Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PERKEMBANGAN BAHASA


Dosen pengampu
Nurul Jariah S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh :
Kelompok 3 ( Kelas A )
Dian Pardi ( 03332311015 )
Nursyin Paji ( 03332311020 )
Retno Hardiyanti Wulandari ( 03332311021 )
Nurtasyia Masidingo ( 03332311001 )
Aulia Kartika Putri ( 03332311033 )
Rofifa S M Jen ( 03332311039 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulliah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Psikologi Pendidikan, dengan judul: perkembangan kognitif dan bahasa.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh sempurna dikerenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Ternate,7 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. Perkembangan Kognitif……………………………………………………………….
B. Perkembangan Bahasa…………………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu pola perubahan. Perubahan ini meliputi aspek
fisik, aspek kognitif dan aspek bahasa. Perubahan ini terjadi sejak manusia lahir dan berlansung
sepanjang hidupnya. Menurut pendapat Santrock, I Nyoman Surna dkk mengatakan perkembangan itu
sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif . Perubahan kuantitatif mengacu pada
perubahan kuantitas atau jumlah, sedangkan perubahan kualitatif mengacu pada perubahan struktur
atau jenis yang ditandai dengan munculnya fenomena atau gejala baru yang sulit diprediksi. Menurut
aliran Asosiasi, perkembangan adalah proses asosiasi yaitu pengalaman luar dan pengalaman dalam
berasosiasi memberikan pengertian terhadap sesuatu yang baru. Berbeda dengan aliran Asosiasi,
Psikologi Gestalt lebih menekankan perkembangan sebagai sebuah proses diferensiasi yaitu pengertian
sesuatu diperoleh ketika seseorang mampu membedakannya dengan yang lain. Aliran New Gestalt
menambahkan dengan adanya proses stratifikasi atau bertingkat.
Sedikit berbeda, aliran Sosiologis mengangap bahwa perkembangan merupakan suatu proses
sosialisasi yaitu anak-anak meniru atau menyesuaikan tingkah laku atau perbuatannya dengan aturan
atau norma sosial yang berlaku. Ketiga aliran ini sama-sama memandang perkembangan merupakan
sebuah proses penyempurnaan ke arah yang lebih baik tetapi masing-masing aliran menekankan
perubahan itu terjadi akibat yang berbeda yaitu asosiasi, diferensiasi dan sosialisasi. Jadi berdasarkan
pendapat ahli dan beberapa aliran psikologi di peroleh kata kunci dari perkembangan yaitu merupakan
suatu proses, perubahan itu terjadi ke arah yang lebih baik, dan terjadi sepanjang hayat.
Perkembangan meliputi perubahan kuantitatif dan kualitatif pada aspek biologis dan aspek
psikologis. Proses perkembangan sangat komplek, karena merupakan hasil dari proses perubahan yang
meliputi tiga aspek yaitu proses biologi, proses kognitif dan proses sosio-emosional. Proses biologis
adalah perubahan pada tubuh atau fisik anak seperti tinggi, berat badan, perkembangan otak, perubahan
hormonal di masa puber dan lainnya.Proses kognitif merupakan perubahan dalam pemikiran,
kecerdasan atau intelektual anak termasuk dalam aspek bahasa. Contohnya kemampuan anak dalam
memecahkan masalah matematika, kemampuan aspek menguasai beberapa bahasa, kemampuan main
bulu tangkis, dan lainnya. Faktor ini juga dominan dipengaruhi oleh factor genetik dan adanya
pengaruh dari lingkungan. Sedangkan Proses sosio-emosional berhubungan dengan perubahan dalam
interaksi dengan orang lain seperti terjadinya perubahan emosi pada diri anak, yang awalnya egois
berubah menjadi empati dan bisa diajak kerjasama serta memiliki kecerdasan emosional.Seorang guru
harus memahami perkembangan peserta didiknya. Pendidikan harus dirancang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
Tingkat perkembangan dapat dilihat dari Periodesasi perkembangan dimulai dari periode
Infancy (18-24 bulan), periode ini anak sangat tergantung pada pola pengasuhan orang tua. Bayi mulai
belajar bicara, bersosialisasi. Periode kedua Early Childhood (2-5 tahun), periode ini disebut juga
dengan masa prasekolah. Anak sudah mulai memiliki kemampuan, kesiapan dan mulai mengerti
dengan arahan atau petunjuk. Periode ini anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya dengan
cara bermain bersama. Periode ketiga Middle and late Childhood (6-11 tahun) disebut juga dengan
masa sekolah. Anak sudah siap untuk belajar membaca, berhitung dan belajar matematika. Periode
keempat Adolecence (10-12 berakhir 18-21 tahun). Periode ini disebut juga dengan masaremaja atau
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan yang sangat
signifikan pada fungsi tubuh diantaranya berkembangnya fungsi seksual. Periode ini disebut juga
dengan periode pancaroba dimana anak sedang mencari jatidiri. Anak sudah mulai mengembangkan
pemikiran abstrak serta berfikir logis dan idealis.Terdapat beberapa prinsip yang mempengaruhi proses
perkembangan yaitu: pembelajaran, pengalaman, interaksi sosial, penguasaan bahasa dan berlansung
secara berkelanjutan, irama dan tempo perkembangan, kematangan, faktor genetik dan usia.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu perkembangan kotnitif ?
2. Jelaskan apa itu perkembangan bahasa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kotnitif
2. Dapat memahami maksud dari berbahasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Secara bahasa kognitif yang artinya pengertian atau mengerti. Dan kognitif diartikan sebagai
proses internal di dalam pusat susunan saraf saat manusia sedang melakukan proses berpikir. Meisser
menyebut cognition sebagai perolehan, dalam penggunaan pengetahuan lewat penataan.
Sederhananya perkembangan kognitif adalah perkembangan dari kognisi yang mempengaruhi
aliran kognitif yang juga disebut sebagai perilaku dan tingkah laku dari seorang anak dengan
didasarkan pada kognisi. Juga tindakan dalam mengenal dan memikirkan sesuatu di mana perilaku atau
tingkah laku ini terjadi.
Kognitif juga disebut sebagai serangkaian aktivitas mental yang membuat seseorang mampu
melakukan hubungan, menilai sesuatu, mempertimbangkan sesuatu hingga memberi tanggapan
terhadap suatu peristiwa. Secara umum, kognitif terjadi terhadap seseorang yang mendapatkan gagasan,
ide dan pemecahan masalah yang muncul dari dalam dirinya sendiri.
Berikut pengertian Perkembangan Kognitif menurut para ahli:
 Williams dan Susanto
Menurut Williams dan Susanto disebutkan bahwa perkembangan kognitif merupakan cara
bagaimana seseorang bisa memecahkan suatu masalah dengan melihat dari cara orang tersebut
melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu sebagai sikap dalam menghadapi sesuatu, bisa dalam waktu
dekat maupun lambat.
 Meisser
Messier menyebut kognitif sebagai hal yang membahas mengenai tiga konsep penting,
berupa perolehan, penataan dan proses penggunaan dari pengetahuan serta pengalaman yang
didapat. Kognitif sebenarnya memiliki pengertian yang sangat mudah untuk dipahami, yakni terkait
tentang bagaimana perolehan, penataan hingga proses penggunaan pengetahuan.
 Gagne dan Drever
Gagne menilai kognitif sebagai proses di dalam ilmu pengetahuan yang diperoleh, kondisi
ini muncul saat orang sedang berpikir. Sementara itu, Drever meyakini bahwa kognitif sebagai
istilah umum yang dipakai dalam memahami suatu metode yang diterapkan dalam pembelajaran.

 Piaget
Menurut Piaget adalah kegiatan seorang anak bagaimana ia beradaptasi dan
menginterpretasikan obyek serta kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar dirinya.Kognitif selalu
erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Contoh dari kognitif dapat
ditunjukan oleh seorang individu ketia sedang belajar, memecahkan masalah hingga membangun
suatu ide.

2. Teori Belajar Perkembangan Kognitif


Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa teori belajar yang hanya
memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang pada hasil yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif
ini tidak hanya berbicara tentang stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Proses lebih penting ketimbang hasil
Cara berpikir yang mulai harus dibangun, mengedepankan proses sebagai hal yang
lebih penting ketimbang hasil yang didapat. Gagasan ini diklaim penting karena lewat
pembelajaran segala ilmu pengetahuan bisa didapat. Untuk tidak terjerumus dalam
kecelakaan, maka perlu membangun dan memperbaiki cara berpikir lebih dulu.
2. Persepsi
Persepsi sangat penting dijaga dalam memahami suatu proses, ini menjadi hal yang
utama dalam prosesnya. Seperti misalnya pencapaian tujuan akan memperlihatkan perilaku
seseorang yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari cara yang digunakan baik atau tidak,
sehingga pemahaman akan persepsi ini mampu berkolaborasi dengan sangat baik.
3. Tahap Belajar
Materi merupakan ringkasan dari segala jenis informasi terkait ilmu pengetahuan, dalam
prosesnya belajar bukanlah hal yang mudah. Proses paling sudah harus dipahami lebih dulu
sebelum seseorang mengerjakan sesuatu. Karena itulah, pembelajaran memang sangat
penting bagi pelajar atau murid untuk digunakan sebaik-baiknya.
4. Siswa Aktif
Peserta didik wajib aktif dalam pembelajaran, karena memang hal ini sudah seharusnya
dilakukan oleh mereka. Selain cerdas dalam memahami kondisi, siswa yang aktif berpikir
mampu mempercepat pemahaman dirinya akan sesuatu yang harus dikalahkan di dunia
pendidikan dan bidang ilmu.
5. Pikiran Kompleks
Hal ini diperlukan guna memahami informasi secara lengkap dan tidak salah, alias
tepat terkait sesuatu yang sedang terjadi. Pemahaman yang tidak komprehensif terhadap
suatu informasi juga akan membawa dampak buruk. Apalagi dalam hal ini yang dipahami
adalah sebuah ilmu pengetahuan, tentu bukan sembarangan.

3. Teori- Teori Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli


Teori perkembangan kognitif pertama kali dicetuskan oleh seorang Psikolog asal Swiss yaitu
Jean Piaget. Dalam teori perkembangan kognitif yang Piaget cetuskan, ia berpendapat bahwa
manusia mampu membangun kemampuan kognitif melalui tindakannnya yang termotivasi dari
lingkungan.Selain teori kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky pun turut
mengemukakan teori kognitif yang sifatnya adalah konstruktivis sosial. Meski sama-sama
dikemukakan oleh dua ahli psikologis, namun dua teori kognitif ini berbeda.Berikut penjelasannya:
1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif versi Jean Piaget merupakan teori konstruktivis kognitif
yang menjelaskan, bahwa anak akan terus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil
dari interaksi anak tersebut, akan menghasilkan suatu hal yang bernama skema atau skemata
atau disebut pula sebagai schemal.Skemata atau skema berarti, jenis-jenis pengetahuan
memiliki fungsi untuk membantu seorang individu melakukan interperasi serta memhami
lingkungan sekitarnya. Sifat utama dari skema ialah bahwa skema akan terus bermodifikasi,
bergerak, dinamis, berkelanjutan atau tidak dapat berhenti di satu titik saja.Agar skema mampu
terus bergerak sesuai dengan sifat yang dimiliki, maka skema pun dibantu dengan dua proses
penting bernama asimilasi serta akomodasi. Asimilasi ialah aktivitas untuk mendapatkan
sebuah informasi baru agar nantinya informasi tersebut, dimasukan ke dalam skema yang ada.
Sedangkan, akomodasi ialah proses yang terjadi ketika pengetahuan baru masuk ke dalam
skema lalu diubah menjadi skema dalam bentuk yang baru.
Dalam teori perkembangan kognitif anak versi Jean Piaget, anak usia dini akan
terpengaruh oleh aktivitas yang berkelanjutan dengan skema, asimilasi serta akomodasi secara
terus menerus, hingga akhirnya terbentukalah keseimbangan yang baru atau equilibrium
berkali-kali.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menjelaskan bahwa kemampuan dari
kognitif anak dapat berkembang secara bertahap pada rentang waktu yang berbeda-beda,
termasuk perkembangan dalam mengamati ilmu pengetahuan.Apabila seorang anak dipaksa
untuk memiliki kemampuan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan waktu perkembangannya,
maka akan menyebabkan gangguan pada periode emas anak.
Teori dari Jean Piaget ini disebut pula dengan teori genetic epistemology, karena
teorinya menjelaskan mengenai perkembangan kemampuan intelektual anak dalam masa
pertumbuhan. Ada empat tahapan dalam teori Piaget mengenai tahapan perkembangan kognitif.
Berikut penjelasannya:
a. Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 0 – 2 tahun)
Menurut Piaget, manusia lahir dengan beberapa refleks bawaan untuk mendorong
eksplorasinya. Skema, mulanya dibentuk dengan melalui proses diferensiasi refleks
bawaan. Tahapan sensorimotor merupakan tahap pertama yang menandai perkembangan
kemampuan serta pemahaman spatial. Ada enam sub tahapan dari tahapan
sensorimotor.Berikut penjelasannya:
o Sub tahapan skema refleks, sub tahapan skema ini muncul ketika lahir hingga usia
enam minggu serta memiliki hubungan utama dengan refleks.
o Sub tahapan fase reaksi sirkular primer, skema ini dimulai sejak usia enam minggu
hingga empat bulan dan memiliki hubungan utama dengan munculnya kebiasaan.
o Sub tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul ketika manusia telah berada di
antara usia empat hingga sembilan bulan dan memiliki hubungan utama dengan
koordinasi antara pemaknaan serta penglihatan.
o Sub tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul sejak usia sembilan hingga 12
bulan ketika berkembangnya kemampuan untuk melihat suatu objek sebagai hal yang
permanen meski terlihat berbeda apabila dilihat dari sudut yang berbeda, disebut
sebagai permanensi objek.
o Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul sejak usia 12 hingga 18 bulan serta
memiliki hubungan utama dengan penemuan cara baru demi mencapai tujuan.
o Sub tahapan awal representasi simbolik, memiliki hubungan utama dengan tahapan
awal dari kreativitas.
b. Tahapan Pra Operasional (Terjadi pada usia 2 -7 tahun)
Dalam tahapan kedua perkembangan kognitif, terjadi pada seorang anak dengan
rentang usia antara dua hingga tujuh tahun. Piaget berpendapat bahwa dalam tahapan
perkembangan kognitif yang kedua ini, muncul fungsi psikologis.Anak yang masuk pada
tahapan pra operasional akan memiliki kemampuan untuk berpikir secara simbolis yang
lebih berkembang, memiliki kemampuan berpikir non logis, sifat intuitif, egosentris,
animismer, kemampuan berbahas yang lebih matang, kemampuan imajinasi yang kuat serta
memiliki kemampuan memori yang lebih kuat pula.Ada dua ciri yang kuat ketika seorang
anak berada dalam tahapan pra operasional, yaitu ciri animisme dan egosentris. Animisme
maksudnya, anak memiliki kepercayaan bahwa benda tidak bernyawa itu hidup serta bisa
bergerak. Sedangkan ciri egosentris maksudnya, anak tidak mampu membedakan
perspektif dirinya dengan perspektif yang dimiliki orang lain.
c. Tahapan Operasional Konkrit (Terjadi pada usia 7 – 11 tahun)
Tahapan ketiga dalam perkembangan kognitif muncul pada rentang usia 7 hingga 11
tahun. Ada ciri pada tahapan ketiga ini, yaitu penggunaan logika yang memadai. Kemudian
pada tahapan ketiga pula, ada beberapa sub tahapan penting lainnya. Berikut
penjelasannya:
 Pengurutan, sub tahapan ini ialah kemampuan untuk mampu mengurutkan objek sesuai
dengan bentuk, ukuran serta ciri lainnya.
 Klasifikasi, ialah kemampuan anak untuk memberikan nama serta mengidentifikasi
serangkaian benda sesuai dengan ukuran, tampilan serta karakteristik lain. Termasuk
dalam gagasan bahwa serangkaian benda dapat menyertakan benda lain dalam
rangkaian identifikasi tersebut. Pada sub tahapan ini, anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika animisme.
 Decentering, pada sub tahapan ini, anak mulai mempertimbangkan aspek-aspek dari
permasalahan hingga mampu memecahkannya.
 Reversibility, merupakan sub tahapan di mana anak akan mulai paham bahwa jumlah
atau benda dapat diubah, lalu dikembalikan lagi pada keadaan awalnya.
 Konservasi, ialah sub tahapan di mana anak mulai memahami bahwa panjang,
kuantitas serta jumlah benda tidak berhubungan dengan tampilan maupun pengaturan
dari suatu objek atau benda tertentu.
 Penghilangan sifat egosentris, anak akan mampu melihat suatu hal dari sudut pandang
orang lain dan tidak lagi memiliki sifat egosentris.
d. Tahapan Operasional Formal (Terjadi pada usia 11 tahun hingga anak dewasa)
Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah tahapan operasional formal yang
dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga ia dewasa. Ciri khas dari tahapan keempat ini
ialah anak mampu berpikir secara abstrak serta mampu menalar lebih logis. Anak juga
memiliki kemampuan untuk menrik kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan.Dalam
tahapan yang terakhir ini, anak mampu memahami beragam hal seperti bukti logis, cinta
serta nilai. Anak tidak akan melihat segala sesuatunya hanya dalam bentuk putih atau
hitam, tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah ia dapatkan.Apabila dilihat
dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika pubertas dan menandai
masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara penalaran moral, kognitif, fisiologis,
perkembangan psikoseksual serta perkembangan sosial.

4. Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky


Vygotsky ialah seorang ahli psikologi dalam perkembangan kognitif anak asal Rusia. Teori
Lev Vygotsky mengenai perkembangan kognitif pun telah menjadi pegangan teori perkembangan
kognitif hingga sekarang.
Dalam teorinya, Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan dari interaksi sosial dalam
berbagai tahapan perkembangan kognitif pada anak. Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan
untuk menyusun beragam pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta
aktif.Ketika seseorang ingin lebih memahami jalan pikiran atau kondisi kognitif anak, Vygotsky lebih
memilih untuk melakukan penelusuran mengenai cara interaksi sosial yang dialami oleh anak.
Tindakan penelusuran tersebut menurut Vygotsky didasarkan pada keyakinan bahwa perkembangan
fungsi mental anak diperoleh melalui interkasi sosial dan bukan berasal dari individu itu sendiri.
Ada tiga konsep yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori perkembangan kognitif. Berikut
penjelasannya:
a. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
ZPD adalah serangkaian tugas yang sulit untuk dikerjana sendiri oleh anak. Namun,
rangkaian tugas tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan dari orang dewasa atau anak lain
yang mampu.Pada umumnya ZPD berupa suatu aktivitas mengajar di mana ada pengajar
baik orang dewasa maupun anak kecil yang lebih mampu serta ada peserta didik yaitu anak
yang tidak mampu mengerjakan serangkaian tugas tersebut.Melalui konsep ZPD ini,
Vygotsky ingin menunjukan betapa pentingnya interaksi sosial. Terutama interaksi sosial
berupa korelari antara pengajaran atau intruksi terhadapa psikologi dari perkembangan
kognitif anak. ZPD juga merupakan konsep yang menampilkan sejauh mana kemampuan
anak untuk belajar secara mandiri maupun peningkatan keilmuan melalui belajar bersama
orang lain.
b. Konsep Scafolding
Konsep kedua dari teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Vyrgotsky ialah
mengenai perubahan lecel dukungan terhadap anak selama proses belajar ZPD. Pengajar
dalam konsep ZPD perlu menyesuaikan sejumlah hal berkaitan dengan bimbingan dari
performa peserta didiknya ketika belajar.Agar mampu mengetahui sejauh mana tahap dari
perkembangan kognitif anak, maka pengajar perlu melakukan dialog. Hasil dari dialog
antara pengajar dan peserta didiklah yang menjadi alat pertimbangan untuk menyesuaikan
proses bimbingan.
c. Bahasa dan Pemikiran
Konsep ketiga dari teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky ialah bahasa
dan pemikiran. Maksudnya, fungsi bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial.
Bahasa dalam perkembangan kognitif juga memiliki fungsi sebagai alat untuk memantau,
merencanakan maupun mengontrol aktivitas dari anak.Bagi ilmu psikologi, peran bahasa
dalam perkembangan kognitif terbagi menjadi dua. Pertama adalah peram private speech
yaitu, tindakan dari anak ketika berbicara keras dengan dirinya sendiri. Umumnya,private
speech terjadi pada anak usia 3 tahun hingga 5 tahun. Setelah menyampai usia lima tahun,
umumnya fase private speech pada anak akan menghilang.Sementara peran kedua dari
bahasa ialah inner speech, yaitu ketika anak memakai kemampuan nya da;am berbicara
pada dirinya sendiri, yang digunakan sebagai alat kontrol dari perilakunya. Berbeda dengan
fase private speech, fase inner speech akan terus terbawa oleh anak hingga dewasa.

5. Fungsi Kognitif
Melalui kecerdasan yang dimiliki setiap orang, tentu adanya kemampuan dalam melakukan
identifikasi. Baik itu terhadap objek yang baik maupun yang lainnya, fungsi dari adanya kecerdasan
kognitif membawa seseorang menjadi daya tarik orang lain. Terlepas dari itu, berikut beberapa fungsi
yang dimunculkan lewat hal-hal berikut ini.
1. Mempunyai perasaan dan merasakan serta mengenali.
2. Kemampuan dalam mengolah bahasa untuk komunikasi.
3. Fungsi eksekutif, memori dan daya ingat anak.
4. Perhatian kecil yang muncul terhadap suatu bidang.
6. Tahap Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pasti dialami oleh semua orang, mulai dari anak-anak, remaja hingga
dewasa pastilah mengalami situasi ini. Karena itu muncul tahap-tahap dalam perkembangan kognitif
dengan memiliki beberapa ciri tertentu. Perkembangan ini juga memuat hal-hal berbeda, dari situasi
yang dialami hingga proses pemikiran, berikut beberapa tahap tersebut:
a. Tahap Sensorimotor (18-24 bulan)
Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia
luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya. Adapun ciri-ciri yang bisa kita lihat
tingkah lakunya:
-Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya.
-Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
-Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
-Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
-Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut.
Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu. Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah
lakunya:
 Selfcounter-nya sangat menonjol.
 Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
 Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda.
 Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
 Dapat menyusun benda-benda secara berderat tetapi tidak dapat menjelaskan
perbedaan antara deretan
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak
sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.
Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah lakunya:
 Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.
 Memiliki kecakapan berpikir logis,
 Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif
 Anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan”
 Dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah
d. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,
menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung
dengan manipulasi konkret.

7. Tiga Level Perkembangan Kognitif


a. Mengingat dan Memahami
Tingkat kemampuan paling rendah, namun dalam hal ini anak atau seseorang sudah
dituntut untuk mengenal sesuatu baik berupa benda maupun sifat kelakuan. Bisa itu
pengalaman dan ilmu pengetahuan, apabila mengacu pada taksonomi bloom.
b.Mengaplikasikan
Pada level ini tingkat kemampuan berpikir seseorang bertambah lebih tinggi ketimbang
level yang pertama. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya sudah diingat dan dipahami.
c. Menganalisis, Evaluasi dan Ciptakan
Menjadi tingkat level paling tinggi dari kedua level sebelumnya, tingkatan yang
membuat seseorang atau peserta didik untuk dapat melakukan analisis hingga evaluasi. Jika
mengacu pada taksonomi Bloom, level ini mencakup analisa, evaluasi dan melakukan kreasi.

8. Ranah dan Aspek Kognitif


a. Pengetahuan (C1)
Perkembangan dan kecerdasan kognitif merupakan pengetahuan awal, dalam hal ini
seseorang hanya mengetahui sesuatu bisa yang terjadi pada bayi dan anak balita. Tanpa harus
memikirkan sesuatu tersebut.
b. Pemahaman (C2)
Dialami seseorang ketika usia baru memasuki tujuh hingga 11 tahun, kecerdasan
kognitif dalam pemahaman membuat anak tak hanya tahu sesuatu. Tapi juga memikirkan
terkait apa sesuatu tersebut, hingga akhirnya mengenalnya..
c. Aplikasi (C3)
Perkembangan kecerdasan kognitif selanjutnya memasuki level pengaplikasian, setelah
mengetahui dan memahami terkait sesuatu. Maka proses selanjutnya adalah pengaplikasian dan
kondisi ini biasanya dialami saat berusia 12 tahun.
d. Evaluasi (C5)
Evaluasi menjadi tingkatan selanjutnya dari perkembangan kecerdasan kognitif, hal ini
muncul setelah seseorang sudah mengalami tahap mengetahui, memahami dan melakukan
tindakan tersebut dalam bentuk aplikasi secara nyata.
e. Mencipta (C6)
Merupakan aspek terakhir dari kecerdasan kognitif, sekaligus puncak dari
perkembangan kecerdasan kognitif pada manusia. Tentunya seseorang dapat dikatakan berada
di tahap ini setelah melalui tahap-tahap sebelumnya.

9. Contoh Perkembangan Kognitif


Perkembangan yang berkaitan dengan bunyi atau suara, contohnya mendengar, bernyanyi,
memainkan alat musik termasuk dalam aspek auditori.Perkembangan yang berkaitan dengan
penglihatan dan pengamatan, termasuk dalam aspek visual dalam perkembangan kognitif.Adanya
perkembangan kemampuan anak dalam kelancaran gerak motorik halus, seperti berjalan, melukis,
menggambar termasuk dalam aspek kinestetik.

B. Perkembangan Bahasa
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang
mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Oleh karena itu bahasa dan berbicara merupakan kemampuan
yang amatlah penting bagi manusia dalam menjalankan kesehariannya termasuk untuk belajar. Hal
tersebut karena belajar merupakan salah satu kunci utama dari kemampuan manusia untuk dapat
bertahan hidup dan saling membantu satu sama lain untuk mewujudkan kehidupan yang
sejahtera.Dengan demikian, perkembangan bahasa atau spesifiknya perkembangan kemampuan
berbicara dan berbahasa menjadi faktor utama dalam menentukan kesuksesan seseorang, termasuk anak
atau peserta didik. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor
biologis dan faktor sosial.Faktor biologis adalah kemempuan yang dimiliki anak sejak lahir, faktor ini
mempengaruhi perkembangan bahasa yang dimilikinya.
Sedangkan faktor sosial adalah pengaruh dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya yang
memungkinkan anak mendapatkan variasi bahasa yang baru.
1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah suatu proses perubahan di mana anak belajar mengenal,
memakai, dan menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek bahasa dan berbicara.
Perkembangan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya.
Sementara itu menurut Madyawati perkembangan bahasa adalah perkembangan kemampuan
untuk melakukan dan juga memahami informasi dan komunikasi dari orang lain. Bahasa merupakan
simbolisasi dari suatu ide atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan
diterima melalui kode-kode tertentu secara verbal (berujar) maupun non verbal (ditulis atau
diketik).Sedangkan menurut perkembangan bahasa merupakan kemampuan dalam menggunakan
bahasa untuk menyampaikan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk
mempelajari kata-kata baru. Perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun meliputi kemampuan
penggunaan kata penghubung, keterangan objek/subjek, kata kerja dasar, kata keterangan, kalimat yang
menunjukkan tingkat perbandingan, mendengarkan cerita yang panjang, bercerita, membaca, dan
menulis.Tidak hanya kemampuan teknis,perkembangan bahasa mengacu pada kemampuan untuk
menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui
kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam berbicara, menulis, dan membaca.
2. Teori Perkembangan Bahasa
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari
pandangan, hipotess atau teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga
pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak. Beberapa teori perkembangan bahasa tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Teori Nativisme
Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali alat pemerolehan bahasa language
acquisition device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan
untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian
fisiologis dari otak khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kognitif
lainnya.
McNeill menyatakan bahwa LAD terdiri dari:
 kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain,
 kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan
berkembang kemudian,
 pengetahuan tetang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan
 kecakapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan
sistem linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di
luar data linguistik yang ditemukan.
b. Teori Behavioristik
Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh
melalui rangsangan dari lingkunganya. Anak dianggap penerima pasif dari tekanan lingkungannya,
tidak memiliki perana yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalanya. Kaum
behavioris bukan hanya tidak mengakui peranan akatif si anak dalam proses pemerolehan bahasa,
malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses perkemabangan bahasa terutama
ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya.Menurut Skinner kaidah
gramatikal atau kaidah bahasa adalah perilaku verbal yang memungkinkan seorang dapat
menjawab atau mengatakan sesuatu. Namun, kalau kemudian anak dapat berbicara, bukan lah
karena “penguasaan kaiadah (rule-governed)” sebab anak tidak mengungkapkan kaidah bahasa,
melainkan dibentuk secara langsung oleh faktor di luar dirinya.
Kaum behavioris tidak mengakui pandangan bahwa anak mengusai kaidah bahasa dan
memiliki kemampuan untuk mengabstrakan ciri-ciri penting dari bahasa di lingkunganya. Mereka
berpendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa
anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal
yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui
prinsip pertalian S <->R (stimulus- respons) dan proses peniruan-peniruan.
c. Teori Kognitivisme
Piaget menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan
salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi
oleh nalar; maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan
lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa.
Hubungan perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa pada anak dapat kita lihat dari
keterangan Piaget mengenai tahap awal dari perkembangan intelektual anak. Tahap perkembangan
dari lahir sampai usia 18 bulan oleh Piaget disebut sebagai tahap “sensori motor”. Pada tahap ini
belum ada bahasa karena anak belum menggunakan lambang untuk dunia melalui alat indranya
(sensory) dan gerak kegiatan yang dilakukannya (motor). Anak hanya mengenal benda jika benda
itu dialaminya secara langsung. Begitu benda itu hilang dari penglihatannya maka benda itu
dianggap tidak ada lagi.Menjelang akhir usia satu tahun barulah anak itu dapat menangkap bahwa
objek itu tetap ada (permanen), meskipun sedang tidak dilihatnya. Sedang dilihat atau tidak benda
itu tetap ada sebagai benda, yang memiliki sifat permanen. Sesudah mengerti kepermanenan objek,
anak menggunakan simbol untuk mempresentasikan objek yang tidak lagi hadir di hadapannya.
Symbol ini kemudian menjadi kata-kata awal yang diucapkan si anak. Jadi, menurut pandangan
kognitivisme perkembangan kognitif harus tercapai lebih dahulu dan baru sesudah itu pengetahuan
itu dapat keluar dalam bentuk ketrampilan berbahasa.

3. Tahap Perkembangan Bahasa


Pada mulanya, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti berbagai suara yang
didengarnya. Tidak hanya itu, ia sebetulnya sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta
ekspresi wajah orang yang dilihatnya pada jarak tertentu. Meskipun masih bayi, seorang anak akan
mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan memberikan respons lewat
gerak tubuh dan suara.Sejak dua minggu pertama bayi mulai terlibat dengan percakapan, dan pada
minggu ke-6 ia akan mengenali suara ibu atau orang terdekat lainnya. Pada usia 8 minggu, bayi mulai
mampu memberikan respons terhadap suara yang dikenalinya. Pada saat anak berumur antara 1 hingga
2 tahun, kosakatanya dapat mulai tumbuh dengan sangat cepat hingga beberapa ribu persen. Jika dilihat
dari rangkaian kata, tahapan perkembangan bahasa menurut Gage & Berliner, dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Tahap satu kata.
Bahasa dalam bentuk ucapan-ucapan kata tunggal biasanya dimulai setelah tahun
pertama kehidupan. Sekitar usia 15 bulan, anak menguasai 50 kosa kata dengan jelas.
Sebagian besar kosakata ini berkaitan dengan objek seperti: susu, baju, kue, sepatu, dll.
b. Tahap Dua Kata.
Pada usia satu tahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata
yang memiliki makna. Sebenarnya ia juga sudah mampu memahami sebuah objek
sederhana yang diperlihatkan padanya. Pada usia 15 bulan, anak mulai bisa mengucapkan
dan meniru kata sederhana yang sering didengarnya untuk kemudian mengekspresikannya
pada porsi dan siatuasi yang tepat. Di usia 18 bulan, ia sudah mampu menunjuk objek-
objek yang dilihatnya di buku atau hal lain yang dijumpainya setiap hari. Selain itu, ia juga
mampu menghasilkan kurang lebih 10 kata yang bermakna.
c. Tahap lebih dari dua kata.
Jika lebih dari dua kata terbentuk, tahap baru perkembangan linguistik dimulai, dan
ditandai dengan pengenalan imbuhan (awal dan akhiran). Anak berusia sekitar 2 hingga 5
tahun sering menampilkan penggunaan bahasa yang sangat kreatif. Chukovsky
menjelaskan bahwa dimulai pada usia dua tahun, setiap anak dalam waktu yang singkat
menjadi seorang jenius linguistik (jenius kebahasaan). Hal ini menunjukkan bahwa pada
usia dua tahun ke atas perkembangan bahasa anak berlangsung sangat cepat. Penelitian
Berko-Gleason menunjukkan bahwa saat anak melampaui tahap pengucapan dua kata,
mereka dapat menunjukkan bahwa mereka menguasai beberapa aturan morfologi. Anak-
anak juga menguasai kemajuan dalam fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Kemudian menjelang akhir sekolah dasar, kebanyakan anak dapat mengaplikasikan aturan
bahasa yang benar. Pada masa remaja, kosakata bertambah dengan kata abstrak, sedangkan
pada masa remaja akhir, individu mulai bisa mengapresiasi karya sastra dewasa.

4. Pengaruh Orang Dewasa dalam Perkembangan Bahasa


Menurut Gage dan Berliner meskipun intervensi langsung, koreksi, dan latihan mungkin
memiliki efek pada perolehan bahasa anak-anak, orang tua dan saudara kandung yang lebih tua
memiliki pengaruh yang lebih besar. Bahasa berkembang secara alami, namun pengembangan literasi
membutuhkan perhatian lebih. Dalam hal ini interaksi anak dengan orang tua dan lingkungan sekitar
sangat penting, demikian juga buku-buku atau literatur yang menjadi sumber bacaan anak serta
rangsangan edukatif lainnya, misalnya pembacaan dongeng.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah tentang perkembangan kognitif dan bahasa, kami dari kelompok 3 bisa
menyimpulkan bahwa:
Perkembangan kognitif merupakan proses yang sangat kompleks yang melibatkan perubahan
dalam pemikiran, pemahaman, dan pengolahan informasi pada anak-anak. Teori-teori perkembangan
kognitif seperti teori Piaget telah membantu kita memahami langkah-langkah penting dalam
perkembangan ini.
Bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan kognitif anak. Kemampuan
berkomunikasi melalui bahasa memungkinkan anak untuk mengakses pengetahuan, berinteraksi dengan
lingkungan, dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitarnya.Proses
belajar bahasa pada anak melibatkan berbagai tahap, mulai dari mendengarkan dan memahami kata-
kata hingga kemampuan berbicara, membaca, dan menulis. Lingkungan sosial dan interaksi dengan
orang dewasa memiliki peran kunci dalam perkembangan bahasa anak.
Anak-anak mengalami perubahan dalam pemikiran mereka saat tumbuh. Mereka belajar dan
memahami dunia di sekitar mereka.Bahasa adalah alat penting dalam perkembangan ini. Anak-anak
belajar berbicara, mendengar, membaca, dan menulis untuk berkomunikasi dan memahami lebih
banyak hal.Lingkungan, interaksi dengan orang dewasa, dan pengalaman berperan dalam
perkembangan bahasa dan kognitif anak.Penting untuk memahami perkembangan ini agar kita bisa
memberikan dukungan yang sesuai kepada anak-anak selama masa pertumbuhan mereka.Pentingnya
memahami perkembangan kognitif dan bahasa anak adalah untuk memberikan dukungan yang tepat
dan stimulasi yang diperlukan dalam masa kritis perkembangan ini. Pendidik dan orang tua memiliki
tanggung jawab untuk memahami proses ini dan berkontribusi pada perkembangan anak dengan cara
yang positif. Dengan memahami kompleksitas perkembangan kognitif dan peran bahasa dalam proses
ini, kita dapat meningkatkan cara kita mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,
memastikan bahwa mereka memiliki fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.
B. Saran
Dari penjelasan diatas kami menyadari masih banyak kekurangan dan untuk itu kami
selaku penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kesalahan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga penulisan makalah ini dapat bemanfaat bagi pembaca dan
menjadi motivasi bagi kita semua. Oleh karena itu kita semua harus menambah wawasan kita
lagi agar memiliki pengetahuan lebih.
DAFTAR PUSTAKA

…(2022,May 3) Pengertian Perkembangan Kognitif ,Teori,Fungsi Dan Contohnya .Sampoerna


Academy.Diakses Pada 7 Oktober 2023 melalui
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/perkembangan-kognitif/
Gilang,P (2021) Perkembangan Kognitif:Pengertian,Teori Dan Tahapannya.Gramedia Blog.Diakses Pada 7
Oktober 2023 melalui
https://www.gramedia.com/best-seller/tahap-perkembangan-bahasa-anak-usia-dini/
Thabruni,G(2022,September 9)Perkembangan bahasa:Pengertian,Teori,Pemerolehan,Dan tahapan.Serupa.Id.
Diakses Pada 7 Oktober 2023 melalui
https://serupa.id/perkembangan-bahasa-pengertian-teori-pemerolehan-tahapan/

Anda mungkin juga menyukai