KOGNITIF DAN
METAKOGNITIF
PENDAHULUAN
Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mendapatkan, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah
laku yang tampak. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks dan saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan
atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), aitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Selain itu juga dijelaskan
bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di
dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional, kognisi sering dipertentangkan
dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).
Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual
anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga
dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan
selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan
kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif
tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika
seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk
menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu,
sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk
mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif.
Saat ini, kajian tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah diterapkan dalam
pembelajaran seperti matamatika dan bahasa. Misalnya, dalam memecahkan masalah
matematika, siswa perlu memiliki kemampuan metakognitif untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, sedangkan dalam pembelajaran bahasa adalah siswa harus memiliki
kemampuan metakognitif dalam membaca buku.
Dengan berkembangnya berbagai teori tentang perkembangan kognitif dan metakognitif,
kami ingin membahas dan menganalisa tentang perkembangan kognitif dan metakognitif. Atas
dasar itulah kami menulis makalah ini tentang Perkembangan Kognitif dan Metakognitif.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori kognitif?
b. Mengetahui bagaimana strategi pengembangan kognitif?
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori metakognitif?
d. Mengetahui bagaimana strategi perkembangan metakognitif?
e. Mengetahui bagaimana keterkaitan antara teori kognitif dan metakognitif?
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini model yang dikembangkan sebagai model pelatihan dan pembinaan
guru sains, dengan mengadaptasi konsep metakognitif Marzano dengan meliputi 3 (tiga)
tahapan strategi sebagai berikut:
1. Tahap proses sadar belajar (awareness), merupakan komponen yang paling dasar dari
metakognisi. Kewaspadaan ini termasuk dua cara apakah siswa biasanya melakukan
pendekatan pada tugas dan cara alternatif yang mungkin mereka lakukan. Pelajar yang baik
waspada akan bagaimana mereka berpikir dan dapat membuat pilihan yang cerdas megenai
strategi yang efektif.meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan
sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku
sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi),
menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat
motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
2. Tahap merencanakan belajar (Planning), merupakan komponen rencana dari metakognisi
adalah bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengaktifkan kemampuan, taktik, dan
proses tertentu yang akan digunakan dalam mencapai cita-cita (Marzano, 1998, h. 60). Siswa
pada tahap ini memiliki dialog dalam dirinya mengenai apa yang dapat ia lakukan dan apa yang
paling efektif dalam situasi ini. Jika tugasnya sederhana, orang mungkin tidak waspada akan
pilihan apa yang ia buat. Dengan tugas yang kompleks, bagaimana pun, proses metakognitif
lebih terbuka saat siswa memilih pilihan yang lain di dalam pikirannyameliputi proses
memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan
waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar,
mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar
dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan
strategi belajar lainnya).
3. Tahap monitoring dan refleksi belajar (monitoring and reflection), merupakan komponen
akhir dari metakognisi adalah pemantauan. Fungsi ini bekerja pada keefektifan rencana dan
strategi yang digunakan. Sebagai contoh, siswa kelas biologi tahun kedua memutuskan untuk
membuat peta dalam komputer untuk meninjau bab untuk sebuah tes. Setelah beberapa menit,
ia menyadari bahwa ia menghabiskan waktu yang lebih mencari tahu tentang software daripada
berpikir mengenai konten dan memutuskan untuk menggambar peta di atas kertas. Seorang
siswa kelas lima yang mengumpulkan data mengenai temperatur dan kelembaban mulai
menambahkan daftar angka yang panjang lalu menyadari bahwa pekerjaan akan menjadi lebih
cepat dan akurat jika ia menggunkan program lembar kerja. Pemantauan proses pemikiran yang
konsisten dan membuat perubahan yang diperlukan adalah komponenyang penting dari
metakognisi. Meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui
pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini
bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya
kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi
tinggi dalam belajar.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian kognitif adalah kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
2. Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
3. Strategi pengembangan kognitif chunking, spatial, bridging, multipurpose.
4. Pengertian metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana
kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama
untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara
ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai thinking about thingking
5. Perkembangan metakognitif adalah siswa mampu memilih, menggunakan, dan memonitor
strategi-strategi kognitif yang cocok dengan tipe belajar, gaya berpikir, dan gaya kognitif yang
dimiliki dalam mengahadapi tugas-tugas kognitif.
6. Strategi mengembangkan metakognitif mengidentifikasi, berbicara tentang berpikir, membuat
jurnal berpikir, melaporkan hasil berpikir, evaluasi diri
Daftar Pustaka
Winarto, Joko. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya dalam Pendidikan.
artikel.
http://ml.scribd.com/doc/97024609/Makalah-Kognitif-metakognitif
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-
implementasinya-dalam-pendidikan/