahasa, dan ahli-
ahli terkait lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Sujiono, Y. N., & Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta:
Indeks.
Ubaidillah. (2021). Teori-Teori Linguistik. Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu
Adab dan Budaya, UIN Sunan Kalijaga.
Valen, V. (t.thn.). Makalah Perkembangan Kognitif Dan Linguistik Ormord. Diambil kembali
dari Scribd: https://www.scribd.com/document/347185123/
Wedi, A., Murisal, Haryono, R., & Sholihin, M. (2021). Perkembangan Peserta Didik.
Bandung-Jawa Barat: CV. MEDIA SAINS INDONESIA.
Yaumi, M., & Ibrahim, N. (2013). Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai