PEMROSESAN INFORMASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Psikologi Belajar yang Diampu oleh
Masrifah, S.Psi., M.Si
Disusun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
November, 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Kognitif tentang Behaviorisme Purposive dan Tingkah Laku
Molar ................................................................................................................ 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 13
3.2 Saran .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSAKA........................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan belajar adalah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta
berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien. Menurut
Cronbach dalam bukunya educational psychology dengan menyatakan bahwa
“Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu sipengajar mempergunakan panca indranya.
1
2
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang teori belajar Edward Chace
Tolman, dimana teori-teorinya beorientasi kognitif atau melihat perilaku untuk
menjelaskan pembelajaran berbasis otak.
Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini sebagai
berikut:
2.1 Teori Belajar Kognitif tentang Behaviorisme Purposive dan Tingkah Laku
Molar
3
4
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai camuran antara teori Gestalt
dan Behaviorisme. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses berteorinya
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang terhadap
teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme. Tolman
memperhatikan ada sedikit nilai dalam introspective approach, padahal ia
merasakan psikologi merupakan obyektif yang komplit. Pemikirannya
bertentangan dengan para behavioris yang menyatakan unit perilaku bisa
dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah. Para behavioris seperti Pavlov,
Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner digambarkan Tolman sebagai "Psychology of
Twitchism" karena mereka melihat segmen-segmen perlilaku yang besar dapat
dibagi menjadi segmen-segmen kecil, seperti reflek-reflek yang selanjutnya
dianalisis.
Para tokoh behavioris seperti, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan
bahwa asosiasi-asosiasi stimulus respons itu yang dipelajari dan melibatkan
hubungan S-R yang komplek. Atau belajar adalah perubahan dengan tingkah laku
sebagai dari interaksi antara lain stimulus dan respons. Sedangkan Tolman banyak
mengambil petunjuk atau pandangan awal dari teori-teori Gestald, yang
mengatakan bahwa dalam belajar, hal yang utama adalah proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Sebuah organisme yang sampai pada
eksplorasi, yang kemudian menemukan peristiwa tertentu, lalu ditunjukkan pada
peristiwa tertentu lainnya, atau dengan kata lain, lalu ditunjukkan pada peristiwa
tertentu lainnya, atau dengan kata lain, sebuah tanda memimpin tanda memimpin
tanda yang lain. Oleh karena itu, Tolman lebih dikenal sebagai ahli teori S-S.
Pengetahuan bagi Tolman adalah suatu proses berkelanjutan yang tidak
memerlukan motivasi apapun.
E. Latent Learning
belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur).
Kelompok pertama, tidak pernah mendapatkan atau menemui makanan saat
melintasi jalan yang simpang siur itu. Kelompok kedua, selalu diberi makanan di
ujung labirin. Sedang kelompok ketiga, tidaklah diperkuat sampai hari ke-11
mengadakan percobaan. Kelompok terakhir inilah yang menarik bagi Tolman.
Teorinya tentang latent learning meramalkan bahwa kelompok ini akan belajar di
simpang siur jalan itu, sama halnya dengan kelompok yang secara teratur
diperkuat. Dan ketika penguatan (reinforcement) diperkenalkan pada hari ke-11,
kelompok ini akan melakukan seperti halnya kelompok yang secara terus menerus
diperkuat (reinforced).
F. Reinforcement Expectancy
Teori Belajar Edward C. Tolman – Dalam artikel “There is more than one
kind of learning,” Tolman mengusulkan enam jenis belajar. Ringkasnya adalah
sebagai berikut:
Teori Belajar Edward C. Tolman – Bisa dikatakan bahwa Tolman bukan satu-
satunya orang di kalangan teoretisi yang memberikan perhatian lebih pada
perilaku hewan dibandingkan pada manusia. (Hal ini juga bisa dilihat pada Kohler
dalam salah satu tahapan persepsi manusia juga.) dalam hal tertentu, pilihan ini
juga mencerminkan factor penyebab yang menuntun kalangan behavioris untuk
meneliti hewan: hewan lebih simple dan lingkungan mereka lebih mudah
dikontrol.
Dalam banyak hal, Tolman dan Gestalt sepakat mengenai pendidikan. keduanya
menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman murid
perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem. Ia juga mengatakan bahwa
belajar bukan hanya soal memberi respon atau strategi yang benar, tatapi juga
menghilangkan respos atau strategi yang salah. Sedangkan guru bertindak sebagai
konsultan yang membantu siswa dalam menjelaskan dan mengkonfirmasi atau
menolak hipotesis. Seperti teoritisi Gestalt, Tolman juga menunjukkan bahwa
siswa semestinya dihadapkan pada topic dan berbagai sudut pandang yang
berbeda. Proses ini akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan peta
kognitif yang akan dipakai untuk menjawab pertanyaan tentang topic tertentu dan
topic lainnya.
13
dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya
mengarah kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai informasi
sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan yang akan didapatkannya.
Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori
pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut:
- Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
diproses sebagai informasi.
- Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
- Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan
dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase
itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa
atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran
siswa. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi: siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan: siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian
yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan: apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan,
maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi: informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi
melalui penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan: pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan
kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi: biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan: tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila
stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga
15
3.1 Kesimpulan
19
20
3.2 Saran
Diantara hal-hal yang menjadi kekurangan Tolman adalah teorinya tidak mudah
diteliti secara empiris, teorinya banyak menggunakan variabel individual, bebas
dan intervening yang sulit untuk dijelaskan semuanya. Tolman mendiskusikan
jenis hukum yang dibutuhkan psikologi, namun ia tidak pernah mengembangkan
hukum-hukum ini. Ia melakukan eksperimen-eksperimen untuk menunjukkan
bahwa rumusan-rumusan kognitif itu lebih baik, namun eksperimenya mengenai
rumusan kognitif ini tidak cukup teliti sehingga tidak bisa digunakan untuk
memprediksi. Ia menyediakan kerangka kognitif untuk menginterprestasi
pembelajaran, namun ia tidak memberikan hokum-hukum pembelajaran mendetail
seperti pada Skinner atau teori yang teliti seperti pada Hull, atau prinsip umum
pembelajaran seperti pada Gutrhie.
DAFTAR PUSAKA
Algesindo
21