Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN EMOSIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Sri Wahyuni, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Wahyusman Fitro Romaddan (21130075)

Rahmat Akbar (21190030)

Prima Aprianka (21130062)

Umi Fatonah (21130081)

Ria Afrina (21130022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada kehadiran Allah SWT. karena atas nikmat
iman dan islam-Nyalah kita masih dapat merasakan nikmatnya kehidupan ini. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya,
sahabatnya, pengikutnya, dan umatnya yang telah dan sedang menegakkan ajaran Islam.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Islam Nusantara
pada semester empat dengan mengangkat tema “Perkembangan Kognitif dan Emosional”. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari bantuan banyak pihak, terutama
kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Wahyuni, M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan yang telah memberi kami kesempatan untuk memaparkan materi ini dan serta
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Juga kepada
semua pihak yang tekah berperan dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami, bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum wr.wb

Bogor, 20 Mei 2023

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Pengertian Kognitif dan Emosional...................................................................5
B. Perkembangan Kognitif dan Emosional............................................................6
C. Pengaruh emosi dalam perkembangan dan pertumbuhan...............................8
D. Jenis Jenis emosi..................................................................................................6
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi.........8
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dapat didefinisakan sebagai suatu pola perubahan. Perubahan ini
meliputi aspek fisik, aspek kognisi, dan aspek sosioemosional. Mengutip dari pendapat I
Nyoman Surna dkk mengatakan bahwa perkembangan itu sebagai perubahan yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif (Surna & Pandeirot, 2014). Perubahan kuantitatif
mengacu pada perubahan kuantitas atau jumlah, sedangkan perubahan kualitatif mengacu
pada perubahan struktur atau jenis yang ditandai dengan munculnya fenomena atau gejala
baru yang sulit di prediksi.
Menurut aliran Asosiasi, perkembangan adalah proses asosiasi yaitu pengalaman
luar dan pengalaman dalam berasosiasi memberikan pengertian terhadap sesuatu yang
baru. Tingkat perkembangan dapat dilihat dari Periodesasi Perkembangan dimuali dari
periode Infancy (18-24 bulan), periode ini anak sangat tergantung pada pola pengasuhan
orang tua. Bayi mulai belajar berbicara, bersosialisasi. Periode kedua Early Childhood (2-
5 tahun), periode ini disebut juga dengan masa prasekolah. Anak sudah mulai memiliki
kemampuan, kesiapan dan mulai mengerti dengan arahan atau petunjuk. Periode ini anak
sudah bersosialisasi dengan teman-temannya dengan cara bermain bersama. Periode
ketiga Middle and Late Childhood (6-11 tahun) disebut juga dengan masa sekolah. Anak
sudah siap untuk belajar membaca, berhitung dan belajar matematika. Periode keempat
Adolocene (10-12 berakhir 18-21 tahun). Periode ini disebut juga dengan masa remaja
atau peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan
yang sangat signifikan pada fungsi tubuh diantaranya berkembangnya fungsi seksual.
Periode ini disebut juga dengan periode pancaroba dimana anak sedang mencari jatidiri.
Anak sudah mulai mengembangkan pemikiran abstrak serta berfikir logis dan idealis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kognitif dan Emosional?
2. Bagaimana Tahap Perkembangan Kognitif dan Emosional?
3. Bagaimana Pengaruh emosi dalam perkembangan dan pertumbuhan?
4. Apa saja Jenis Jenis emosi?
5. Apa Saja Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kognitif dan Emosional.
2. Untuk Mengetahui Tahap Perkembangan Kognitif dan Emosional.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh emosi dalam perkembangan dan pertumbuhan.
4. Untuk Mengetahui Jenis Jenis emosi.
5. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dan
emosi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kognitif dan Emosional

kata “kognitif” atau “pengetahuan” secara etimologis merupakan bahasa inggris


yang bersinonim dengan “knowing” atau “mengetahui”. Dalam pengertian yang lebih
luas adalah bagaimana cara memperoleh, mengatur, dan menggunakan pengetahuan
informasi. Menurut pendapat Caplin dalam Muhibbin Syah yang mengatakan bahwa
perilaku kognitif adalah perilaku mental yang sepenuhnya terfokus di dalam otak dan
berhubungan dengan kehendak atau konasi dan dengan perasaan atau afeksi. Proses
perkembangan kognitif berkaitan erat dengan proses perkembangan otak. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan otak terjadi sejak
masa kanak-kanak hingga dewasa. Saraf otak terus berkembang setidaknya sampai usia
remaja, dan perkembanga maksimal terjadi pada masa kanak-kanak. Beberapa istilah
dikaitkan dengan perkembangan sistem saraf ini, yaitu myelination synapse dan
lateralisasi.

Myelination merupakan suatu kondisi atau proses dimana lemak yang bersekat-
sekat menyelimuti sel otak dan sel syaraf. Myelination penting untuk menfokuskan atau
memusatkan perhatian anak. Proses ini belum lengkap pada saat anak masih usia pra
sekolah, sehingga anak-anak prasekolah mudah teralihkan perhatianya dan tidak bisa
betah dengan satu aktivitas. Lateralisasi adalah spesialisasi antara satu belahan otak
dengan belahan lainnya. Menurut Gazzaniga dkk terdapat dua belahan otak yaitu otak kiri
yang terkait dengan pemprosesan nonverbal lebih cenderung keberfikir logis dan otak
kanan terkait dengan pemprosesan verbal lebih cenderung ke kreatif. Tapi dalam
pemprosesan informasi sering melibatkan komunikasi antara keduanya. Dengan kata lain
otak kiri dan kanan tidak berdiri sendiri-sendiri tapi saling berhubungan dalam mengolah
informasi.(Neviyarni, 2020)

Pengertian kognitif menurut Drever dalam Nuraini (2004) menjelaskan bahwa


kognitif adalah istilah umum yang meliputi pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penilaian dan penalaran. Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif,
dan sosioemosional sejak lahir yang berlanjut sepanjang hidup. Dalam pendidikan,
perhatian khusus harus diberikan pada perkembangan anak, karena setiap anak memiliki
karakteristik dan keunikannya masing-masing, serta kecenderungan bawaan untuk
berinteraksi tidak membosankan bagi anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
pendidikan harus didasarkan pada perkembangan anak, sehingga tidak terlalu sulit, tidak
terlalu menegangkan, dan tidak terlalu mudah.

Sedangkan pengertian perkembangan emosional adalah kemampuan siswa untuk


berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka menanggapi peristiwa di
lingkungannya. Hal ini ditandai dengan memperluas hubungan dengan keluarga dan
teman sebaya untuk berinteraksi, bersosialisasi dan berkolabirasi dengan orang lain.
Ketika berbicara tentang perkembangan sosio-emosional ada dua aspek yang perlu
diketahui tentang peningkatan dan pengembangan diri. Pertama moralitas, yaitu harga diri
(self-esteem) dan identitas diri. Santrock (2008) menjelaskan bahwa harga diri adalah
gambaran keseluruhan seseorang tentang diri mereka sendiri. Harga diri juga dikenal
sebagai harga diri atau citra diri. Seseorang dengan harga diri rendah karena tidak
mendapatkan dukungan emosional dan penerimaan sosial yang cukup. Harga diri rendah
yang terus menerus adalah masalah serius dan dapat menyebabkan prestasi rendah,
ganguan makan dan kejahatan.(Naldi, 2018)

yaitu menurut Drever dalam Nuraini (2004) menjelsakan bahwa kognitif adalah
istilah umum yang meliputi pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna,
penilaian dan penalaran. Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional sejak lahir yang berlanjut sepanjang hidup. Dalam pendidikan, perhatian
khusus harus diberikan pada perkembangan anak, karena setiap anak memiliki
karakteristik dan keunikannya masing-masing, serta kecenderungan bawan untuk
berinteraksi tidak membosankan bagi anak.dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
pendidikn harus didasarkan pada perkembangan anak, sehingga tidak terlalu sulit, tidak
terlalu menegangkan, tidak terlalu mudah, dan
Teori perkembangan kognitif menurut pieget, ada dua proses yang dilakukan oleh
anak dalam menggunakan dan mengadaptasikan skema, yaitu:
1. Asimilasi, adalah proses mental yang terjadi ketika anak menghubungkan
informasi baru dengan informasi yang sudah ada;
2. Adaptasi, yaitu proses mental yang terjadi pada saat anak beradaptasi dengan
pengetahuan baru. Selain itu, anak mengatur pengalamannya secara kognitif
yang dikenal dengan organisasi. Menurut pieget, pengorganisasian adalah
upaya untuk mengelompokkan perilaku individu menjadi tatanan yang lebih
terorganisir.

Selanjutnya, teori perkembangan kognitif menurut vygotsky yaitu, tidak seperti


jean pieget, perkembangan vygotsky terkait erat dengan pendapat orang lain. Teori pieget
menjelaskan bahwa perkembangan anak mendahului belajar, ini berarti bahwa struktur
kognitif tertentu harus dibentuk sebelum jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi.
Vygotsky menjelaskan bahwa belajar mendahului perkembangan. Menurut vygotsky
belajar adalah perolehan tanda-tanda yang diperoleh melalui instruksi dan pengetahuan
dari orang lain. Perkembangan berkaitan dengan pengaturan diri, yaitu kemampuan
berpikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Simbol-
simbol yang diciptakan secara budayalah yang membantu orang berpikir, berkomunikasi,
dan memecahkan masalah-masalah ini (simbol atau tanda yang terinternalisasi).

Sedangkan pengertian perkembangan emosional adalah kemampuan siswa untuk


berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka menanggapi peristiwa di
lingkungannya. Hal ini ditandai dengan memperluas hubungan dengan keluarga dan
teman sebaya untuk berinteraksi, bersosialisasi dan berkolabirasi dengan orang lain.
Ketika berbicara tentang perkembangan sosio-emosional ada dua aspek yang perlu
diketahui tentang peningkatan dan pengembangan diri. Pertama moralitas, yaitu harga
diri (self-esteem) dan identitas diri. Santrock (2008) menjelaskan bahwa harga diri adalah
gambaran keseluruhan seseorang tentang diri mereka sendiri. Harga diri juga dikenal
sebagai harga diri atau citra diri. Seseorang dengan harga diri rendah karena tidak
mendapatkan dukungan emosional dan penerimaan sosial yang cukup. Harga diri rendah
yang terus menerus adalah masalah serius dan dapat menyebabkan prestasi rendah,
ganguan makan dan kejahatan.

B. Tahap Perkembangan Kognitif dan Emosional


Tahap perkembangan kemampuan kognitif manusia terbagi dalam beberapa fase.
Jean Piaget membagi perkembangan kemampuan kognitif manusia menurut usia menjadi
empat tahapan, yaitu:
1. Tahap Sensori (sensori-motor)
Perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada usia 0-2 tahunpada tahap
sensori ini, bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis. Tahap ini pemikiran anak mulai melibatkan
penglihatan, pendengaran, pergeseran, dan sentuhan serta selera. Artinya anak
memiliki kemampuan untuk menangkap segala sesuatu melalui inderanya.
Bagi Jean Piaget, periode ini sangat penting untuk mendorong perkembangan
pemikiran dasar untuk pengembangan kecerdasan. Oleh karena itu, sangat
bermanfaat bagi anak untuk belajar dengan lingkungannya. Ketika anak mulai
menaggapi bahasa lisan orang lain ataupun orang dewasa, itu lebih umum dan
belum mencapai tahap berpikir.
2. Tahap Praoperasional (preoperational)
Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi para rentang usia 2-7
tahun. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata
dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi inderawi
dan tindakan fisik.
3. Tahap Operasi Konkrit (concreteoperational)
Tahap operasi konkrit terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap ini
akan dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit
dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda,
yaitu kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu yang sudah ada, tetapi
tidak dapat memecahkan masalah abstrak.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan
mengembangkan ingatan terhadap substansi. Di usia 9 atau 10 tahun,
kemampuan terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai diasah, yakni
ingatan tentang ruang. Dalam tahap ini seorang anak juga belajar melakukan
pemilihan (classification) dan pengurutan (seriation).
4. Tahap Operasi Formal (formal operational)
Tahap operasi formal ada pada rentang usia 11 tahun sampai dewasa. Pada
fase ini dikenal juga dengan masa remaja. Remaja berpikir dengan cara lebih
abstrak, logis, dan lebih idealistik. Tahap operasional formal, usia 11-15 tahun
pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan
memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Selain kemampuan abstraksi, pemikiran formal-operasional juga memiliki
kemampuan untuk mengidealkan dan membayangkan kemungkinan. Pada
tahap ini, anak mulai memikirkan kualitas ideal yang mereka inginkan dalam
diri mereka dan orang lain. (Perkembangan & Jean, 2020)

Adapun tahap perkembangan emosional mengutip dari pendapat Campos (dalam


santrock 2007) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika
seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut.
Emosi mewakili perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan
dengan situasi atau interaksi yang dialami. Emosi bisa datang dalam bentuk senang,
takut, marah, dan sebagainya.

Emosi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu emosi positif dan negatif. Santrock
menunjukan bahwa emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan pengalaman sebelumnya.
Terutama ekspresi wajah dari emosi, disini emosi dasar yaitu seperti kebahagiaan,
keterkejutan, kemarahan, dan ketakutan memiliki ekspresi wajah yang sama dalam
budaya yang berbeda. Emosi memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan
anak, baik pada tahap prasekolah maupun tahap perkembangan selanjutnya, karena
mempengaruhi perilaku anak.

Pada usia prasekolah, anak belajar mengendalikan dan mengekspresikan emosi.


Pada usia 6 tahun, anak-anak lebih memahami konsep emosi yang kompleks, seperti
cemburu, bangga, sedih, dan kehilangan, namun anak masih kesulitan mengartikan
perasaan orang lain. Pada tahap ini, anak membutuhkan pengalaman dalam pengaturan
emosi, yang meiliputi kemampuan untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosi,
mempertahankan perilaku yang terorganisir ketika emosi yang kuat muncul, dan
dibimbing oleh pengalaman emosional.
Perkembangan emosional menurut santrock (2007) pada anak usia dini yaitu
ditandai dengan munculnya emosi evaluatif yang timbul dari kesombongan, rasa malu,
dan emosi perasaan bersalah, dimana timbulnya perasaan ini menandakan bahwa anak
sudah mulai memahami dan menggunakan aturan dan norma sosial untuk mengevaluasi
perilaku anak.(Fuadia, 2022)

C. Pengaruh Emosi Dalam Perkembangan dan pertumbuhan

1. Usia Dini

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik
pada masa bayi, prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak memiliki kebutuhan
emosional yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten,
dan kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi. Apabila kebutuhan emosi ini dapat
dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang
bersifat negatif.

Perkembangan emosi anak secara individu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
internal namun juga eksternal sebagai berikut:

1. keadaan anak secara individu


Perkembangan emosi anak secara individu dapat terpengaruh oleh adanya
ketidaksempurnaan fisik atau kekurangan pada diri anak itu sendiri. Jika
terjadi hal seperti ini, bukan tidak mungkin anak akan merasa rendah diri,
mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungannya. Anak akan merasa
tidak nyaman dengan ketidaksempurnaan yang dimilikinya. Mereka akan
cenderung menutup diri dari pergaulan teman sebaya yang juga akan
mempengaruhi perkembangan sosial.
2. pengalaman belajar
pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang
mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain belajar dengan coba-coba. Pada pengalaman
belajar seperti ini anak belajar dengan coba- coba untuk mengekspresikan
emosinya dalam bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberi kepuasan.
3. konflik-konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak pasti pernah mengalami konflik baik di rumah maupun di
sekolah. Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika
anak tidak dapat melewati atau gagal menyelesaikan konflik, biasanya
mengalami gangguan-gangguan emosi. Pada usia aktif sekolah, bukan tidak
mungkin mereka akan meluapkan emosi dengan menggunakan fisik.
4. lingkungan keluarga
Keluarga adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu
(melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu
mengeksplorasi emosinya. Potensi individu pula ditentukan oleh faktor
keturunan di keluarga. Artinya adalah sejak lahir anak telah memiliki bakat-
bakat atau benih-benih kemampan yang dapat dikembangkan melalui
pengasuhan dan pendidikan (Plato dalam Desmika, 2005: 13). Lingkungan
keluarga mempunyai fungsi sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana
anak bersikap dan berperilaku.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan
anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman
emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga
merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning and growing)
yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.
2. Usia Remaja
a. Pengaruh emosi remaja secara umum
Perkembagan emosi seseorang pada umunya tampak jelas pada perubahan tingkah
lakunya, perkembngan emosi remaja juga demikian halnya. Menurut Mohammad
Asrori (2005), ada sejumlah factor yang mempengaruhi perkembngan emosi remaja,
yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang
sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya
terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh
menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai
akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap
remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika
perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang manjadi kasar dan
penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan
perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan
didalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam
perkembangan emosinya.

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.
Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya
sendiri saja sehingga ada yang bersaifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak
acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh
orang tua yang seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan
perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman mislnya, kalau dulu
anak dipukul karena nakal, pada remaja cara semacam itu justru dapat
menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang
tuanya.
3. Perubahan Interaksi denganTeman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara
khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan
membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok
geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas sangat
tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya
diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan
positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat
menghindarkan membentuk kelompok secara geng itu ketika sudah
memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir. Pada masa ini para
anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas
atau melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan kejahatan bersama.
4. Perubahan pandangan Luar
Faktor pentingyang dapat mempengaruhi perkembanngan emosi remaja
selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah
pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar
yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu
Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Kadang-kadang
mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan
penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka
masih dianggap anak kecil sehingga berakibat timbulnya kejengkelan pada
diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku
emosional.
5. Perubahan Interaksi dengan sekolah
Pada masa anak-anak, sebelum menginjak remaja, sekolah merupakan
suatu tempat pendidikan yang amat diidealkan oleh mereka. Para guru
merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan karena selain
tokohintelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Oleh karena itu tidak jarang naka-anak lebih percaya, lebh patuh,
bahkak lebuh takut kepada guru ketimbang kepada orang tuanya. Posisi gru
semacam ini sangat startegis bila digunakan untuk pengembangan emosi anak
melalui penyampaiian niai-nilai luhur, positif dan kontsruktif.
b. Pengaruh Emosi Terhadap Prilaku Individu
Emosi sangat berpengaruh bagi kita khusunya remaja dalam kehidupan
pergaulannya, baik yang tampak langsung berupa tingkahlaku maupun yang
tersembunyi. Menurut Djawad Dahlan (2007:115), ada beberapa pengaruh emosi
terhadap prilaku individu diantaranya sebagai berikut:
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan biasa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous)
4. Terganggunya penyesuiaan sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.

D. Jenis jenis emosi

Pengertian emosi adalah reaksi yang dialami manusia sebagai respons terhadap
peristiwa atau situasi.Jenis emosi yang dialami seseorang ditentukan oleh keadaan
yang memicu emosi tersebut. Misalnya, Anda merasa gembira saat mendapatkan kabar
baik atau merasa takut ketika terancam.Emosi juga diartikan sebagai perubahan dalam
perilaku dan psikologis seseorang sebagai respons terhadap beberapa jenis
rangsangan.Rangsangan ini dapat bersifat eksternal, yaitu peristiwa atau interaksi;
maupun bersifat internal, seperti pikiran atau sensasi fisik.Emosi melibatkan tiga
komponen berbeda, yaitu pengalaman subjektif, respons fisiologis, dan respons
perilaku atau ekspresif. Berbagai hal ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kehidupan sehari-hari.

Cara kerja emosi adalah hal yang tidak kalah penting untuk dipahami.Di dalam
otak, terdapat sistem limbik yang memproses pengalaman emosional. Otak juga
memiliki filter emosional tertentu yang disebut amigdala. Amigdala dirancang untuk
menyimpan memori sensorik dari pengalaman kita sebelumnya, dan menggunakan
informasi tersebut untuk menentukan bagaimana perasaan kita tentang pengalaman
saat ini. Amigdala kemudian mengirimkan informasi yang sesuai ke bagian otak
lainnya, yang menghasilkan pelepasan neurotransmitter dan hormon tertentu
berdasarkan interpretasi peristiwa tersebut. Misalnya, jika amigdala memproses suatu
peristiwa sebagai hal yang menarik atau menyenangkan, akan terjadi pelepasan
dopamin, serotonin, endorfin, dan lainnya yang mempengaruhi reaksi tubuh terhadap
peristiwa ini. Sementara itu, apabila amigdala merasakan sesuatu yang menakutkan,
menjengkelkan, atau mengkhawatirkan, akan terjadi pelepasan epinefrin, norepinefrin,
adrenalin, dan kortisol yang bertanggung jawab atas respons fight-or-flight (lawan atau
lari) yang menjaga kita tetap aman. Dengan begitu, emosi adalah hasil dari bagaimana
otak memproses suatu peristiwa, serta neurotransmitter dan hormon apa yang
dilepaskan ke dalam tubuh sebagai respons terhadap interpretasi ini. Baik jenis emosi
positif maupun emosi negatif, keduanya dapat mempengaruhi tubuh dalam beberapa
cara yang berbeda, seperti gelisah, tegang otot, sakit kepala, atau sakit perut. Emosi
juga bisa menyebabkan Anda bereaksi dengan menangis atau perlu melepaskan energi
untuk mengurangi stres.

Macam-macam emosi

Salah seorang ahli psikolog ternama Amerika Serikat, Paul Ekman,


menyebutkan ada enam macam emosi dasar manusia sebagai berikut.

a. Emosi bahagia

Bahagia bisa diartikan sebagai kondisi emosional yang ditandai dengan


perasaan senang, ceria, gembira, kepuasan, dan sejahtera. Ini adalah hasil
dari neurotransmitter, termasuk serotonin dan dopamin.Serotonin
bertanggung jawab atas perasaan puas dan kenikmatan dalam tubuh,
sedangkan dopamin menghasilkan ataupun meningkatkan perasaan senang.
Endorfin dan oksitosin juga merupakan hormon kebahagiaan yang
menghasilkan perasaan tenang, puas, dan gembira dalam tubuh. Kebahagiaan
dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Sebaliknya, orang
yang sulit menemukan emosi bahagia dinilai mudah untuk stres dan depresi,
yang bisa berujung pada imunitas yang rendah.

Emosi bahagia pada manusia bisa ditunjukkan dengan cara-cara berikut ini.

1.Ekspresi wajah yang tersenyum

2. Bahasa tubuh dengan sikap yang santai


3. Nada suara yang ceria dan menyenangkan.

b. Emosi sedih

Kesedihan dapat didefinisikan sebagai kondisi emosional yang ditandai


dengan perasaan tidak bersemangat, tidak tertarik dalam mengerjakan hal apa
pun, mood yang murung, kekecewaan, hingga perasaan berduka. Emosi ini
bisa terjadi akibat rendahnya kadar neurotransmitter dopamin dan
serotonin.Dalam waktu yang lama, hal tersebut bisa menyebabkan depresi,
kelelahan, kurang berenergi, sulit berkonsentrasi, hingga perubahan pada
nafsu makan dan tidur. Kesedihan termasuk macam-macam emosi yang wajar
dirasakan manusia. Hanya saja, sebagian orang bisa merasakan kesedihan
secara berkepanjangan.

Emosi sedih dapat diekspresikan dalam beberapa cara berikut ini.

1. Suasana hati yang murung

2. Diri yang cenderung diam

3. Lesu

4. Usaha untuk menarik diri dari orang lain

5. Menangis.

c. Emosi takut

Saat merasakan adanya indikasi bahaya, emosi takut umumnya muncul


dan terjadilah respons yang disebut melawan atau lari. Takut merupakan
emosi yang kuat dan berperan penting untuk bertahan hidup. Respons
melawan atau lari ini juga membantu kita mempersiapkan diri untuk melawan
ancaman yang terjadi. Emosi ini juga dapat menyebabkan dampak lain pada
tubuh, seperti ketegangan otot, mulut kering, energi berlebih pada tubuh, dan
lainnya. Rasa takut bisa berkaitan erat dengan kecemasan. Misalnya, orang
yang mengidap gangguan kecemasan sosial merasakan takut dalam
menghadapi situasi sosial.

Emosi takut dapat ditunjukkan dengan cara-cara berikut ini.

1. Ekspresi wajah yang khas, seperti melebarkan mata dan menarik dagu ke
bawah

2. Mencoba bersembunyi dari ancaman

3. Reaksi fisik, seperti pernapasan dan detak jantung menjadi cepat.

d. Emosi jijik

Macam-macam emosi lain yang diutarakan Paul Ekman adalah emosi jijik.
Perasaan ini dapat bersumber dari banyak hal, termasuk rasa, pemandangan,
atau bau yang tidak menyenangkan. Seseorang juga dapat mengalami
kejijikan moral saat melihat individu lain berperilaku yang mereka anggap
tidak menyenangkan, tidak bermoral, atau jahat.

Jijik dapat ditunjukkan dalam beberapa cara berikut ini.

1. Berpaling dari objek jijik

2. Reaksi fisik, seperti mual atau muntah

3. Ekspresi wajah, seperti kerutan hidung dan bibir atas.

e. Emosi marah

Marah juga termasuk emosi yang sering kita tunjukkan. Seperti emosi
takut, marah juga menjadi emosi yang bisa berkaitan dengan respons fight or
flight. Marah bisa memberikan efek positif dan negatif. Sisi positifnya,
misalnya, menjadi langkah untuk memperbaiki hubungan karena Anda
mampu mengekspresikan kebutuhan terhadap pasangan, keluarga, dan teman
dekat. Namun, jika marah diekspresikan berlebihan, emosi negatif ini bisa
berubah menjadi kekerasan terhadap orang lain. Marah yang tidak
dikendalikan juga dapat memicu masalah psikologis dan berbahaya untuk
tubuh. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk bisa mengontrol jenis emosi
ini.

Emosi marah bisa ditunjukkan dengan cara-cara berikut ini.

1. Ekspresi wajah, termasuk mengerutkan kening atau melotot

2. Bahasa tubuh, seperti mengambil sikap yang kuat atau berpaling dari
seseorang

3. Nada suara, seperti berbicara kasar atau berteriak

4. Respons fisiologis, seperti berkeringat atau memerah

5. Perilaku agresif, seperti memukul, menendang, atau melempar benda

F. Emosi terkejut

Emosi terkejut. Seseorang menunjukkan emosi ini saat menghadapi


momen atau hal yang tidak disangka. Emosi terkejut bisa bersifat positif atau
negatif, bergantung pada apa yang menyebabkan kejutan tersebut. Kejutann
yang menyenangkan bisa menimbulkan kebahagiaan. Jika yang terjadi
sebaliknya, hal tersebut dapat menyebabkan respons trauma, seperti
kecemasan, depresi, ketakutan, dan ketegangan otot. Orang yang terkejut juga
mungkin bisa mengalami kenaikan hormon adrenalin untuk memutuskan
apakah ia perlu melawan atau melarikan diri

Contoh emosi terkejut sering ditandai dengan karakteristik berikut ini.

1. Ekspresi wajah, seperti mengangkat alis, melebarkan mata, dan membuka


mulut

2. Respons fisik, seperti melompat

3. Reaksi verbal, seperti berteriak, menjerit, atau megap-megap

E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif emosi.


Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan
berkesinambungan (Syamsu, 2012). Perkembangan individu merupakan integrasi dari
beberapa proses, yakni biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.

Adapun faktor-faktor nya mempengaruhi beberapa aspek.

1. Aspek fisik dan motorik


berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson
menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek (Hurlock
dalam Retno, 1995), yakni pertama struktur fisik, yang meliputi tinggi badan,
berat badan, dan proporsi tubuh. Kedua sistem syaraf yang mempengaruhi
perkembangan aspek lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot,
yan akan mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin
yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. Aspek perkembangan ini
sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh,
struktur fisik yang kurang normal (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau
obesitas) akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor
kepercyaan ini berkaitan dengan aspek perkembangan emosi, kepribadian, dan
sosial. perkembangan kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek
perkembangan lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa,
sosial, emosional.
2. Aspek kognitif atau intelektual
perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi intelektual yang dimiliki
individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Aspek
kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak.
Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) dapat dibedakan berdasarkan
ke-dua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat
dengan kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen
(memusat). Dengan demikian kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri
adalah membaca, berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah.
Sedangkan otak kanan berkaitan erat dengan kemampuan berfikir intuitif,
imajinatif, holistik dan divergen (menyebar). Kegiatan yang dominan
menggunakan otak kanan diantaranya adalah melukis, bermain music, kerajinan
tangan.
3. Aspek perkembangan sosial
perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam
interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi dengan
lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Retno
Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi sebagai proses
yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga
mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan
sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada,
baik keluarga, teman sebaya, guru, dan masyarakat sekitarnya
4. Aspek perkembangan bahasa
menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan
simbolsimbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai berdasarkan
urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa
yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997;
Semiawan, 1998). Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat
terkenal (1996) mengatakan bahwa perkembangan bahasa tergantung pada
pematangan otak secara biologis.
5. Aspek perkembangan emosi
Menurut Retno (2013), emosi adalah perasaan intens yang ditujukan
kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan
senang. mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana
hati.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan.


1. Faktor genetik/hereditas
merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan individu. Hereditas sendiri dapat diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua. Sejalan dengan itu, faktor
genetik dapat diartikan sebagai segala poteensi (baik fisik maupun psikis) yang
dimiliki individu sejak masa prakelahiran sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen (Yusuf, 2011). Dari definisi tersebut, yang perlu digaris bawahi
adalah faktor ini bersifat potensial, pewarisan/bawaan dan alamiah (nature).
2. Faktor lingkungan (nurture)
lingkungan merupakan faktor eksternal yang turut membentuk dan
mempengaruhi perkembangan individu (Retno, 2013). Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor genetik bersifat potensial dan lingkungan
yang akan menjadikannya aktual. Ada beberapa faktor lingkungan yang sangat
menonjol yakni dalam lingkungan keluarga. Menurut Yusuf (2011) alasan
tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah: (a)
keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi
anak; (b) keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai
kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota keluarga merupakan
“significant people” bagi perkembangan kepribadian anak; (d) keluarga sebagai
institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang
bersifat fiktif biologis, maupun sosio-psikologis; dan (e) anak banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan seseorang berbeda-
beda, tergantung faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Karakteristik
perkembangan anak usia sekolah berbeda dengan karakteristik perkembangan remaja dan
karakteristik perkembangan masa dewasa. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah
meliputi perkembangan fisik motorik, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa,
perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan perkembangan kesadaran beragama.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan yang akan menimbulkan masalah
dalam perkembangan. Faktor tersebut meliputi faktor genetika dan faktor lingkungan.
Dasam proses perkembangan ketujuh aspek tersebut, terkadang menimbulkan masalah,
Masalah–masalah tersebut bisa diperbaiki dengan dukungan dari orangorang terdekatnya,
terutama keluarga. Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing,
sehingga seorang anak tidak boleh dipaksakan untuk menguasai seluruh aspek
perkembangan. Terdapat beberapa jenis emosi verbal jenis emosi tersebut didapat dari
berbagai bentuk piranti linguistik, yakni kata, frasa, kalimat, dan gaya bahasa.
Selanjutnya, ada dua faktor yang mempengaruhi munculnya emosi verbal bahasa
Indonesia SBS, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pada emosi
amarah, meliputi ketidakpuasaan, ketidaksenangan, rasa egois, ingin menang sendiri,
kecemburuan, kekuasaan, tempramen, frustasi, dan sikap otorier sedangkan faktor
eksternalnya, yakni mendapat kritikan, pelimpahan kesalahan, tidak dihargai, pelecehan
harga diri, pola asuh, dan ketidakadilan. Faktor internal pada emosi kesedihan, yakni
traumatik, usia, jenis kelamin, pendidikan, rasa iba sedangkan faktor eksternalnya,
meliputi pengalaman traumatik, perubahan pandangan terhadap keadaan, dan pola asuh.
Faktor internal pada emosi rasa takut, meliputi traumatik, ketidaktegasan, pendidikan,
jenis kelamin, dan takut mengambil resiko sedangkan faktor eksternalnya adanya
ancaman, lemah di hadapan orang lain, dan pengalaman traumatik yang pernah terjadi
dalam lingkungannya. Faktor internal pada emosi kenikmatan, antara lain kenyamanan,
ketenteraman, dan pikiran positif sedangkan faktor eksternalnya, yakni kenyamanan
dalam lingkungan, rasa dihargai oleh orang lain, dan pengakuan keberadaan. Faktor
internal pada emosi terkejut, yakni trauma dan fobia sedangkan faktor eksternalnya,
meliputi trauma, fobia, dan adanya kejadian/tragedi yang dilihatnya. Faktor internal pada
emosi jengkel, antara lain mual, muak, ketidaksukaan, kekesalan, ketidak beruntungan,
frustasi, dan ketidakpuasan sedangkan faktor eksternalnya, yakni ketidak puasan, ketidak
adilan, ketidaksenangan, penghinaan, dan tidak dihargai.
B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, agar pembaca dapat menambah wawasan
tentang Perkembangan Kognitif dan Emosional. Saya sebagai penulis menyadari
kurangnya referensi dan kelengkapan dalam makalah ini, maka saya menghrapkan kritik
dan sarannya sehingga makalah ini dapat disempurnakan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fuadia, N. (2022). Perkembangan Sosial Emosi Pada Anak Usia Dini. Wawasan: Jurnal
Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 3(1), 31–47.
https://doi.org/10.53800/wawasan.v3i1.131

Perkembangan, T., & Jean, K. (2020). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN


PIAGET DAN PROBLEMATIKANYA PADA ANAK USIA SEKOLAH
DASAR. Kjian Perempuan Dan Keislaman, 13(2), 116–152.

Naldi, H. (2018). Perkembangan Kognitif, Bahasa Dan Perkembangan Sosioemosional


Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Socius: Journal of
Sociology Research and Education, 5(2), 102.
https://doi.org/10.24036/scs.v5i2.110

Neviyarni, A. (2020). Perkembangan Kognitif, Bahasa, Perkembangan Sosio-Emosional,


Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Inovasi Pendidikan, 7(2), 1–13.
https://doi.org/10.31869/ip.v7i2.2380

Labudasari, E., & Sriastria, W. (2018). Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah Dasar.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammdiyah
Cirebon. 2018
Azmi, N. (2015). Potensi Usia Remaja dan Pengembangannya. Sosial Horizon: Jurnal
Pendidikan Sosial 2. (1), 36-46.

Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2),
185-196.

Santrock. 2003. Life-spam Development: Perkembangan Masa Hidup (Alih bahasa:


Achmad Chausari & Juda Damanik). Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai