Tugas Tutorial 1
Mkdk4002/ Perkembangan Peserta Didik
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga Tugas Tutorial dapat selesai tepat waktu.
Tugasini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas tutorial 1 semester 2 dari Ibu Sri Muliatik,
S.Sos., M.Pd. pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, penyusunan tugas ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca guna untuk dapat nantinya diterapkan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dari Ibu Sri Muliatik, S.Sos., M.Pd. selaku
Tutor mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas tutorial ini masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam tugas ini.
Penulis
PEMBAHASAN
Menurut Erik Erikson, kepribadian dan keterampilan sosial setiap individu dapat
berkembang dalam delapan tahap, yang mencakup seluruh rentang kehidupan. Pada setiap
tahap, seseorang dihadapkan pada krisis psikososial yang perlu diselesaikan. Kepribadian
seseorang dibentuk oleh cara mereka menanggapi setiap krisis ini. Menurut teori tersebut,
jika seseorang berhasil melewati setiap tahap, maka dapat menghasilkan kepribadian yang
sehat dan memperoleh kebajikan dasar.
Teori ini menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan
teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan
dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang,
maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:
Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0-2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang
sederhana.
Tahap Praoperasional
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif.
Tahap operasional konkret
Tahap ini berlangsung pada usia 7 atau 8-11 atau 12 tahun. Ciri pokok perkembangan
pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis,
dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
Tahap operasional formal
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan
tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan
menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi
berpikir anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis.
Bentuk belajar sosial Albert Bandura adalah menekankan tentang pentingnya peserta didik
mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan model di sekitar
lingkungan. Peserta didik mengatur dan menyusun semua informasi dalam kode-kode tertentu.
Jawaban :
Perkembangan intelektual anak adalah tahapan di mana anak mempelajari dan menerapkan
pengalaman yang mereka peroleh seiring waktu. Dengan pengalaman, waktu, ingatan,
keterampilan memecahkan masalah, penalaran, dan kemampuan berpikirnya, intelektual anak
terus terasah dan berkembang.
Tahap perkembangan anak sekolah dasar bisa dilihat dari sebagian faktor fundamental bagi
kepribadian individu anak, ialah faktor 1)fisik-motorik, 2)kognisi, 3)sosio-emosional, 4) bahasa,
dan 5)moral agama (Sumantri: 2014). Menurut Santoso dalam (Ramaikis: 2013) terciptanya
bermacam agenda yang memberikan bantuan untuk keperluan anak, guna memajukan
kemampuan intelektual, emosional, spiritual, moral, serta fisiknya secara optimum, hingga
mencetak generasi yang sempurna serta bisa bersaing secara menyeluruh.
Berbicara mengenai masalah tumbuh kembang dan perkembangan intelektual (kognitif) anak,
secara umum masyarakat mengacu pada teori Jean Piaget yang menyatakan bahwa
perkembangan intelektual merupakan hasil interaksi dengan lingkungan dan kematangan anak.
Menurut Piaget dalam (Ibda: 2015) perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu :
organisme dan adaptasi.
Pertama, fungsi organisme, yaitu mensistematisasikan proses fisik atau psikologis dari suatu
system yang teratur dan terkait atau terstruktur, seperti halnya bayi memiliki struktur perilaku
untuk memusatkan perhatian secara visual dan memegang objek secara terpisah.
Kedua, proses adaptasi, yaitu sebagai proses penyesuaian skema untuk merespon lingkungan
melalui proses yang tidak terpisahkan. Seluruh anak melewati tahapan intelektual untuk proses
yang sama, meskipun tidak wajib pada usia yang sama.
Piaget dengan teori perkembangan intelektualnya mengatakan bahwasanya potensi anak dalam
menjalankan abstraksi atau analisis baru akan dimulai ketika mereka berumur di atas 10 tahun,
yang dinamakan dengan tahap perkembangan formal. Seiring bertambahnya usia anak,
perkembangan intelektualnya akan sangat kompleks sebab informasi yang didapat semakin
bermacam-macam. Pada anak dengan masalah belajar tertentu, fungsi perkembangan
intelektualnya belum optimum sebab kendala yang dialaminya, seperti kemampuan membaca,
mmenulis serta berhitung. Hingga anak akan mengalami masalah dalam menyiapkan tugas yang
membutuhkan potensi dasar yang optimum. Beda halnya dengan anak yang perkembangan
intelektualnya berguna secara optimum akan cenderung mendapatkan prestasi akademik yang
bagus yang dapat diamati dengan hasil belajar anak, baik dari rapor maupun tes hasil belajar
penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada masa operasional konkret yang berjalan hingga masa remaja, anak memperoleh
kemampuan tambahan yang disebut sistem operasi (unit langkah berpikir). Potensi ini berguna
untuk anak dalam mengatur pikiran serta gagasannya dengan kejadian tertentu ke dalam
pikirannya sendiri. Satuan langkah berpikir anak akan menjadi pondasi pembentukan kecerdasan
intuitif. Menurut Piaget, kecerdasan merupakan tahapan, proses, atau langkah operasional
tertentu yang melandasi seluruh ajaran serta pemahaman individu, selain sebagai proses
penyusunan serta penafsiran. Untuk kecerdasan fungsional anak yang terdapat di fase
operasional konkrit adanya teknik operasi pengetahuan yang meliputi:
Conservationn(konservasi/pengekalan)
Additionnof classes (penambahanngolongan benda)
Multiplication of classes (perkalian kelompok objek)
Jawaban :
Pada usia (antara 5 sampai 6 tahun), bahasa yang digunakan anak sudah berkembang
mendekati kesempurnaan. Terdapat penambahan kosakata pada anak, dan anak mulai
mengerti bahwa kata-kata memiliki lebih dari satu arti. Papalia dan Olds (2001)
mengemukakan bahwa anak usia 6 tahun telah mampu menggunakan kata-kata sebanyak
2600 kata dalam percakapan, anak sudah mengetahui lebih dari 20.000 kata. Dengan
bantuan sekolah secara formal dan segala sesuatu yang didengarnya, penguasaan kata-
kata anak menjadi 80.000 kata ketika anak siap memasuki sekolah menengah atas.
Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Anak telah memahami tata bahasa, sekalipun terkadang menemui kesulitan dan
menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat memperbaikinnya. Anak telah mampu menjadi
pendengar yang baik. Anak mampu menyimak cerita yang didengarnya, dan mampu
mengungkapkan kembali dengan urutan dan susunan yang logis (Surna, Nyoman &
Pandeirot, D, 2014).
Karakteristik Perkembangan bahasa anak usia SD menurut Ormrod dalam (Surna, Nyoman &
Pandeirot, D, 2014) adalah sebagai berikut:
Usia 6-8 tahun, sekitar 50.000 kata sudah mulai dikuasai oleh anak, mulai terbentuk
kesadaran untuk menggunakan terminologi di dalam disiplin akademik yang berbeda,
kadang kala terdapat hambatan pada anak ketika menggunakan kata penghubung seperti
tetapi, kecuali, walaupun, hanya, jika, dan lain-lain, mulai dapat memahami kalimat
secara utuh yang mempunyai banyak implikasi.
Pada usia 9-12 tahun, pembendaharaan kata anak berkembang sekitar 80.000 kata, anak
sudah lancar dalam menggunakan kosa kata yang berhubungan dengan bidang akademik,
seperti menggunakan kata-kata dalam proses pembelajaran. Anak juga sudah mampu
mengelola kata menjadi kalimat, walaipun berupa sebuah intruksi. Anak juga telah
menggunakan kata sambung sesuai dengan penggunaan bahasa dan maksud kalimat, serta
mulai berkembangnya kemampuan memahami bahasa lambang seperti metafora,
peribahasa, hiperbola, pantun, syair, dan sebagainya.
Perkembangan Sosial Anak SD Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan proses
pencapaian kematangan dalam kehidupan sosialnya, bagaimana dia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, berinteraksi dengan lingkungannya dan mengikuti aturan yang terdapat pada
lingkunag sosialnya (Latifa, 2017). Perkembangan sosial digambarkan sebagai kesempatan
individu untuk mengembangkan kemampuannya melakukan interaksi dan hidup berdampingan
dengan sesama dan rentang waktu tertentu. Perkembangan sosial berarti perubahan perilaku
untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial itu berbeda-beda tergantung
pada lingkungan dimana anak berkembang dan tergantung pada budaya dan norma yang berlaku
di masyarakat, serta tergantung pada usia dan tugas perkembangannya. Perkembangan sosial
juga dapat diartikan sebagai pencapaian kematangan dalam hubungan sosial kegiatan
pembelajaran untuk mengikuti dan menyesuai diri dengan norma-norma dan aturan yang berlaku
dalam masyarakat. Perkembangan sosial pada anak SD ditunjukkan adanya perubahan dalam
bentuk tingkah laku dan perluasan hubungan dengan teman sebaya, selain dengan keluarga anak
juga mulai menjalin hubungan dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga
ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada masa ini, anak mulai dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, (egosentris) pada sikap yang kooperatif
(bekerjasama) atau mementingkan kepentingan orang lain .
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
Afriliani Lestari