Oleh :
Kelompok 3/Offering B
Muhammad Naufal Igall 230121607897
Fitria Syahra 230121606584
Fajar Dini Wulandari 230121605951
Zahra Aniqotul Maziyah 230121602056
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana guna memenuhi tugas kelompok
untuj mata kuliah Psikologi Pendidikan, dengan judul: “Teori Perkembangan
Kognitif Dan Linguistik Peserta Didik”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
BAB 2........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu cara memahami keadaan peserta didik yaitu dengan memahami
teori perkembangan peserta didik. Dalam perkembangannya seorang peserta didik
melalui bermacam macam tahapan perkembangan, termasuk perkembangan kognitif
dan perkembangan linguistik. Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar baik di
sekolah maupun lingkungan keluarga. Perkembangan kognitif dan linguistik
merupakan komponen penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui
bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif dan linguitik sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Tidak semua anak mencapai tonggak perkembangan pada usia yang sama.
Beberapa anak mencapainya lebih dini, beberapa anak yang lain mencapainya lebih
lambat. Proses tersebut terjadi dalam situsai yang menyangkut banyak hal, seperti
pergaulan antar anak, lingkungan yang menjadi ajang proses, dan lain sebagainya.1
1
Vebhi Valen, Makalah Perkembangan Kognitif dan Linguistik Ormord,
https://www.scribd.com/document/347185123/Makalah-Perkembangan-Kognitif-Dan-Linguistik-
Ormord, 05 Sep ‘23
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
2
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.1-4
3
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.36
penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga
dalam hal ini, Myers (1996) menjelaskan bahwa “kemampuan membayangkan dan
menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan
penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan
pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata”.
Dari beberapa pengertian di atas bahwa kognisi atau berpikir adalah istilah
yang digunakan oleh para psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berkaitan dengan persepsi, berpikir, memori dan pemrosesan informasi yang
memungkinkan orang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan
merencanakan masa depan. atau semua proses mental yang berhubungan dengan
bagaimana individu belajar, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memprediksi, mengevaluasi, dan berpikir tentang lingkungannya. (Desmita, 2009).4
Jean Piaget adalah seorang psikolog kelahiran Swiss yang terkenal karena
menemukan model yang menggambarkan bagaimana manusia memahami dunia
dengan mengumpulkan informasi. Gagasan Piaget tentang perkembangan mental
mempengaruhi banyak teori perkembangan kontemporer.5
4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.96- 97
5
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Banduang: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.98
tersebut masih sangat sederhana, berupa kemampuan sensor gerak. Dalam secara
aktif memahami dunianya, anak menggunakan perencanaan, asimilasi, adaptasi,
pengorganisasian, dan keseimbangan (John Santok: 2008: 46). Dengan kemampuan
ini, anak kecil akan mengeksplorasi lingkungannya dan menggunakannya sebagai
dasar pengetahuan yang nantinya mereka peroleh tentang dunia, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam kemampuan yang lebih maju dan kompleks.6
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik
(Desmita, 2009).
6
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung, CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.50
3) Tahap opersional konkrit (usia 7 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda (Desmita, 2009). Operasional konkret adalah tindakan mental yang bisa
dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat
anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu
kualitas objek. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional konkret adalah
pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda dan dapat
memahami hubungnnya.7
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja)
sudah dapat berhubungan dengan peristiwa- peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak
hanya dengan objek- objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan
memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.8
7
Agus Wedi, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung, CV. Media Sains Indonesia, 2021),
hal.50-62
8
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2014),
hal.101
Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP
dan SMA).9
b. Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir
dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan
akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret
9
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal.104
opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan
memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak
mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi
dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik
antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat,
maka anak tahu bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anak mulai mengetahui tentang
hubungan timbal balik.
d. Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada
dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di
pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam
(Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat
mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan
tertentu.
Perkembangan kosakata.
Perkembangan Sintaksis.
Selama taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar, banyak anak mengalami
kesulitan dalam melafalkan bunyi sepertir dan ny. Saat berusia 8 atau 9 tahun,
sebagian besar siswa telah menguasai bunyi-bunyi bahasa ibu. Jika kesulitan
pelafalan terus berlanjut setelah masa-masa itu, perlu dilakukan konsultasi dengan
dokter ahli patologi bicara mengenai strategi-strategi perbaikan atau
penyembuhan.Sebuah komponen komunikasi lisan yang efektif adalah pragmatika
(pragmatics), yakni konveksi-konveksi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang
tepat terhadap orang lain. Pragmatika mencakup tidak hanya peraturan-peraturan
mengenai etiket – bergantian berbicara dalam suatu percakapan, berpamitan bila
hendak pergi, dan sebagainya – dan juga mencakup tentang strategi-strategi tentang
mengawali dan mengakhiri suatu percakapan, mengubah subjek pembicaraan,
menceritakan kisah, serta debat secara efektif.
Jika melihat dari terbentuknya sebuah teori, yakni hasil penelitian sebuah
hipotesis yang ternyata memang benar adanya, maka teori linguistik pada dasarnya
bertujuan untuk mengeneralisir semua bahasa dengan teori tertentu.
Teori linguistik diharapkan mampu menyusun deskripsi dan prediksi bukan hanya
dari satu data bahasa, tetapi seluruh bahasa yang ada di dunia. Bahkan, teori linguistik
juga diharapkan mampu mendeskripsikan dan memprediksi bentuk-bentuk bahasa
yang akan muncul kelak (the future creol). Memang, para linguis tidak mungkin
menyelidiki semua bahasa yang ada, tetapi dengan teori yang ia hasilkan dari
penyelidikan sebuah bahasa, ia dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
terdapat pada bahasa apapun.13
13
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.1
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran/teori
linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang bahasa, tetapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari
aliran-aliran sebelumnya. Meskipun ada aliran yang dating kemudian mengkritisi
aliran yang datangnya terlebih dahulu, tentu pembicaraannya masih terlihat dalam hal
yang sama dengan pendahulunya.
15
Ibid. hal.68
dasar. Ia mempelajari penelitian bahasa ini mula-mula kpd Adolf Pictet,
seorang Filolog teman keluarganya.
Keluarganya adalah ilmuwan natural (saintis), sehingga ia diminta
untuk kuliah di Jurusan Fisika dan Kimia tahun 1875 di Universitas Jenewa.
Setahun kemudian ia memaksa pindah ke Universitas Leipzig, Berlin untuk
mempelajari bahasa Indo-Eropa selama 4 tahun.
Ferdinand De Saussure merupakan bapak linguistik modern yang
menguraikan sebuah teori dengan analisis sinkronik-diakronik, langue-parole,
significant-signifie, dan sintagmatik-paradigmatik. Teori ini diberi nama teori
struktural dimana para ahli berpandangan bahwa hubungan antara unsur-unsur
bahasa lebih penting daripada unsur-unsur bahasa itu sendiri. Teori ini berisi
aliran praha, aliran glosematik, aliran firthian, dan aliran sistemik.
Teori struktural merupakan suatu teori yang sangat menonjol selama
20 tahun yaitu dari tahun 1930-an sampai dengan 1950-an. Aliran struktural
(Strukturalisme) bahasa lahir pada abad XX (1916), ditandai terbitnya buku
Course de Linguistiqué Genéralé, karya de Saussure. Buku ini diterbitkan oleh
koleganya, Charles Bally dan Albert Sechehaye secara anumerta, 3 tahun
setelah wafatnya de Saussure.16
16
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.8
tradisional karena teori ini berisi perdebatan tentang sifat suatu bahasa alami,
sifat konvensi, dan sifat teratur serta tidak teraturnya bahasa. Salah satu
kelemahan teori ini adalah ketidakmampuan untuk membedakan bahasa lisan
dari tulisan. Menjaga temuan awal juga merupakan ciri teori tradisional.
Pembahasan tentang teori linguistik tradisional ini terbagi menjadi 2
(dua) pokok bahasan jika ditilik dari sisi geografis, yakni teori linguistik
tradisional di Barat dan Timur. Dalam uraian tentang teori linguistik
tradisional di Barat, perkembangan linguistik pada zaman Yunani dan Romawi
lah yang menjadi sorotan, mengingat kedua daerah ini dianggap sebagai
tempat lahirnya peraadaban dunia.
Adapun yang dikaji pada teori linguistik di Timur, hanya difokuskan
pada wilayah India, yang dianggap sebagai awal mula kelahiran linguistik di
Timur, dan wilayah Arab yang hingga kini bahasanya menjadi salah satu
bahasa internasional, serta bahasa kitab suci agama bagi umat terbesar di
dunia.
BAB 3
PENUTUP
17
Ubaidillah, Teori-Teori Linguistik, (Yogyakarta: Prodi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), hal.61
3.1 Kesimpulan