Anda di halaman 1dari 31

ASESMEN PEMBELAJARAN KIMIA

“Asesmen Pengetahuan Metakognitif”

Oleh:

KELOMPOK III

Raudina Nuramaliah S (191051601015)


Jumriana Jufri(191051601013)
Ulben Syarifuddin (191051601020)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Hj. Ramlawati, M.Si

PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Asesmen Pengetahuan Metakognitif”.

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu,
penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,


sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, April 2020

Tim Penyusun

KELOMPOK III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Pengertian Metakognisi...................................................................................................3

B. Pengertian Pengetahuan Metakognitif............................................................................5

C. Komponen-komponen Metakognitif...............................................................................6

D. Peranan Metakognitif dalam Pembelajaran..................................................................10

E. Asesmen Pengetahuan Metakognitif dalam Pembelajaran Kimia................................13

F Manfaat Pembelajaran Metakognitif.............................................................................22

BAB III.....................................................................................................................................25

PENUTUP................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana


perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual,
emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis
besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi
kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis
pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup
untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai
faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhenti
sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang
secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah


dimulai pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya
seperti kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-
batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai
pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata
dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu. Perkembangan ini akan terus berlanjut
sampai lahir dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola
pengasuhan dan pendidikan. Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai
penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang
seiring dengan proses pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor
perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya
berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur
kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan.
Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi

1
perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan
kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menentukan dan pengatur
aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, sesorang harus
memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk
mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
pengetahuan kognitif itu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metakognisi itu ?


2. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan metakognitif ?
3. Apa saja komponen-komponen dalam metakognitif ?
4. Bagaimana peranan metakognitif dalam pembelajaran ?
5. Bagaimana asesmen pengetahuan metakognitif dalam pembelajaran kimia?
6. Apa manfaat pembelajaran dengan pengetahuan metakognitif ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian metakognisi

2. Untuk mengetahui pengertian pengetahuan metakognitif

3. Untuk mengetahui komponen-komponen metakognitif

4. Untuk mengetahui peranan metakognitif dalam pembelajaran

5. Untuk mengetahui asesmen pengetahuan metakognitif dalam pembelajaran


kimia

6. Untuk mengetahui manfaat pembelajaran dengan pengetahuan metakognitif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metakognisi

Kognisi secara umum dianggap sebagai kemampuan Anda untuk


memproses informasi. Terkait dengan budaya, Anda dapat menganggapnya sebagai
pengetahuan dan pengalaman lengkap yang Anda peroleh tentang situasi budaya
dan interaksi Anda dalam situasi itu. Selain itu, bagaimana Anda memikirkan atau
memproses informasi ini disimpan dalam memori Anda. Kemampuan Anda untuk
mengambil informasi yang disimpan ini didefinisikan sebagai kemampuan kognitif.
Sebagai contoh, saya mengadakan lokakarya tentang kecerdasan budaya untuk para
pendidik, dan salah satu manajer senior mengajukan pertanyaan tentang etika yang
tepat dalam budaya Asia Tenggara, khususnya Lao dan Hmong, yang hadir di
distrik sekolahnya. Dia berkata, “Saya mendengar dari salah satu rekan saya bahwa
dianggap tidak sopan jika Anda menyentuh atau menepuk kepala anak; bahwa itu
suci. Saya mengatakan kepada staf saya untuk tidak melakukan ini. Apakah saya
memberi tahu mereka informasi budaya yang benar? "

Metakognisi menawarkan bukti empiris tentang cara siswa dapat


mempersiapkan dengan lebih baik diri secara akademis melalui strategi
metakognitif seperti penetapan tujuan, evaluasi diri, dan refleksi diri. Proses
berpikir, kognisi, atau metakognisi adalah topik yang umum di bidang pendidikan.
Di bawah berdiri kognisi, mungkin lebih mudah untuk menjelaskan peran
metakognisi dalam mengajar dan belajar. Ahli teori perkembangan kognitif
mengusulkan bahwa banyak aspek dari roda gigi nisi melibatkan urutan tahapan
perkembangan yang dapat diprediksi, dimana anak-anak membangun pengetahuan
dan keterampilan dari tahap sebelumnya. Anak-anak termotivasi dan memiliki
kecenderungan alami untuk memahaminya lingkungan dengan membangun,
menafsirkan, dan memahami pengalaman mereka, sambil beradaptasi dengan
informasi baru. Metakognisi juga digambarkan sebagai seperangkat keterampilan
multidimensi yang bisa membantu peserta didik mendapatkan keterampilan
3
akademik untuk keterbatasan dalam kecerdasan dan prioritas pengetahuan. Strategi
metakognitif menggunakan teknik regulasi diri mungkin memberikan landasan
yang efektif bagi siswa untuk mencapai keberhasilan akademik dan memberi
mereka keterampilan untuk menjadi pemecah masalah yang termotivasi dan kritis
(Smith, Black, dan Hooper, 2017).

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada


tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini
berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang
penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi
saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para
peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran
berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri.

Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk


kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol
aktif atas proses kognitif. Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir tentang
berpikir atau “kognisi seseorang tentang kognisi” Metakognisi sebagai suatu bentuk
kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih tinggi,
melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.

Menurut moore (2004) dalam Handel (2013) menyatakan bahwa:


Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang pengetahuannya,
sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan mencerminkan
penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang pengetahuan yang
dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-kognisi adalah
kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-
kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif.
Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan
kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi,
monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi), pengecekan (pemeriksaan),
dan evaluasi.

4
B. Pengetahuan Metakognitif

Metakognitif terkadang juga disebut sebagai metakognisi namun


metakognisi lebih pada imu yang akan diterapkan, sedangkan metakognitif
kemampuan seseorang untuk memahami pembelajaran dengan kemampuannya
sendiri (Hadi, 2007). Metakognitif diungkapkan pertama kali oleh Flavel pada
tahun 1976 yang mendatangkan banyak perdebatan dalam mendefinisikannya.
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang metakognitif dari beberapa ahli yang
dikemukakan dalam Corebima (2006), yaitu:

1. Kesadaran dan kontrol terhadap proses kognitif (Eggen dan Kauchak, 1996)
2. Proses mengetahui dan memonitor proses berpikir atau proses kognitif sendiri
(Arends, 1998)
3. Metakognisi menunjuk kepada kecakapan pebelajar sadar dan memonitor
proses pembelajarannya (Peter, 2000).
4. Pengetahuan tentang belajarnya sendiri; tentang bagaimana ia belajar dan
bagaimana ia memantau cara belajar yang dilakukannya (Flavell, Gardner dan
Alexander dalam Slavin, 1997).

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan tentang kognisi secara


umum dan kesadaran akan serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Flavel
(1979:907) memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran seseorang tentang
bagaimana diabelajar, kemampuan untuk menilai kesukaran suatu masalah,
kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan
menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai
kemajuan belajar sendiri. Berdasarkan teori tersebut dapat diartikan metakognitif
merupakan kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui atau secara sederhana metakognitif mengukur kemampuan dengan

5
menempatkan peserta didik dalam memahami tujuan, merencanakan, memahami
penggunaan strategi yang dipakai, dan mampu merefleksikan kelemahan dan
kelebihan hasil dari pencapaian tujuan yang di harapkan. Dalam konteks
pembelajaran, peserta didik mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui
kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar
terbaik untuk belajar efektif. Pengetahuan metakognitif mengacu pada pengetahuan
tentang kognisi seperti pengetahuan tentang keterampilan (skill) dan strategi kerja
yang baik untuk pembelajar dan bagaimana serta kapan menggunakan keterampilan
dan dtrategi tersbut. Pada kegiatan-kegiatan yang mengontrol pemikiran dan belajar
seseorang seperti merencanakan, memonitor pemahaman, dan evaluasi.

C. Komponen-komponen dalam Metakognitif

Banyak orang yang terbiasa memiliki pelatih dan konsultan memberi


mereka pengetahuan tentang budaya sampai pada titik di mana mereka bergantung
pada pelatih, pembimbing, pelatih, atau konsultan. Namun, mereka perlu belajar
untuk menjadi ahli dalam situasi budaya itu sendiri melalui strategi metakognitif
seperti adaptasi, pemantauan, pengaturan diri, dan refleksi diri. Para pemimpin
yang cerdas secara budaya dapat menggunakan metakognisi untuk membantu diri
mereka sendiri dan untuk melatih diri mereka untuk berpikir melalui pemikiran
mereka. Metakognisi dipecah menjadi tiga komponen: pengetahuan metakognitif,
pengalaman metakognitif, dan strategi metakognitif. Masing-masing dibahas di
bagian berikut.
1. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif melibatkan (a) proses belajar dan kepercayaan Anda
tentang bagaimana Anda belajar dan bagaimana Anda berpikir orang lain belajar,
(b) tugas belajar dan bagaimana Anda memproses informasi, dan (c) strategi yang
Anda kembangkan dan kapan Anda akan menggunakannya. Katakanlah Anda harus
belajar bahasa baru dalam 6 bulan. Inilah cara Anda berpikir tentang hal itu,
menggunakan pengetahuan metakognitif.
2. Pengalaman Metakognitif

6
Arnold Bennett, seorang penulis Inggris, mengatakan bahwa seseorang tidak dapat
memiliki pengetahuan tanpa memiliki emosi. Komponen-komponen metakognisi
ini berbicara dengan pengalaman metakognitif , yang merupakan respons internal
Anda untuk belajar. Perasaan dan emosi Anda berfungsi sebagai sistem umpan
balik untuk membantu Anda memahami kemajuan dan harapan Anda, serta
pemahaman dan koneksi Anda terhadap informasi baru.
3. Strategi Metakognitif
Strategi metakognitif adalah apa yang Anda rancang untuk memantau kemajuan
Anda terkait dengan pembelajaran
Merutut Halker, dan Woolfro, 2009 (dalam Adita dan Azizah, 2016) komponen
metakognisi meliputi keterampilan metakognitif dan pengetahuan metakognitif.
Keterampilan metakognitif mengacu kepada tiga keterampilan esensial yang
memungkinkan untuk dilakukan yaitu keterampilan merencanakan (planning skills),
keterampilan memantau (monitoring skills) dan keterampilan mengevaluasi (evaluating
skills)
Menurut Schraw dan Dennison, 1998 (dalam Rinaldi, 2017) para ahli telah
mempelajari metakognitif ini selama hamper 20 tahun lebih. Kebanyakan dari mereka
sependapat bahwa ada perbedaan antara kognitif dan metakognitif, dimana dalam
melatih kemampuan kogntif diperlukan suatu latihan,sedangkan metakognitif
dibutuhkanpemamahan bagaimana suatu latihan itudilakukan. Kebanyakan para peneliti
membedakan antara 2 komponen metakognitif menjadi ilmu pengetahuan kognisi dan
regulasi kognisi.
Pengetahuan tentang kognisi merujuk kepada apa yang diketahui oleh individu
tentang kemampuan kognitif mereka sendiri atau tentang apa kognitif secara umum. Hal
ini dapat dibagi menjadi tiga jenis akan kesadaran metakognitif yaitu: dekalaratif,
procedural, dan conditional.
 Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan untuk mengetahui suatu benda
(apa). Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan tentang “bagaimana” suatu
terjadi.
 Pengetahuan deklaratif termasuk pengetahuan tentang bagaimana seseorang itu
dalam belajar dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Contoh, penelitian
dilakukan terhadap para pelajar tentang daya ingat mereka sendiri. Hal ini
7
mengindikasikan bahwa ternyata orang yang lebih dewasa lebihmemiliki
kemampuan proses kogitif tentang daya ingat dibandingkan yang lebih muda.
Disamping itu, para pelajar yang lebih pintar memiliki kemampuan lebih dalam
aspek ingatan yang berbeda-beda, seperti batas daya kemampuan, pengulangan dan
distribusi pembelajaran.
 Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan tentang melakukan sesuatu hal.
Kebanyakan dari pengetahuan ini merepresentasikan sesuatu yang bersifat heuristic
dan strategis. Individu dengan yang memiliki pengetahuan procedural yang tinggi
akan melakukan pekerjaan secara otomatis, lebih mirip seperti serangkaian daftar
kemampuan dan melakukan strategic tersebut seefektif mungkin. Contoh tipikal
dapat dilihat pada cara bagaimana seseorang dalammemotong-motong dan
mengkategorikan suatu informasi yang ia terima.Pengetahuan kondisional
merupakan pengetahuan tentang mengetahu “kapan” dan “kenapa” dengan
menggunakan pengetahuan deklaratif dan pengetahua procedural. Contoh seorang
peajar yang efektif tahu kapan dan apa informasi yang bisa diolah/diulang.
 Pengetahuan kondisional berperan penting karena ia membantu pelajar dalam
mengalokasikan sumber-sumber yang mereka peroleh seacra selektif dan
menggunakan strategi secara efefktif. Pengetahuan kondisional juga membantu
para pelajar dalam peningkatan dan merubah kondisi diinginkan dalam setiap tugas
pembelajaran.
Regulasi kognitif merupakan suatu rangkaian aktfitas yang membantu pelajar
dalam mengontrol proses pembelajaran mereka. Penelitian yang dilakukan
membuktikan bahwa regulasi metakognitif membantu peningkatan tindakan dalam
berbagai cara, tipe, termasuk penggunaan sumber-sumber data yang lebih bagus,
penggunaan strategi yang telah ada, dan besarnya/meningkatnya kesadaran dalam
pemahaman.
Menurut Romli (2010) dalam Hertiana (2017), komponen atau indikator
metakognisi terdiri dari tiga elemen, yaitu (1) menyusun strategi atau rencana
tindakan, (2) memonitor tindakan, dan (3) mengevaluasi tindakan. Ketiga komponen
tersebut secara rinci dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
No Level Metakognisi Sub Level Metakognisi
1 Menyadari proses berpikir dan a. Menyatakan tujuan
8
mampu menggambarkannya b. Mengetahui tentang apa dan bagaimana
c. Menyadari bahwa tugas yang diberikan
membutuhkan banyak referensi
d. Menyadari kemampuan sendiri dalam
mengerjakan tugas
e. Mengidentifikasi informasi
f. Memilih opersi/prosedur yang dipakai
g. Mengurutkan operasi yang digunakan
h. Merancang apa yang akan dipelajari
2 Mengembangkan pengenalan a. Memikirkan tujuan yang telah ditetapkan
strategi berpikir b. Mengelaborasi informasi dari berbagai
sumber
c. Memutuskan operasi yang paling sesuai
d. Menjelaskan urutan operasi lebih spesifik
e. Mengetahui bahwa strategi elaborasi
meningkatkan pemahaman
f. Memikirkan bagaimana orang lain
memikirkan tugas
3 Merefleksi prosedur secara a. Menilai pencapaian tujuan
evaluatif b. Menyusun dan menginterpretasi data
c. Mengevaluasi prosedur yang digunakan
d. Mengatasi kesalahan/hambatan dalam
pemecahan masalah
e. Mengidentifikasi sumber-sumber
kesalahan dari percobaan
4 Mentransfer pengalaman a. Menggunakan operasi yang berbeda untuk
pengetahuan dan prosedural penyelesaian masalah yang sama
pada konteks lain b. Menggunakan operasi/prosedur yang
sama untuk masalah lain
c. Mengembangkan prosedur untuk masalah
yang sama
d. Mengaplikasikan pemahamannya pada
situasi bar
9
5 Menghubungkan pemahaman a. Mengaitkan data pengamatan dengan
konseptual dengan pengalama pembahasan
b. Menganalisis efisiensi dan efektifitas
prosedur

Adapun indicator metakognitif, indikator metakognitif terdiri dari :


a) Declarative Knowladge. Pengetahuan tentang keterampilan kecerdasan dan
kemampuan seseorang sebagai peserta didik, secara faktual diperlukan sebelum
mampu berproses atau menggunakan pikiran kritis terkait dengantopik yang
diperoleh melalui presentasi, demonstrasi, dan diskusi.
b) Procedural Knowladge. Pengetahuan tentang bagaimana mengimplementasikan
prosedur-prosedur belajar yang menuntut peserta didik mengetahui proses dan
juga kapan menerapkan proses dalam berbagai situasi.
c) Planning. Mencakup tujuan dan pengalokasian sumber bahan terutama untuk
belajar.
d) Information management strategies. Keterampilan dan strategi yang digunakan
untuk memproses informasi secara lebih efesien, menggabungkan,
menyimpulkan, memfokuskan,atau menentukan prioritas.
e) Monitoring. Penilaian strategi belajar seseorang yang sedang digunakan.
f) Debugging Strategies. Strategi atau langkah yang dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan pemahaman atau perolehan.
g) Evaluation. Analisa perolehan dan efektivitas strategi pada akhir kegiatan
belajar

D. Peranan Metakognitif dalam Pembelajaran


1. Keberhasilan Belajar
Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada
dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan
yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai
berikut (Taccasu Project, 2008).
 Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.

10
 Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan
belajar.
 Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide
yang baru.
 Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai
sumber belajar.
 Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
 Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah
kelompok.
 Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang
telah berhasil dalam bidang tertentu.
 Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu
yang telah berhasil dalam bidang tertentu.
 Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa keberhasilan


seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika
setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning
how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.

2. Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran


Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka
upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan
meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar
berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai
perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan
banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi
yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi
peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai
berikut (Taccasu Project, 2008).
Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan:
a) Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya.

11
b) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar
yang efektif.
c) Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan
muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca
atau pelejari.
d) Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.
e) Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu
situasi ke situasi yang lain.
f) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik
yang baik melalui :
 Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri. Pengembangan
kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan : (1)
mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual,
auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2)memonitor dan
meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan,
mengelola waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan
lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi,
penugasa, praktik di laboratorium, belajar kelompok, dst).
 Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif. Kebiasaan berpikir
positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa percaya diri (self-
confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2) mengidentifikasi
tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
 Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis
Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan : (1)
membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan
menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.
 Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya
Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi ide-ide
atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan
minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat.

12
Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan
aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.

E. Asesmen penerapan pengetahuan metakognitif dalam pembelajaran kimia


1. Instrument Penilaian
Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan
kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang
akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format
penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format
penilaian :
N Jumlah Skor Kode
Pernyataan Ya Tidak
o Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut
1 serta mengusulkan 50
ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi,
setiap anggota
2 50
mendapatkan kesempatan 250 62,50 C
untuk berbicara.
Saya ikut serta dalam
3 membuat kesimpulan hasil 50
diskusi kelompok.
4 ... 100

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x
100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
4. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan
dan keterampilan

13
Pengetahuan(kognitif)

- Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda


- Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan

Jumlah Skor Kode


Skala
Skor Sikap Nilai
N
Aspek yang Dinilai
o
10
25 50 75
0

1 Intonasi

2 Pelafalan

3 Kelancaran

4 Ekspresi

5 Penampilan

6 Gestur

Keterampilan

Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian
ujian keterampilan berbicara sebagai berikut:

Kuran
Sangat Tidak
Baik g
No Aspek yang Dinilai Baik Baik
(75) Baik
(100) (25)
(50)

Kesesuaian respon dengan


1
pertanyaan

2 Keserasian pemilihan kata

Kesesuaian penggunaan tata 14


3
bahasa

4 Pelafalan
Kriteria penilaian (skor)
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
maksimal dikali skor ideal (100)

Diskusi

No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25

1 Penguasaan materi diskusi

2 Kemampuan menjawab pertanyaan

3 Kemampuan mengolah kata

4 Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik

2. Kisi-kisi Soal

KISI-KISI TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Item Level Kognitif Jumlah


Indikator
Dasar Kognitif C1 C2 C3 C4

15
3.6 Menjelaskan 1. Mengidentifikasi
faktor-faktor yang beberapa reaksi yang
memengaruhi laju terjadi disekitar kita,
reaksi misalnya kertas dibakar,
menggunakan pita magnesium dibakar,
teori tumbukan kembang api, perubahan 1 √ 1
warna pada potongan
buah apel dan kentang,
pembuatan tape, dan
besi berkarat.

2. Menjelaskan pengertian 2 √
laju reaksi dan faktor- 3 √
faktor yang 4 √ 6
5 √
mempengaruhi laju
6 √
reaksi. 7 √
8. Menjelaskan teori 8 √
tumbukan pada reaksi 9 √
10 √ 5
kimia.
11 √
12 √
3.7 Menentukan 13.Menjelaskan cara
orde reaksi dan menentukan orde reaksi 13 √
4
tetapan laju reaksi dan persamaan laju 14 √
berdasarkan data reaksi 15 √
hasil percobaan 16 √
14.Mengolah dan 17 √
menganalisis data untuk 18 √
4
menentukan orde reaksi
19 √
dan persamaan laju
20 √
Jumlah 4 10 5 1 20

3. Tes Hasil Belajar

TES HASIL BELAJAR

16
Sekolah : SMA Negeri 8 Makassar

Mata Pelajaran : Kimia

Materi : Laju Reaksi

Waktu : 90 menit

Kelas/Semester : XI/Ganjil

A. Petunjuk Pelaksanaan
1. Tulis nama, NIS, dan kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan cara memberi
tanda silang (X).
3. Dahulukan dengan menjawab soal yang dianggap mudah.
4. Periksa kembali pekerjaan anda apabila masih ada waktu yang tersisa sebelum
dikumpul.
5. Kerjakan dengan tenang dan teliti.
B. Soal
1. Berikut reaksi yang berlangsung sangat cepat adalah ……
A. Fermentasi tape
B. Pembakaran ikan
C. Pemurnian air teh
D. Pembakaran kertas
E. Pendinginan air

2. Uap bensin lebih mudah terbakar daripada bensin cair. Faktor yang
menyebabkan perbedaan ini adalah. . . .

A. Konsetrasi D. Entalpi

B. Katalis E. Luas permukaan

C. Suhu
17
3. Alkohol lebih mudah terbakar daripada minyak tanah, sebab alkohol. . . .

A. lebih mudah menguap D. lebih rendah masa jenisnya

B. lebih kecil energi pengaktifannya E. lebih kecil massa rumusnya

C. lebih reaktif

4. Tindakan berikut yang memperbesar laju reaksi adalah . . . . .

A. Pada suhu tetap tidak ditambahkan suatu katalis


B. Suhu dinaikkan
C. Pada suhu tetap tekanan diturunkan
D. Suhu diturunkan
E. Pada volume tetap ditambah zat hasil pereaksi lebih banyak

5. Diantara reaksi berikut yang memghasilkan endapan belerang lebih cepat


adalah. . . . 

A. 10 mL HCl 2 M + 10 mL Na2S2O3 1 M + 10 mL air pada suhu 450oC


B. 10 mL HCl 1 M + 10 mL Na2S2O3 1 M + 5 mL air pada suhu 350 oC
C. 10 mL HCl 2 M + 10 mL Na2S2O3 1 M pada suhu 450 oC
D. 10 mL HCl 1 M + 10 mL Na2S2O3 1 M pada suhu 450 oC
E. 10 mL HCl 1 M + 10 mL Na2S2O3 1 M pada suhu 300 oC

6. Pada suhu 30oC, dalam waktu 10 menit terjadi reaksi antara 0,1 mol A dan
0,1 mol b membentuk 0,1 mol C. Jika dilangsungkan pada 100oC, maka. . . .

A. jumlah mol C yang dihasilkan dalam 10 menit pertama menjadi lebih


sedikit

B. jumlah mol zat A yang ada setelah 10 menit pertama berkurang sebanyak
0,1 mol

C. jumlah mol A dan B yang berkurang tiap menitnya akan semakin sedikit

18
D. jumlah mol C yang terbentuk pada akhirnya sama dengan pada suhu
30oC

E. orde reaksinya menjadi lebih besar daripada yang terlansung pada 30oC

7. Laju suatu reaksi yang menghasilkan gas diukur pada berbagai suhu. Setiap
suhu naik 5oC, ternyata waktu yang diperlukan untuk menghasilkan 1 liter
gas tersebut menjadi setengah dari waktu semula. Jika pada suhu 25 oC untuk
mendapatkan 1 liter gas tersebut memerlukan waktu 40 menit, pada suhu
35oC untuk mendapatkan 1 liter gas diperlukan waktu. . . .

A. 20 menit C. 2,5 menit

B.10 menit D. 1,25 menit

C. 5 menit

8. Peryataan yang benar tentang tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi
kimia adalah…

A. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia


B. Berkurang dengan naiknya suhu
C. Bekurang dengan memperkecil partikel perekasi
D. Berkurang dengan penambahan konsentrasi
E. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
9. Berdasarkan teori tumbukan, katalis mempercepat reaksi dengan cara ….
A. Menurunkan energi hasil reaksi
B. Meningkatkan energi pereaksi
C. Menurunkan energi pereaski dan energi hasil reaksi
D. Menurunkan energi kompleks teraktivasi
E. Menurunkan energi pereaksi,hasil reaksi dan kompleks teraktivasi
10. Pada reaksi penguraian hidrogen peroksida,pengaruh katalis MnO2 akan….
A. Membentuk lebih banyak ion hidrogendan oksigen
B. Menambah kepekatan hidrogen peroksida
C. Menambah jumlah tumbukan antarpartikel
19
D. Menurunkan energi aktivasi reaksi
E. Mengubah perubahan entalpi reaksi
11. Suatu reaksi umumnya akan menjadi lebih cepat berlangsung apabila
konsentrasipereaksinya semakin besar. Penjelasan yang paling tepat dari
fakta tersebut adalah……
A. Semakin besar konsentrasi peraksi semakin besar pula energy
aktivasinya.
B. Tumbukan antar partikel akan menghasilkan energy yang besar apabila
konsentrasi pereaksi meningkat.
C. Bertambanhnya konsentrasi pereaksi akan menyebabkan orde reaksi
bertambah.
D. Semakin besar konsentrasi , peluang terjadinya tumbukan yang
menghasilkan reaksi juga akan semakin besar.
E. Semakin besar konsentrasi akan menyebabkan suhu reaksi juga semakin
tinggi
12. Kurva tingkat energy dan jalannya reaksi dari reaksi: A + B → C :
Dari kurva tersebut dapat dinyatakan bahwa…..
A. Reaksi A + B → C merupakan reaksi eksoterm
B. Reaksi A + B → C merupakan reaksi endoterm A+B

C. Reaksi tersebut tidak memerlukan katalis


D. Energy aktivasinya lebih tinggi daripada nilai perubahan entalpinya
E. Reaksinya mudah berlangsung pada suhu rendah
13. Suatu reaksi mempunyai nilai tetapan laju raksi (k) dengan satuan mol-1 dm-3
det-1. Reaksi tersebut merupakan reaksi orde……
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
14. Manakah diantara variabel berikut yang tidak dapat ditetapkan untuk
mengukur laju reaksi ?
A. Perubahan suhu
20
B. Pembentukan endapan
C. Pembebasan gas
D. Perubahan massa
E. Perubahan warna
15. Ke dalam ruang 2 liter direaksikan a mol gas A dan b mol gas B dengan
persamaan reaksi:

2A(g) + 3B(g)C(g)

Setelah reaksi berlangsung selama 10 detik, terbentuk gas C sebanyak m


mol,laju reaksi rata-rata dalam 10 detik tersebut adalah. . . . mol L-1 detik-1

A. m/20 D. (a - 2m)

B. b/20 E. (b - 3m)

C. a/20

16. Sepotong logam seng direaksikan dengan asam klorida dengan persamaan
reaksi:

Zn(s) + 2HCL(aq)  ZnCL2(aq) + H2 (g)

Jika gas hidrogen yang dihasilkan ditampung, kurva yang menunjukkan


perubahan volume gas hidrogen terhadap waktu adalah. . . .
A. D.

VH2 VH2

Waktu Waktu

B E.

21
VH2 VH2

Waktu Waktu

C.

VH2

Waktu

17. Dari percobaan pengukuran laju reaksi diperoleh data sebagai berikut:

No. [A] [B] Waktu peaksi


1. 0,1 0,1 36
2. 0,1 0,3 4
3. 0,2 0,3 4

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa orde reaksi totalnya adalah. . . .

A. 0 D. 3

B. 1 E. 4

C. 2

18. Berikut adalah tabel data laju reaksi :

2NO(g) + Br2(g)  2NOBr(g)


[NO] [Br2] Laju reaksi
(M) (M) (M/detik)
0,10 0,05 6
0,10 0,10 12
0,10 0,20 24
0,20 0,05 24
0,30 0,05 54
22
Rumus laju reaksinya adalah. . . . .

A. V=k [No] [Br2] D. V=k [No]2

B. V=k [No]2[Br2]2 E. V=k [No2] [Br2]2

C. V=k [No]2[Br2]

19. Dari reaksi :

2Fe3+(aq) + 3s2-(aq)  S(s) + 2FeS(s) diperoleh data eksperimen pada suhu


tetap
No [Fe3+](M) [S2-](M) Laju (M/det)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
4 0,2 0,2 54

Dari data tersebut, orde reaksi totalnya adalah. . . .

A. 3 D. 6

B. 4 E. 7

C. 5

20. Ani melakukan percobaan dengan perlakuan mengambil Amonia lalu


dipanaskan sehingga bereaksi .sesuai persamaan reaksi berikut:

4NH3 (g)+ 5O2  (g) →  4NO (g) + 6H2O (g)

Jika pada waktu tertentu diketahui laju reaksi ammonia sebesar


0,24mol/l/detik, maka laju reaksi oksigen (O2) dan laju reaksi pembentukan
H2O berturut–turutadalah....

A. 0,24 dan 0,36 mol/L/detik


B. 0,30 dan 0,24 mol/L/detik
C. 0,36 dan 0,30 mol/L/detik
D. 0,30 dan 0,36 mol/L/detik
E. Tidak ada perbedaan laju reaksi
23
4. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran

Alternatif
Jawaban Skor
Jawaban
1 D 1
2 C 1
3 B 1
4 B 1
5 C 1
6 C 1
7 B 1
8 A 1
9 B 1
10 D 1
11 D 1
12 A 1
13 C 1
14 B 1
15 E 1
16 A 1
17 A 1
18 A 1
19 A 1
20 E 1
Jumlah 20

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai = ×10
20

F. Manfaat Pembelajaran dengan Pengetahuan Metakognitif

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari keterampilan metakognitif yang


dikemukakan oleh para ahli:

1. Eggen dan Kauchak (1996) menyatakan bahwa pengembangan kecakapan


metakognitif pada para siswa adalah suatu tujuan pendidikan yang berharga,
karena kecakapan itu dapat membantu mereka menjadi self-regulated learners.
Self-regulated learners bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri
dan mengadaptasi strategi belajarnya mencapai tuntutan tugas.

24
2. Menurut Marzano (1988), manfaat metakognisi (strategi) bagi guru dan siswa
adalah menekankan monitoring diri dan tanggung jawab siswa (monitoring diri
merupakan kecakapan berpikir tinggi)
3. Susantini, dkk. (2001) menyatakan melalui metakognisi siswa mampu menjadi
pebelajar mandiri, menumbuhkan sikap jujur dan berani melakukan kesalahan
dan akan meningkatkan hasil belajar secara nyata.
4. Howard (2004) menyatakan bahwa keterampilan metakognitif diyakini
memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk
pemahaman, komunikasi, perhatian (attention), ingatan (memory), dan
pemecahan masalah; sejumlah peneliti yakin bahwa penggunaan strategi yang
tidak efektif adalah salah satu penyebab ketidakmampuan belajar.
5. Peters (2000) berpendapat bahwa keterampilan metakognitif memungkinkan
para siswa berkembang sebagai pebelajar mandiri, karena mendorong mereka
menjadi manajer atas dirinya sendiri serta menjadi penilai atas pemikiran dan
pembelajarannya sendiri.

Berdasarkan manfaat yang telah dikemukakan, maka pemberdayaan keterampilan


metakognitif sangatlah penting dalam pembelajaran. Dengan memiliki keterampilan
metakognitif, siswa akan mampu untuk menyelesaikan tugas belajarnya dengan
baik karena mereka mampu untuk merencanakan pembelajaran, mengatur diri, dan
mengevaluasi pembelajarannya.
Pintrich, 2002 (dalam Endang, 2013) mengungkapkan bahwa banyak siswa
akan memperoleh pengetahuan metakognitifnya melalui pengalaman yang siswa
dapatkan dimana dia belajar sesuatu. Setelah siswa dapat mengetahui pengetahuan
metakognitifnya sendiri, para pendidik perlu tetap melakukan bimbingan dan
pengamatan kepada siswa supaya bisa mengetahui tingkat pengetahuan
metakognitif siswa. Menurut Pintrich (2002) guru dan siswa bisa memulai sebuah
diskusi, guru menanyakan beberapa pertanyaan, mendengarkan jawaban dan
berbicara dengan siswa. Melalui diskusi guru bisa secara cepat mengetahui
kedalaman pengetahuan metakognitif siswa. Melalui ini pula guru dibantu untuk
menyesuaikan metode pengajaran untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan
metakognitif. Guru juga sebaiknya membuka diri untuk menerima setiap siswa

25
yang datang kepadanya untuk diskusi mengenai kesulitan dan hambatan yang
dialaminya dalam proses belajar. Akhirnya, ketika pengetahuan metakognitif telah
dimiliki oleh siswa, hal tersebut akan menghasilkan sebuah proses pembelajaran
yang berarti bagi siswa, tidak sekedar hanya berhenti sampai mengingat sebuah
materi pelajaran saja. Hal tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan yang menumbuhkan kemampuan untuk
mengingat cukup mudah dirumuskan, tetapi tujuan-tujuan yang mengembangkan
kemampuan untuk mentransfer lebih sulit dirumuskan, diajarkan dan dinilai. Siswa
diharapkan dapat menggunakan kembali strategi belajar yang sama pada situasi dan
masalah yang berbeda. Bransford mengungkapkan bahwa pengetahuan
metakognitif pada semua strategi yang berbeda tampaknya berhubungan dengan
transfer belajar, yaitu,kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang didapat
dalam suatu situasi lain (Pintrich, 2002).
Pengetahuan metakognitif merupakan sebuah kategori yang baru dari
pengetahuan Taxonomi yang telah di revisi. Bagaimanapun, pengetahuan
metakognitifberperan penting dalam pembelajaran, ini merupakan sesuatu yang
baru saja muncul dan banyak dibutuhkan. Pengetahuan Metakognitif memiliki
komponen penting di dalamnya yaitu Pengetahuan strategi merujuk kepada
pengetahuan strategi pada belajar dan berpikir. Pengetahuan akan tugas mereka dan
konteks mereka menyajikan kembali pengetahuan tentang perbedaan macam-
macam tugas kognitif seperti kelas dan aturan budaya. Terakhir, pengetahuan diri
merupakan komponen penting dari pengetahuan metakognitif pada umumnya yang
terdaftar secara pasti untuk pembelajaran siswa, secara eksplisit pengajaran
pengetahuan metakognitif berguna untuk memfasilitasi perkembangan yang
dibutuhkan. Sebagai hasil dari taxonomi revisi menekankan pada suatu kebutuhan
untuk meluruskan tujuan, pengajaran, dan penilaian yang menghendaki kita untuk
mempertimbangkan peran pengetahuan meta-kognitif di dalam tujuan pendidikan.
Apabila peran metakognitif sudah ditingkatkan dalam diri siswa, siswa akan
mampu menyusun strategi belajar untuk mencapai proses belajar yang bermakna.

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metakognisi adalah kemampuan manusia untuk mengendalikan atau
pemantauan pikiran, kalau diterapkan dalam dunia pendidikan bahasa aplikasinya
adalah kemampuan  peserta didik dalam memonitor (mengawasi), merencanakan
serta mengevaluasi sebuah proses pembelajaran . Sebagai guru, memahami jenis-
jenis pengetahuan metakognitif adalah penting. Tetapi lebih penting lagi adalah
mengajarkan pengetahuan ini kepada peserta didik mengingat banyak peserta didik
masih sangat lemah dalam pengusaan pengetahuan metakognitif ini. Pengetahuan
metakognitif juga bermanfaat bagi peserta didik yang melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi atau terjun ke masyarakat. Karena dengan
pengetahuan metakognitif, mereka mempunyai bekal untuk menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah yang dijumpainya. Dimensi proseskognitif terdiri
dari: (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3)
mengaplikasikan(apply); (4) menganalisis (analyze); (5) meng-evaluasi (evaluate);
dan (6) mencipta (create). Dimensi pengetahuan terdiri dari: 1) Faktual,
2)Konseptual, 3) Prosedural, dan 4) Metakognitif.

B. SARAN
1. Sebagai seorang pendidik harus memahami kemampuan peserta didiknya
2. Sebagai seorang pendidik harus mempunyai startegi dalam pembelajaran

27
DAFTAR PUSTAKA

Annie K. Smith1, Sheila Black1, And Lisa M. Hooper. 2017. Metacognitive


Knowledge, Skills, And Awareness: A Possible Solution To Enhancing
Academic Achievement In African American Adolescents. Article Urban
Education.
Hertiana, Dita Sety. 2017. Pengaruh Penggunaan Modul Kimia Terhadap
Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X Sma Pada Materi Reaksi Oksidasi
Dan Reduksi. Skripsi.
Endang Indarini, Tri Sadono, Dan Maria Evangeli Onate. 2013. Pengetahuan
Metakognitif Untuk Pendidik Dan Peserta Didik. Vol. 29, No.1
Ery Riana Adita Dan Utiya Azizah. 2016. Student Metacognitive Skills Through The
Implementation Of Guided Inquiry Learning Models On Subject Matter Of
The Rate Of Reaction In Sman 1 Manyar Gresik Xi Grade. Journal Of
Chemical Educatio. Issn 2252-9454 Vol. 5, No. 1, Pp. 143-151.
Gredler, M.E., 2011, Learning And Instruction: Teori Dan Aplikasi, Kencana,
Jakarta
Handel, Marion., Artelt Cordula., Dan Weinert Sabine,. 2013. Assessing
Metacognitive Knowledge Development And Evaluation Of A Test
Instrument. Journal For Education Research. Vol. 5 No.2.
Taccasu Project. (2008) “Metacognition” Tersedia Pada:
Http://Www.Careers.Hku.Hk/Taccasu/Ref/Metacogn.Htm, Diakses Pada 19
Mei 2013.
Schunk, Dale H., 2012, Learning Theories: An. Educational Perspective, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Woolfolk Anita., 2008, Educational Psychology, Active Learning Edition, Pearson
Education Inc., Boston.
Http://Biologyeducationresearch.Blogspot.Com/2009/12/Keterampilan-
Metakognitif.Html December 10, 2009
Https://Saylordotorg.Github.Io/Text_Leading-With-Cultural-Intelligence/S06-02-
What-Is-Metacognition.Html.

28

Anda mungkin juga menyukai