Anda di halaman 1dari 17

KEMATANGAN INTELEKTUAL

DAN PENGARUHNYA
TERHADAP READINESS
Wendy Meirisca, S. Psi., M. Pd.
Hukum Belajar Throndike
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
a. jika individu siap untuk bertindak dan mau melakukannya, maka ia akan
merasa puas.
b. jika individu siap untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melakukannya,
maka timbullah rasa ketidakpuasan.
c. jika belum ada kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa
melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
2. Hukum latihan (Law of Exercise)
a. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi
bertambah kuat, kalau ada latihan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu
respons.
b. The Law of Disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi
bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya
yang melemahkan hubungan tersebut
3. Hukum efek (Law of Effect)
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang
menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika
keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs).
Kematangan Anak (Child Maturity)

• Kematangan anak (child maturity)


adalah suatu kondisi yang tampak
pada perilaku seseorang untuk
mampu melakukan dan mempelajari
sesuatu sesuai dengan tuntutan tugas
perkembangannya.
Kematangan Intelektual
• Mampu berpikir
mandiri, logis dan
sistematis
• Menghargai
gagasan orang lain
• Dapat menerima
kritik
• Mau belajar terus.
Faktor Perkembangan Intelektual
• Factor pembawaan (genetik)
• Faktor gizi
• Factor kematangan
• Factor pembentukan
• Kebebasan psikologis
Ciri Kematangan Intelektual
• memiliki kebiasaan membaca buku
• dapat membaca situasi dengan cermat
• selalu berfikir kritis dan mendalam
• selalu mengevaluasi pikirannya kembali
• bersikap terbuka untuk mengadakan
penyempurnaan
• memiliki ketenangan dan keyakinan dalam
berusaha
• memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
Kesiapan (Readiness)
• Kesiapan mental dan fisik untuk
bertindak atau menerima pengalaman.
• Tangkas, pantas, cakap dan terampil.
• Respon yang cepat atau cepat
tanggap.
Kesiapan (Readiness) Menurut
Ausubel
• Anak dapat belajar dengan mudah tanpa
ketegangan emosi.
• Anak mampu menunjukan motivasinya
karena usahanya untuk belajar
memberikan hasil yang sesuai.
Kesiapan Belajar Menurut Strebel
• Perkembangan fisik yang sudah matang.
• Derajat ketergantungan terhadap orang tua, terutama
sejauh mana keterikatan anak kepada ibunya.
• Pemilihan tugas sendiri sesuai dengan minatnya.
• Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan maupun yang
dipilih sendiri.
• Ketepatan prestasi kerja, sehubungan dengan
konsentrasi dan perhatiannya terhadap pelajaran.
• Keteraturan dalam berpikir dan bertingkah laku secara
sosial, dalam bekerja kelompok dan teman-temannya.
• Perkembangan mental yang dapat diukur dengan tes
inteligensi dan tes kematangan sekolah.
Kesiapan sekolah (School Readiness)

• menurut Lewitt dan Baker (1995). Kematangan


sekolah mengacu pada kesiapan anak dalam
belajar.
• Secara umum adalah merupakan level
perkembangan anak tanpa dibatasi usia yang
menunjukan kesiapan anak  mengikuti
pembelajaran mengenai materi yang lebih
spesifik.
Pandangan Meisels mengenai
Pendekatan Teoritis Kesiapan Belajar
• Nativist and maturationist (lingkungan asal dan kematangan):
kesiapan anak dipandang sebagai sesuatu fenomena yang
muncul dari 'dalam diri anak', yang memiliki dampak baik kecil
ataupun besar semuanya berasal dari lingkungan.
• Empiricist and Enviromentalist (empiris dan lingkungan): harus
ada seperangkat keterampilan yang anak dapatkan sebelum
mereka siap untuk mulai belajar atau sekolah.
• Social Constructivist (konstruktivitas sosial): masyarakat dan
lingkungan di mana anak hidup dan tinggal perlu dipertimbangkan
dalam rangka memantau kesiapan anak dalam belajar.
• Interactionalist (interaksi): keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan anak sangat di pengaruhi oleh interaksinya terhadap
masyarakat dan komunitas kecilnya.
Menurut Comenius (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test), Monks,
Rost dan Coffie (1978) seorang anak yang akan masuk sekolah harus
memenuhi tiga kriteria, yaitu:

1. Menguasai kemampuan panca indera


dan pemahaman bahasa yang baik
2. Memiliki motivasi untuk belajar
3. Memiliki kematangan dalam bekerja,
sehingga dapat menyelesaikan tugas-
tugas dengan tuntas dan baik
Kriteria Kesiapan Belajar dapat dilihat dalam 5 hal:

1. Kompetensi Sosial
2. Koordinasi Motorik dan
Kesehatan Fisik
3. Pengaturan Emosi
4. Keterampilan Kognitif
5. Pengetahuan dan
kemampuan secara
umum.
Faktor Yang Membentuk Readiness

• Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini


menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan
pribadi seperti tubuh yang umumnya, alat-alat indra
dan kapasitas intelektual.
• Motivasi yang menyangkut kebutuhan, minat
serta tujuan-tujuan individu untuk
mempertahankan serta mengembangkan diri.
Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan
dalam diri manusia serta tekanan-tekanan
lingkungan.
• Pembentukan readiness dipengaruhi pula atas
lingkungan atau kultur.
Prinsip Perkembangan Readiness
• Semua aspek berinteraksi dan bersama-sama
membentuk readiness
• Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi
pertumbuhan fisiologis individu
• Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam
perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu,
baik jasmaniah maupun yang rohaniah.
• Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan
tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka
saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang
merupakan masa formatif bagi perkembangan
pribadinya.
Kematangan Sebagai Dasar Dari
Pembentukan Readiness
• Dasar-dasar biologis tingkah laku
1) Respondent behavior, yaitu tingkah laku
bersyarat dan tidak sengaja selalu
tergantung kepada stimuli
2) Operant behavior, yaitu tingkah laku
disengaja dan tidak selalu tergantung
pada stimuli.
• Kematangan membentuk readiness

Anda mungkin juga menyukai